Mekanika Fluida Lanjut - 6
Mekanika Fluida Lanjut - 6
Kolam Pasut
DOSEN:
DR. ENG. PURWANTO BEKTI SANTOSO
(1)
Perlu dicatat Ab mungkin merupakan fungsi dari perubahan muka air: Ab = Ab(hb(t)).
Gerak di saluran
Tampungan (storage) di saluran diabaikan, di mana dimungkinkan jika muka bebas di saluran adalah jauh
lebih kecil dibandingkan dengan di kolam.
Persaman kesetimbangan volume satu dimensi:
(2)
di mana B adalah lebar muka bebas di saluran. Pengabaian tampungan di saluran berakibat suku
pertama bisa diabaikan di dalam persamaan, sehingga Q/s = 0. Oleh karena itu, di saluran Q bisa
dianggap sebagai fungsi dari waktu saja: Q(t), di mana juga sama dengan Qin(t).
Berdasarkan definisi, Q = UAc. Pada saluran prismatis, Ac/s = 0, di mana pendekatan Q/s = 0 juga
berakibat bahwa U/s = 0. Hal ini berarti, dalam hal saluran lurus, jarak antara partikel fluida adalah
konstan. Massa air di saluran dianggap bergerak maju mundur sebagai sebuah blok. Hal ini disebut
sebagai rigid-column approximation.
Persamaan Momentum
(3)
Persamaan tersebut diintegrasikan sepanjang saluran, dari s = 0 (di laut) sampai dengan s = l di kolam.
Jika Q/s = 0, dengan asumsi saluran prismatis, Ac/s = 0, sehingga suku kedua bisa dihilangkan.
Integrasi terhadap s akan kita dapatkan
(4)
Hr adalah kehilangan head karena gesekan di batas, yang diberikan oleh
Persamaan Momentum (lanjutan)
Pada saat pasang atau pun surut, beda head total antara laut dan kolam diberikan oleh persamaan
(5)
di mana hs adalah elevasi muka air di laut, hb elevasi muka air di kolam, dan He adalah kehilangan
karena ekspansi yang diberikakn oleh He = |U|U/2g. Substitusi ke persamaan (4) menghasilkan
(6)
Keseluruhan beda head (ruas kiri persaman (6)), menimbulkan percepatan pada air di saluran (suku
pertama di ruas kanan) dan mengatasi kehilangan (suku kedua di ruas kanan).
Aliran di saluran pada beberapa kondisi pasut
Sistem Kopel
Persamaan (1) dan (6) membentuk satu set pasangan persamaan differensial orde satu dalam hb dan Q
sebagai fungsi waktu. Persamaan tersebut bisa dibentuk dalam persamaan differensial orde dua
dengan eliminasi Q (atau hb) dari persamaan.
Misal kita buat sebuah koefisien kehilangan tak berdimensi:
(7)
Sehingga W bisa ditulis sebagai berikut:
(8)
Substitusi ke dalam persamaan (1), dengan Q = Qin, dan mengabaikan perubahan Ac terhadap hb,
dihasilkan
(10)
Persamaan tersebut adalah persamaan differensial biasa orde dua terhadap hb, mempunyai bentuk
yang serupa dengan persamaan sistem pegas massa teredam. Sistem tersebut mempunyai osilasi
alami dengan frekuensi natural, tanpa redaman ( = 0) sebagai berikut:
Linearisasi Tahanan Quadratik (lanjutan)
Tahanan W adalah proporsional terhadap |Q|Q. Bentuk nonlinear ini mencegah adanya solusi analitis.
Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan linearisasi terhadap suku kehilangan.
Misalkan di mana
Bentuk kuadratik dari suku tahanan menimbulkan deviasi/penyimpangan dari variasi sinusoidal. Untuk
menghilangkan deviasi tersebut, suku tahanan didekati dengan W = 2Q sebagai pengganti W = 1|Q |Q,
dimana 2 adalah konstanta yang akan ditentukan. Nilai 2 dipilih sedemikian hingga kehilangan energi
dalam satu siklus (dengan durasi T) mempunyai nilai sama antara kedua formulasi, sehingga redaman
yang terjadi bisa dinyatakan dengan benar. Laji kehilangan energi karena tahanan W adalah proporsional
dengan WQ, sehingga kondisi yang diterapkan terhadap 2 dapat ditulis sebagai
(11)
di mana
Elevasi muka air di laut dan di kolam bisa dinyatakan sebagai berikut:
dan
di mana h adalah muka air rata-rata, di laut dan di kolam adalah sama, dan s dan b adalah fluktuasi
muka air di laut dan di kolam. Dengan substitusi, maka persamaan (11) menjadi
(12)
Kolam dan laut terhubung pendek
Kolam dan laut terhubung dalam jarak yang pendek (yaitu l 0), sehingga persamaan (12) menjadi:
(13)
Persamaan (13) secara fisik berarti bahwa debit yang melewati penghubung antara laut dan kolam
berubah secara seketika terhadap variasi beda head antara kolam dan laut.
Solusi non-homogen
Misalkan muka air pasut di laut dinyatakan
oleh persamaan
(14)
(15)
Nilai r dan bisa didapatkan dengan dua fasa yang
berbeda, misalkan t = ½ , dan t = 0, yang
di mana menghasilkan: