Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN: 2722-8037

Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844


v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

ANALISIS PENILAIAN FAKTOR KERUSAKAN JALAN DENGAN

PERBANDINGAN METODE BINA MARGA, METODE PCI (PAVEMENT

CONDITION INDEX), DAN METODE SDI (SURFACE DISTRESS INDEX)

(Studi Kasus Ruas Jalan Patuk-Dlingo, Kec. Dlingo, Kab. Bantul)

Anisa Gusnilawati, Yusfita Chrisnawati, Woro Partini Maryunani


Program Studi Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Tidar
anisagusnilawati08@gmail.com, yusfita.chrisnawati@untidar.ac.id

Abstrak

Ruas Jalan Patuk Dlingo merupakan akses jalan wisata alam hutan pinus yang sangat populer
di Kecamatan Dlingo sehingga keadaan infrastruktur jalan harus menunjang dalam sektor
pariwisata daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi permukaan
perkerasan jalan dan membandingkan nilai kondisi perkerasan jalan berdasarkan tiga metode,
yaitu Bina Marga, Pavement Condition Index (PCI), Surface Distress Index (SDI), yang
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui jenis penanganan pemeliharaan jalan dan untuk
menghitung tebal perkerasan menggunakan metode Bina Marga 2013. Penilaian kondisi
visual diperoleh dengan melakukan survey lapangan secara langsung. Hasil penelitian nilai
kondisi kerusakan Jalan Patuk Dlingo pada ketiga metode yaitu metode Bina Marga nilai UP
7,92 tergolong program pemeliharaan rutin, nilai rata-rata 39,7% yang kategori jelek (poor),
metode SDI rata-rata nilai 11,8 tergolong dalam penanganan pemeliharaan secara rutin.
Dengan adanya penelitian penilaian kondisi jalan yang menggunakan metode Bina Marga,
PCI, dan SDI dapat memberikan gambaran tingkat kerusakan Jalan Patuk Dlingo, yang dapat
digunakan sebagai data base untuk perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi dan
pemeliharaan jalan.

Kata kunci: kerusakan jalan, SDI, PCI, Bina Marga

1. PENDAHULUAN (bold 12 pt) lapisan tanah dasar (sub grade) (Putri,


Diana, & Putra, 2016).
Menurut Peraturan Pemerintah Menurut Depatemen Pekerjaan
Tahun 2006 Nomor 34, jalan adalah Umum (2007), kerusakan jalan
prasarana transportasi darat yang meliputi dikarenakan oleh empat hal utama, yakni
segala bagian jalan, termasuk bangunan material kontruksi, lalu lintas, iklim dan
pelengkap dan perlengkapannya yang air. Salah satunya, kerusakan pada ruas
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada Jalan Patuk Dlingo, Kecamatan Dlingo
pada permukaan tanah, di atas permukaan diakibatkan oleh beban lalu lintas yang
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau diterima permukaan perkerasan. Ruas
air, serta di atas permukaan air, kecuali panjang yang ditinjau 2,5 kilometer,
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel dimana kendaraan berat sering melewati
(Yudaningrum & Ikhwanudin, 2017). ruas ini dan mengakibatkan kerusakan
Bagian perkerasan jalan umumnya terdiri pada permukaan jalan sehingga
atas lapis permukaan (surface course), menimbulkan permasalahan seperti,
lapis pondasi atas (base course), lapis
pondasi bawah (sub base course), dan

15
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

penurunan kecepatan, dan kurang dasar diukur dengan menggunakan nilai


nyamanya bekendara. CBR dari test DCP. Adapun nilai-nilai
Penilaian kondisi permukaan jalan CBR yang ditentukan yaitu:
∑ 𝐶𝐵𝑅
merupakan salah satu tahapan untuk CBR rata-rata² = ∑ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
menentukan jenis program revaluasi yang CBR Segmen = CBR rata-rata - (CBR
perlu dilakukan. Salah satu tahapan dalam maks – CBR min )/R
merevaluasi kondisi permukaan jalan Log(CBR)= a + b log (DCP)
adalah dengan melakukan penilaian Secara garis besar kerusakan jalan
terhadap kondisi lapis permukaan jalan. dapat dibedakan menjadi dua bagian,
Berdasarkan permasalahan yang yaitu kerusakan struktural, dan kerusakan
ada, maka penulis mencoba fungsional. Jenis-jenis kerusakan
mengkombinasikan data kerusakan jalan struktural terdiri atas retak, perubahan
menggunakan Metode Bina Marga, metode bentuk, cacat permukaan, pengausan,
PCI (Pavement Condition Index), dan kegemukan, dan penurunan pada bekas
metode Surface Distress Index (SDI), penanaman utilitas. Sedangkan jenis
untuk memperoleh suatu kondisi jalan dan kerusakan fungsional sendiri biasanya
jenis penanganan secara kualitatif. meliputi ketidakrataan permukaan
(roughness) dan lendutan yang
2. KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN menyebabkan ketidaknyamanan pengguna
TEORI DAN PENGEMBANGAN jalan (Copricon, Wibisono, &
HIPOTESIS Sandhyavitri, 2018). Penilaian kondisi
jalan pada penelitian ini menggunakan
Perkerasan jalan adalah lapisan metode Bina Marga, PCI, dan SDI.
perkerasan yang terletak di antara lapisan a. Metode Bina Marga
tanah dasar dan roda kendaraan, yang Urutan prioritas didapatkan dengan
berfungsi untuk menopang beban lalu rumus sebagai berikut:
lintas (Simamora, Jaya, A.Md, & dan UP (Urutan Prioritas) = 17 – (Kelas LHR +
Bambang Edison, 2014). Nilai Kondisi Jalan)
Beban lalu lintas pada lajur rencana Dengan :
perlu memperhatikan nilai volume, dan Kelas LHR = Kelas lalu-lintas untuk
distribusi berbagai jenis kendaraan setiap pekerjaan Pemeliharaan
lajur. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan
adalah jumlah lintas ekivalen harian rata- terhadap kondisi jalan.
rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton Urutan prioritas 0–3, menandakan
(18.000 lb) pada jalur rencana yang diduga bahwa jalan harus dimasukkan dalam
terjadi pada permulaan umur rencana LEP program peningkatan. Urutan prioritas 4–6,
dihitung dengan rumus sebagai berikut: menandakan bahwa jalan perlu
LEP = ∑𝑛𝑗=𝑖 𝐿𝐻𝑅 𝑥 𝐶𝑗 𝑥 𝐸𝑗 dimasukkan dalam program pemeliharaan
dimana : berkala. Urutan prioritas >7, menandakan
J = jenis kendaraan bahwa jalan tersebut cukup dimasukkan
C = koefisien distribusi kendaraan dalam program pemeliharaan rutin. Nilai
E = angka ekivalen Prioritas = 17 – (Kelas LHR + Nilai
LHR = lintas harian rata-rata Kondisi Jalan).
Cj = koefisien distribusi kendaraan Prosedur analisa data Metode Bina
Ej = angka ekivalen tiap jenis kendaraan Marga, sebagai berikut:
Pada struktur perkerasan jalan 1. Perhitungan Kerusakan Jalan
menguraikan prosedur penentuan nilai a. Tetapkan jenis jalan dan kelas jalan.
CBR tanah dasar. Daya dukung tanah

16
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

b. Hitung LHR untuk jalan yang di survey Kedalaman Angka


dan tetapkan nilai kelas jalan dengan >20 mm 7
menggunakan tabel 2.15 Kelas Lalu 11-20 mm 5
Lintas Untuk Pekerjaan Pemeliharaan. 6-10 mm 3
Tabel 1.1 Kelas lalu lintas untuk pekerjaan 1-5 mm 1
pemeliharaan Tidak ada 0
Tambalan Dan Lubang
LHR Nilai Kelas
(smp/hari) Jalan Luas Angka
>30% 3
<20 1
20-30% 2
20-50 2
10-20% 1
50-200 3
<10% 0
200-500 4 Kekasaran Permukaan
Jenis Angka
500-2.000 5 Disintegration 4
Pelepas Butir 3
2.000-5.000 6 Rough 2
5.000-20.000 7 Fatty 1
20.000-50.000 8 Close Testure 0
>50.000 9 Amblas
(Sumber : Tata Cara Penyusunan Program Kedalaman Angka
Pemeliharaan Jalan Kota, Hal:11) >5/100 m 4
c. Mentabelkan hasil survey dan 2-5/100 m 2
mengelompokan data sesuai dengan 0-2/100 m 1
jenis kerusakan. Tidak ada 0
Tabel 1.2 Tabel penentuan angka kondisi (Sumber : Tata Cara Penyusunan
ProgramPemeliharaan Jalan Kota)
berdasarkan jenis kerusakan
d. Menjumlahkan setiap angka untuk
Retak-Retak (cracking) semua jenis kerusakan dan menetapkan
Tipe Angka nilai kondisi jalan berdasarkan Tabel
Buaya 5 2.17 Nilai Kondisi Jalan.
Acak 4 Tabel 1.2 Nilai Kondisi Jalan
Melintang 3 Angka
Memanjang 1 Nilai
Kerusakan
Tidak Ada 1 26-29 9
Lebar Angka 22-25 8
>2 mm 3 19-21 7
1-2 mm 2 16-18 6
<1 mm 1 13-15 5
Tidak ada 0 10-12 4
Luas Kerusakan Angka 7-9 3
>30% 3 4-6 2
10%-30% 2 0-3 1
<10% 1 (Sumber: Tata cara Penyusunan
Tidak ada 0 Program Pemeliharaan Jalan Kota, Hal:12)
Alur b. Metode Pavement Condition Index
(PCI)

17
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

Pavement Condition Index (PCI) 4. Menentukan nilai izin dari deduct (m)
adalah sistem penilaian kondisi perkerasan a. Jika hanya satu deduct value dengan
jalan berdasarkan jenis, tingkat, dan luas nilai > 5 untuk lapangan udara dan > 2
kerusakan yang terjadi, dan dapat untuk jalan, maka total deduct value
digunakan sebagai acuan dalam usaha digunakan sebagai corrected deduct value,
pemeliharaan. jika tidak maka dilanjutkan pada tahap
1. Tingkat Kerusakan Jalan (Severty berikut ini,
Level) b. Urutkan deduct value dari nilai terbesar,
Tingkat kerusakan yang digunakan c. Menentukan nilai m dengan
dalam perhitungan PCI adalah low menggunakan rumus:
severity level (L), medium severity level m = 1 + (9/98)*(100 – HDV)
(M), dan high severity level (H). Dimana:
2. Kerapatan (Density) m = nilai izin deduct.
Kerapatan dapat dinyatakan dengan HDV = nilai tertinggi dari deduct.
persamaan berikut: d. Masing-masing deduct value
𝐴𝑑 dikurangkan terhadap m.
Density = 𝐴𝑠 𝑥 100% 5. Menentukan CDV Maksimum
Keterangan: (Corrected Deduct Value)
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk a. Menentukan jumlah nilai deduct yang
tiap tingkat kerusakan (m²) lebih besar dari 2 (q).
As = Luas total unit segmen (m²) b. Menentukan nilai total deduct dengan
3. Menetapkan deduct value menjumlahkan tiap nilai deduct.
Deduct value adalah suatu nilai c. Menentukan CDV dari perhitungan a)
pengurang setiap jenis kerusakan yang dan b) dengan menggunakan kurva koreksi
diperoleh dari kurva hubungan kerapatan nilai deduct,
(density) dan tingkat keparahan kerusakan
(severity level).

Gambar 1.3 Hubungan antara total deduct


value (TDV)
Gambar 1.1 Kurva hubungan antara (Sumber: Jurnal Deby Elfi Capricon, 2018)
density dengan deduct value untuk jenis d. Nilai deduct terkecil dikurangkan
kerusakan keriting (corruigation) terhadap 2.0 kemudian ulangi langkah
(Sumber : Shahin M.Y, 1996) a) sampai c) hingga memperoleh nilai q =
1.
e. CDV maksimum adalah CDV terbesar
pada proses iterasi di atas.
6. Nilai PCI
PCI = 100 – CDV maks
∑ 𝑃𝐶𝐼(𝑆)
PCI= 𝑁
Gambar 1.2 Kurva hubungan antara Keterangan:
density dengan deduct value untuk jenis PCI = nilai kondisi perkerasan secara
kerusakan alur (rutting) keseluruhan
(Sumber : Shahin M.Y, 1996) N = jumlah data

18
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

Dari nilai PCI yaitu sempurna b. Kedalaman bekas roda <1 cm (X=0,5),
(excellent), sangat baik (very good), baik maka SDI4 = SDI3 + 5 x X
(good) ,sedang (fair), jelek (poor), sangat c. Kedalaman bekas roda <1-3 cm (X=2),
jelek (very poor), dan gagal (failed). maka SDI4 = SDI3 + 5 x X
c. Metode Surface Distress Index (SDI) d. Kedalaman bekas roda >3 cm (X=5),
maka SDI4 = SDI3 + 20 x X
Menghitung besaran nilai SDI,
Pengelompokan kondisi jalan
hanya diperlukan 4 unsur yang
berdasarkan SDI disajikan dalam tabel
dipergunakan sebagai dukungan yaitu: %
2.29 berikut ini:
luas retak, rata-rata lebar retak, jumlah
Tabel 1.4 Hubungan antara nilai SDI
lubang/km dan rata-rata kedalam rutting
dengan kondisi jalan
bekas roda.
Nilai SDI Kondisi
1. Menentukan SDI1 (luas retak)
Perhitungan SDI1 pada tiap interval <50 Baik
100 m. 50-100 Sedang
% Luas retak = L x ( 100 / B ) 100-150 Rusak Ringin
Dengan: >150 Rusak Berat
L = luas total retak (m2) (Sumber: Bina Marga)
B = lebar jalan (m) d. Metode Bina Marga 2013
Berikut adalah perhitungan SDI1. Dalam mendesain tebal lapis
a. Tidak ada perkerasan lentur dibutuhkan data-data
b. Luas retak < 10 %, maka SDI1 = 5 sebagai berikut.
c. Luas retak 10 – 30 %, maka SDI1 = 20 1. Data lalu lintas seperti volume lalu
d. Luas retak > 30 %, maka SDI1 = 40 lintas, lalu lintas harian rata-rata
2. Menentukan nilai SDI2 (lebar retak) (LHRT), jenis kendaraan.
a. Tidak ada 2. Faktor pertumbuhan lalu lintas. Tabel
b. Lebar retak <1 mm (halus), maka SDI2 2.31 digunakan sebagai nilai minimum.
= SDI1 Tabel 1.5 Pertumbuhan Lalu Lintas (i)
c. Lebar retak 1–3 mm (sedang), maka
SDI2 = SDI1
d. Lebar retak >3 mm (lebar), maka SDI2 2011- <2021-
= SDI1 x 2 2020 2030
3. Menentukan nilai SDI3 (jumlah Arteri dan
5 4
lubang) perkotaan (%)
Berikut adalah perhitungan SDI3: Kolektor rural
3,5 2,5
a. Tidak ada (%)
b. Jumlah lubang < 10/100 m, maka SDI3 Jalan desa (%) 1 1
(Sumber: Bina Marga, 2013)
= SDI2 + 15
(1 + 0,01𝑖)𝑈𝑅 − 1
c. Jumlah lubang 10 – 50/100 m, maka 𝑅=
0,01𝑖
SDI3 = SDI2 + 75 dengan :
d. Jumlah lubang > 50/100 m, maka SDI3 R = Faktor pengali pertumbuhan lalu
= SDI2 + 225 lintas,
4. Menentukan SDI4 (kedalaman bekas i = Tingkat pertumbuhan tahunan (%), dan
roda) UR = Umur rencana (tahun).
3. Beban sumbu standar kumulatif atau
Nilai SDI3 kedalam perhitungan Cumulative Equivalent Single Axle Load
berikut. (CESA) merupakan jumlah kumulatif
a. Tidak ada beban sumbu lalu lintas desain pada lajur

19
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

desain selama umur rencana, yang 1. Data sekunder adalah data yang
ditentukan dengan persamaan berikut. diperoleh dari instansi terkait.
𝐸𝑆𝐴 = ∑ 𝑥 𝑉𝐷𝐹 Data primer adalah data yang diperoleh
𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝐿𝐻𝑅𝑇 dari penelitian dan pengamatan langsung
𝐶𝐸𝑆𝐴 = 𝐸𝑆𝐴 𝑥 365 𝑥 𝑅
di lapangan.
dengan :
ESA = Lintasan sumbu standar ekuivalen
(equivalent standard axle) untuk 1 (satu)
hari,
Pemilihan jenis perkerasan dapat
dilihat pada Tabel 1.6 berikut.
Tabel 1.6 Pemilihan jenis perkerasan

(Sumber: Bina Marga, 2013)

3. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dapat dilihat pada


Gambar 3.1 Denah lokasi Penelitian
Perkerasan Jalan.

Gambar 1.4 Denah lokasi penelitian


perkerasan jalan
(Sumber: Google Maps)
Langkah dalam penelitian ini
menggunakan dua data, yaitu:

20
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

4. HASIL DAN PEMBAHASANTabel 3. Perhitungan angka kerusakan untuk


1.7 Data lalu lintas harian rata-rata kerusakan kelompok kekasaran
Jalan Patuk-Dlingo permukaan, lubang dan tambalan, serta
deformasi plastis didasarkan pada jenis
kerusakan saja.
4. Menghitung parameter untuk setiap
jenis kerusakan dan melakukan
penilaian terhadap setiap jenis
kerusakan berdasarkan table 2.6.
1. Perhitungan semua jenis kerusakan dan
menetapkan nilai kondisi jalan
berdasarkan Tabel 2.7 Nilai Kondisi
Jalan.
2. Melakukan perhitungan urutan nilai
prioritas:
Nilai Prioritas = 17 – (Kelas LHR +
Nilai CBR rata-rata di ruas Jalan Nilai Kondisi Jalan)
Patuk-Dlingo terbesar 6,87, CBR Tabel 1.8 Hasil Nilai Urutan
maksimal terbesar 7,18%, dan CBR Proritas (UP)
minimal sebesar 6,48%. Dari hasil data
yang diperoleh maka dihitung
menghasilkan CBR design sebesar 6,56%.
Data yang diperoleh melalaui pengujian
alat DCP di lapangan.
Berdasarkan hasil perhitungan
lintas ekivalen untuk kendaraan sedan,
angkot, pick up, dan St. wagon adalah
sebesar nol karena faktor Ekivalen Beban
(Vahicle Damage Factor) golongan
kendaraan tersebut memiliki dampak yang
sangat kecil dibandingkan golongan
lainnya. Angka ekivalen untuk sedan,
angkot, Pick Up, dan St. Wagon hanya
sebesar 0,0004. Angka ini menunjukkan
bahwa pengaruh kendaraan ringan
terhadap penurunan kinerja jalan sangat
kecil.
a. Perhitungan Metode Bina Marga
Setelah dihitung dengan
1. Menetapkan jenis jalan dan kelas jalan. merekapitulasi hasil angka urutan prioritas
Jenis jalan pada ruas Jalan Patuk-Dlingo 25 segmen sehingga menghasilkan rata-
merupakan jalan lokal sekunder dengan rata angka 7,92 perlu program
kelas jalan IIIA. pemeliharaan rutin.
2. Kelas Lalu Lintas Untuk Pekerjaan b. Metode PCI (Pavement Condition
Pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel Index)
2,5 yaitu ruas Jalan Patuk-Dlingo LHR Berikut ditampilkan Tabel 4.10
tahun 2019 sebesar 6.035 smp/hari Presentase Kerusakan yang terjadi pada
sehingga nilai kelas jalan adalah 7 dari segmen jalan tersebut.
Tabel 2.11.

21
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

Tabel 1.9 Presentase Kerusakan di Ruas 39,7% yang menunjukkan bahwa kondisi
Jalan Patuk Dlingo ruas jalan tersebut tergolong jelek (poor).
c. Metode SDI (Suface Distress Index)
Tabel 1.11 Rekapitulasi hasil perhitungan
nilai SDI

1. Menghitung Nilai Kerapatan (Density)


Perhitungan di bawah ini sebagai
contoh perhitungan untuk setiap segmen
berikutnya sampai sta 2+500. Berikut
contoh perhitungan density pada kerusakan
pelepasan butir (raveling)
𝐿𝑑 2,4
𝑀= 𝑥 100% = 𝑥 100% = 0,48%
𝐴𝑠 500
2. Menetapkan Deduct Value
3. Menentukan Nilai Izin Dari Deduct
(m)
4. Menentukan Total Deduct Value untuk
mendapatkan CDV Maksimum
(Corrected Deduct Value)
Tabel 1.10 Nilai TDV, CDV, dan PCI

Rata-rata nilai kondisi SDI dari hasil


perhitungan adalah 11,8, maka
menunjukkan bahwa ruas Jalan Patuk
Dari nilai rata-rata PCI lapis Dlingo tergolong jenis penanganan
perkerasan ruas jalan Patuk Dlingo adalah pemeliharaan secara rutin.

22
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

d. Perhitungan Tebal Perkerasan Metode 2. Diperoleh nilai CBR rata-rata terbesar


Bina Marga 2013 6,87, CBR maksimal terbesar 7,18%,
Tabel 1.12 Perhitungan ESA5 dan CBR minimal sebesar 6,48%. Dari
hasil data yang diperoleh maka
dihitung menghasilkan CBR desain
sebesar 6,56%.
3. Hasil tebal perkerasan pada ruas Jalan
Patuk Dlingo menggunakan Metode
Bina Marga 2013 adalah HRS WC =
30 mm, HRS Base = 35 mm, CTB atau
LPA Kelas A = 250 mm, LPA Kelas A
, LPA kelas B atau kerikil alam atau
lapis distabilisasi dengan CBR > 10%
= 125 mm.
Tabel 1.12 sesuai dengan Bagan
Sesuai dengan kesimpulan yang
Desain 3 dari Bina Marga 2013. Dari tabel
diperoleh diatas, maka diperoleh
di atas maka didapatkan tebal lapis
beberapa saran dari penelitian ini,
perekerasan lentur yang disajikan sebagai
yaitu:
berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan
1. HRS WC = 30 mm
menunjukkan bahwa kerusakan pada
2. HRS Base = 35 mm
ruas Jalan Patuk-Dlingo, Kecamatan
3. CTB atau LPA Kelas A = 250 mm
Dlingo, Kabupaten Bantul Sta 0+000
LPA Kelas A , LPA kelas B atau kerikil
s.d Sta 2+500 dengan menggunakan
alam atau lapis distabilisasi dengan CBR >
Metode Pavement Condition Index
10% = 125 mm.
dikategorikan kondisi jalan jelek (poor)
sehingga perlunya kajian terhadap
4. KESIMPULAN
kerusakan dibawah permukaan
Berdasarkan hasil pengujian perkerasan.
lapangan, analisis data, dan pembahasan 2. Dalam menentukan tingkat kerusakan
dalam penelitian ini dapat diperoleh jalan menggunakan Metode Bina
kesimpulan sebagai berikut: Marga dan Surface Distress Index
1. Nilai kondisi kerusakan jalan dengan (SDI) untuk mendapatkan hasil yang
Metode Bina Marga di ruas Jalan Patuk lebih detail dalam penentuan skala
Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten prioritas penanganan ruas jalan perlu
Dlingo menunjukkan bahwa urutan adanya penambahan kriteria-kriteria
prioritas 25 segmen sehingga yang berhubungan dengan penanganan
menghasilkan rata-rata angka 7,92 ruas jalan.
sehingga perlu program pemeliharaan 3. Perlu dilakukan penanganan
rutin. Nilai indeks kondisi perkerasan kerusakan pada ruas jalan Patuk-
(PCI) rata-rata ruas jalan Patuk Dlingo, Dlingo agar tidak menjadi lebih parah
Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul sehingga tidak menimbulkan
adalah 39,7% yang termasuk dalam kerusakan yang lebih tinggi, selain
kategori jelek (poor) ruas jalan itu akan memberikan rasa aman dan
tersebut perlu dilakukan perbaikan. nyaman untuk pengguna jalan.
Perhitungan kondisi kerusakan metode
SDI adalah rata-rata nilai sebesar 11,8 5. DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa jalan tersebut
tergolong dalam penanganan 2013, B. M. (n.d.). Manual Desain
pemeliharaan secara rutin. Perkerasan Jalan Nomor

23
P-ISSN: 2722-8037
Jurnal Rekayasa Infrastruktur Sipil E-ISSN: 2722-5844
v.02, n.1, p. 15-24, Agustus 2021

02/M/BM/2013, Kementrian 1993 dan Metode Lendutan Balik


Pekerjaan Umum Direktorat (Studi Kasus: Jalan Magelang-
Jenderal Bina Marga. Purworejo). Jurnal Teknik Sipil.
Akhmad Nurul Falakh, W. P. (2019). Umum, K. P. (2013). Manual Desain
Evaluasi Kondisi Perkerasan Jalan Perkerasan Jalan Nomor
Dengan Metode Pavement 02/M/BM/2013.
Condition Index (PCI), Bina Vidya Annisah Putri, I. W. (2016).
Marga, dan International Identifikasi Jenis Kerusakan Pada
Roughness Index (IRI). Jurnal Perkerasan Lentur (Studi Kasus
Teknik Sipil. Jalan Soekarno-Hatta Bandar
Bina Jaya Simamora, A. A. (2014). Lampung). JRSDD, Edisi Juni
Perencanaan Tebal Perkerasan 2016, Vol. 4, No. 2, Hal:197 - 204
Ruas Jalan Di Sta 0+000 s/d 4+000 (ISSN:2303-0011), 197-204.
Pada Areal Perkebunan Sawit Yunardhi, H. (2018). Anakisa Kerusakan
PT.Jabontara Eka Karsa. Jalan Dengan Metode PCI dan
Deby Elfi Copricon, G. W. (2018). Alternatif Penyelesaiannya (Studi
Perbandingan Metode Bina Marga Kasus: Ruas Jalan Di Panjaitan).
Dan Metode PCI (Pavement Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Condition Index) Dalam Penilaian teknologi sipil, 38.
Kondisi Perkerasan Jalan (Studi Zukhruf Erzy Muhania ‘Aini, A. R. (2017).
Kasus : simpang Lago - simpang Analisis Kondisi Kerusakan Jalan
Buatan). Jom FTEKNIK Volume 5 Pada Lapis Permukaan
No. 1 . Menggunakan Metode Pavement
Jehadus, S. (2019). Anilisis Penyebab Condition Index (PCI) (Studi Kasus
Kerusakan Jalan Raya jalan ruas Jalan Puring-
menggunakan Metode Bina Marga Petanahan, Kecamatan Puring,
2017 (Studi Kasus Lintas Labonan Kabupaten Kebumen, Provinsi
Bajo-Lambor Flores Nusa Jawa Tengah). Jurnal Teknik Sipil.
Tenggara Timur). Jurnal Teknik
Sipil .
Kuntoro, Z. (2018). Minat Wisatawan
Terhadap Thiwul Di Desa Wisata
Mangunan, Dlingo, Bantul,
Yogyakarta. Jurnal Minat
Wisatawan.
Mubarak, H. (2017). Analisis Tingkat
Kerusakan Perkerasan Jalan
Dengan Metode Pavement
Condition Index (PCI). Jurnal
Teknik Sipil.
Mulyadi, M. I. (2018). Studi kerusakan
Jalan Ditinjau Dari Faktor
Setempat (Studi Kasus jalan
Blangkejeren-Lawe Aunan).
Volume 1 Special Issue , Nomor 3,
667-678.
Siti Nurobingatun, W. P. (2019). Analisis
Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Jalan dengan Metode AASHTO

24

Anda mungkin juga menyukai