Anda di halaman 1dari 6

SISTEM PROTEKSI

KOORDINASI RELAY DAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA

Dosen Pengampu : Sujito, S.T., M.T., Ph.D.

Disusun Oleh :

HESTRYANA PUTRI AISYAH 210531516820

MARSEKAL BHEKTI NARENDRA 210531516814

YOPPY EGITANIO 210531516812

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK REKAYASA PEMBANGKIT ENERGI

JANUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Saluran transmisi tenaga listrik berperan penting dalam penyaluran tenaga listrik dari
pembangkit ke konsumen, oleh karena itu diperlukan peralatan proteksi yang efektif dan handal
untuk menjaga kelangsungan pasokan energi listrik. Relay yang digunakan untuk pengamanan
saluran transmisi adalah relay jarak, relay arus lebih (OCR) dan relai gangguan tanah (GFR).
Tahanan resistif gangguan yang ada selama gangguan hubung singkat dapat menyebabkan
kesalahan dalam mendeteksi gangguan yang disebabkan oleh relay tersebut, sehingga
menyebabkan relay tidak berfungsi jika terjadi gangguan. Salah satu jenis karakteristik relay
jarak yang efektif untuk mengatasi adanya hambatan hubung singkat adalah relay poligonal
yang memiliki tiga elemen komparator, yaitu elemen arah, elemen reaktansi, dan elemen
resistansi. Relay hanya berfungsi jika ketiga elemen aktif.

Kinerja OCR dan GFR juga dipengaruhi oleh besarnya arus hubung singkat yang
terlihat oleh relay. Untuk itu perlu perhitungan setting dan koordinasi yang tepat antar relay
agar masing-masing relay beroperasi dengan handal, cepat, selektif dan sensitif untuk
mengkoreksi gangguan yang terjadi. Tugas akhir ini akan menganalisis pengaruh resistansi
gangguan resistif terhadap kinerja relay jarak tipe polygon dengan mempertimbangkan
impedansi gangguan dan OCR, kinerja GFR dengan mempertimbangkan jumlah kejadian
gangguan arus dan waktu operasi relay. Besarnya tahanan gangguan resistif yang dilihat oleh
relay jarak dipengaruhi oleh jenis gangguan hubung singkat dan lokasi gangguan. Hasilnya
adalah impedansi gangguan maksimum yang dilihat oleh relay jarak yang terjadi selama
hubung singkat satu fasa untuk gangguan tanah. Adanya resistor gangguan akan mengurangi
nilai arus gangguan hubung singkat sehingga waktu pengoperasian relay OCR dan GFR
bertambah.

Untuk menjamin agar saluran transmisi benar-benar terproteksi oleh relay maka
diperlukan perhitungan setting dan koordinasi yang tepat dan akurat pada masing-masing
relay yang digunakan sehingga dapat mengatasi gangguan yang terjadi pada daerah yang
diamankan oleh relay.
BAB II

DASAR TEORI

I. Koordinasi Relay
Koordinasi relay proteksi adalah sistem proteksi pada sistem tenaga listrik yang
memanfaatkan prinsip kerja relay Over Current Relay (OCR) yang bekerja
berdasarkan besaran arus dengan satuan waktu yang telah ditentukan. Sehingga
relay akan bekerja secepat mungkin saat terjadi gangguan dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Untuk mengkoordinasikan antara relay satu dengan relay lainnya
dapat dilakukan dengan mengatur interval waktu kerja antara relay satu dengan
relay lainnya sehingga relay akan bekerja secara terkoordinasi.
Koordinasi yang dimaksud adalah relay yang satu dengan relay lainnya
terhubung dalam satu jaringan distribusi tetapi memiliki setting yang berbeda untuk
menghadapi gangguan. Jenis gangguan yang terdeteksi oleh OCR meliputi:
1. Gangguan fasa ke tanah (Ground Fault).
2. Gangguan fasa ke fasa (Phase to Phase).
3. Gangguan frus lebih (Over Load Current).
Pada sebuah sistem koordinasi relay proteksi diperlukan jenis relay yang sesuai
dengan sistem tenaga listrik yang dibangun. Hal ini dikarenakan setiap sistem
tenaga listrik memiliki bagian – bagian yang berbeda sehingga jenis relay yang
digunakan pun harus berbeda. Adapun jenis dan karakteristik relay proteksi secara
garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu:

1. Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time-lag Relay)


Relay ini akan memberikan sinyal kepada PMT ketika terjadi gangguan hubung
singkat pada saat besar arus melebihi penyetelannya (Im), dan jarak waktu kerja
relay dimulai pada saat kondisi relay mendeteksi adanya arus gangguan (kondisi
pickup) sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu kerja yang tak
tergantung oleh besar arus yang mempengaruhi relay.
Karakteristik Relay Arus Lebih Tertentu

2. Relay Arus Lebih Inverse Definite Minimum Time (IDMT)


Relay ini ialah kombinasi dari karakteristik oleh OCR waktu terbalik (Inverse
Time) dengan OCR waktu tertentu (Definite Time). Relay ini punya
karakteristik kerja waktu secara terbalik oleh arus gangguan yang kecil setelah
kondisi pickup dan berubah jadi waktu tertentu saat nilai arus gangguan naik.

Karakteristik Relay Arus Lebih (IDMT)

3. Relay Arus Lebih dengan Waktu Terbaik (Inverse Time Overcurrent


Relay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan bila
besar arus gangguannya melampaui penyetelannya (Is), dan jangka waktu kerja
relai mulai pickup sampai kerja relay waktunya diperpanjang berbanding
terbalik dengan besarnya arus.
Karakteristik Arus Lebih Inverse Time

II. Gangguan Hubung Singkat


Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik
yang mengakibatkan mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sistem tiga fasa.
Gangguan dapat juga didefinisikan sebagai semua kecacatan yang mengganggu
aliran normal arus ke beban. Tujuan dilakukan analisa gangguan adalah :
1. Penyelidikan terhadap unjuk kerja relay proteksi
2. Untuk mengetahui kapasitas rating maksimum dari pemutus tenaga
3. Untuk mengetahui distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan sistem pada
saat terjadinya gangguan.

Gangguan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Berdasarkan kesimetrisannya
1. Gangguan asimetris, merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang,
gangguan ini terdiri dari:
• Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
disebabkan karena salah satu fasa terhubung singkat ke tanah atau
ground.
• Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa, yakni gangguan yang disebabkan
karena fasa dan fasa antar kedua fasa terhubung singkat dan tidak
terhubung ke tanah.
• Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika kedua fasa terhubung singkat ke tanah.
2. Gangguan simetris, merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya
sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah
gangguan terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianalisa hanya
dengan menggunakan urutan positif saja. Gangguan ini terdiri dari:
• Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa, yakni gangguan yang terjadi
ketika ketiga fasa saling terhubung singkat.

Gangguan hubung singkat tiga fasa

• Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang


terjadi ketika ketiga fasa terhubung singkat ke tanah.
Semua gangguan hubung singkat diatas, arus gangguannya dihitung
dengan menggunakan rumus dasar yaitu :

Dimana :
IA = Arus pada fasa A (A)
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan (Ohm)

Yang membedakan antara gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa
dan satu fasa ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan
macam gangguan itu sendiri, dan tegangan yang memasok arus ke titik
gangguan. Impedansi yang terbentuk dapat ditunjukkan seperti berikut ini :
Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z0
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (Ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (Ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol (Ohm)

Anda mungkin juga menyukai