Anda di halaman 1dari 2

Nama: Adelia Rida Nurmalela

Kelas: XII MIPA 2

Pelajaran: B. Indonesia

Sepakbola Menjadi Bagian Mimpiku

Hallo namaku Nadeea Aleshaki, aku tinggal di Kalimantan Barat. Aku menyukai olahraga sepakbola
apalagi kalau ada pertandingan bola di tv aku selalu cepat-cepat menonton. Oh ya, ayahku seorang pilot ia
jarang sekali pulang, ibuku juga pekerja kantoran yang tiap saat selalu lembur jadi aku selalu kesepian
makanya aku menyukai olahraga sepakbola agar tidak kesepian. Aku juga sekolah di SMA 2 Kalimantan
Barat dan mempunyai sahabat yaitu Evan dia baik sekali selalu menemaniku , sebelumnya dia juga
mengetahui kedua orangtuaku yang super sibuk. Evan juga menyukai sepakbola diapun sering menemuiku
untuk menonton bareng-bareng dengan teman yang lain juga, disini aku menamai bola pertama ‘kick off”
sebelum kelanjutan ceritaku.

Saat malam aku sedang ke ruang tamu tak sengaja aku melihat koran di mana mataku langsung
tertuju pada tulisan Edwin Van de. Aku sangat mengidolakan beliau, yaps beliau penjaga gawang yang hebat
menurutku. Disini imajinasiku langsung memuncak. Aku berandai-andai kalau ayahku adalah seorang
‘Edwin Van de’ apa aku tidak selalu membanggakan beliau terus-menerus, Edwin Van de memang seorang
penjaga gawang kenamaan Belanda. Hebat jika ayahku pemain bola kenamaan negeri, walaupun bukan
pemain bola ayahku juga sudah hebat. Jadi, kepikiran dengan ibu pasti ia juga bangga dong memiliki suami
yang seperti ayahku apalagi ayah juga romantis sebenarnya.

Di malam hari akuvNadeea acara tv kesukaannya yaitu club’ bola tetapi sambil mencari satu
kebanggaan club’ bolanya Chelsea dan tiada lain lagi mencari Edwin Van de. Terdiam sejenak aku
berkeinginan menulis sebuah karya lalu aku pun memberitahu kepada ayah tapi sangat di sayangkan
ternyata ayah kurang setuju padahal aku ingin ayah menjadi mentari. Aku hanya bisa termenung dengan
ketidaksetujuan ayah, tak nyerah aku membujuk ayah sampai luluh. Orangtua mana yang tega membiarkan
keinginan anaknya jadi, ayah menyetujui keinginanku. Mungkin maksud ayah juga karena sibuk jadi ia
menyetujui keinginanku agar menulis sebuah karya biar bisa melihatku tidak kesepian

Di sebuah karyanya ia menuliskan nama sahabatnya yang seolah-olah menjadi tokoh utama yaitu
Evan. Disini Evan gembira karena Belanda masuk semifinal piala Eropa, tetapi semua itu hanya sementara
karena club kesayangan ia dikalahkan oleh Portugal. Sebelumya Evan nonton acara stasiun TV bola ini
sendirian karena ayah yang super sibuk padahal ayahnya berjanji akan menemani ia menonton bola bareng.
Karena, terlalu dipikirkan Evan jatuh sakit dan membayangkan kalau masih memiliki seorang ibu. Aku
Nadeea menyebut ini bagian mengoper bola ke penyerang
Setelah sembuh dari sakit Evan berniat untuk menonton bola dengan teman-temannya di rumah
Britiesh . Seperti biasa Evan kalau bersama teman pasti pada memilih club’ bola yang dibagi menjadi 2,
Evan memilih club’ kebanggaannya dari tim Belanda. Namun, ia lagi-lagi kecewa terhadap club pilihannya
karena tim Belanda takluk terhadap Rep.Cheska untuk berebut posisi ketiga, ditambah ia malu juga dengan
temannya karena clubnya seperti itu. Di tengah kekecewaannya Britiesh selalu jadi pelangi bagi Evan ia
selalu mensupportnya, Britiesh mencoba menghibur dengan menyuruh Evan membayangkan semua pemain
hebat seperti Ruud Van Nistelrooy dimana semua pemain pasti akan berebut bola sekalipun satu tim.
Daripada ia terlalu sedih Evan memutuskan untuk segera pulang dan berbaring di kamar tak sadar ia
membuka album foto kecilnya dimana disitu Evan mengenang ada ayah dan mama yang mengajarinya
bermain bola. Bola ketiga: ketika bola itu terebut.

Keesokan harinya ayah mengajak Evan untuk berpindah ke apartemen dekat stadion, disini Evan
berharap ia mempunyai komunikasi yang baik dengan ayahnya. Setelah pindah ke apartemen ia mempunyai
teman baru yaitu Mandy orangnya bisa dibilang misterius. Di apartemen baru Evan bergumam kalau
pemandangannya jelek tak sesuai ekspektasi dia, ditengah memandangi pemandangan ia melihat ponsel ada
berita pertandingan Liga Inggris sontak ia memberitahu ayahnya. Disini ia berandai ayahnya merumput di
Fulham mungkin karena kesedihan mengingat clubnya yang gagal meraih juara jadi ayah yang jadi andai-
andai club kebanggaan Evan. Di siang hari ia menonton bola di stadion langsung ia kaget Liverpool menjadi
juara dan Ratu Elizabeth menyambut Liverpool sebagai pilihannya. Bola keempat: mengambil bola.

Mendengar berita Edwin Van de Sar pindah ke MU, berbagai media menjadikannya headline. Evan
sempat tak menyadarkan diri ketika mendengar berita tersebut. Setelah sadar dari pingsannya Evan
menonton bola lagi dan berandai lagi dengan membayangkan kalau Edwin Van de Sar itu ayahnya tapi ia
khawatir tak dapat berbuat baik untuk MU dan benar saja kekhawatirannya, MU tidak dapat meraih
juaranya. Bola kelima: out ball.

Seminggu kemudian Evan mengajak Mandy untuk menyaksikan ayahnya bertanding di piala dunia di
Jerman. Evan kali ini sangat excited menonton club’ kebanggaannya, benar saja Belanda masuk semifinal
piala dunia. Tetapi, pada saat Belanda akan melawan Argentina Evan mempunyai perasaan tak enak dan
benar saja kekhawatirannya menjadi kenyataan yaitu Belanda kalah. Disini Evan sangat kecewa untuk
kesekian kalinya tapi Evan juga tidak ingin marah pada ayahnya. Atas saran Mandy untuk memberikan
sebuah bunga tulip, tanpa pikir ragu ia membeli bunga tulip untuk ayahnya sebagai bentuk sayang kepada
ayahnya dan mereka berdua kembali memiliki komunikasi lumayan baik. Bola keenam: Last goal.

Oh ya aku Nadeea menuliskan karya yaitu buku berjudul MY FATHER’S FOOTBALL, dengan
harapan aku bisa mengembangkan lagi banyak cerita di karya-karyaku, sekian terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai