Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/284693955

APLIKASI SPLIT BEAM AKUSTIK ( BEAM TERGAGI AKUSTIK) UNTUK DETEKSI


SINGLE TARGET DAN SCATTERING VOLUME DALAM PENDUGAAN DENSITAS
IKAN DIBIDANG PERIKANAN

Research · November 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.2955.9124

CITATIONS READS

0 4,030

3 authors:

Muhammad Zainuddin Lubis Sri Pujiyati


Politeknik Negeri Batam Bogor Agricultural University
200 PUBLICATIONS 587 CITATIONS 92 PUBLICATIONS 217 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Pratiwi Dwi Wulandari


Bogor Agricultural University
48 PUBLICATIONS 96 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Call for Papers View project

Call for papers in JAGI journal publisher Call for Papers for this issue (http://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAGI/JAGI) Publish your paper in JAGI Volume 2 Number 1
(2018). http://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAGI/announcement/view/14 View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Zainuddin Lubis on 25 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


APLIKASI SPLIT BEAM AKUSTIK ( BEAM TERGAGI AKUSTIK)
UNTUK DETEKSI SINGLE TARGET DAN SCATTERING VOLUME
DALAM PENDUGAAN DENSITAS IKAN DIBIDANG PERIKANAN
Muhammad Zainuddin Lubis 1 , Sri Pujiyati 2 , Pratiwi D Wulandari 3

ABSTRAK
pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik harus mengontrol jumlah hasil tangkapan
dalam hubungannya dengan jumlah stok ikan yang dapat dieksploitasi. Untuk itu diperlukan
suatu perkiraan jumlah stok ikan pada saat itu dan teknik survei akustik dapat digunakan dalam
memperkirakan kelimpahan ikan pada waktu dan kondisi tertentu.Penggunaan echosounder dan
integrator echo untuk keperluan eksplorasi sumberdaya perikanan dewasa ini berkembang
dengan pesat. Peralatan integrator echo bertujuan untuk mendapatkan integrasi sinyal echo.
Ketepatan dari metode ini sangat tinggi sehingga dapat diaplikan sebagai penduga kelimpahan
ikan di suatu perairan (MacLennan 1990).Menurut Pujiyati (2008) metode hidroakustik adalah
suatu metode pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik, antara lain:
echosounder, fish finder, sonar, dan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP).

PENDAHULUAN
Menurut MacLennan (1990), pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik harus mengontrol
jumlah hasil tangkapan dalam hubungannya dengan jumlah stok ikan yang dapat dieksploitasi.
Untuk itu diperlukan suatu perkiraan jumlah stok ikan pada saat itu dan teknik survei akustik
dapat digunakan dalam memperkirakan kelimpahan ikan pada waktu dan kondisi tertentu.
Penggunaan echosounder dan integrator echo untuk keperluan eksplorasi sumberdaya
perikanan dewasa ini berkembang dengan pesat. Peralatan integrator echo bertujuan untuk
mendapatkan integrasi sinyal echo. Ketepatan dari metode ini sangat tinggi sehingga dapat
diaplikan sebagai penduga kelimpahan ikan di suatu perairan (MacLennan 1990).

1) Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Kelautan IPB


2) Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
3) Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Gambar 1. Cara Kerja Alat Hidroakustik (Sumber: Widodo 1992)

Pendugaan stok ikan dalam perairan yang luas seperti di Indonesia telah banyak
diantaranya adalah dengan menggunakan metode akustik. Metode akustik memiliki kecepatan
tinggi dalam menduga besarnya stok ikan sehingga memungkinkan memperoleh data secara real
time, akurat dan berkecepatan tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup tinggi
bagi penyediaan data dan informasi sumberdaya perikanan (Maclennan dan Simmonds1992).
Pendugaan kelimpahan ikan dengan metode hidroakustik memiliki beberapa keunggulan
komperatif seperti estimasi stok dapat dilakukan secara langsung. Memiliki tingkat akurasi dan
ketetapan yang sangat tinggi, pendugaan terhadap daerah yang luas dengan waktu yang relative
lebih efisien dan singkat (tidak membutuhkan waktu yang banyak).
Split beam echo sounder terdiri dari dua aspek dan sebuah tranducer. Aspek yang
pertama yaitu display berwarna beresolusi tinggi untuk menampilkan echogram pada suaru
pengamatan dan juga berfungsi sebagai pengontrol dalam pengoperasian echo sounder. Aspek
kedua adalah tranciever yang terdiri dari transmitter dan receiver. Echosunder bim terbagi
pertama kali dimasukkan kedalam ES 3800 oleh SIMRAD diawal tahun 1980-an dan pada tahun
1985 diperkenalkan kepada nelayan di jepang sebagai alat bantu untuk penangkapan. Tranducer
Split beam dibagi menjadi empat kuadran (Foote 1987), dimana pemancaran gelombang
dilakukan oleh penggabungan dari empat full beam . Sinyal yang dipantulkan oleh target
diterima oleh masing-masing kuadran dan dikumpulkan kembali hingga membentuk full beam.
Gilihat dari arah pada kapal split beam terbagi empat(4) yaitu Fore, Aft, Port, dan Starboard.
Sedangkan secara prinsip Split Beam terbagi menjadi empat kuadran yakni FP.FS.AP dan AS.

2
Gambar 2. Transducer Bim Terbagi (Simrad 1993)

Gambar 3 Bentuk Split Beam dan full beam transducer (MacLennan 1992)

3
Gambar 4 Geometri target pada Split Beam transducer . Arah target didefenisikan oleh sudur θ1
dan θ2.
Split beam echo sounder memilki fungsi Time Varied Gain (TVG) di dalam sistem
perolehan data akustik TVG ini berfungsi sebagai penghilang atenuasi (Amplifier) baik yang
disebabkan oleh geometrical spreading dan absorbs suara ketika merambat kedalam air. Ada
dua tipe fungsi TVG yaitu fungsi TVG yang bekerja untuk echo ikan tunggal yang disebut TVG
40 log R dan fungsi untuk kelompok ikan yaitu TVG 20 log R.

Gambar 5 Blok diagram dari penerima split beam echo sounder (Arnaya 1991a)

4
Gambar 6 Prinsip kerja Split Beam echo sounder pada pendeteksian ikan ( Simrad 1993)

Pada gambar 6 menurut Simrad, ikan A berada tepat diatas axis gain tranducer
maksimun, sedangkan ikan B berada di ujung (tepi) beam dimana gain tranducer lebih rendah.
Sehingga echo ikan A akan lebih menghasilkan hambur balik yang kuat dibandingkan echo
pada ikan B. Walaupun kedua ikan tersebut berada pada kedalaman yang sama dan berukuran
sama. Untuk menentukan ukuran ikan dari echo strength saja tidak cukup, bagaimanapun
pengetahuan tentang beam pattern transducer dan posisi ikan di dalam beam sangat penting
untuk mengoreksi gain transducer dan menentukan nilai target strength ikan yang sebenarnya.

5
Gambar 7 Split Beam Prosessor untuk memperoleh perkiraan sudut datang dan factor beam
pattern (Ehrenberg 1979)
Sebuah estimasi yang memperoleh perkiraan sudut datang dan faktor beam pattern
dalam sinyal akustik dapat diperoleh dengan menggunakan prosessor dari split beam yang
memiliki sumber sinyal X menuju kepada Phase deteksi dan akan menghasilkan energy atau
kuatan dengan cara mengkalkulasi hasil input dan akan menghasilkan output berupa gelombang
yang ditampilkan pada gambar 7.

6
Deskripsi Beam TVG Penggunaan Sinyal
A+C 40 logR +2 αR Pengukuran fase Split-beam 10 kHz
B+D 40 logR +2 αR Pengukuran fase Split-beam 10 kHz
A+B 40 logR +2 αR Pengukuran fase Split-beam 10 kHz
C+D 40 logR +2 αR Pengukuran fase Split-beam 10 kHz
E 40 logR +2 αR Amplitude Dual Beam, Split Beam terdeteksi
A + B + C + D +E 40 logR +2 αR Integrasi echo terdeteksi

Gambar 8. Diagram dari transducer dual beam / split beam, menunjukkan lokasi dari berbagai
segmen yang dijelaskan dalam teks dan bentuk masing-masing beam yang digunakan dalam
penerimaan split beam atau dual beam ( Foote et.al 1988)

Target Strength
Target strength (TS) meruapkan kemampuan dari suatu target untuk memantulkan suara
yang mengenainya. Berdasarkan domain yang digunakan, target strength didefenisikan menjadi
dua yaitu berupa Intensitas Target Strength (TSi) dan Energi Target Strength (TSe). Targeth
strength dapat didefenisikan sebagai logarotma hasil bagi Antara nilai intensitas suara yang
datang mengenai target dan dikalikan dengan bilangan sepuluh (10) (Johanesson dan Mitson
1983).

7
TSi =10 log …………………………….(1)

TSe =10 log …………………………….(2)

Keterangan : TSi = Intensitas target strength


Ii = Intensitas suara yang mengenai target
Ir = Intensitas suara yang dipantulkan target
TSe = Energi Target Strength
Ei = Energi suara yang mengenai target
Er = Energi suara pantulan pada jarak 1 meter dari target
Johanesson dan Mitson (1983) menyatakan bahwa Target strength (TS) merupakan
ukuran decibel suara yang dikembalikan oleh target yang diukur pada jarak standart 1 meter dari
pusat target akustik berada, relatif terhadap intensitas suara yang mengenai target. Model
sederhana untuk menduga back scattering cross section berdasarkan ukuran ikan dikemukanan
oleh MacLennan dan Simmonds(1992) :
= …………………………………….(3)
TS = 20 Log L+ ………………………….(4)
Kemudian Love (1997) memperkenalkan persamaan yang menghubungkan
backscattering cross section ( ) , panjang ikan (L) dan panjang gelombang (λ) dengan
persamaan sebagai berikut : / =a (dB) dimana a dan b adalah konstanta yang
tergantung dari anatomi, ukuran ikan serta panjang gelombang . Persamaan (4) dapat diubah
dalam bentuk logaritmik menjadi :
TS = a Log(L) + b Log (f) + ……………………………….(5)
Keterangan : TS = Target strength
F = frekuensi suara
A, b = Konstanta
Lalu diperoleh kemungkinan rata-rata yang melakukan pengukuran terbaik pada
pengukuran target strength terhadap dorsal aspek :
= 19,1 log (L) – 0,9 (f) – 62………………………………(6)
Namun Foote (1987) menerangkan lebih lanjut tentang persamaan yang menunjukkan
tidak adanya perbedaan dalam perbandingan hasil dari frekuensi berbeda. Selanjutnya

8
persamaan Foote (1987) memformulasikan hubungan TS (Target Strength) dengan panjang ikan
yaitu :
TS= 20 Log (L) – 68 (dB)…………………………………(7)
Konversi nilai target strength menjadi ukuran panjang (L) untuk ikan pelagis digunakan
persamaan TS = 20 log L-73,97 (Hannachi et al., 2004) sedangkan untuk ikan demersal
digunakan persamaan TS = 21,8 log L-74,9 (Anonimus 2002).
Hubungan target strength dan óbs (backscattering cross-section, ) dihitung berdasarkan
atas MacLennan & Simmonds (1992) yaitu:
TS=10 log óbs .............................................. (8)
Persamaan untuk densitas ikan (ñA, ind./ ) adalah:
ñA=sA /óbs ...................................................(9)
Panjang ikan (L) berhubungan dengan óbs yaitu:
óbs=a ........................................................ (10)
Hubungan target strength dan L adalah:
TS=20 log L+A .............................................(11)
di mana:
A = nilai target strength untuk 1 cm panjang ikan (normalized target strength)
Konversi nilai target strength menjadi ukuran panjang (L) untuk ikan pelagis digunakan
persamaan: TS = 20 log L-73,97 (Hannachi et al 2004) . Menurut Hile 1936 dalam Effendie
2002, hubungan panjang (L) dan bobot (W) dari suatu
spesies ikan yaitu:
W= ……………………………………………….(12)
Selain itu Natsir et al. (2005) memiliki persamaan panjang dan bobot untuk mengkonversi
panjang dugaan menjadi bobot dugaan adalah sebagai berikut :
Wt=a { ∑ ni(Li+ÄL/2) - (Li-ÄL/2) }/{(b+1)ÄL}} .....(13)
Keterangan :
Wt = bobot total (g)
ÄL = selang kelas panjang (cm)
Li = nilai tengah dari kelas panjang ke-i (cm)
Ni = jumlah individu pada kelas ke-i
a, b = konstanta untuk spesies tertentu

9
Faktor-Faktor yang berperan mempengaruhi nilai Target Strength (TS) ikan
Targer Strength secara umum dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu factor target itu
sendiri, factor lingkungan , dan factor instrument akustik.
Faktor target meliputi ukuran, anatomi ikan, gelembung renang, tingkah laku dari
orientasi (Priatna 2011). Faktor-Faktor target tersebut adalah :
1. Ukuran ikan
Terdapat hubungan Antara ukuran ikan dengan nilai TS, tetapi hubungan tersebut
sangat bervariasi tergantung kepada spesiesnya. Umumnya untuk spesies ikan, semakin
besar ukuran ikan semakin besar nilai TS nya. Hal ini terutama berlaku untuk geometrical
region dari grafik hubungan Antara ukuran target dan TS, untuk region , resonance,
resonance region dan transition region, kecenderungan hubungan tersebut tidak berlaku
(Johanneson dan Mitson 1983). Anatomi seperti kepala, badan , ekor dan sirip memiliki
pantulan suara yang berbeda. Demikian juga dengan lambung, usus, hati, tulang , daging
dan insang mempunyai berat jenis = (ρ) dan kecepatan suara = (c) yang berbeda sehingga
secara akustik akan mempunyai kemampuan memantulkan suara yang berbeda.

2. Gelembung Renang
Secara akustik ikan dan organisme laut dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
blader fish ( mempunyai gelembung renang). Ikan-ikan yang mempunyai gelembung
renang pada umumnya tidak memiliki TS meksimum tepat pada dorsal aspect ,
sedangkan ikan yang tidak memiliki gelembung renang dengan nilai maksimum TS
umumnya tepat pada dorsal aspect. Nilai TS ikan yang mempunyai gelembung renang
(Furusawa 1998). Dengan deformed-cylinder model (DCM) dengan Aproksimasi >5 dan
nilai dari Tilt Angle tidak sampai spanjang (<40°) (Sawada et.al 199), sedangkan
menurut (Yasuma et.al 2003) hasil sudut yang dihasilkan dari ikan yang memiliki
gelembung renang yaitu :

10
Gambar 9 Geometri Gelembung renang untuk model Soft Spheroid (Yasuma et.al 2003)

3. Tingkah laku / Orientasi ikan


Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nakken dan Olsen (1997)
menyatakan bahwa nilai Target Strength (TS) sangat ditentukan oleh orientasi ikan,
terutama kemiringan tubuh untuk garis hubung Antara kepala dan ekor. Orientasi ikan
akan meliputi tilting, dan rolling beserta yawing. Yawing tidak berpengaruh karena
umumnya transducer berbentuk bulat sehingga posisi ikan tidak menimbulkan perubahan
sudut jika dilihat dari transducer , untuk Rolling tidak berpengaruh nyata dikarenakan
ikan yang mempunyai gelembung renang karena sebagian energy yang dipantulkan
berasal dari gelembung renang bukan berasal dari dorsal aspect. Tillting menimbulkan
perubahan sudut posisi di transducer baik untuk ikan yang mempunyai gelembung
renang maupun tidak ( Arnaya 1991b).
4. Faktor Instrumentasi
Besar Kecilnya nilai factor Beam pattern tergantung dari luasnya transducer
akan semakin besar juga sudut beam dari transducer tersebut, begitu juga sebaliknya.
Sudut beam yang besar menimbulkan perubahan nilai TS yang besar, utnuk itu lebih baik
digunakan beam yang relatif sempit.

11
Single Target
Pantulan akustik dari ikan dan plankton yang dikembalikan dalam bentuk echo yang
dideteksi oleh receiver memiliki daya tarik. Pendugaan biomassa dapat dilihat dari seberapa
besar kekuatan target dan bagaimana cara menafsirkannya. TS plankton adalah angka yang
menjadi indikasi ukuran dari echo tersebut. Semakin besar nilai echo maka semakin besar energi
yang dikembalikan ke receiver oleh target.
Satuan ukuran Standard Internasional (SI) untuk TS dinyatakan dalam bentuk decibel
(dB). Decibel adalah bentuk logaritmik dari dari perbandingan atau rasio dua intensitas yang
dikarenakan nilai yang terlibat bisa sangat besar atau sangat kecil.
MacLennan dan Simmonds (2005) memformulasikan TS sebagai backscattering cross-
section dari target yang mengembalikan sinyal dan dinyatakan dalam persamaan :
TS = 10 log ( σ / 4π ) ....................................................... (14)
Maka nilai TS teoritis benda berbentuk bola adalah :

TS = 10 Log ………………………………………………(15)

Dimana σ = Individu target strength atau kesetaraan backscattering cross-section (σ bs)

dengan TS yang dinyatakan oleh Burczynski dan Johnson (1986) dengan persamaan :
TS = 10 log σ bs............................................................. (16)

Volume Backscattering Strength (SV)


Volume Backscattering Strength (SV) didefenisikan sebagai rasio antara intensitas yang
direfleksikan oleh suatu group single target ( target berada pada suatu volume air tertentu yang
diinsonifikasi secara sesaat yang diukur pada jarak 1 m dari aterget dengan intensitas suara yang
mengenai target. Pengertian Volume Backscattering Strength (SV) ini memiliki pengertian yang
sama dengan target strength untuk target tunggal , sedangkan Volume Backscattering Strength
(SV) untuk kelompok ikan.`
Masing-masing individu target merupakan sumber dari reflected sound wave , sehingga
output dari integrasi akan proporsional dengan kuantitas ikan dalam kelompok. Metode echo
integration yang digunakan untuk mengukur Volume Backscattering Strength (SV) berdasarkan
pengukuran total power backscattered pada transducer (Arnaya 1991b)

12
Volume Backscattering Strength (SV) merupakan rasio antara intensitas yang
direfleksikan oleh suatu group single target dimana target berada pada suatu volume air (Lurton
2002). Hal ini mirip dengan definisi TS dimana nilai TS merupakan hasil dari deteksi organisme
tunggal sedangkan SV merupakan nilai untuk mendetaksi organisme kelompok. Xie dan Jones
(2009) menyatakan SV didefinisikan kedalam persamaan :
SV = 10 log (Is i/ I) ....................................................... (17)

Keterangan :
Is = Intensitas scattering volume yang diukur 1 m dari pusat gelombang akustik.

Ii = Intensitas scattering yang dipancarkan

Densitas Ikan (Kelimpahan Ikan )

Untuk saat ini penelitian tentang estimasi stok ikan dilakukan dengan cara cruise track
menggunakan alat SIMRAD EK 60 Scientific split beam echosounder system dengan frekuensi
70 kHz dan Akuisisi data akustik dilakukan terus-menerus pada siang dan malam hari selama
periode pelayaran dengan kecepatan kapal berkisar antara 7-8 knot. Jalur akuisisi data mencakup
luasan daerah yang memungkinkan analisis secara spasial yang dibuat dengan bentuk zig-zag
menurut MacLennan (1992) dengan panjang tiap transek sekitar 12 nmi dari batas gugusan pulau
ke arah luar.Data akustik diolah dengan menggunakan software SONAR ver.4 Diagram alir
secara umum yang digunakan dalam pengolahan data dapat dilihat pada gambar 8.
Pengolahan nilai densitas untuk ikan dilakukan pada Ms. Excel. Pengolahan dapat
dilakukan setelah proses integrasi SV dan TS. Densitas dihasilkan dengan menggunakan formula
(Iida et al.,:1996):
SV (dB) = 10 log (N τbs)
= 10 log N + TS…………………………………………………...(18)
Dengan asumsi kepadatan numerik adalah sebanding dengan kepadatan individu, maka
persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut:
SV (dB) = 10 log ρ + A…………………………………………………….(19)
Dimana: SV = volume strength (dB)
ρ = kelimpahan/densitas organisme (ind/m3)
A = target strength rata-rata (dB)

13
Data Akustik
Ikan Tuna
(Thunnus sp)

ER 60 SONAR Ver.4

Export data .raw to


Dongle .uuu

Filtering data dengan SONAR Ver.4

TS max (dB) SV max (dB)

Ms Excel

Surfer ver.9
( Lintang dan bujur)

Peta sebaran Densitas


ikan

Estimasi stok ikan


( Kelimpahan Ikan)

Gambar 10 Diagram Alir Pengolahan data densitas ikan / kelimpahan ikan

14
Gambar 11 Contoh echogram menggunakan Software Sonar Ver 4 ( Data riset Laut dalam , Laut
Arafura dengan Kapal Riset Baruna Jaya VII, BRPL dan LIPI Ambon 2015)

15
PUSTAKA

Arnaya, I.N. 1991b. Akustik Kelautan II. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Burczynski, J.J. and Johnson, R.L. (1986) Application of dual-beam acoustic survey techniques
to limnetic populations of juvenile sockeye salmon, Oncorhynchus nerka. Can. J.
Fish. Aqu.Sci. 43, 1776–88. http://dx.doi.org/10.1139/f86-221.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 pp.
Ehrenberg E. John, 1979. A Comparative Analysis of In Situ Methods for Directly Measuring the
Acoustic Target Strength of Individual Fish IEEE journal of oceanic engineering, vol.
Oe-4, no. 4. http://dx.doi.org/10.1109/JOE.1979.1145434
Foote, K.G. 1987 . Introduction to the Use of Sonar System for Estimating Fish Biomass. FAO.
Fisheries Technical Paper No 199 Revision 1.
Foote, K.G & Traynor, J.J. 1988. Comparison of walleye pollock target strength estimates
determined from in situ measurements and calculations based on swimbladder form.
J.Acoust.Soc.Am. 83(1). http://dx.doi.org/10.1121/1.396190.
Furusawa, M. 1998. Prolate Spherodial model for predicting General Trends of Fish Target
Strength. J.Acoust.Soc.Am Page 13-24.
Hannachi, M. S., L. B. Abdallah, & O. Marrakchi. 2004. Acoustic Identification of Small Pelagic
Fish Species: Target Strength Analysis and School Descriptor Classification.
MedSudMed Technical Documents No.5.
Johanesson, K.A. and R.B Mitson. 1983. Fisheries Acoustic. A Practical Manual For Acoustic
Biomass Estimation. FAO Fisheries Tech. www.fao.org/docrep/x5818e/x5818e01.htm

Love, R.H. 1997. Target Strength of an individual Fish at any aspect . J.Acoust. Soc. Am, (62) :
1397-1403. http://dx.doi.org/10.1121/1.381672
Lurton, X. 2002. An Introduction to Underwater Acoustic. Principles and Applications. Praxis
Publishing Ltd. Chincester. UK.
MacLennan, D.N. 1990. Acoustical measurement of fish abundance. J. Acoust. Soc. Am, Vol (1)
87 : 1-15. http://dx.doi.org/10.1121/1.399285
MacLennan, D. N dan E. J Simmonds. 1992. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall. London.
Maclennan, D. N dan Simmonds, E. J. 2005. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall. Oxford :
Blackwell Science.

16
Natsir, M., B. Sadhotomo, & Wudianto. 2005. Pendugaan biomassa ikan pelagis di perairan
Teluk Tomini dengan metode akustik bim terbagi. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 11 (6): 101-107.
Priatna. A & Wijopriono.2011. Estimasi stok sumber daya ikan dengan metode hidroakustik Di
perairan kabupaten bengkalis. J. Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No. 1
Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan antara Tipe
Subsrat Dasar Perairan dengan Komunitas Ikan Demersal. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).
SIMRAD EY-500. 1993 . Instruction Manual Portable Scientific Echosounder. Horten.
Norwegia.
Widodo, J. 1992. Prinsip Dasar Hidroakustik Perikanan. Oseana. XVII (3): 83-95.
Xie. J dan Jones. I. S. F. 2009. A Sounding Scattering Layer in a Freshwater Reservoir. Marine
Study Center University of Sydney. Australia. http://dx.doi.org/
10.4319/lo.1994.39.2.0443
Yasuma, H., Sawada, K., Ohshima, T., Miyashita, K., and Aoki, I. 2003. Target strength of
mesopelagic lanternfishes (family Myctophidae) based on swimbladder morphology.
ICES Journal of Marine Science, 60: 584_591
http://dx.doi.org/10.1016/S10543139(03)00058-4.

17

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai