Illahi
ROMANZA RAMA
1
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Pasal 2
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
2
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di pidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atu denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3
IDENTITAS BUKU
E-mail: mp@gmail.com
4
KATA PENGANTAR
5
SAMBUTAN
SELAMAT MEMBACA!
6
DAFTAR ISI
Identitas Buku……………………………………….4
Kata Pengantar………………………………………5
Sambutan……………………………………………6
Daftar Isi……………………………………………..7
Tentang Hati………………………………………..100
My Friend…………………………………………...150
Profil Pribadi
Siti Masruroh……………………………………….177
Imroatul Faizah…………………………………….178
Nadiya Andriyani…………………………………...179
Indri Rahmawati……………………………………180
Profil Kelompok……………………………………..182
7
BERKUTAT
DENGAN
DIRI SENDIRI
Oleh:
Siti Masruroh
8
BAB 1
( AKU )
Diriku diberi nama oleh salah satu kyai di sekitar rumah ku,
beliau adalah Romo KH. Fachrur Rozi, selama ada beliau bapak
ku tidak berani mengambil keputusan tentang sesuatu secara
sepihak, setelah kelahiranku bapak bergegas pulang dan segera
menuju ke tempat beliau. Setelah sampai di tempat beliau
bapakku bertanya kepada beliau,
“ Assalamu’alaikum ,yi”
10
Eh….nanti kalau di akta kelahiran, KK atau semua ijazah ku
tanggalnya beda dengan yang aku tulis diatas jangan merasa
aneh ya, karena memang ada sedikit kekeliruan, ibu ku lupa
akan tanggal kelahiranku, beliau hanya ingat pokoknya ada
angka 4 nya gitu, aku tanya pada ibu ku mengapa tanggal lahir
ku kok bisa salah?,
“ Mamak, tanggal lahirku kok benten ya, sing asli kalih seng
teng Akta?”
( Mamak tanggal lahir ku kok beda ya, yang asli sama yang
di Akta ? )
***
***
( Masruroh itu to bu )
“oalah- alah”
BAB 2
( KELUARGA )
14
Tetapi setelah kurang lebih 8 tahun Alhamdulillah ibuku
dinyatakan hamil dan melahirkan dengan selamat seorang anak
perempuan, tetapi setelah 14 hari berlalu kakak sulungku di
ambil oleh Allah kembali, itu merupakan ujian yang amat berat
bagi seorang ibu tidak bisa di bayangkan pada saat itu betapa
sedihnya ibuku dalam menghadapi cobaan ini, dimana
seseorang sudah lama belum dikaruniai seorang momongan
malah anak yang baru dilahirkannya diambil oleh yang maha
kuasa dalam waktu dekat, mungkin Allah lebih sayang padanya.
15
tanda- tanda dimana bisa dibilang kakak ku yang ini agak
kurang normal berbeda dengan orang biasanya.
16
lain sampai- sampai aku di ajarin sama dia untuk ramah kepada
orang lain, ya mungkin karena aku orangnya agak cuek (tapi
sedikit kawan).
Dia kan polos, saking polosnya pas dia dulu kelas 2 MTs
saat aku di rawat di rumah sakit gara- gara aku terkena gejala
demam berdarah, dia jenguk dan nginep disana nemenin aku,
setelah pagi mendatang dia pulang naik bis dari Purwodadi
turun di Ngantru. Karena kurang berpengalaman dia tuh salah
belok, nggak belok ke selatan arah Selo malah dia belok ke
utara arah Tarub, untungnya ada kakak keponakan ku yang
notabennya adalah anak dari Bude ku, dia bertanya pada kakak
ku,
( tadi malam aku kan di rumah sait sama bapak nemenin dek
Ruroh )
“ oo iyo adikmu kan loro yo, ndek wingi mak aku yo tilik
mrono”
(oo iya adikmu lagi sakit ya, kemarin ibuku juga jenguk
kesana )
( nggak ini aku pulang dulu juga mau sekolah kok mbak )
18
( sudah nyampek dek, sana cepet mandi terus sekolah )
( ya mbak makasih ya )
19
Ya begitulah kakakku dia kadang wagu ( aneh ) tapi berkat
dia aku bisa menjadi yang sekarang. Selain dari peran orang tua
yang mengajari segalanya dia juga nggak kalah peran nya, dia
yang mengajari aku membaca sampai dengan sekarang
kenangan mengajari aku membaca itu masih ada, dia sayang
banget sama keluarga terutama aku, dia orangnya sering
mengalah kalau sama aku, sering aku bentak- bentakin juga sih
ups….. tapi itu ada sebabnya dong, biasalah namanya juga
saudara, kalian sering berantem sama saudara juga nggak sih,
para pembaca my novel ?
20
Oh iya keluargaku itu penggemar film India, kalian juga
nggak guys? Walaupun banyak orang yang bilang bahwa film
India itu hanya halu, mau gimana pun kami tetap suka. Nggak
tahu kenapa ibu, kakak, dan aku suka banget dari cerita,
nyanyiannya, tariannya, pokoknya favorit deh, sampai- sampai
kalau ada adegan nangis kita juga ikutan nangis padahal film itu
sudah di putar beberapa kali, meski begitu kami tidak bosen
nontonnya dan tetep nangis juga.
21
Umiku, beliau itu sangat baik, ramah, pengertian, sabar,
dan berwibawa itu yang sangat aku sukai dan membuat aku
mengidolakan beliau, aku merasa beruntung bisa dekat dengan
beliau, thanks for you umi….
BAB 3
22
jadi dinamakan Catur Wulan karena arti dari Catur yaitu 4 dan
Wulan itu adalah bulan.
***
23
Roi, Laila, dan mbak Ita. Mereka semua temen dekat ku. Kita
bisa dekat karena tempat ngaji kita sama dan tempat sholat
jama’ah kita juga sama yaitu musholla depan rumahku musholla
al- Faqih, dulu kita pernah juga bikin semacam geng gitu,
hahaha….. kalau mengingat masa itu bikin ketawa terus kawan.
Dulu sesaat pulang sekolah sore aku dan laila langsung cus
pergi main atau “dolan ngulon” kalau aku menyebutnya,
ngulon dalam bahasa Indonesia itu barat, tapi itu tempatnya
nggak jauh kok hanya di rumah kakak perempuan dari bapak ku
saja istilahnya mbok de ku, kami kesana untuk bermain bola
kasti dan kami selalu berada dalam satu tim permainan,
permainan selalu berakhir saat adzan maghrib tiba, dan kita
selalu grundel (ber uneg- uneg) saat permainan itu selesai
karena mungkin ada salah satu dari grup yang aku menyebutnya
itu ngakali (curang ) ya begitulah namanya anak kecil, pasti dia
selalu merasa paling benar, jadi kalau kalian masih merasa
paling benar dari yang lain, berarti kalian masih tergolong anak
kecil.
***
24
tentang agama, sedari dini hati harus sudah di tanami rasa
ketauhidan.
Saat masa sekolah aku bisa dibilang murid yang agak pinter
juga hehehe nggak sombong lho ya, karena memang itu yang
bilang bukan aku tetapi bu guru ku, beliau mengatakannya pada
orang tuaku, yang aku ingat adalah saat bapakku mengambil
raport kenaikan kelas 1 MI dulu, pada waktu itu bapak ku
seperti di bilangin sama bu guru apa gitu, langsung bapakku
keluar dari ruangan tersebut dengan membawa hadiah yang ada
tulisannya ada romawi I (satu ) nya gitu, langsung aku dipeluk
bapak ku dan aku di ajak ke pasar untuk menyusul ibu ku yang
waktu itu masih berjualan di pasar selo, ibu ku diberi tahu
bapakku bahwa aku mendapat hadiah dari bu guru karena aku
dapat rangking satu, dan aku mendapat hadiah tambahan dari
ibu ku hahaha….
25
***
Setelah aku dinyatakan lulus dari MI aku melanjutkan
sekolah ku di SMP Kanzul Lughoh Al- Faqih Selo nggak tahu
kenapa banyak temanku dan guruku yang menanyakan kenapa
aku meneruskan sekolah disana. Dulu saat ibuku mengambil
surat kecil yang berisikan bahwa aku dinyatakan lulus dari
sekolahan MI ku pun beliau diberi saran agar aku tidak sekolah
di sekolahan tersebut, melainkan di MTs puteri tapi ibuku hanya
tersenyum tipis menanggapi hal tersebut.
“ nduk, aku ndek mau to dipeseni guru mu, kue kon sekolah
neng MTs ek, tapi mamak gak penak mbian pak yai, gak popo
yo sekolah Kanzul wae “
( nak, aku tadi dapat pesan dari bu guru mu, kamu disuruh
sekolah di MTs putri, tapi mamak nggak enak sama pak yai,
nggak papa ya kamu sekolah di Kanzul saja )
26
( sekolah di mana saja itu sama nak, asal kamu sungguh-
sungguh )
( iya mamak )
***
27
Diantara ketiga temanku hanya aku yang mendapat juara,
Alhamdulillah aku dapat juara satu dan akan melaju ke tingkat
provinsi dan pada saat itu berada di Kabupaten Tegal tepatnya
di Slawi.
28
kabupaten aku menjawab tiga pertanyaan dengan jelas dan
gamblang semua, entah kenapa aku merasa bleng saat aku
lomba di tingkat provinsi padahal aku sebelumnya sudah
muroja’ah berkali- kali.
***
29
Dan pada saat aku duduk di kelas 8 itu pula aku mulai
mengenal sahabat dan cinta hahaha… apa itu cinta ? makanan
apa itu ? perasaan yang manusiawi, terjadi pada setiap orang
dan tidak bisa dipungkiri kebenarannya bahwa kita selalu
memikirkannya.
Pada awal masuk aku sih asing dan terlihat cuek, selama 3
tahun di SMP aku selalu sebangku dengan Ika Sulistya Wati,
jadi kita dekat. Terus kalau sama Nur Hamid dan Syafi’I mulai
deket sejak kelas delapan, awal kenalan itu aku lupa gimana
tapi kedekatan kami tidak terlupakan oleh banyak orang
buktinya walau aku sudah tiga tahun lulus dari sana yang
diingat ya persahabatan dan kedekatan kami khususnya pada
aku dan Nur Hamid.
Aku dan Hamid itu temen dekat, dekat banget malah tapi itu
dulu, sampai orang- orang mengatai kami pacaran padahal
nggak, hanya sebatas dekat gitu aja.
30
Kedekatan kami dimulai sejak dia ada pertengkaran dengan
temannya sebab baju putih yang dikenakan temannya, ternyata
baju yang dipakai temannya itu adalah miliknya tapi di akui hak
milik oleh temannya istilah lain adalah maling, dia marah lalu
terjadi perkelahian tepat di belakang tempat duduk ku lalu aku
melerainya namanya juga anak pondok ya gimana, mereka
berhasil aku lerai dan aku ajak bicara kejadian awalnya gimana,
ya dia menjelaskan semua secara runtut padaku, lambat laun
kami makin dekat.
Dan nggak tahu kenapa padahal itu nggak hari ulang tahun
ku aku diberi hadiah olehnya berupa al- qur’an kecil yang enak
digunakan untuk muroja’ah.
Saat ulang tahun ku pun dia kasih aku hadiah lagi, ya untuk
berbalas budi aku pun ngasih dia sesuatu yang mungkin
bermanfa’at karena pada saat itu dia vocal hadroh di pondoknya
jadi, aku kasih dia buku sholawatan, saat kita mau berpisah pun
dia kasih aku hadiah lagi, begitu baik dia kan hahaha….
Hingga saat ini, aku nggak pernah sama sekali chat dia,
agak canggung juga sih mau chat, dulu aja pas masih satu
sekolahan jarang chat apalagi sekarang, tak bisa dipungkiri aku
merindukan semuanya, masa- masa seperti dulu lagi, yang kami
tertawa bersama, saling curhat, jajan bareng, sering chatan,
nggak canggung untuk bicara, berangkat sekolah bareng,
sampai- sampai pulang sekolah pun bareng.
32
Tapi semua itu sudah berakhir, dan waktu tidak bisa
diubah lagi dan tidak bisa diputar lagi itu hanya bisa jadi
kenangan yang mungkin agak sulit untuk dilupakan karena
begitu banyak momen- momen indah saat waktu peralihan
antara masa kanak- kanak ke masa remaja.
33
***
34
lihat ada bangku yang kosong tapi disitu sudah ada yang
menempati satu orang akhirnya aku duduk disitu, dan ternyata
itu adalah tempat duduk Ratna yang aku sudah mengenalnya
saat kelas sore, dia adik kelas ku, tetapi dia sudah ada janji
untuk duduk sama Silvi dan akhirnya dia mundur dan
membiarkan bangkunya ditempati olehku, tetapi saat semua
siswa sudah ditempat duduk masing- masing aku belum
mendapat teman sebangku, kemudian ada seorang anak
perempuan dengan perawakan agak tinggi, manis, senyumnya
begitu lebar kepada semua penjuru kelas (tebar pesona guys)
tetapi aku tidak pernah sama sekali bertemu dengannya
kemudian dia tiba- tiba datang disebelahku dan berkata,
“ ya silahkan “ ( kataku )
36
nggak harus dengan keseriusan tingkat tinggi, ada kalanya kita
serius ada kalanya kita santai.
37
TERSESAT DI
JALAN YANG
BENAR
Oleh :
Imroatul Faizah
38
Sebuah kuasa yang begitu besar. Menjalankan kehidupan
bersama semesta dan orang-orang yang luar biasa. Tentang
perjuangan, perjalanan dan harapan-harapan yang di panjatkan.
Tak luput dengan sejarah, masa lalu dan kenangan untuk di
jadikan sebuah pelajaran. Tentang sejarah, disini bersama pena
dan sekelebat memori yang terpintas dalam ingatan. Yang akan
ku tumpah ruahkan bersama warna kehidupan beberapa tahun
silam.
39
Namaku Imroatul Faizah, singkatnya “Izza”. Namun lebih
singkatnya lagi “Izz” itu adalah panggilan kesayangan yang
diberikan kakak perempuanku. Terpaut usia 5 tahun membuatku
selalu ingin bertengkar dengannya. Namun karena ia sampai
sekarang masih mondok di salah satu pondok pesantren yang
cukup terkenal di daerahku membuat kami terpaut jarak bahkan
terkadang aku merindukannya. Rindu bertengkar dengan dia
maksudnya.
40
kerap ditunjuk untuk mewakili beberapa ajang perlombaan. Dan
tak jarang akupun menjuarainya.
###
41
Karena dalam memilih atau menentukan sesuatu aku lebih
sering meminta pendapat dengannya.
###
SEMANGAT BARU
44
Tuhan Maha Adil. Semua garis kehidupan telah
digariskanNya. Layaknya dalang yang memainkan wayang.
Dan disini tugas kita hanya menjalankan atas skenario yang
dibuatnya. Mengikhlaskan yang telah pergi dan mensyukuri
setiap karunia yang diberi. Tiada yang tahu bahwa kesuksesan
akan berpihak pada siapa. Bersama usaha dan doa akan ada
jawabnya.
45
kawan-kawanku. Khawatir dan takut jika disana tak mempunyai
teman. Dan hanya sedikit peraaan senang karena peralatan
sekolahku yang baru.
46
Kini telah berbeda. Segala macam perasaan yang
berkecamuk di hatiku telah ku ubah dengan semangat. Ya,
disinilah jalanku. Aku harus bersungguh-sungguh. Aku harus
bisa. Demi kedua orang tuaku.
###
47
MY CLASS
49
sekarang ia sendirian. Aku merasa bersalah dengannya. Namun
dari tatapan matanya ia menunjukkan tidak ada kekecewaan
disana. Bahkan ia mengantarkanku sampai pintu kelas. Kamu
memang baik, batinku.
“Oh…”
###
JADI OSIS ?
52
Sesudah melakukan kewajibanku pada tuhan aku segera
menuju kelas. Namun, setibanya disana aku dikejutkan dengan
bentuk keputusan yang mereka buat. Ya, siapa lagi kalau bukan
teman laki-laki satu kelasku. Lagi-lagi aku harus ditunjuk dan
dipilih dengan sepihak oleh mereka untuk menjadi OSIS. Ah,
sebal sekali aku. Padahal aku tak berniat untuk mengikutinya.
53
kelasku. Mungkin jika tidak karena kelas aku tak akan
mengikutinya. Namun ya gimana lagi ini sudah menjadi
tanggungjawab bukan.
###
54
KEJUTAN
“bagaimana buk ?”
###
56
seperjuangan akan dilantik menjadi Dewan Galang. Segala
macam hal harus ku persiapkan. Mulai dari fisik dan materi
harus benar-benar matang. Tak lupa aksi PBB (Peraturan Baris
Berbaris) yang akan mengiringi prosesi pelantikan. Tak hanya
itu, kembang tujuh rupa yang akan disiramkan setelah
pengucapan sepuluh dasa dharma dan tri satya. Kembang tujuh
rupa? Sepertinya aku belum menyiapkannya.
## #
PEMBAIATAN
59
terdiam di tempat. Suasana nan haru dan bahagia tak kunjung
mereda.
###
SEKEDAR RASA
60
pramuka yang dimana didalamnya banyak sekali ajang lomba
yang harus kami ikuti. Seperti jelajah, pentas seni, pioneering,
dan masih banyak lagi. karena banyaknya perlombaan membuat
kami harus berlatih dan menyiapkannya di jauh-jauh hari.
“kak sini biar saya bantu” tawar April. Dia adalah adik
kelasku yang juga akan ikut dalam lomba Jambore Ranting.
61
“dari tadi mojok sendiri, nggak ikut bantu-bantu” sindir
Reza.
Berawal dari ini lah semua dimulai. Setiap hari yang selalu
mengusik tentang masalah pasangan yang dijodoh-jodohkan.
Tak terkecuali dengan aku juga. Memang benar witing tresno
jalaran soko cie-ciene konco. Banyak dari mereka yang cinta
lokasi dalam event perlombaan ini.
62
sibuk untuk latihan menari. Dan aku mulai merasakan sesuatu
yang aneh. Seperti ada yang memperhatikanku dari kejauhan.
Aku sangat merasa terganggu. Ku tengok kebelakang ternyata
dia, seseorang yang katanya diam-diam mengagumiku. Dan dia
sering dijodoh-jodohkan denganku. Namun aku menghiraukan
semua itu. Aku menganggapnya sebagai teman yang baik tak
lebih.
63
saja tumbuh namun aku tak begitu paham benar tentang
perasaan ini.
###
ANUGRAH
64
menanti-nanti kemenangan. Kemudian suara dari sound utama
mulai memecah keramaian di tengah panasnya lapang.
Nadiya Andriyani
66
Namaku Nadiya Andriyani aku anak ketiga dari tiga
bersaudara, kedua kakak ku sudah berumahtangga mbak Tik
kakak ku yang pertama sudah memiliki suami dan dua anak, dia
masih tinggal sedesa denganku yang kedua mbak Jum dia
tinggal di Semarang dengan suami dan dua anaknya, dan
sekarang yang di rumah hanya aku dan kedua orang tuaku, aku
lahir di Pulokulon dari keluarga sederhana bapak ku seorang
petani dan buruh sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga.
Saat kecil helaian rambutku sulit untuk tumbuh hingga aku
dikira anak laki- laki. Air sungai mengalir, dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk mencuci baju, salah satunya aku dan
mbak Tik, di usia ku yang masih empat tahun aku diajak ke
sungai, dengan berbekal detergen dan ember yang penuh
dengan baju kotor, di tentenglah ember itu oleh mbak Tik dan
ku ikutinya dengan langkah riang ku menginjak dedaunan
bambu kering yang berjatuhan. Saat di sungai itu tak sengaja
bertemu seseorang yang tak tahu aku, ia bertanya,
67
Memang banyak yang mengira aku anaknya setiap kali pergi
bersamanya karena jarak usia yang terbilang cukup jauh,
dengan mbak Tik kami terpaut dua puluh satu tahun kalau
dengan mbak Jum terpaut tujuh belas tahun.
“Neng ojo bok kandakno ibukku ya” karena kita sering beri
pesan untuk tidak makan di rumah orang. Kita tidak hanya
berdua kalau main, saat sore kita mainya dengan banyak teman
dekat rumah, biasanya kita main lompat tali,engklek, gating,
69
kasti, coboi dan bahkan kita drama bersama. Dan kalau kita
mau mengahiri permainan untuk pulang biasanya kita
hompimpa sebagai petunjuk untuk siapa yang melanggkah
pertama pulang dari tempat bermain. Mandi dan berkumpul
kembali ,tapi jarang kembali karena sudah memiliki tugas
masing-masing dirumah. Biasanya aku membuat teh hangat
untuk bapak yang pulang kerja ku dan melipat baju.
****
***
Pada suatu siang hari tepatnya pada hari jum’at yang cerah
dengan matahari terus berputar. Kami akan melakukan latihan
bola voli di lapangan sekolah. Banyak teman sudah berkumpul,
71
diantaranya Sholekah, Arnetta, Umi, Hidayah, Putri, Retno,
Puji, Sholeh, Amin, Danang, Adi, Didot, Siget, Rendy, Riski,
Boski dan teman-teman lainnya. Sambil menunggu Bu Binar
dan Pak Udin datang selaku pelatih, anak-anak putra pada pergi
ke Wadok hanya untuk sekedar mandi dan bermain air. Setelah
setengah jam mereka di Wadok kurang satu anak yang kembali
ke sekolah. Dan delapan anak itu pada berbisik-bisik sediri yang
berkumpul di depan kelas empat.
72
semakin rapuh dan airmata tak dapat dibendung lagi dan
membasahi pipi. Aku tak berani mendekat dan aku hanya
berhenti di perempatan jalan untuk menyambut jasadnya
dibawa pulang kerumahnya, dengan bertutupkan kain bermotif
Adi dibopong tiga orang dan satu orang membawa baju, sandal
dan sepedanya.
73
“Iyaa.. We jek ileng kene gk.....?” kataku menyambung
tanya Hidayah.
“Iki tho Adi wonge tho kangen mbi kene, kangen bal-balan
mbi kene, dulanan mbi kene, dadine wonge mau melok bal-
balan wong lanang nang lapangan kan jare nak wong mati gong
ono patang puluh dino kan ruh’e seh ono neng ndunyo..” jelas
Hidayah yang menganggap bahwa itu Adi
74
Selain sekolah dasar Aku juga sekolah madin. Tepatnya di
desa sebelah yaitu Desa Wadak Karangharjo. Kondisi jalan
yang sangat jelek dengan batu-batu tajam tak menjadi alasan
untuk tidak sekolah. Dengan berbekal sepeda ku lalui jalan
tersebut dengan hati-hati. Namun aku tidak sediri, ada dua
teman ku Hidayah dan Retno. Kami menimba ilmu agama
bersama. Karena kami selalu bersama ada sebutan khusus untuk
tiga teman ini RHN adalah gabungan dari nama kami untuk
mengikat persahabatan yang sudah dibangun sedari kami kenal.
75
yang bertanamkan kedelai. Tiba-tiba sepeda ku oleng dan jatuh
ke pinggir sawah.
“Weki lahopo tho mbak mbak rek iso njegor kalen barang
ki.....” tanya Retno yang menghampiri Ku.
76
Memang terlambat tapi ustadz belum ada.
77
mendapatkan amplop tersebut dalam hitungan ketiga dibuka
bersama-sama.
78
“Mosok yo ngunu..?” heran ku.
80
pengumuman keluar. Tiba-tiba ada empat anak yang
menghampiri kami ingin berkenalan dan duduk bersama.
81
Setelah itu kami pulang dalam hati bahagia.
82
“Kedawan owk Moli ngunu ya....” anyangku kepadanya.
“Ayo mol....”
*****
83
grup band dalam kelas. Galih, Udin, teman yang paling jail.
Rudin, Feri, Fara, Ervan, Widodo cenderung pendiam. Angga
sebagai wakil ketua kelas ya tidak begitu tegas. A’an adalah
siswa yang kecil postur tubuhnya tapi cool gayanya. Poppy
adalah ketua kelas dengan parasnya yang cantik dan warna
pirang rambutnya. Indah, Peni, Tari, dan Ayu satu geng dengan
Poppy. Aku sih biasa saja baik dengan semua teman tapi
seringnya bersama Moli, Lisa, Kris, Wulan, Bibit, dan Eka.
Satu teman yang sangat pendiam hampir-hampir tidak punya
teman, kalau aku menghampiri dia pun tak berkata. Gemas
terhadapnya jadi kalau aku mendekatinya aku menggoda dia.
Namanya Ningrum dipanggil Ning.
Kelas akan ramai jika jam kosong, dan akan sunyi apabila
Pak Agung mengajar. Tegap, tinggi melengkapi ketegasan Pak
Agung dalam menyalurkan ilmunya. Beda dengan Pak Marno
yang sudah sepuh, halus suaranya hampir tak terdengar dari
pojok kelas. Pernah sekali Aku ditunjuk beliau untuk
menyampaikan definisi teks deskripsi.
85
Fajar yang dingin tidak membuat malas tubuh ini bangun
dan mengambil wudhu. Setelah sholat subuh Aku membantu
Ibuku di dapur untuk mencuci piring dan memasak. Kemudian
Aku kembali masuk kamar dan menyeterika seragam pada hari
ini. Ku ambil baju osis yang tergantung di lemari.
86
Sekian lama rasa ini berdebar, ternyata Feri menaruh rasa
dengan Poppy. Saat Feri, Aldo, Firman, dan teman yang lain
duduk di panggung papan tulis.
“We tau ditembak Feri tho Pop, tapi bok tolak?.” Pertanyaan
Aldo yang membuat Feri memberonta disampingnya.
87
raport kenaikan kelas. Lama ku tunggu ibuku di kursi panjang
depan ruang TU.
“Iki ndi tho nde nde rek gong teko ki Mak ku...?” rewel
Mbak Indah yang duduk disampingku.
88
“Wes mbak yoh mulih..” ajak mbak Minah.
91
Beberapa saat beliau menawarkan muridnya untuk
mengerjakan di depan. Bergegas aku maju dengan membawa
buku dan menyalin jawaban ke papan tulis.
“sampun Pak....”
“Ya betul...”
Pak Warjo yang ada didepan ikut tersenyum. Aku malu dan
menyembunyikan wajahku di belakang tubuh Putri.
92
Karena waktunya sudah habis Pak Warjo meninggalkan
kelas. “Assalamualaikum.....”
93
kalau kumpul 8D mesti terakhir karena udur-uduran dulu.
Mungkin 10 kali panggilan bahkan lebih untuk satu kali
kumpul. Dan Tegar selalu mengalah walaupun dia tidak punya
jabatan di kelas dia yang mewakili.
94
Geram rasanya mendengar ini semua, ingin aku bertanya
dengan yang bersangkutan. Untuk berkomunikasi aku hanya
memiliki akun Facebook, aku mencoba bertanya via massanger,
“Ma,, aku lapo ek iso diarani
pacarmu....?”.
Pada suatu hari aku dan Putri ekstra marcing bell di sekolah.
Kita berboncengan naik sepeda motor, bercerita banyak hal
tentang Rama.
“ow alah”
Rama heran mengapa aku bisa bahagia seperti itu, lalu dia
bertanya jawaban padaku. Tidak sumbut dengan yang dia
lakukan pada ku yang selalu cuek dan acuh tak acuh karena
malu dengan ucapannya sendiri. Itu pun saat ruang tes sepi
96
hanya ada aku, Niken, Rama dan Siti yang jauh dari baris kami,
jadi dia berani berkata padaku.
97
TENTANG HATI
Oleh:
Indri Rahmawati
98
Namaku Indry Rahmawati, bisa dipanggil Indry. Aku lahir
16 tahun lalu tepatnya pada 16 Januari 2003. Sekarang aku
bersekolah di MA Sunniyyah Selo. Salah satu murid di kelas
XII tepatnya kelas XII MIPA 1. Masa MA ku berbeda seratus
delapan puluh derajat dari masa MTs ku, karena sekarang aku
tak lagi merasakan yang namanya cinta. Ya, cinta… Sejak kelas
7 aku mulai mengenal pacaran, dan itu berkelanjutan sampai
kelas 9. Tapi takdir berkata lain, aku harus berpisah karena
sebuah masa depan yang memaksa kita untuk meraihnya
masing-masing. Dia harus tinggal di pesantren pilihan
Bapaknya, dan kita tak lagi bisa melanjutkan hubungan
tersebut. Tapi itu tak jadi masalah, kita tetap menjalin
komitmen untuk saling menjaga hati, dan itu masih berjalan
sampai sekarang. Namun semua itu juga tak jauh dari masalah
ketika aku kelas sebelas, aku mengetahui kalau dia dekat
dengan teman sekamarku ketika di pesantren. Aku harus bisa
menguatkan hatiku untuk mengikhlaskan dia dekat dengan
teman sekamarku itu. Aku harus sadar diri dan tak boleh egois
karena dia bukan siapa-siapaku. Ketika aku tanya dia lebih
memilih aku atau teman sekamarku, ternyata dia lebih memilih
aku dan menjauh dari teman sekamarku. Kita tetap melanjutkan
komitmen kita sampai sekarang. Ingin tau lebih lengkapnya?
Baca lebih lanjut ya!!!!
99
Mentari bersinar cerah pada pagi itu menemani semangat
murid-murid SDN 4 Karanganyar yang pada saat itu memasuki
tahun ajaran baru. Seperti biasa, aku berangkat sekolah dengan
melangkahkan kakiku karena jarak sekolah yang tak jauh dari
rumahku. Pagi itu aku berangkat sekolah seorang diri karena
teman-temanku sudah berangkat lebih awal dariku. Aku
berjalan dengan cepat dan tergesa-gesa karena jarum jam tepat
pada angka tujuh. Tiba di gerbang sekolah “ tet . . . tet . . . tet . .
. .” bel bertanda masuk berbunyi. Semua murid memasuki
kelas tak terkecuali aku, aku berlari menuju kelasku yang
berada di pojok utara gedung sekolahku. Hari itu adalah hari
pertamaku duduk di kelas 6 SD. Sesampainya di kelas.
101
***
102
“Cuma becanda mungkin.” Ucapku lagi.
***
“Tanya apa?”
104
“Nggak usah bohong deh, tuh kelihatan wajahmu.”
Ternyata dia mengetahui dari raut wajahku.”
“Ok deh, sebenarnya aku juga suka sama Febri, tapi aku
malu.” Ceritaku pada Dewi.
“Ya malu lah, aku kan masih kecil, belum saatnya. Lagian
kenapa sih aku bisa suka sama dia.” Ucapku.
***
“SMP.” Jawabnya.
KELAS 7
Tahun 2014 aku lulus dari SD dan memulai hari dan cerita
baru di MTs. Hari pertama masuk sekolah aku diantar bapakku
karena saat itu turun hujan. Jalan rumahku menuju sekolah
sangat jelek dan aku tidak bisa melewatinya. Bapakku
mengantarkanku lewat sungai karena lebih dekat dan lebih
mudah dilewati ketimbang lewat jalan umum. Jalan rumahku
menuju sekolah masih tanah. Jika terkena air menjadi seperti
sawah yang mau dibajak. Sangat jelek. Bapak mengantarkanku
107
sampai dusun Sasak. Setelah itu bapak pulang dengan jalan kaki
dan aku berangkat sekolah dengan teman-temanku yang lain
dengan naik sepeda motor. Sesampainya di sekolah aku
bertemu dengan teman-teman baruku. Hari pertama aku
melaksanakan MOS (Masa Orientasi Siswa). MOS dilakukan di
aula sekolah di pandu oleh kakak-kakak pengurus OSIS.
“Selamat pagi!!!”
“Belum.”
108
“Oke, sekarang kalian buat kelompok, per kelompok terdiri
dari 5 orang. Tapi harus dari sekolah yang berbeda. Saya beri
waktu 5 menit, kalian harus sudah bersama teman kalian dan
harus hafal nama dan sekolah asalnya. Faham?”
“Faham.”
***
109
cari akhirnya aku menemukan namaku pada kelas VII B. Aku
tak menemukan teman perempuan yang satu SD denganku.
Mereka semua masuk kelas VII A, tapi aku senang karena
sekelas dengan Febri. Pertama masuk kelas aku bingung mau
duduk sama siapa. Ada seorang yang menyapaku.
“Nggak tau.”
“Dimana?”
“SDN 4 Karanganyar.”
“Iya.”
“Sepatu.”
111
“Nggak punya” Jawabku sambil menuju tempat duduk
murid perempuan yang berada di barisan paling barat untuk
berkenalan dengan teman-teman baruku. Mereka bernama Sita,
Dina, Kris, Vitri dan Intan. Kita bercerita tentang masa-masa
kita saat SD. Saat jam istirahat tiba kita pergi ke kantin
bersama. Seorang cowok bertanya kepada Vitri
“Indry.”
“Orang mana?”
***
112
“iya. Emang kenapa?”
“Ganteng ya dia “
“Cerita apa?”
“Nggak tau.”
“Baik kok…”
“Iya.”
113
Sejak lulus SD memang perasaanku sama Febri semakin
hilang. Aku juga jarang ngobrol denganya. Saat ketemu dijalan
juga aku tak pernah menyapanya.
***
114
halaman depan gedung sekolahku. Tapi aku tidak ikut olahraga
dan hanya duduk di kursi depan kelasku.
“Ingat kok.”
“Pengen aja.”
Saat jam olahraga telah selesai, aku dan temanku ganti baju
lalu kembali ke kelas untuk melakukan pembelajaran.
***
Ketika jam istirahat tiba aku bersama Vitri, Sita, dan Dina
pergi ke kantin untuk sarapan. Aku bertanya kepada Vitri
115
“Vit, siapa sih nama temenmu yang kemarin?”
“Yang mana?”
“Itu lo, yang kemarin tanya namaku ke kamu. Tadi dia tanya
namaku lagi ”
“Makan aja.”
116
“Makasih.” Ucapku sambil menerima pemberiannya
“Ndri?”Dia memanggilku.
“Nomor apa?”
“Nggak punya.”
“Nggak percaya.”
“Kamu itu orangnya nggak mau diem ya, belum kenal udah
berani deketin orang. Tapi aku melihat kamu orang baik dan
pengertian pada perempuan.”
“Semua masalah.”
29 September 2014
118
Bel istirahat berbunyi, Pak guru menutup pembelajaran. Lalu
keluar kelas. Seperti biasanya Vitri, Sita Dina, Kris dan Intan
mengajakku untuk ke kantin.
“Kenapa?
“Iya.”
“Nggak ah.”
119
“Kenapa?”
“Ndry.”
“Lihat aku.”
120
Dia mengungkapkan perasaannya padaku. Aku terkejut dan
sontak mataku melotot menghadap wajahnya karena baru kali
ini ada laki-laki yang berani menggungkapkan perasaan padaku.
“Iya,cerita aja.”
121
“Vit, tadi pas jam istirahat Taufiq nembak aku, bingung mau
jawab apa, aku nggk punya perasaan sama dia. Gimana nih?”
Ucapku dengan wajah melas.
“Owh, dia memang suka cerita kalau dia suka sama kamu.
Lalu kamu jawab apa?” Ucapnya dengan senyum.
***
122
Empat hari kemudian di menghampiriku saat aku duduk di
depan kelas sendiri. Tiba-tiba dia duduk di sampingku dan
bertanya padaku jawaban dari pertanyaannya.
“Iya, sama-sama.”
“Kalau ada apa-apa cerita aja sama aku, jangan ada yang di
tutupi-tutupi biar nggak ada salah faham.”
123
Akupun mengajaknya masuk ke kelas dan melanjutkan
obrolan di dalam kelas.
124
masuk kelas aku mencoba iseng dengan bertanya pada Dina
masalah PR.
126
segera tiup lilinnya, keburu leleh.” Ucap Taufiq menyuruhku
untuk meniup lilin. Lalu aku menghapus air mataku dan
mengucapkan harapanku di bertambahnya usiaku. Kemudian
aku meniup lilin. Setelah itu Taufiq memberi ucapan padaku.
Dan disusul semua sahabatku.
127
“Nggak papa Ndry,sekali-kali” Sahut Sita
KELAS IX
Saat itu aku duduk di kelas 9. Hari itu bertepatan pada hari
kartini dan sekolahku memperingatinya dengan melaksanakan
upacara. Siswa putri mengenakan kebaya sedangkan siswa putra
mengenakan batik. Dan semua petugas upacaran anak putri
sehingga berjalan dengan hikmat. Setelah upacara,dimeriahkan
dengan beberapa ikon lomba. Salah satunya fashion show.
Setiap kelas wajib mengirimkan sepasang peserta terdiri dari
putra dan putri. Waktu itu aku berbeda kelas dengan Taufiq dan
sahabatku. Saat kelasku membahas tentang memilihan peserta
lomba, Vitri memanggilku untuk keluar dari kelas. Akupun
menghampirinya.
“Boleh . . . .”
“Iya.”
130
denganku. Setelah selesai dia berjalan menuju tempat dudukku
dan menghampiriku.
“Ngomong dong.”
“Nggak mau.”
“Malu.”
131
“Makannya itu, aku malu karena nggak biasa.”
***
132
“Nggak papa dong, yang penting kan aku menang.”
“Enak aja.”
133
“Ya pasti dong, kan ada kamu.”
“Iya.”
“Buatapa?”
“Bersihin sekalian.”
“Nggak mau.”
“Ya udah.”
134
Aku tak bisa menolak ajakannya karena kemarin aku sudah
bilang mau diajak foto. Diapun mengajakku ke dalam kelas dan
meminta tolong Vitri untuk memfoto. Setelah selesai dia
mengajakku lagi keluar kelas untuk menonton perlombaan.
“Kemana?”Tanyaku.
136
sekolah denganku. Tapi aku melarangmya untuk memasuki
rumahku karena saat itu aku sedang dirumah sendirian. Akupun
mengajaknya kerumah Dewi (bulekku) yang juga satu MTs
denganku. Kita menghabiskan waktu untuk terakhir kalinya.
Tak hanya itu, kita juga membahas tentang kelanjutan
hubungan kita
137
“Aku pesan sama kamu, jangan sampai lupa sama aku. Kita
harus bisa melewati ini sama-sama.”
138
Akupun mau karena ini terakhir bisa bersalaman dengannya.
***
“Tadi dia dari sini, aku mau ajak dia kerumahmu katanya
kamu ya udah nggak jadi.” Ucap Vitri sambil meletakkan
kepalaku di bahunya dan memngelus-elus kepalaku.
“Anterin nggak.”
“Nggak usah.”
MASA MA
140
harus bersungguh-sungguh dalam belajar. Aku harus pandai
dalam mengatur waktu. Aku harus berangkat sekolah pagi-pagi
agar tak terlambat masuk sekolah. Waktu itu aku berangkat
sekolah dengan Dewi (Bulekku). Tapi setelah pelaksanaan PTS
Dewi pindah sekolah. Sehingga aku harus berangkat sekolah
sendiri. Saat awal masuk kelas XI aku tidak lagi berangkat
sekolah sendiri karena aku tinggal di pesantren yang dekat
dengan sekolahku. Mulai dari sini aku merasakan kehidupan
yang baru. Aku harus mengatur jadwalku dengan baik. Aku
juga belajar banyak hal dan merasakan indahnya kebersaman
bersama teman. Namun setiap hal pasti tak jauh dari masalah.
Suatu malam aku mendengar teman sekamarku bercerita
dengan temannya. Dia bercerita tentang Taufiq. Tapi aku tidak
tau siapa Taufiq yang dia maksud. Setiap dia bercerita tentang
Taufiq yang tinggal di pesantren Magelang. Dia juga pernah
menandai Taufiq di status facebooknya aku semakin yakin yang
dia maksud adalah Taufiq yang pernah bersamaku.Dia bercerita
tentang kedekatan mereka. “Sepertinya dia suka sama Taufiq.”
Kataku dalam hati. Disitu aku hanya diam seolah-seolah aku tak
kenal dengan Taufiq agar mendapatkan informasi yang banyak
dari kedekatan mereka. Setelah aku mendapatkan informasi
tentang kedekatan mereka aku tak sabar menunggu kepulangan
141
Taufiq dan bertanya tentang hubungan mereka. Tetapi tak lama
kemudian teman sekamarku tau kalau Taufiq adalah mantanku.
Aku curiga dia tau dari Lukman sepupu Taufiq yang juga
satu pesantren denganku.
“Enggak . . . beneran.”
***
“Gimana sekolahnya?”
“Gimananya, gimana?”
143
“Lancar?”
“Alhamdulillah, lancar.”
“Iya.”
Betah kan?”
“Nggak usah sok nggak tau deh. Aku sudah tau semuanya
kok. Setiap hari dia cerita pada temannya tentang kedekatanmu
sama dia. Dia juga pernah menandai kamu di facebook.”
“Apa maksudnya?”
“Nggak tau.”
144
“Dia hanya temanku kok.”
“Lupa.”
“Tapi sayang?”
“Biasa saja.”
“Apa?”
“Jujur saja.”
145
“Aku itu siapa? Aku bukan siapa-siapamu. Jadi aku nggak
berhak melarang sama kamu. Aku juga nggak akan ngelarang
kamu dekat sama siapapun. Aku sadar diri kok.”
“Enggak.”
“Iya”
“Senyum dong.”
“ ”
“Cepet banget.”
“Iya.”
“Hmmm.” Iseng-iseng
“Gimana?”
147
“Aku mau berangkat ke PP dulu ya, kamu baik-baik disana.
Ingat!!! Jangan lupakan aku. Dijaga hatinya untuk aku.Jangan
sampai merusak kepercayaanku. Disini aku menantimu.”
MY FRIEND
148
Oleh:
149
mataharipun tak lagi bersinar, cahayanya memudar, sedikit
menyurut dari pelaratan bumi.
150
“wa’alaikumsalam wr.wb.” jawab semua peserta
151
adalah sopir yang baik hati saling membantu terhadap semua
orang.
152
riki, dan ahsan.kita membuat kursi raja yang dikasih waktu satu
jam untuk menyelesaikannya.matahari tepat berada diatas
kepala, memancarkan sinar yang amat terang yang amat
manfaat bagi kehidupan. Aku disuruh pak guru untuk menjga
pionring yang telah kita buat,tiba-tiba ada dua orang
menghampiriku.
“iya kak.”kataku
153
Malam masih bertabur diseluruh penjuru alam. Keramaian
tak juga hilang meninggalkan bumi, malam terasa begitu ramai.
Aku bersama dua orang temanku berjalan menelusuri jalan
untuk mencari warung kopi. Setelah melakukan perjalanan
sekitar 10 menit. Akhirnya, kita menemukan warung kopi juga
disebrang jalan . sesampai disitu aku dan teman-temanku duduk
diatas tikar yang telah disediakan oleh mbak ning. Nama itu
tertulis dibenner. Lalu aku memesan kopi
“ya…ok.”kata penjual
“Satu batang.”jawabku
155
kita baru menemukan tiga tegesan rokok.jadi kurang tiga
lagi.lalu kita bejalan lagi mencari ketempat lain. Selang
beberapa menit kita menemukan lagi didekat toko bangunan.
Setelah itu kita kembali lagi ke tenda untuk menemui pak
imam.
“Boten.”jawabku.
“Nggeh pak.”jawabku.
156
Matahari telah terbit dari arah timur, segerombolan burung
emprit berterbangan di angkasa mengintai lahan padi yang
tanamannya sudah menguning. Bagi mereka butir-butir padi
adalah makanan yang tak boleh dilewatkan. Apabila ang petani
lengah, maka burung-burung itu akan menyerbu lahan padi
hingga kenyang.
157
Sesampainya di pos pertama, tempatnya di halaman rumah
warga serman sebelah barat masjid. Kami langsung menuju ke
kakak Pembina dan meluruskan barisan.
159
sungai yang cukup terdengar dengan deras menjadi alunan yang
tersendiri untuk kami nikmati. Banyak anak atau bahkan dari
pangkalan lain yang mengantri membuat kami harus mengantri
seperti mereka. Sambil menunggu kami gunakan waktu tersebut
untuk menghafal dan berlatih sendiri tentang materi semaphore.
Tanpa kami sadari sekarang tibalah waktu kami untuk
mengikuti lomba semaphore itu. Tak butuh waktu lama kami
dapat menebak dengan baik dan cepat. Walaupun ada sedikit
kesulitan namun berkat kerja sama yang baik kami dapat
menyelesaikannya.
161
###
162
Saat di pondok aku sangat suka mengikuti pelajaran
tambahan untuk meningkatkan pengetahuanku seperti sorogan
meliputi ilmi Nahwu, Shorof, Fiqih dan lain lain. Akupun
menyukai pelajaran Fiqih. Dalam pelajaran ini tidak hanay
materri kelas yang kudapatkan, tetapi juga materi lapangan.
Aku dan semua santri yang lain diajarkan untuk mempraktikan
secara langsung teori yang diberikan. Seperti bagaimana tata
cara wudhu, mensucikan najis, sholat lima waktu, cara sholat
jenazah, dan doa wudhu mulai dari mencuci tangan hingga
membasuh kaki.
###
163
menggema dimana-mana,mataku terbuka mendengar entah
siapa…jdor…jdor..jdor..
165
“ Arep boyong”jawabnya
166
bersangkutan dengan pembelajaran, aku hanya bermasalah
dengan gaya pakaianku.
“Ojo dibaleni meneh le, sesok nak ijeh pensil tak ketok
katokmu!”
167
sebelum ada KBM semua murid diharuskan tadarus Al-Quran,
kacuali yang ada halangan. Aku merupakan salah satu murid
dari kelas XI MIPA 1. Yang katanya kelas favorit, berisikan
orang-orang yang punya IQ lebih tinggi dari kelas yang lainnya.
Aku memang bukan pintar, hanya kebetulan saja, mungkin
takdir sedang berpihak kepadaku saat pengumuman pembagian
kelas. Tepat berada dibelakang kelasku terdapat makam wali
Allah yang ternam di desa Selo. Makam kyai ageng selo
namanya, beliau bernama asli Abdurrohman. Beliau
menyebarkan ajaran agama islam di jawa tengah, tepatnya di
desa Selo. Beliau terkenal sebagai seseorang yang bisa
menaklukan petir. Di sini juga terdapat mitos tidak boleh
berjualan nasi, jadi disekitar sekolahku tidak ada yang berjualan
nasi. Hanya ada lontong, mie, lontong sate (lonte) dan yang
lainnya sekain nasi.
168
yang kita tuntut..” begitulah kiranya keterangan pak guru
kepada semua muridnya.
169
Hari yang dinanti para santri telah tiba. Setelah
pengumuman resmi dari Romo KH Imron Hasani bahwa mulai
hari ini kegiatan pondok telah diliburkan. Wajah nan
sumpringah tampak dari seluruh santri. Mereka sangat
bersemangat untuk pulang kampung. Tak terkecuali dengan
aku, yang sekarang sudah menuju perjalanan pulang bersama
temanku. Panas matahari yang amat terik tak menghiraukanku
untuk terus mengendarai sepeda motor milik temanku.
170
Disekitar jalan makam Sunan Kalijaga atau sering disebut
dengan Raden Said, Putera Adipati Tuban yaitu Tumenggung
Wilatikta. Terdapat pedagang kaki lima yang begitu riuh
mengalir rizki untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Kemudian aku dan teman-teman menunaikan sholat magrib
berjamaah di masjid dekat Makam Sunan Kalijaga. Setelah
sholat aku berdoa kepada Allah SWT untuk selalu diberi
perlindungan dari berbagai bahaya. Lalu, aku menuju Makam
Sunan Kalijaga untuk membacakan tahlil kepadanya.
172
Allah SWT. di langit bagian barat. Kurasa, tulisan itu akan
membuat siapa saja yang melihatnya keringat kepada sang
pencipta.
173
untuk berbaring ke tempat pembaringan. Udara dingin
merayuku untuk berpetualang diatas ranjang malam. selimut
putih, kumal, dan acak-acakan diatas pembaringan. Sebenarnya
itu bukanlah selimut, tetapi hanyalah sarung biasa yang
menemaniku saat aku tidur dengan cuaca yang dingin.
174
kami sadari kebersamaan ini adalah menjadi yang terakhir
kalinya. Karena tuntutan untuk menuju jalan kesuksesan.
175
Profil pribadi
176
2. Imro’atul Faizah ( Tersesat di Jalan yang Benar )
177
3. Nadiya Andriyani ( Ilusi dalam Hati )
178
4. Indri Rahmawati ( Tentang Hati )
179
5. Ahmad Akrom Tobrani
180
PROFIL KELOMPOK
181
Awal Perjumpaan Kami
182
Sinopsis
183