Anda di halaman 1dari 9

Mata Pelajaran :Bahasa Indonesia

Kelas :XII IPA 5


Semester :Ganjil
Materi Pokok : Analisis Novel
Alokasi waktu. :120 menit
A.Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Indikator
3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel a) Menemukan isi (unsur intrinsik dan
ekstrinsik) dan kebahasaan (ungkapan,
majas, peribahasa) novel
4.9 Merancang novel atau novelet dengan b) Menyusun novel berdasarkan rancangan
memerhatikan isi dan kebahasaan. c) Mempresentasikan, mengomentari, dan
merevisi unsur-unsur intrinsik dan
kebahasaan novel, dan hasil penyusunan
novel

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1) Menemukan isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan kebahasaan (ungkapan, majas,
peribahasa) novel
2) Menyusun novel berdasarkan rancangan
3) Mempresentasikan, mengomentari, dan merevisi unsur-unsur intrinsik dan kebahasaan
novel,
C. Materi Pembelajaran
a) Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur Intrinsik meliputi:
N UNSUR PENJELASAN
O
1 Tema Bercerita tentang apa ?
2 Alur Jalan cerita(maju, mundur, atau zigzag
3 Penokohan Nama tokoh, tindakan, dialog, karakter
4 Latar Tempat, waktu, dan suasana
5 Gaya bahasa Perbandingan, pertentangan, perulangan, dan pertautan
6 Sudut pandang Orang pertama (aku) atau orang ketiga (dia)
7 Amanat Pesan yang disampaikan

Unsur ekstrinsik meliputi:


N UNSUR-UNSUR PENJELASAN
O
1 Biografi penulis Nama, tempat dan tanggal dilahirka, pasangan kedua
orang tua, tingkat pendidikan, tingkat sosial, profesi, dsb
2 Latar belakang Kaitan novel atau cerpen dengan kenyataan yang
masyarakat terdapat di dalam masyarakat
3 Nilai-nilai kehidupan Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen
atau novel, antara lain: sosial, budaya, moral, agama,
dan lain-lain

b) Unsur kebahasaan
1) Ungkapan
Gabungan dua kata membentuk makna kias, seperti:
Gabungan Kata Makna Kias Kalimat
banting tulang kerja keras Lelaki itu banting tulang untuk sesuap nasi
muka tembok tidak malu Narapidana kasus korupsi bermuka tembok saat
wawancara
gulung tikar bangkrut Perusahaan banyak gulung tikar ketika virus corona
banting setir alih profesi melanda negeri ini
angkat kaki pergi
bunga desa perawan desa
naik pitam marah
anak mas anak kesayangan
buah bibir pembicaraan
darah biru ningrat
angkat tangan menyerah
bumi hanguskan porak-poranda
buah tangan oleh-oleh
.
2) Majas(gaya bahasa)
NO JENIS MAJAS PENJELASAN
1 pertentangan mempertentangkan dua hal
2 perbandingan membandingkan dua hal
3 perulangan mengulang-ulang suatu hal
4 pertautan mengkaitkan suatu hal dengan hal lain

NO JENIS MAJAS CONTOH


1 perbandingan Personifikasi, metafora, asosiasi, hiperbola, , simile,
alegori, simbolik
2 pertentangan Litotes, paradoks, antitesis, kontradiksi interminis,
sindiran (sinisme, ironi, sarkasme)
3 Perulangan(repetisi) Klimaks, retorika, repetisi, pararelisme, tautologi
4 Pertautan Metonomia, sinekdoke(pars pro toto, totem pro parte,
eufimisme, alusio)

3) Peribahasa
NO JENIS PENJELASAN
1 Pepatah peribahasa yang mengandung nasehat dari orang-orang
tua sering digunakan untuk mematahkan lawan bicara.
2 Perumpamaan/ peribahasa yang mengungkapkan keadaan atau tingkah
Ibarat / tamsil laku seseorang dan membandingkan dengan alam
sekitar. Biasanya diawali dengan kata bagai, bak,
seperti, laksana dan lain sebagainya
4 Semboyan Peribahasa yang merupakan prinsip atau pedoman.
5 Bidal atau pameo Peribahasa yang mengandung sindiran, ejekan, dan juga
peringatan

NO Peribahasa Contoh
1 Pepatah Tong kosong nyaring bunyinya
Air beriak tanda tak dalam
Sirik tanda tak mampu
Buaya tidak menolak bangkai
2 Perumpamaan/iba Bagaikan air di daun talas
rat/tamsil Ibarat bunga mekar di pagi hari layu di sore hari
3 Semboyan Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh
Rapatkan barisan satukan derap langkah
4 Bidal/pameo Malu bertanya sesat di jalan

D. Penilaian
Cermati cerpen berikut!
Lolong Kematian
Des Alwi

Anak kami menepis tikus atau musang sebagai penyebab kematian ayam
kesayangannya. “Mana mungkin musang atau tikus mengejar ayam di siang hari,”
ujarnya sambil terisak-isak. “Sudah jelas ayam Deniza digigit anjing atau kalau
enggak kucing,” ujarnya. “Papa takut sama Pak RT dan Tante Han,” teriaknya. Coba
periksa anjing Pak RT atau kucing Tante Han, pasti akan ketahuan penyebab
kematian putri,” tambahnya merujuk nama ayam kesayangannya.

Istriku yang pura-pura tidak mendengar dan langsung masuk kamar. Deniza
semakin terisak. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Persoalan kematian ayam
peliharaan, harusnya bukan masalah pelik, tapi karena Deniza gampang menangis
dan tangisannya lebih sebagai lolongan, masalahnya jadi rumit. Setiap persoalan
apalagi disertai lolongan anak kami, bisa menjadi masalah keluarga besar, karena
rumah kami hanya berbatas dinding dengan Tante Han. Dengan WA grup keluarga,
jarum jatuh suaranya bisa kedengaran sampai ribuan mil. Tidak heran, lima menit
setelah Deniza menangis istriku langsung berkata: “Sudah diam, nanti kita belikan
ayam pengganti,” ujarnya setengah berteriak. “Masalah ayam mati saja bisa ribut
seluruh dunia,” tambahnya, tanpa menghiraukan wajah kami yang kebingungan dan
anakku yang langsung terdiam.

Dan persoalan kematian ayam Deniza menjadi topik WA hampir seminggu


lamanya. Tante Han menegaskan kucingnya tidak ada sangkut-pautnya dengan
kematian ayam Deniza. “Emangnya hanya kami saja yang memelihara kucing di
sekitar sini,” tulisnya. Sebagai istri almarhum Om kami, tentu saja tidak ada yang
berani menanggapi WA Tante Han. Masalah kematian ayam kesayangan Deniza
pun tertiup berbagai isu hangat seperti pilkada, rencana perkawinan anak Tante Mia
dan juga kondisi Om Ridwan, adik almarhum ibu kami yang semakin parah sesudah
terkena stroke.

Tidak lama anak kami sudah bermain-main dengan ayam kesayangannya yang baru,
seekor bekisar jantan muda pemberian pamannya. Ayam yang belum kelihatan
jengger dan tajinya itu segera memenuhi kehidupan Deniza. Kamarnya yang penuh
dengan buku dan majalah berserakan, semakin berantakan dengan bekisar 5 bulan
mondar-mandir di ruangan selalu tertutup, dengan AC yang terus menyala. Istriku
hanya menggerutu karena tidak bisa masuk ke kamar Deniza yang sesekali keluar
mengambil butiran beras.

Tentu saja tidak lama untuk menunggu istriku berteriak ketika ia masuk ke kamar
Deniza yang seperti kapal pecah dan seprainya dipenuhi kotoran bekisar. Terdengar
suara Deniza memprotes mamanya yang berteriak-teriak meluapkan kemarahannya:
“Mama kok harus teriak-teriak, kalau marah,” ujarnya setengah menggerutu dan
berbisik: “Terang saja Tante Han selalu tahu apa yang terjadi, habisnya Mama selalu
berteriak.”

Diskusi mengenai ayam bekisar segera memenuhi WA keluarga kami dengan


postingan Tante Han tentang perlunya sangkar untuk memelihara dan merawat ayam
bekisar. Besoknya Om Randy, sepupu Tante Han, datang membawa sangkar yang
langsung dipasang dekat pohon sawo yang berbatasan dengan pagar Tante Han.
Deniza setiap pagi mengganti air dan makanan bekisar yang sesekali mencampurnya
dengan belalang dan capung.

Tiga bulan setelah itu ayam peliharaan Deniza melantunkan kokok pertamanya yang
membangunkan seisi rumah. Seharian anak kami bermain dengan bekisarnya yang
selalu berkokok setelah menelan habis capung dan belalang yang disuapkan Deniza.
Kokok bekisar tidak pelak lagi menarik perhatian lingkungan kecil, dan
mengundang Pak RT serta anak-anak yang biasanya main bola di jalan depan rumah
kami. Mereka mengerubuti sangkar bekisar dan sesekali anjing Pak RT melolong
mengikuti kokok bekisar.
WA keluarga kami langsung dipenuhi diskusi soal bekisar. Kicauan atau lebih
tepatnya komplain Tante Han karena bekisar Deniza tidak berhenti berkokok, entah
kenapa disambut gembira hampir seluruh keluarga. Dayat, paman Deniza,
memosting betapa spesial dan mahalnya harga ayam bekisar pemberiannya. Om
Randy mengingatkan perlunya menjaga kebersihan sangkar dan pentingnya bekisar
dimandikan serta ditangani oleh pakar bekisar. Ia menjanjikan untuk memberikan
sangkar tambahan dan menyarankan bekisar dimasukkan ke rumah karena jenis
yang sudah berkokok dan nyaring bunyinya menjadi incaran pencuri.
Namun, sejak diberikan sangkar tambahan, bekisar Deniza lama-lama lebih sering
menghuni kandang tambahan yang berada di belakang rumah kami. Yayah,
pembantu kami yang biasanya telaten mengurus bolak-balik pindahnya bekisar,
kelihatannya lebih suka membiarkan ayam jantan itu bertengger di sangkar yang
berada persis di pintu kamarnya. Setiap pagi, setelah membereskan semua pekerjaan
rutinnya, ia bermain dengan bekisar dan terkadang menyemburkan air ke sekujur
tubuh bekisar. Bekisar yang mengepakkan sayap sehabis kena semburan langsung
berkokok dengan nyaringnya.

Mungkin karena lebih banyak diurus Yayah, bekisar kelihatan lebih dekat dengan
pembantu kami dibandingkan Deniza. Setiap Yayah lewat, bekisar tidak hanya
mengepak-ngepakkan sayap, juga berlompatan di sangkar yang luasnya hanya 1,5
m2 itu. Terkadang kami melihat Yayah menjulurkan lidah dan bekisar seakan
meneguk air ludah dari mulut Yayah. Deniza yang melihatnya hanya diam, dan
mungkin itu menyebabkan ia semakin jarang mengurus bekisar. Ujian dan berbagai
kegiatan sekolah juga semakin menyita waktu anak kami, sehingga bekisar seakan-
akan sudah menjadi milik Yayah.

Perubahan yang juga mulai menarik perhatian kami adalah batuk Yayah. Hampir
setiap pagi batuknya bersaing dengan kokok bekisar, membangunkan seisi rumah.
Selain itu badannya yang tadinya tinggi besar, lambat laun kelihatan mengurus.
Yayah juga semakin membatasi gerak dan kegiatannya. Sesudah memasak, ia sering
membiarkan peralatan dapur berantakan. Iyah, pembantu kami yang lebih muda dan
hanya bertanggung jawab membersihkan rumah sering mengomel, membereskan
peralatan dapur yang dibiarkan Yayah. Tapi entah kenapa Yayah tidak pernah lepas
dari bekisar, kendatipun batuknya menyebabkan bekisar tampak sering menghindar.
Ia seolah takut kehilangan bekisar, dan bahkan tidak mempedulikan peringatan
Deniza bahwa terlalu dekat dengan unggas seperti bekisar juga tidak baik bagi
kesehatan. ”Dek, Dek kamu tahu apa tentang bekisar. Mbak Yayah dari kecil sudah
memelihara bekisar. Asal dirawat dan dijaga kebersihan kandangnya, bekisar tidak
gampang terkena penyakit,” tambahnya.

Seperti biasa, jika kalah berargumentasi, Deniza mengadu menyatakan bahwa


perkembangan kesehatan pembantu kami sebetulnya cukup mengkhawatirkan. Ia
bahkan memintaku untuk membawa Yayah ke dokter. “Bisa jadi Mbak Yayah
terkena flu burung,” tegasnya.

Tante Han di grup WA keluarga kami juga memosting maraknya penyebaran flu
burung dan bahayanya memelihara unggas. Sepupu-sepupu kami yang dokter juga
menyarankan untuk memindahkan bekisar kami keluar rumah, kembali ke
sangkarnya semula, serta juga memeriksakan Yayah ke dokter. Mereka bahkan
menyatakan bahwa petugas kesehatan sudah meminta agar unggas peliharaan
dimusnahkan karena penyebaran flu burung sudah dalam tingkat yang
mengkhawatirkan.

Tanpa menunggu diskusi di WA grup memanas, kami menyatakan akan segera


memindahkan bekisar kembali ke sangkarnya di luar dan juga memeriksakan Yayah
ke rumah sakit. Dokter yang memeriksa pembantu kami segera meminta Yayah
dicek ke lab dan tidak lama kemudian menyarankan agar ia menjalani operasi
pengangkatan payudara. Menurut dia, pembantu kami terkena kanker payudara, dan
jika tidak dioperasi diperkirakan akan segera menjalar ke anggota tubuh yang lain.
Anehnya Yayah seakan bangga bahwa ia tidak terjangkit flu burung. Setengah
berteriak ia menegaskan kepada Deniza bahwa batuknya tidak ada kaitan dengan flu
burung. “Benerkan Dek, Mbak Yayah tidak terkena flu burung.”
Kendatipun Yayah tidak memperlihatkan seperti seorang yang terjangkit penyakit
serius, kami terus memantau perkembangan kondisinya serta langkah-langkah yang
disarankan rumah sakit untuk pengangkatan payudaranya. Namun, setiap kami
menyatakan bahwa ia harus siap-siap operasi pengangkatan payudara, Yayah seolah
tidak memperhatikannya. Bahkan ia pernah menyatakan jika pun harus operasi ia
memilih untuk melakukannya di Yogyakarta, kampung halamannya, didampingi
anak serta saudara-saudaranya. “Biar anak saya yang ngurus, mosok Ibu dan Bapak
yang ngurusin saya,” tegasnya.

Anehnya semakin hari kondisi Yayah kelihatan semakin membaik. Batuknya


perlahan menghilang dan selera makannya meningkat seiring berat badannya.
Hubungannya dengan bekisar Deniza semakin kental. Hampir tidak ada waktu
berlalu Yayah tanpa bekisar. Mungkin karena sudah tidak batuk lagi, bekisar diam
saja setiap dipeluk dan dikepit Yayah. Bekisar peliharaan anak kami bahkan lebih
banyak berada di kamar Yayah daripada di sangkarnya. Kami semua seolah sudah
lupa dengan penyakit Yayah, sampai ketika ia pamitan minta pulang ke Yogya. Ia
hanya menjawab singkat ketika ditanya Deniza kenapa ia tiba-tiba pulang ke Yogya:
“Mbak Yayah mau lihat cucu yang baru lahir Dek.”

Tidak ada yang luar biasa dengan kepulangan Yayah. Sampai sepupu kami
menelepon bahwa Yayah minggu lalu meninggal setelah operasi pengangkatan
payudara dan dimakamkan di Yogya. Deniza separuh histeris dan setengah
melolong menangisi kematian Yayah. Ia berkali-kali menyalahkan kami tidak serius
mengobati penyakit Yayah. “Papa hanya memikirkan uang tanpa memperdulikan
kesehatan Mbak Yayah,” ujarnya separuh menangis. Penjelasan bahwa kami sudah
menyiapkan semuanya, termasuk biaya operasi Yayah hanya disambut Deniza
dengan separuh mencibir.

Sejak kematian Yayah, bekisar peliharaan Deniza kehilangan kegembiraan. Ia tidak


pernah berkokok lagi dan suaranya semakin aneh seolah-olah tercekik dan lalu
terhenti. Kokokan pendek dengan suara hampir tercekik semakin sering terdengar.
Bekisar anak kami itu juga kehilangan selera makan. Belalang dan capung yang
disuapkan Deniza tidak disentuhnya. Upaya Deniza untuk membangkitkan semangat
bekisar peliharaan dengan menyemburkan air berkali-kali ke badannya hanya
membuat bekisar semakin menekuk kepala dan mengasingkan diri ke sudut sangkar.
Perdebatan di WA keluarga soal bekisar dan kaitannya dengan kemungkinan
meninggalnya Yayah semakin memanas. Tante Han mengancam akan memanggil
petugas kesehatan agar bekisar kami dimusnahkan karena dicurigai terjangkit flu
burung dan menjadi salah satu penyebab meninggalnya pembantu kami. Semua
orang yang tadinya sangat senang dengan kehadiran bekisar bungkam dengan
ancaman Tante Han yang akan memanggil petugas kesehatan agar anak ayam
peliharaan anak kami dimusnahkan. Perdebatan terhenti ketika petugas kesehatan
menyita bekisar bersama dengan burung-burung peliharaan Tante Han. “Burung
tidak kalah bahayanya dengan ayam bekisar sebagai hewan pembawa virus flu
burung,” sergah petugas kesehatan ketika Tante Han bersikeras agar burung
peliharaannya tidak disita.

Sejak burung-burung peliharaannya disita, kami sering melihat Tante Han bermain-
main di depan sangkar burung peliharaannya yang telah kosong. Sesekali ia
terdengar menggumamkan nama Yayah, seolah-olah sedang berbicara dengan
mendiang pembantu kami. Ketika ada yang menanyakan bagaimana kabar Tante
Han dan benarkah beliau sekarang suka berkomunikasi dengan Yayah, Tante Han
mengamuk dan meng-unfriend semua anggota grup serta keluar dari WA grup.
Sejak itu komunikasi kami dengan Tante Han terputus, sampai beliau dibawa ke
rumah sakit terkena stroke dan tidak lama kemudian meninggal. Ketika muncul
postingan di WA bahwa kemungkinan kematian Yayah dan Tante Han terkait
dengan ayam bekisar Deniza, diikuti kemudian postingan lainnya, kami mengikuti
jejak Tante Han, meng-unfriend semua anggota keluarga dan keluar dari WA grup.
Sumber: https://lakonhidup.com/2017/05/14/lolong-kematian/5/

Des Alwi adalah lulusan FISIP UI (1985) dan School of Humanities, Asia Research
Centre, Murdoch University, yang kini bekerja di KBRI Roma. Cerpen pertamanya
dimuat di majalah SMA II Padang (1978) dan cerpen keduanya, Ms. Watson, dimuat
di Kompas pada 2014 dan masuk dalam Cerpen Pilihan Kompas 2015.

Berdasarkan cerpen di atas, lakukanlah identifikasi


1. Unsur Intrinsik meliputi:
N UNSUR PENJELASAN
O
1 Tema Cerita diatas menceritakan tentang sebuah hubungan
keluarga.
2 Alur Alur maju.
3 Penokohan 1. Deniza:
- Seharian anak kami bermain dengan bekisarnya
yang selalu berkokok setelah menelan habis
capung dan belalang yang disuapkan Deniza.
- “Mana mungkin musang atau tikus mengejar
ayam di siang hari,” ujarnya sambil terisak-isak.
“Sudah jelas ayam Deniza digigit anjing atau
kalau enggak kucing,” ujarnya.
- Penuh perhatian, penyayang, manja, mudah
menangis.
2. Tante Han:
- Tante Han mengancam akan memanggil petugas
kesehatan agar bekisar kami dimusnahkan karena
dicurigai terjangkit flu burung dan menjadi salah
satu penyebab meninggalnya pembantu kami.
- “Emangnya hanya kami saja yang memelihara
kucing di sekitar sini,” tulisnya.
- Banyak omong dan menyebalkan.
3. Yayah:
- Terkadang kami melihat Yayah menjulurkan
lidah dan bekisar seakan meneguk air ludah dari
mulut Yayah.
- “Biar anak saya yang ngurus, mosok Ibu dan
Bapak yang ngurusin saya,” tegasnya.
- Penyayang, rajin, baik hati, santai.
4 Latar 1. Kamar Deniza
Kamarnya yang penuh dengan buku dan majalah
berserakan, semakin berantakan dengan bekisar 5
bulan mondar-mandir di ruangan selalu tertutup,
dengan AC yang terus menyala.
2. Halaman Depan Rumah
Besoknya Om Randy, sepupu Tante Han, datang
membawa sangkar yang langsung dipasang dekat
pohon sawo yang berbatasan dengan pagar Tante
Han.
3. Tiga Bulan Kemudian
Tiga bulan setelah itu ayam peliharaan Deniza
melantunkan kokok pertamanya yang
membangunkan seisi rumah.
5 Gaya bahasa 1. Hiperbola: Dengan WA grup keluarga, jarum jatuh
suaranya bisa kedengaran sampai ribuan mil.
6 Sudut pandang Orang pertama
7 Amanat Kematian seseorang bisa datang kapan saja dan bisa
karena banyak macam hal, maka jalanilah hidup dengan
sebaik-baiknya.

2. Unsur ekstrinsik meliputi:


N UNSUR-UNSUR PENJELASAN
O
1 Biografi penulis Des Alwi adalah lulusan FISIP UI (1985) dan School of
Humanities, Asia Research Centre, Murdoch
University, yang kini bekerja di KBRI Roma.
2 Latar belakang Cerita yang diangkat tersebut sangat dekat dengan
masyarakat banyak orang karena sifatnya yang realistis. Plot cerita
bahkan terdengar seperti berasal dari kisah nyata karena
tidak jauh-jauh dari kehidupan sehari-hari.
3 Nilai-nilai kehidupan 1) Sosial : Hubungan antar keluarga/tetangga yang
1) Sosial biasanya terlalu mencampuri urusan satu sama lain
2) Budaya atau tidak akur.
3) Moral 2) Budaya : Jangan hanya karena masalah kecil sampai
4) Agama memutuskan hubungan silaturahmi dengan saudara
lainnya
3) Moral : Jika ada masalah selesaikan secara
kekeluargaan jangan egois
4) Agama : Jangan memutuskan hubungan silaturahmi
dengan saudara hanya karena masalah sepele

3. Tuliskanlah makna ungkapan berikut, dan gunakan dalam kalimat yang baik dan
benar!
No Ungkapan Makna Penggunaan dalam kalimat singkat
1 panjang tangan Suka mencuri Ia punya kebiasaan panjang tangan.
2 ringan tangan Suka membantu Sejak kecil ia dibesarkan agar ringan
tangan.
3 berpangku tangan Tidak bekerja Di kelompok ini hanya satu yang
bekerja, sisanya berpangku tangan.
4 turun tangan Ikut mencampuri Karena masalahnya tidak kunjung
urusan. selesai, akhirnya beliau yang turun
tangan.
5 tangan kanan Orang ke- Pak Sutomo adalah tangan kanan
percayaan pemilik yayasan ini.
6 kepala batu Keras kepala Gadis berkepala batu itu tetap ingin
mengadu nasibnya.
7 kepala dingin Tenang/sabar Sebaiknya hadapi masalah ini dengan
kepala dingin.
8 otak udang Bodoh Ia terus-terusan terkena masalah
karena berotak udang.
9 mata duitan Serakah akan Semua orang tahu bahwa Pak Leni
uang itu mata duitan.
10 mata keranjang Sangat suka pada Pantas saja Affy dibilang mata
perempuan keranjang, setiap-hari ia dipinggir
kota mencari perempuan baru.
11 gelap mata Menjadi lupa Jika ditanya mengapa ia mencuri,
tersangka itu mengaku gelap mata.
12 main mata Mengadakan kon- Pak Thrisna ada main mata sama
tak dengan pihak pimpinan daerah ini.
lain dengan tujuan
tertentu
13 gigit jari Kecewa Padahal sudah jatuh-bangun
berjuang, namun akhirnya gigit jari
juga.
14 lintah darat Orang yang Meski sudah tahu tidak baik, ia tetap
memberikan meminjam uang pada lintah darat itu.
pinjaman dengan
bunga besar
15 adu domba Tindakan yang Setiap minggu ada aja kerjaannya
membuat orang untuk mengadu domba kelompok
lain bertengkar bola kita.

4. Tuliskanlah contoh majas berikut ini


a) Majas Perbandingan
N Majas Contoh
O
1 Personifikasi Angin sore menari-nari di udara.
2 metafora Masih ada tikus kantor di negara ini.
3 asosiasi Paras anak kembar itu bak pinang dibelah dua.
4 simbolik Pertikaian itu tidak kunjung selesai juga walaupun sudah
dibawa ke meja hijau.
5 hiperbola Pergi ke kota itu sama halnya seperti masuk neraka.
6 alegori Otak manusia bagaikan mata pisau, semakin diasah,
maka akan menjadi semakin tajam.
7 simile Engkau laksana bulan yang menerangi kegelapan.

b)Majas Pertentangan
N Majas Contoh
O
1 Litotes Gubuk yang saya tinggali ini bukanlah apa-apa.
2 paradoks Meski hari begitu panas, tapi hati harus tetap dingin.
3 antitesis Baik buruknya rupa tidak menjadi ukuran sifat dan
karakter seseorang.
4 kontradiksi Semuanya sudah bangun dan berangkat menuju
interminis pertandingan kecuali Freya.
5 sinisme ironi Perkataanmu bodoh sekali, apa kau yakin kau sudah
lulus kuliah?
6 sarkasme Lihat tuan rumahnya, dermawan sekali sampai-sampai
tidak ada sepotong kue pun disajikan olehnya.

c)Majas perulangan
N Majas Contoh
O
1 Klimaks Semua murid dari mulai kelas 1 sampai kelas 6 wajib
mengikuti upacara peringatan hari sumpah pemuda.

2 retorika Menurutmu mereka yang kecelakaan bisa terselamatkan


sendiri jika kamu hanya merekam dan menontonnya
saja ?
3 repetisi Hidup ini sebenarnya hanyalah khayalan semata, hidup
ini sebenarnya hanya fana dan titipan saja, hidup ini
sebenarnya adalah cobaan yang menimpa untuk kita
hadapi.
4 pararelisme Seorang sahabat yang baik akan selalu ada untuk
sahabatnya dalam kesusahan maupun kesenangan
5 tautologi Di dalam suka di dalam duka, waktu bahagia waktu
merana, Masa tertawa masa kecewa

c)Majas pertautan
N Majas Contoh
O
1 Metonomia, Penjualan daikin melonjak tajam sejak iklannya bisa
membunuh bakteri di udara
2 pars pro toto Tim garuda merah berhasil menduduki puncak klasemen
pada piala kejuaraan asia games yang membanggakan
itu.
3 totem pro parte Ajang Miss World 2019 diikuti oleh peserta wanita dari
seluruh dunia.
4 eufimisme Setelah lulus SMA, nani menjadi pramusaji di restoran
ayam bakar itu. (Pramusaji = pelayan rumah makan).
Orang tuna netra memiliki hak yang sama dengan orang
orang lainnya. (Tuna netra = buta).
5 alusio Harga bahan kebutuhan pokok yang naik namun tidak
diiringi dengan kenaikan upah pekerja membuat
pendapatan lebih besar pasak.
Kisah hidup sariyem mengingatkanku pada cerita
kehidupan bawang merah bawang putih dna ibu tirinya.

Tuliskan makna peribahasa berikut!

N JENIS PENJELASAN
O
1 Adakah buaya menolak Tidak ada orang yang menolak rezeki
bangkai? yang ada di depan mata.
2 Seperti katak di bawah orang yang bodoh/berwawasan
tempurung sempit/picik tetapi merasa dirinya paling
mengetahui segalanya. Boleh dikatakan
"Sok tahu" padahal sebenarnya tidak tahu
apa-apa.
4 Badai pasti berlalu Setiap masalah atau kesulitan hidup pasti
akan berkurang dan akhirnya hilang.
5 Patah tumbuh, hilang seorang pemimpin apabila meninggal
berganti. tentu akan ada penggantinya (biasanya
dipegang pejabat sementara/pelaksana
tugas sebelum pejabat resmi diangkat)

Tuliskan contoh peribahasa


NO Peribahasa Contoh
1 Pepatah Air tenang menghanyutkan
2 Perumpamaan/ Karena nilai setitik, rusak susu sebelanga
ibarat/tamsil
3 Semboyan Orang berilmu pasti maju
4 Bidal/pameo Ada Budi ada talas, ada Budi ada balas

Anda mungkin juga menyukai