Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
JANUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Saluran transmisi tenaga listrik berperan penting dalam penyaluran tenaga listrik dari
pembangkit ke konsumen, oleh karena itu diperlukan peralatan proteksi yang efektif dan handal
untuk menjaga kelangsungan pasokan energi listrik. Relay yang digunakan untuk pengamanan
saluran transmisi adalah relay jarak, relay arus lebih (OCR) dan relai gangguan tanah (GFR).
Tahanan resistif gangguan yang ada selama gangguan hubung singkat dapat menyebabkan
kesalahan dalam mendeteksi gangguan yang disebabkan oleh relay tersebut, sehingga
menyebabkan relay tidak berfungsi jika terjadi gangguan. Salah satu jenis karakteristik relay
jarak yang efektif untuk mengatasi adanya hambatan hubung singkat adalah relay poligonal
yang memiliki tiga elemen komparator, yaitu elemen arah, elemen reaktansi, dan elemen
resistansi. Relay hanya berfungsi jika ketiga elemen aktif.
Kinerja OCR dan GFR juga dipengaruhi oleh besarnya arus hubung singkat yang
terlihat oleh relay. Untuk itu perlu perhitungan setting dan koordinasi yang tepat antar relay
agar masing-masing relay beroperasi dengan handal, cepat, selektif dan sensitif untuk
mengkoreksi gangguan yang terjadi. Tugas akhir ini akan menganalisis pengaruh resistansi
gangguan resistif terhadap kinerja relay jarak tipe polygon dengan mempertimbangkan
impedansi gangguan dan OCR, kinerja GFR dengan mempertimbangkan jumlah kejadian
gangguan arus dan waktu operasi relay. Besarnya tahanan gangguan resistif yang dilihat oleh
relay jarak dipengaruhi oleh jenis gangguan hubung singkat dan lokasi gangguan. Hasilnya
adalah impedansi gangguan maksimum yang dilihat oleh relay jarak yang terjadi selama
hubung singkat satu fasa untuk gangguan tanah. Adanya resistor gangguan akan mengurangi
nilai arus gangguan hubung singkat sehingga waktu pengoperasian relay OCR dan GFR
bertambah.
Untuk menjamin agar saluran transmisi benar-benar terproteksi oleh relay maka
diperlukan perhitungan setting dan koordinasi yang tepat dan akurat pada masing-masing
relay yang digunakan sehingga dapat mengatasi gangguan yang terjadi pada daerah yang
diamankan oleh relay.
BAB II
DASAR TEORI
I. Koordinasi Relay
Koordinasi relay proteksi adalah sistem proteksi pada sistem tenaga listrik yang
memanfaatkan prinsip kerja relay Over Current Relay (OCR) yang bekerja
berdasarkan besaran arus dengan satuan waktu yang telah ditentukan. Sehingga
relay akan bekerja secepat mungkin saat terjadi gangguan dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Untuk mengkoordinasikan antara relay satu dengan relay lainnya
dapat dilakukan dengan mengatur interval waktu kerja antara relay satu dengan
relay lainnya sehingga relay akan bekerja secara terkoordinasi.
Koordinasi yang dimaksud adalah relay yang satu dengan relay lainnya
terhubung dalam satu jaringan distribusi tetapi memiliki setting yang berbeda untuk
menghadapi gangguan. Jenis gangguan yang terdeteksi oleh OCR meliputi:
1. Gangguan fasa ke tanah (Ground Fault).
2. Gangguan fasa ke fasa (Phase to Phase).
3. Gangguan frus lebih (Over Load Current).
Pada sebuah sistem koordinasi relay proteksi diperlukan jenis relay yang sesuai
dengan sistem tenaga listrik yang dibangun. Hal ini dikarenakan setiap sistem
tenaga listrik memiliki bagian – bagian yang berbeda sehingga jenis relay yang
digunakan pun harus berbeda. Adapun jenis dan karakteristik relay proteksi secara
garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu:
a. Berdasarkan kesimetrisannya
1. Gangguan asimetris, merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang,
gangguan ini terdiri dari:
• Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
disebabkan karena salah satu fasa terhubung singkat ke tanah atau
ground.
• Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa, yakni gangguan yang disebabkan
karena fasa dan fasa antar kedua fasa terhubung singkat dan tidak
terhubung ke tanah.
• Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika kedua fasa terhubung singkat ke tanah.
2. Gangguan simetris, merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya
sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah
gangguan terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianalisa hanya
dengan menggunakan urutan positif saja. Gangguan ini terdiri dari:
• Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa, yakni gangguan yang terjadi
ketika ketiga fasa saling terhubung singkat.
Dimana :
IA = Arus pada fasa A (A)
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 = Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan (Ohm)
Yang membedakan antara gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa
dan satu fasa ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan
macam gangguan itu sendiri, dan tegangan yang memasok arus ke titik
gangguan. Impedansi yang terbentuk dapat ditunjukkan seperti berikut ini :
Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z0
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (Ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (Ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol (Ohm)