Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Yogri Bhagaskoro
NIM : 2002101010001
Kelas : Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner (03)
Dosen pengampu : drh. Teuku Reza Ferasyi, M.Sc., Ph.D

1. Insiden kumulatif (Cumulative Incidence)


Insidensi merupakan jumlah kasus baru penyakit yang ditemukan pada populasi
individu yang berisiko selama interval waktu tertentu. Insiden kumulatif adalah proporsi orang
dalam suatu populasi yang terdiri dari orang-orang yang pada awalnya bebas dari penyakit
yang kemudian menderita penyakit tertentu dalam suatu interval waktu.
Rumus:
Pada studi Wisconsin Epidemiologic Study of Diabetic Retinopathy, 610 pasien dengan
Diabetes Mellitus (DM) dalam terapi insulin dan 652 pasien DM tanpa insulin tanpa adanya
edema makula diamati selama empat tahun. Dalam perkembangannya, 50 kasus edema makula
terjadi pada pasien DM dengan insulin dan 34 kasus pada DM tanpa insulin. Sehingga, insiden
kumulatif yang ada 50/610 pada pasien DM dengan insulin berkisar 0.082 atau 8.2% dan
34/652 pada DM tanpa insulin berkisar 0.052 atau 5.2%.7 Pengukuran dari insiden dapat
diinterpretasikan sebagai suatu kemungkinan (probability) atau risiko suatu individu dapat
terkena suatu penyakit pada periode waktu tertentu.
Macam-Macam Insiden Kumulatif :
• Attack Rate yaitu mengukur seberapa besar serangan penyakit terhadap sebuah populasi.
Makin tinggi AR maka makin tinggi kemampuan penularan penyakit.
• Secondary Attack yaitu mengukur besar kejadian penyakit kedua di dalam sebuah populasi
kecil (misalnya keluarga dll). Ukuran ini digunakan uutuk menghitung kasus kedua sebagai
hasil penularan kasus pertama.

2. Laju Insiden (Incidence rate)


Incidence rate adalah jumlah kasus baru dalam populasi. Namun, penyebutnya sekarang adalah
jumlah waktu rata-rata setiap individu yang berisiko. Incidence rate atau incidence density atau
hazard rate adalah jumlah kasus baru (suatu penyakit) yang terjadi per unit waktu/periode
individu terancam, selama periode waktu yang ditentukan. Laju ini merupakan suatu keadaan
yang menyebabkan suatu individu atau kelompok hewan menjadi sakit atau mati. Insiden
kumulatif mengamati seluruh populasi berisiko (population at risk) sejak awal periode
penelitian pada periode waktu yang ditentukan. Dalam perkembangannya ada beberapa peserta
akan memasuki studi beberapa tahun setelah studi dimulai dan beberapa peserta lain akan
hilang (lost follow up/drop out) selama masa studi, sehingga penilaian tidak akan seragam
untuk semua peserta. Diperlukan keseragaman dengan mencari rata-rata waktu (time at risk)
setiap orang yang diamati dalam studi dan risiko menjadi sebuah kasus. Berikut contoh studi
kasus baru HIV yang diobservasi selama periode waktu 5 tahun : Seperti insiden kumulatif,
pembilang incidence rate adalah jumlah kasus baru dalam populasi. Namun, penyebutnya
sekarang adalah jumlah waktu rata-rata setiap individu yang berisiko. Dalam contoh hipotesis
di atas, tingkat incidence rate adalah: Sangat penting untuk menentukan periode waktu yang
digunakan apakah angka tersebut mewakili jumlah kasus orang/hari, orang/bulan atau
orang/tahun. Sehingga dapat dituliskan 9,4 kasus baru per 100 orang/tahun, atau 94 kasus per
1.000 orang/tahun. Jika data yang diperoleh tidak memungkinkan dalam penentuan waktu rata-
rata orang/tahun, maka dapat digunakan titik tengah (mid-point) periode waktu studi yang
dikalikan dengan jumlah lamanya observasi.
Sebagai contoh,:
Kematian akibat kanker pada populasi A, tahun 2004 – 2008 = 150
Populasi A pada pertengahan 2006 = 2.554
Perkiraan total waktu orang/tahun (person-years at risk)
5 tahun x 22.554 = 112.770 orang/tahun
Rata-rata angka kematian akibat kanker,2004-2008 = 150/112.770 orang/tahun
= 0,0013 kematian per tahun
= 1.3 kematian per 100 orang/tahun

Contoh soal:
Suatu studi dilakukan selama periode 12 bulan untuk mengidentifikasi mortalitas
sapi-sapi di suatu desa. Jumlah sapi diawal studi adalah 100 ekor.
• 5 sapi mati setelah 2 bulan (artinya: 5 x 2 = 10 bulan-sapi terancam atau animal-
months at risk)
• 2 sapi mati setelah 5 bulan (artinya: 2 x 5 = 10 bulan-sapi terancam)
• 3 sapi mati setelah 8 bulan (artinya: 3 x 8 = 24 bulan-sapi terancam)

Total 10 sapi mati dalam 44 (10 + 10 + 24) bulan-sapi terancam. Sisanya (90 sapi) bertahan
dalam seluruh periode studi (artinya: 90 x12 bulan = 1080 bulan-sapi terancam). Dengan
demikian, densitas insidensi atau laju insidensi mortalitas sapi-sapi di desa ini adalah 10 / 1124
= 0.009 kasus per bulansapi terancam (atau cukup dengan mengatakan:10 kasus kematian per
1124 bulan sapi terancam). Jika menggunakan pendekatan denominator perkiraan, maka
hasilnya adalah [10/(100 -1⁄2 × 10 - 1⁄2 × 0)] = 10/95 = 0.11 kasus kematian per 12 bulan –
sapi terancam.

Anda mungkin juga menyukai