B 074 Intanshurillah Izza Aulya
B 074 Intanshurillah Izza Aulya
Disusun oleh:
Saya juga berterima kasih kepada Bapak Irwan Serta seluruh pihak terkait yang
memberikan membantu saya dalam menyelesaikan tugas dan laporan ini
saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan semua bentuk kritikan maupun saran, dari berbagai pihak demi
memperbaiki kemampuan saya dalam membuat laporan.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga laporan ini dapat menambah ilmu
serta pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pengindraan jarak jauh (disingkat indraja) adalah pengukuran atau akuisisi data
suatu objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak
dengan objek tersebut atau dari jarak jauh. Contoh pengindraan jauh antara lain satelit
pengamatan bumi. Dengan penemuan teknologi penginderaan jauh melalui satelit
kelemahankelemahan penginderaan secara konvensional dapat diatasi. Data yang
diperoleh dengan mempergunakan satelit lebih luas jangkauannya dan dapat dipasang
sepanjang masa.
Dari lokasi yang tinggi di ruang angkasa, satelit penginderaan jauh dengan
mudah dapat mengamati suatu wilayah di bumi selama 24 jam secara terus menerus.
Penginderaan jauh melalui satelit mempunyai karakteristik jangkauan pengamatan yang
sangat luas, keakuratan data yang objektif dan terukur, pengulangan pengamatan yang
periodik dan berkelanjutan. Penginderaan jauh melalui satelit dalam banyak hal dapat
mengatasi kesulitan pengambilan data akibat kondisi wilayah Indonesia yang masih
terdiri dari daerah-daerah yang sulit dicapai. Penginderaan jauh melalui satelit dapat
menyajikan data untuk menilai sumber daya alam dan lingkungan, serta memonitor
perubahan yang sedang berlangsung baik akibat perubahan alam maupun darmpak dari
kegiatan manusia.
Titik kontrol tanah atau Ground Control Point (GCP) merupakan titik lokasi
yang dikenal atau diidentifikasi di dalam dunia nyata (di tanah) dan digunakan untuk
memverifikasi posisi fitur di peta. GCP berfungsi sebagai titik referensi antara sistem
koordinat peta dan sistem koordinat foto.
Sedangkan Independent Control Point (ICP) atau titik uji akurasi berguna
sebagai kontrol kualitas objek dengan membandingkan koordinat model dengan
koordinat sebenarnya.
Dalam penginderaan jauh, GCP dan ICP memiliki peran yang sangat penting
karena mereka dapat digunakan untuk memastikan akurasi dan kualitas data serta
produk yang dihasilkan. Penggunaan GCP dan ICP membantu dalam memperbaiki
kesalahan geometri, menyesuaikan spasial, dan memvalidasi hasil pemetaan atau
penginderaan jauh dengan membandingkan data yang diukur dengan referensi yang
diketahui. Uji akurasi pada GCP dan ICP sangat penting untuk dilakukan karena dapat
memastikan keandalan dan ketepatan hasil pemetaan atau penginderaan jauh.
Selain itu, GCP dan ICP memiliki keuntungan dan batasannya masing-masing.
ICP dapat memberikan informasi yang akurat dan independen dalam pemrosesan citra
satelit, namun jumlahnya mungkin terbatas. Sementara itu, GCP memungkinkan
validasi langsung terhadap data lapangan, tetapi membutuhkan waktu dan sumber daya
tambahan untuk pengambilan dan pengukuran di lapangan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka permasalahan yang kami bahas dalam
laporan ini adalah “Bagaimana cara tepat untuk menentukan perbandingan antara data
dari ICP dan GCP secara akurat melalui proses survei langsung di lapangan?”
1.3 Tujuan
Dapat mengoperasikan Apk Coordinator sebagai alat bantu dalam menentukan titik
ICP dan titik GCP pada 4 titik Lokasi Survey sebagai berikut :
- Diperolehnya 1 titik ICP dan 1 titik GCP di Desa Salendrang, Kec Bontoa
Kab. Maros, sebagai tolak ukur keberhasilan dan hasil survey.
- Diperolehnya 1 titik ICP dan 1 titik GCP di Rumah Dinas Bupati Kab.
Pangkajene dan Kepulauan sebagai tolak ukur keberhasilan dan hasil survey.
- Diperolehnya 1 titik ICP dan 1 titik GCP di Perbatasan Kab. Barru dan Kota
Pare-Pare sebagai tolak ukur keberhasilan dan hasil survey.
- Diperolehnya 1 titik ICP dan 1 titik GCP di BRIN Pare-Pare sebagai tolak ukur
keberhasilan dan hasil survey.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kartografi dan Peta
Peta merupakan suatu gambar atau lukisan permukaan bumi yang dimuat pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta dapat dimuat kedalam berbagai bentuk,
misalnya peta konvensional yang tercatat hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Awalnya istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak
atau kain penutup meja. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang
tiga dimensi. Ilmu yang mempelajarinya dinamakan kartografi. Banyak peta mempunyai
skala untuk menentukan besaran objek dalam keadaan yang sebenarnya
1. Kartografi Toponimi
Kartografi Toponimi adalah pembuatan peta yang spesial dalam pembuatan peta
berdasarkan objek geografi yang dikenalnya.
2. Kartografi Tematik
Kartografi Tematik merupakan cara pembuatan peta yang dikhususkan untuk
pembuatan peta yang bersifat tematik. Contohnya yaitu peta data pendidikan, data
penduduk, peta data sumber daya mineral dan alam.
3. Kartografi Teknik
Kartografi Teknik yaitu salah satu kegiatan dalam membuat peta yang spesial pada segi-
segi tertentu. Seperti komponen peta, layout, percetakan peta, membuat lettering peta
dan lain sebagainya.
4. Kartografi Topografi
kartografi topografi merupakan suatu pengetahuan soal peta yang menitikberatkan pada
membuat peta yang disertai dengan skala ukuran besar dan pemetaan dalam bidang
topografi.
5. Kartografi Dasar
Kartografi dasar yaitu pembuatan peta yang lebih ditekankan dan difokuskan pada
insert, sumber peta, koordinat peta, legenda, skala peta dan judul peta.
Dalam perencanaan wilayah dan kota, peta maupun produk kartografi lainnya
digunakan sebagai :
Dari penjelasan materi diatas, kartografi ini memang memiliki peranan yang
sangat penting dalam perencanaan wilayah dan kota yang dimana memberikan banyak
manfaat dan kemudahan. Misalnya seperti benturan metodologis, dalam persiapan peta
gayut untuk kepentingan kajian terutama dalam proses perencanaan wilayah khususnya
perencanaan fisik.
1. Sumber tenaga
Jumlah tenaga yang diterima oleh objek di setiap tempat berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek saat matahari tegak lurus (siang
hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak
energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut.
b. Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi bertopografi halus dan mempunyai warna cerah di
permukaannya yang lebih banyak memantulkan sinar matahari
dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap
sehingga daerah bertopografi halus dan cerah lebih terlihat jelas dan
lebih terang.
c. Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber
tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara
yang berkabut menyebabkan hasil inderaja terlihat tidak begitu jelas atau
bahkan hingga tidak terlihat.
4. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas atau udara yang melingkupi bumi. Atmosfer terdiri
dari berbagai senyawa kimia seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen, hidrogen dan
helium. Senyawa tersebut mempunyai peranan dalam menerima, menyerap,
melanjutkan dan memantulkan gelombang elektromagnetik. Dalam inderaja, jendela
atmosfer adalah bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan
di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke
permukaan bumi.
Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai
permukaan bumi. Dan juga di dalam jendela atmosfer juga terdapat adanya hambatan
atmosfer, yaitu sebuah kendala yang terjadi sebagai akibat hamburan pada spektrum
tampak dan serapan pada spektrum inframerah termal. Hamburan dapat di atmosfer.
Hamburan dibagi menjadi tiga, yaitu hamburan Rayleigh, Mie, dan non selektif.
Hamburan Rayleigh terjadi jika diameter partikel atmosfer lebih kecil daripada panjang
gelombang. Hamburan Mie terjadi jika diameter partikel atmosfer sama dengan panjang
gelombang. Hamburan non-selektif terjadi jika diameter partikel atmosfer lebih besar
daripada panjang gelombang. Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer.
5. Perolehan data
Komponen perolehan data dapat diimplementasikan dalam 2 bentuk, yaitu
dengan cara manual dan numerik didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna
melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama stereoskop.
Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi..
Penggunaan cara manual adalah dengan menekankan kepada interpretasi secara visual.
Adapun cara digital, yakni dengan menggunakan komputer untuk memperoleh data.
6. Penggunaan data
Komponen terakhir penginderaan jauh yaitu penggunaan data. Komponen ini
berupa pemanfaatan data yang dihasilkan dalam proses penginderaan jauh untuk
kepentingan pihak secara lembaga maupun individu.
SIG disusun oleh beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain.
Terdapat tiga komponen penting dalam SIG yaitu:
a. Hardware
Hardware SIG terdiri dari komputer, GPS, Printer, Plotter, dan lain-llain.
Dimana perangkat keras ini berfungsi sebagai media dalam
pengolahan/pengerjaan SIG. Mulai dari tahap pengambilan data hingga ke
produk akhir baik itu peta cetak, CD, dan lain-lain.
b. Software
Software SIG merupakan sekumpulan program aplikasi yang dapat
memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam pengolahan data,
penyimpanan, editing, hingga layout, ataupun analisis keruangan.
c. Brainware
Brainware atau dalam istilah indonesia disebut sebagai sumber daya manusia
merupakan manusia yang mengoperasikan Hardware dan Software untuk
mengolah berbagai macam data keruangan (data spasial) untuk suatu tujuan
tertentu
d. Data Spasial
Data dan Informasi spasial atau keruangan merupakan bahan dasar dalam SIG.
Data ataupun realitas di dunia/alam akan diolah menjadi suatu informasi yang
terangkum dalam suatu sistem berbasis keruangan dengan tujuan-tujuan
tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Secara administratif, wilayah dengan seluas 1,619,12 km2 ini terbagi atas 14
kecamatan dan dibagi lagi atas sejumlah 80 desa dan 23 Kelurahan. 14 wilayah
Berdasarkan tabel, dapat diketahui jika luas wilayah tertinggi adalah Kecamatan
Suhu udara rata-rata tahun 2015 berkisar antara 27.850C sampai 31.250C.
Daerah yang di pesisir pantai suhu udaranya relatif panas dengan kelembaban udara
variatif antara 1,47 persen sampai dengan 12,50 persen serta hari hujan berkisar 133
hari. Kondisi curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Desember serta
terendah bulan Mei. Dataran rendah seluas 73.721 Ha, membentang dari garis pantai
barat ke timur terdiri dari persawahan, tambak, rawa-rawa dan empang.
4.2.2 Batas Administrasi
Kabupaten Barru terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100
km arah utara Kota Makassar. Secara geografisnya Kabupaten Barru terletak pada
koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16" BT. Kabupaten
Barru memiliki batas-batas sebagai berikut :
Secara administratif, Kabupaten Barru memiliki luas seluas 1.174,72 km2, terbagi
dalam 7 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 40 desa. Pada tahun 2017, kabupaten ini
memiliki luas wilayah 1.174,71 km² dan jumlah penduduk sebesar 173.683 jiwa dengan
Pada tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,71 km² dan jumlah
penduduk sebesar 173.683 jiwa dengan sebaran penduduk 148 jiwa/km²
Secara geografisnya, Kota Parepare terletak antara 3° 57’ 39’’ - 4° 04’ 49’’ Lintang
Selatan dan 119° 36’ 24’’-119° 43’ 40’’ Bujur Timur. Kota Pare-Pare memiliki batas-
batas sebagai berikut :
Rata-rata curah hujan selama tahun 2015 berkisar 144,83 mm per bulan, dan suhu udara
rata-rata sekitar 28,53 °C dengan curah hujan terbesar di bulan desember yaitu 421 mm'.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, keadaan musim di Kota Parepare tidak menentu
dan suhu udara rata-rata sekitar 26.53 °C dengan curah hujan terbesar di bulan desember
yaitu 421 Namun dalam beberapa tahun terakhir umum di Kota Parepare tidak menentu.
Kota Pare-Pare memiliki luas wilayah 99,33 km^2 yang terdiri dari 4 kecamatan dan
22 kelurahan. 4 wilayah administrasi adalah sebagai berikut :
Kecamatan Bacukiki merupakan kecamatan terluas dengan luas sekitar 66,70 km' atau
67,15 persen luas Kota Parepare.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Stasiun 1
ICP 1A
ICP 1B
GCP 1A
GCP 1B
5.2 Stasiun 2
ICP 2A
GCP 2A
GCP 2B
❖ Lintang Selatan : -4,8355715221
❖ Bujur Timur : 119,54629886
❖ Elevasi : 5,7411880493
5.3 Stasiun 3
ICP 3A
ICP 3B
❖ Lintang Selatan : -4,0459157014
❖ Bujur Timur : 119,62439775
❖ Elevasi : 3,5492472648
GCP 3A
GCP 3B
5.4 Stasiun 4
Letak administrasi stasiun keempat berada di BRIN Parepare, Jl. Jend. Ahmad Yani
No.Km. 6, Bukit Harapan, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Sulawesi Selatan
ICP 4A
ICP 4B
GCP 4A
GCP 4B
LAPORAN KEGIATAN
6.1. Stasiun 1
6.2. Stasiun 2
6.2. Stasiun 3
6.3. Stasiun 4
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Melalui proses survey kartografi dan penginderaan jauh menentukan titik ICP
(Independent Control Point) dan GCP (Ground Control Point) menjadi satu upaya saya
dalam menganalisis , mengobservasi, dan meninjau kembali hasil perkuliahan teoritis
terkait kartografi dan penginderaan jauh. Pembuktiannya dapat dilihat dari hasil
penentuan data titik koordinat dan elevasi ICP dan GCP dari Ke-4 Stasiun
pemberhentian yang berbeda. Diperolehnya pula data kondisi lapangan dari 3
Kabupaten berbeda (Kab. Maros, Kab. Pangkajene dan Kepulauan, dan Kota Pare-
Pare).
7.2 Saran