Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan
A. Apa itu Kamera DSLR + Mirrorless
B. Komponen Kamera DSLR + Mirrorless
C. Fitur Kamera Canon EOS 1200D
BAB 2 Eksposure pada Kamera
A. Diagfragma (Aperture)
B. Shutter Speed
C. ISO
D. Keterkaitan Triangle of Exposure
BAB 3 Mode atau Modus Pemotretan
A. Metering Mode
B. Macam Modus Pemotretan
BAB 4 Pengambilan Sudut Pandang
A. Shooting Position
B. Field Of View
BAB 5 Pengambilan Gambar
A. Pas Foto
B. Foto Studio
C. Dokumentasi Kegiatan
Uji Kompetensi dan Refleksi Diri
Glosarium
Daftar Pustaka

Kamera yang digunakan :


Canon EOS 12000 – DSLR | Canon EOS M50 - Mirrorless

BAB 1 Pendahuluan
A. Apa itu kamera DSLR

DSLR atau Digital Single Lens Reflect merupakan jenis kamera digital tunggal artinya, lensa pembidik sama
dengan lensa perekam. DSLR juga menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma untuk meneruskan
cahaya dari lensa menuju viewfinder (jendela bidik). Keunggulan dari kamera jenis ini adalah apa yang terlihat,
itulah yang terekam. (+) Sedangkan untuk jenis kamera lainnya seperti Kamera Mirorrless merupakan kamera
yang tidak memiliki cermin dan jendela bidik optik seperti kamera DSLR, namun kualitas gambarnya setara
karena image sensor yang digunakan sama besar.

B. Komponen Kamera DSLR


Pada prinsipnya, kamera DSLR maupun Mirrorless terdiri atas 3 komponen utama, yaitu :

1. Bodi Kamera
Bagian utama dari sebuah kamera adalah bodi kamera di mana keseluruhan
proses pengambilan gambar terjadi. Proses ini yaitu masuknya cahaya melalui
lensa, kemudian diterima dan diolah menjadi sebuah gambar atau foto dalam
format digital.
2. Lensa

Lensa ibarat ‘mata’ pada kamera. berfungsi untung menangkap, memfokuskan dan
mengantarkan cahaya ke dalam bodi kamera, untuk kemudian diolah menjadi sebuah
foto.
>(Baca Selanjutnya)<

Pada umumnya, ada 3 buah gelang yang akan membantu lensa dalam
memproyeksikan sebuah objek yaitu :
a. Gelang diagfragma (aperture) yang berfungsi untuk mengatur banyak atau sedikitnya cahaya yang
masuk.
b. Gelang fokus yang berfungsi mengatur fokus pada objek.
c. Gelang pembesaran (zooming) yang berfungsi untuk memperbesar objek, tergantung pada jarak serta
ukuran lensa.
Standar Ukuran Lensa
ditentukan oleh panjang titik api, atau disebut dengan focal length. Focal Length merupakan jarak antara
lensa dengan bidang titik api pada sensor, dimana foto terbentuk. Focal Length berfungsi menentukan
lebar atau sempitnya sudut pandang lensa (field of view). Focal Length dinyatakan dalam satuan milimeter
(mm). Semakin pendek maka akan semakin lebar sudut pandang lensa. Sebaliknya semaking
panjang, makan semakin sempit sudut pandangnya.

3. Sensor Digital
Sensor digital memiliki fungsi menerima cahaya yang datang melalui lensa,
untuk kemudian diolah menjadi sebuah foto. Sensor tersebut terdiri atas
berbagai sel yang tersusun membentuk persegi panjang. Tiap satu sel sensor
tersebut merepresentasikan satu piksel, jadi banyaknya sel dalam satu sensor
kamera sesuai dengan besarnya piksel gambar yang dapat dihasilkan dari
kamera tersebut.

C. Fitur Kamera Canon EOS 1200D


Salah satu kamera DSLR yang sering digunakan di TEFA yaitu Canon
EOS 1200D. Canon EOS 1200D merupakan kamera DSLR yang memiliki
desain sederhana. Tekstur dan bahan pada kamera di bagian bodinya
menggunakan carbon-fibre kemudian dilapisi dengan bahan polycarbonate. Berikut merupakan bedah fitur yang
terdapat pada kamera Canon EOS 1200D.

Tampak Depan

a. Built in flash/ AF-assist beam : Lampu flash


internal (bawaan dari kamera), bisa juga
sebagai lampu pembantu auto-focus pada saat
gelap.
b. EF lens mount index : tempat untuk memasang
lensa jenis EF (Electro Focus)
c. EF-S lens mount index : tempat untuk
memasang lensa jenis EF-S
d. Microphone : untuk merekam suara, terutama
ketika merekam video
e. Lensa realese button : tombol pelepas lensa.
((tekan tombol sambil memutar lensa ke arah
luar hingga terlepas))
f. Lensa lock pin : berfungsi untuk menguci lensa
g. Lens mount : sbagai tempat menempelnya lensa
h. Contacts : sensor elektronik pada lensa
i. Mirror : kaca pemantul cahaya
j. Grip : pemegang kamera
k. Red-eye reduction/Self-timer lamp : penggunaan lampu ini selain menjadi flash, dapat meminimalisasi
efek mata merah pada foto, selain itu dapat menjadi lampu penanda yang akan berkedip sebelum
pengambilan foto.
l. Shutter button : berfungsi untuk mengaktifkan autofokus dan pengaturan metering otomatis (jika
ditekan setengah) selain itu tekan sepenuhnya untuk mengambil gambar.

Tampak Atas

a. Main dial : untuk mengatur pilihan-


pilihan pada menu
b. ISO speed setting button : untuk
mengatur ISO. Caranya, tekan tombol
kemudian putar tombol main dial
(atau tombol pilihan pada menu)
untuk memilih ISO
c. Power switch : untuk menyalakan dan
mematikan kamera
d. Mode dial : untuk memilih berbagai
modus pemotretan
e. Flash-sync contacts : sensor pada lampu flash eksternal
f. Hot shoe : dudukan untuk memasang lampu flash eksternal
g. Focal plane mark : untuk mengukur jarak minimum fokus lensa (terutama ketika memotret
objek dengan jarak yang sangat dekat). Jika kita terlalu dekat dengan objek maka lampu
konfirmasi fokus akan berkedip,
h. Strap mount : lubang tempat memasang tali (strap).

Tampak Belakang
a. Dioptric adjustment knob : untuk mengatur tingkat kejernihan pada viefinder. Putar knop ke kanan atau
kekiri hingga kesembilan AF point pad viewfinder terlihat
tajam.
b. Live view shooting/ Movie shooting button : untuk
memulai pengambilan video.
c. AE lock/FE lock/Index/Reduce button :
- AE lock : untuk mengunci fokus ketika mengambil
gambar sekaligus pada eksposure yang sama
- FE lock : untuk mengunci pengaturan eksposure yang
menggunakan lampu flash
- Index : untuk menampilkan display index
- Reduce : untuk memperkecil tampilan gambar pada
playback image
d. AF point selection/Magnify button : untuk memilih mode autofokus sesuai keinginan kita. Selain itu
untuk memperbesar tampilan gambar pada playback image.
e. Aperture/Exposure compensation/Erase button :
- Aperture : untuk mengatur gelang diagfragma pada lensa dengan menekan tombol bersamaan
dengan memutar tombol main dial untuk mengatur diafragma.
- Exposure compensation : untuk mendapat eksposure terbaik yang digunakan pada semua modus
kecuali modus manual
- Erase button : untuk menghapus foto yang telah tersimpan
f. Shooting settings display button : untuk menyalakan atau mematikan display
g. Setting button : untuk menampilkan beberapa menu pengaturan pada kamera
h. Access lamp : ketika lampu menyala artinya sedang terjadi transfer data di dalam memory card. Jangan
membuka tutup card slot, atau bahkan melepas baterai ketika transfer data berlangsung.
i. Cross key : untuk pengaturan atas-bawah dan kanan-kiri pada menu. Atau sebagai pintasan untuk
- Tombol atas : untuk menyesuaikan sensitivitas kamera terhadap cahaya.
- Tombol bawah : mengatur white balance
- Tombol kiri : mengatur menu continous shooting dan self timer
- Tombol kanan : mengubah mode autofocus
j. Playback button : untuk menampilkan foto-foto hasil jepretan
k. Menu button : untuk menampilkan menu pengaturan
l. Quick control button : untuk menampilkan pengaturan pada shooting setting
m. LCD monitor : berfungsi untuk menampilkan gambar hasil jepretan, live preview, berbagai menu
pengaturan atau video pada shooting mode
n. Terminal cover : untuk menghubungkan kamera ke perangkat eksternal.
o. Viewfinder : merupaka jendela bidik untuk melihat objek yang ingin diambil
p. Viewfinder eyepiece : jendela kecil pada kamera yang Anda lihat melaluinya agar dapat menyusun
foto Anda dan menetapkan fokus pada subjek.

Tampak Bawah

a. Battery/ Card compartment : Wadah untuk menyimpan


baterai atau kartu memori
b. Tripod socket : lubang untul memasang kamera ke tripod

D. Video Tutorial Penggunaan Kamera DSLR


https://www.youtube.com/watch?
v=9Gqq6P74J7Y&ab_channel=KaiaKamera

Quis
BAB 2 Eksposure Pada Kamera
Dalam konteks fotografi, eksposur merupakan seberapa banyak jumlah cahaya yang harus mengenai
media perekam, serta seberapa lama. Ini artinya eksposur yang tepat diperoleh dari kombinasi yang
baik antara aperture, shutter speed dan ISO. Dimana ketiga hal tersebut merupakan eleme-elemen
dalam eksposur atau sering disebut dengan “Triangle of Exposure”.
A. Diagfragma (Aperture)
Diagfragma (Aperture) berfungsi untuk mengatur jumlah intensitas cahaya yang masuk ke dalam
kamera. Intensitas cahaya yang masuk sesuai dengan bukaan diafragma lensa yang ukuran
lubangnya itu bisa diperbesar ataupun diperkecil.
Tujuan utamanya adalah untuk mengontrol seberapa banyak cahaya yang boleh dibiarkan masuk
menuju sensor kamera. Sehingga, kita bisa mengatur kecerahan foto dengan mengubah besar
kecilnya lubang pada diafragma tersebut.
Biasanya nilai aperture ini ditandai dengan “f/angka” semakin kecil angka berarti semakin besar
bukaan yang dihasilkan dan sebaliknya.
Perpindahan antara satu ukuran diagframa keukuran lainnya disebut dengan ‘satu stop’.
EV 0 = kondisi dimana gambar yang diambil sudah sesuai dengan kondisi cahaya. Artinya
gambar tidak under exposure maupun sebaliknya.

https://amirhomephotography.wordpress.com/

B. Shutter Speed
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan waktu shutter untuk membuka dan menutup
kembali. Waktu terbukanya shutter akan memengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke dalam
kamera.
Shutter speed dihitung dalam satuan detik dimulai dari 1/8000 detik hingga 30 detik. Pada bodi
kamera terdapat skala yang diatur dimulai dari kecepatan B, 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125,
1/250, 1/500 dan seterusnya. Jika memilih 1 maka shutter akan terbuka selama 1 detik begitu juga
lainnya.
Berikut diagram shutter speed berdasarkan
kecepatannya. Semakin cepat shutter speed, maka
akan semakin sedikit suatu gerakan yang terekam
kamera. Hal ini akan menghasilkan teknik freezing
atau objek yang seolah beku.
https://www.studiobinder.com/
Sedangkan, semakin lambat shutter speed maka
akan semakin banyak pergerakan objek yang
terekam. Maka hal tersebut akan menghasilkan teknik bluring dengan hasil foto yang kabur, seakan-
akan tersapu, sementara background yang diam akan tetap terlihat tajam. Berikut hasil foto dengan
shutter speed yang berbeda

http://campbellcamerasprostaff.blogspot.com/
C. ISO
ISO merupakan tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya yang mengenainya. Semakin
tinggi ISO, semakin terang fotonya. Namun, jika ISO-nya terlalu tinggi, kualitas foto menurun (ada
bintik-bintik/noise, warna dan detail memudar).
Idealnya ISO disetting ke angka terendah seperti ISO 100 atau 200. Tapi, jika tidak menggunakan
tripod, atau subjek foto bergerak maka tingkat ISO perlu dinaikan supaya dapat nilai shutter speed
yang tidak terlalu lambat dan terhindar dari hasil foto yang bergerak/blur.
Berikut nilai ISO yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
ISO 100-200 =Hari yang cerah di luar ruangan ayau saat memakai flash sebagai cahaya
utama atau di studio
ISO 400 = Hari yang mendung, sore hari sebelum matahari terbenam
ISO 800 = Sunset, dalam ruangan dengan lampu yang terang atau teater
ISO 1600 = Dalam ruangan, pertunjukan tari
ISO 3200 = Dalam ruangan yag gelap, sesaat setelah matahai terbenam
ISO 6400 = Dalam ruangan dengan lampu kecil, lilin, api, pertandingan bola di malam
hari
Contoh penggunaan ISO
https://www.diykamera.com/

D. Keterkaitan Triangle of Exposure -- Website simulator exposure


https://www.fredmiranda.com/
Video
https://www.youtube.com/watch?v=Z_xvxO0YVys&ab_channel=KeratifFilmSchoo

Hubungan antara diafragma (aperture), shutter speed, dan ISO dikenal dengan sebutan Triangle of
Exposure. Triangle of Exposure sering dianalogikan seperti mengisi air melalui keran ke dalam
ember.
Cahaya diibaratkan air, diafragma sebagai bukaan pada keran, shutter
speed sebagai waktu pengisian, dan ISO sebagai ukuran ember.
Tujuan kita adalah mengisi ember dengan air sampai penuh. Jika ember
tidak penuh, foto akan gelap, jika ember kepenuhan sampai airnya
meluber keluar, fotonya akan terlalu terang.
Keran air diibaratkan sebagai bukaan/aperture lensa. Semakin besar
bukaan keran, semakin deras air yang mengalir. Demikian sebaliknya jika
keran dibuka kecil saja, maka semakin pelan air yang mengalir.
Lamanya waktu pengisian air diibaratkan sebagai shutter speed. Semakin
lama kita mengisi ember, semakin banyak air yang masuk ke ember.
Demikian pula sebaliknya, semakin sebentar air mengalir, semakin sedikit
air yang masuk ke ember.
Besarnya ember yang ada diibaratkan sebagai ISO. Semakin besar embernya, semakin lama waktu
atau bukaan keran besar dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil embernya, semakin sedikit waktu atau
besarnya bukaan keran yang dibutuhkan.
Ember besar ibaratnya adalah ISO rendah (100-200), sedangkan Ember kecil ibaratnya ISO tinggi
(1600 keatas).
Tugas utama kita sebelum memotret adalah menentukan ISO, bukaan lensa dan shutter speed untuk
mendapatkan exposure yang pas. Atau dengan kata lain kita menentukan ukuran ember yang
digunakan, bukaan keran dan lamanya waktu mengisi air.
https://aliusman69.wordpress.com/2013/10/26/memahami-exposure/

BAB 3 Mode atau Modus Pemotretan


A. Metering Mode
Lalu bagaimana cara kita mengetahui apakah ekposur kita sudah tepat? Kita dapat menggunakan
metering mode yang terdapat pada kamera.
Metering berfungsi untuk mengukur intensitas cahaya di sekitar objek. Ketika melihat objek melalui
viewfinder, kondisi cahaya yang mengenai objek saat itu akan diukur menggunakan sistem metering
apakah terlalu gelap atau terlalu terang.
Tujuan metering menghasilkan foto yang
sesuai pencahayaannya. Selanjutnya,
menentukan besarnya shutter speed,
diagfragma dan ISO agar foto yang dihasikan
merupakn foto terbaik.
https://www.pixel.web.id/mode-metering-
kamera/
1. Mode Evaluate/Matrix
Evaluate atau Matrix Metering adalah mode metering standar yang umum bagi kamera. Cara
kerjanya dengan mengukur seluruh cahaya yang tertangkap pada ruang bidik / viewfinder.
Mengevaluasi cahaya terang dan gelap pada tiap area kemudian membaginya secara merata pada
seluruh frame.
Faktor penentu pada mode ini adalah pada titik fokus kamera yang ditetapkan, meski warna, jarak,
subjek dan beberapa aspek lain juga ikut mempengaruhi hasil exposure.
2. Centre Weighted Metering
Centre Weghted Metering mengukur cahaya di area tengah frame dan sekelilingnya, tetapi tidak
terlalu mengabaikan area sudut frame.
Gunakan mode ini jika ingin memprioritaskan area tengah frame, contoh ketika Anda mencoba
memotret pada posisi backlight / subyek membelakangi matahari. Mode ini akan sangat berguna
dalam menentukan exposure yang tepat, pada subyek yang berada ditengah frame. Meskipun akan
sedikit over exposure pada bagian pinggir.

3. Spot Metering
Spot Metering hanya mengevaluasi cahaya pada area titik fokus saja, dan mengabaikan
sekelilingnya.
Karena hanya mengevaluasi area titik fokus yang
ditentukan, maka disarankan menggunakan mode ini
untuk fotografi dengan obyek kecil. kemudian Anda
hanya perlu mengatur angle kamera dengan tepat, ke
dalam background dengan pencahayaan gelap atau
terang.
Contoh lainnya adalah ketika memotret bulan pada
saat malam hari.
Karena bulan hanya menempati sebagian kecil frame
dan langit di sekitarnya sangat gelap, maka dengan leluasa Anda hanya fokus terhadap intensitas
cahaya dari bulan.
4. Partial Metering
Partial Metering hanya terdapat pada kamera Canon dan cara kerjanya mirip dengan spot metering.
Hanya saja terdapat sedikit perbedaan pada cakupan area, partial metering mencakup sekitar 8%
area pada frame, sedangkan spot metering hanya mencakup 3.5% dari frame. Sumber :
https://www.pixel.web.id/mode-metering-kamera/
B. Macam Modus Pemotretan
Modus pemotretan merupakan cara instan yang digunakan fotografer untuk memperoleh setting
kamera sesuai kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya. Pada kamera DSLR terdapat pilihan
modus seperti Modus otomatis, semi otomatis dan manual.
Modus Otomatis
1. Modus Auto
2. Flash Off
3. Close Up/Macro
4. Sport Mode
5. Night Mode
6. Landscape mode
7. Potrait Mode
Modus Semi Otomatis
8. P (Program Mode)
9. A (Aperture Priority)
10. S (Shutter Priority)
Manual
11. M (Manual Mode)

C. Video tutorial metering mode dan modus pemotretan pada kamera

Quis
BAB 4 Pengambilan Sudut Pandang
A. Shooting Position
Pengambilan sudut pandang dapat dieksplorasi dengan bebas agar dapat menghasilkan foto yang
memiliki nilai dan terksesan indah. Dalam dunia fotografi dikenal dengan tiga jenis shooting position,
yaitu :
1. Bird Eye
Bird Eye dilakukan dengan memposisikan kamera diatas objek yang akan difoto. Posisi kamera
menunduk ke bawah membuat wajah objek, disaat memotret orang akan terlihat besar dan luas tetapi
badan serta kakinya menjadi lebih kecil.

Foto dapat diambil dengan :


Diafragma 6.3
Shutter Speed 1/800
ISO 400
Focal Length 55

https://tambahpinter.com/angle-fotografi/

2. Eye Level
Pada posisi ini kamera ditempatkan sejajar dengan objek. Eye level merupakan sudut standar atau
normal, efek yang ditimbulkan pun pandangan normal atau seperti kita melihat langsung ke objek
dengan mata kita.

Foto dapat diambil dengan :


Diafragma 4.5
Shutter Speed 1/160
ISO 100
Focal Length 37

3. Frog Eye
Sudut pemotretan dengan teknik frog eye membuat fotografer nekihat objek seperti katak. Dimana
kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan dihadapkan ke atas.
Foto dapat diambil dengan :
Diafragma 6.3
Shutter Speed 1/640
ISO 400
Focal Length 18

B. Field Of View
Field of view merupakan perspektif visual yang tampak oleh indera penglihatan melalui jendela bidik
(viewfinder). Komposisi yang umym digunakan dari segi ukuran (field of view) yang akan diambil
adalah sebagai berikut :
1. Extreme Close Up
2. Head Shot
3. Close Up
4. Medium Close Up
5. Mid Shot
6. Medium Shot
7. Full Shot
8. Long Shot
Nyari https://unsplash.com/s/photos/longshot
C. Tips and Trik mengambil sudut pandang
Quiz
BAB 5 Tutorial Pengambilan Gambar
Setelah mempelajari tentang kamera, maka berikut bagaimana cara mengambil gambar dengan baik. Sesuai
dengan kebutuhan TEFA Multimedia SMKN 2 Cikarang Barat maka akan membahas tutorial pengambilan
gambar Pas Foto, Foto Studio dan DokumentasI Kegiatan.
1. Pas Foto
a. Siapkan background yang sesuai
b. Lighting otomatis
c. Pengaturan exposure
ISO 200
Shuter speed 1/100
Aperture F7.1 karna butuh memfokuskan ke background
d. Menggunakan focal length 35mm – 50mm
e. Objek
- Pengambilan foto (close up)
- Jangan terlalu dekat dan jangan terlalu jauh pada background
- Arahkan posisi/postur objek harus lurus
f. Proses editing
https://www.youtube.com/watch?v=i1IdYhvXK4Y&ab_channel=RahwadiEdoek

2. Foto Studio
a. Siapkan background yang sesuai
b. Lighting otomatis
c. Pengaturan exposure
ISO 100 - 200
Shuter speed 1/125
Aperture F7.1 – F 11
d. Pengaturan komposisi
e. Pengaturan Focal Length (biasanya menggunakan 18 mm- 24 mm
f. Objek - long shot
g. Arahkan posisi yang akan di ambil
h. Proses editing
https://www.youtube.com/watch?v=rJcKoeCFZjs&ab_channel=MukhamadAristo

3. Dokumentasi Kegiatan
a. indoor
menggunakan iso tinggi 500-800
bukaan lensa f.3.5
shutter 1/250 - 1/500
b. outdoor
iso rendah 200-400
bukaan lensa apperture 3.5-7.1 (tergantung objek yang ingin diambil)
shutter 1/500 - 1-1000

https://www.youtube.com/watch?v=HngOkRgS9Ww&ab_channel=MarthaSuherman
(contoh foto dan dekripsi on progress)

Quis
Note Interaktif :
- Menggunakan mockup kamera (slide) dan menunjukan keterangan aperture, iso, shutter speed yg
digunakan
- Menggunakan video untuk triangle of exposure
- Gambar-gambar yang digunakan usahakan menggunakan gambar sendiri
- Soal persub materi 3 pilihan ganda dan
- Soal perbab quiziz soal disesuaikan

Today result :
- Masukin materi dan design pada InDesign (Belajar Indesign)
- Gambar dan mockup interaktif terakhir UTAMAKAN LAYOUT (agara lgsg bisa dimasukin).
- Pikirin lg mirrorless masukin dimana mau video aja atau bagaimana? Intinya utamain DSLR –
Bilang ke bu febri “utamain DSLR’
Assalamualaikum wr.wb. Selamat siang Bu Febri saya mahasiswa UNJ dengan penelitian
“Pengoperasaian Kamera DSLR”, kemarin saya sudah berdiskusi bersama dosen
pembimbing saya perihal materi yang akan di buat. Karena saya sudah seminar proposal
dengan judul Kamera DSLR, jadi tidak bisa diganti menjadi kamera mirrorless. Apakah
tidak apa-apa bu?

Belajar Indesign :
- Tools untuk membuat shape (desain)
- Penggunaan page layout & master page

Ardhito playlist for study

Anda mungkin juga menyukai