Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik

Vol. 13 No. 2 September 2020


DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

STUDI PENILAIAN KONDISI KERUSAKAN JALAN DENGAN


METODE NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN
SURFACE DISTRESS INDEX (SDI)
(Studi Kasus Jalan Alternatif Waena _ Entrop)

Irianto1, Reny Rochmawati1


1
Program Studi Tekni Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua JL. Dr. Sam
Ratulangi No. 11 Dok V Atas, Telp(09670 534012, 550355, Jayapura-Papua,
1
irian.anto@gmail.com, 1 rochmawatireny@rocketmail.com

ABSTRAK

Penggunaan jalan yang berkelanjutan akan menyebabkan timbulnya kerusakan pada jalan yang merugikan
pengguna jalan sehingga tidak sesuai dengan usia jalan yang direncanakan. Kerusakan jalan mengharuskan
dilakukannya penelitian untuk menentukan kondisi permukaan jalan dengan melakukan pengamatan visual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan jalan yang terjadi pada jalan alternative Waena - Entrop
dengan menggunakan metode International Roughness Index (IRI) dan metode Surface Distress Index (SDI),
serta menentukan cara penanganan perbaikan jalan yang dilakukan berdasarkan jenis kerusakan jalan yang
terjadi di lapangan. Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode IRI dengan aplikasi android
roadbounce, dari total 6 km panjang jalan yang di analisis menunjukkan bahwa 2.8 km mengalami kerusakan
yang terdiri dari 2.45 km mengalami kerusakan sedang dan 0.35 km mengalami kerusakan berat, sedangkan
hasil perhitungan dengan metode SDI tingkat kerusakan jalan termasuk dalam kategori sedang dengan nilai SDI
100, berdasarkan hasil tersebut maka kerusakan yang terjadi dapat direkomendasikan metode perbaikan adalah
pemeliharaan ruting
Kata kunci : Jalan, kerusakan, perbaikan

1. Pendahuluan untuk menjaga kondisi jalan tetap baik.


Jalan adalah infrastruktur penting dalam Pemeliharan jalan adalah upaya untuk
transportasi yang dapat mempengaruhi kemajuan meningkatkan kembali kondisi jalan yang layak
bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik di suatu secara fungsional dan layak secara struktural, maka
daerah. Jalan raya merupakan aspek integral dari dalam penanganan jalan harus sesuai dengan jenis
infrastruktur transportasi (Mashaan 2014). kerusakan yang dialami oleh jalan ( Rondi, 2016).
Perkerasan yang baik adalah persyaratan mutlak Permasalahan umum yang sering dihadapi
yang harus dipenuhi dalam membuat jalan raya oleh dinas teknis pada tiap daerah adalah belum
untuk kenyamanan dan keselamatan bagi tersedianya data base kondisi jalan. Ruas jalan
pengemudi. Perkerasan Jalan adalah campuran dari alternative Waena - Entrop merupakan jalur
agregat dan bahan penghubung sebagai penahan strategis yang menghubungkan Kota Jayapiura
beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan jalan dengan kabupaten Jayapura. Penilaian kondisi jalan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu perkerasan lentur perlu dilakukan secara periodik baik struktural
(flexible pavement), perkerasan kaku (rigid maupun non-struktural. Nilai kondisi jalan ini
pavement) dan perkerasan kompisit (composite nantinya dijadikan acuan untuk menentukan jenis
pavement). program evaluasi yang harus dilakukan, apakah itu
Penggunaan jalan yang berkelanjutan akan program peningkatan; pemeliharaan berkala; atau
menyebabkan timbulnya kerusakan pada jalan yang pemeliharaan rutin. Pemilihan bentuk pemeliharaan
merugikan pengguna jalan sehingga tidak sesuai jalan yang tepat dilakukan dengan melakukan
dengan usia jalan yang direncanakan. Kerusakan penilaian terhadap kondisi permukaan jalan
jalan mengharuskan dilakukannya penelitian untuk diperoleh dengan pengukuran menggunakan
menentukan kondisi permukaan jalan dengan Metode International Roughness Index (IRI). Ada
melakukan pengamatan visual. Survei kondisi jalan beberapa metode pendekatan yang dapat digunakan
perlu dilakukan secara periodik baik struktural dalam melakukan penilaian kondisi jalan,
maupun non-struktural untuk mengetahui tingkat diantaranya adalah metode IRI dan metode Visual
pelayanan jalan yang ada (Pramono 2016). Setelah dalam hal ini metode Surface Distress Index (SDI).
terjadinya kerusakan perlu adanya pemeliharaan
7
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

Berdasarkan latar belakang diatas maka judul jalan belum banyak dilakukan salah satunya
dari penilitian ini adalah Studi Penggabungan nilai dikarenakan keterbatasan peralatan. Karena
kondisi kerusakan ruas jalan alternative Waena - kerataan jalan berpengaruh pada keamanan
Entrop berdasarkan nilai IRI dan SDI. Penelitian ini dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu
diharapkan dapat mengetahui kondisi kerusakan dilakukan pemeriksaan kerataan secara rutin
jalan dengan menggunakan kedua metode tersebut. sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus
diperbaiki (Suwardo & Sugiharto, 2004).
Rumusan Masalah Penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat yang ada merupakan aspek yang paling
dirumuskan masalah sebagai berikut : penting dalam penentuan sebuah proyek,
1. Berapa nilai kerataan jalan raya Abepura ke sebab karakteristik inilah yang akan menentukan
kota Jayapura dengan menggunakan metode satuan nilai manfaat ekonomis yang ditimbulkan
International Roughness Index (IRI). oleh adanya perbaikan jalan.
2. Bagaimana tingkat kerusakan jalan raya
Abepura ke kota Jayapura dengan menggunakan Konstruksi Perkerasan
metode Surface Distress Index (SDI). Pada umumnya pembuatan jalan
3. Bagaimana penanganan perbaikan jalan yang menempuh jarak beberapa kilometer sampai
dilakukan berdasarkan jenis dan tingkat ratusan kilometer bahkan melewati medan yang
kerusakan jalan yang terjadi dilapangan. berbukit, berliku-liku dan berbagai masalah
lainnya. Oleh karena itu jenis konstruksi perkerasan
Tujuan Penelitian harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap tempat
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai atau daerah yang akan dibangun jalan tersebut,
berikut : khususnya mengenai bahan material yang
1. Untuk mengetahui nilai kerataan jalan dengan digunakan diupayakan mudah didapatkan
menggunakan metode International Roughness disekitar trase jalan yang akan dibangun, sehigga
Index (IRI). biaya pembangunan dapat ditekan.
2. Untuk mengetahui tingkat kerusakan jalan raya Silvia sukirman (1999) menyatakan bahwa
Abepura ke kota Jayapura dengan menggunakan berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi jalan
metode Surface Distress Index (SDI). dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
3. Menentukan cara penanganan perbaikan jalan 1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible
yang dilakukan berdasarkan jenis kerusakan pavement) adalah lapis perkerasan yang
jalan yang terjadi di lapangan. menggunakan semen sebagai bahan ikat antar
material. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat
2. Tinjauan Pustaka memikul dan meneruskan serta menyebarkan
beban lalu lintas ke tanah dasar.
Kondisi Umum 2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena adalah lapis perkerasan yang menggunakan
beban lalu lintas berulang yang berlebihan semen sebagai bahan ikat antar materialnya.
(overloaded), panas/suhu udara, air dan hujan, Pelat beton dengan atau tanpa tulangan
serta mutu awal produk jalan yang jelek. Oleh diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas
harus dipelihara dengan baik agar dapat melayani dilimpahkan ke pelat beton, konstruksi ini
pertumbuhan lalulintas selama umur rencana. jarang digunakan karena biaya yang cukup
Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu mahal, tetapi biasanya digunakan pada proyek-
dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan proyek jalan layang.
kenyamanan jalan bagi pengguna dan menjaga daya 3. Konstruksi perkerasan komposit (composite
tahan/keawetan sampai umur rencana (Suwardo & pavement) adalah lapis perkerasan yang berupa
Sugiharto, 2004). kombinasi antara perkerasan lentur dengan
Survey kondisi perkerasan perlu dilakukan perkerasan kaku. Perkerasan lentur berada
secara periodik baik struktural maupun diatas perkerasan kaku, atau kombinasi berupa
nonstruktural untuk mengetahui tingkat pelayanan perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
jalan yang ada. Pemeriksaan nonstruktural
(fungsional) antara lain bertujuan untuk Lapisan Perkerasan
memeriksa kerataan (roughness), kekasaran Perkerasan jalan terdiri dari campuran antara
(texture), dan kekesatan (skid resistance). agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan melayani beban lalu lintas, agregat yang dipakai
akan bermanfaat di dalam usaha menentukan terdiri dari, batu pecah, batu belah, batu kali dan
program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Di hasil samping peleburan baja, sedangkan bahan
Indonesia pengukuran dan evaluasi tingkat kerataan pengikat terdiri dari, aspal, semen dan tanah liat
8
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

(Andi Tenrisuki Tenriajeng, 2012). Berdasarkan 9. Pinggiran Jalan Turun Vertikal


bahan ikat yang digunakan, lapisan perkerasan jalan (Lane/Shoulder Dropp Off)
dibagi menjadi dua kategori yaitu : 10. Retak Memanjang/Melintang
1. Lapisan Perkerasan Lentur (Flexible (Longitudinal/Trasverse Cracking)
Pavemen) 11. Tambalan (Patching end Utiliti Cut Patching)
2. Lapisan perkerasan kaku (Rigit Pavemen) 12. Pengausan Agregat (Polised Agregat)
Menurut konstruksi jalan terdiri dari tiga bagian 13. Lubang (Pothole)
yang penting, yaitu: 14. Rusak Perpotongan Rel (Railroad Crossing)
1. Lapisan penutup atau lapisan aus. 15. Alur (Rutting)
2. Lapisan perkerasan. 16. Sungkur (Shoving)
3. Tanah dasar. 17. Patah Slip (Slippage Cracking)
18. Mengembang Jembul (Swell)
19. Pelepasan Butir (Weathering/Raveling)

Faktor Penyebab Kerusakan


Menurut Silvia Sukirman (1999), kerusakan-
kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat
disebabkan oleh:
Gambar 1. Lapisan Konstruksi Pekerjaan Jalan 1. Lalu lintas, dapat berupa peningkatan dan
(Sukirman 1999) repetasi beban.
2. Air, yang dapat berupa air hujan, sistem
Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara drainase yang tidak baik, naiknya air akibat
umum yang biasa digunakan di Indonesia menurut kapilaritas.
Sukirman (1999) terdiri dari: 3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini
1. Lapisan permukaan (surface course). disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau
2. Lapisan pondasi atas (base course). dapat pula disebabkan oleh sistem pengelolaan
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course). bahan yang tidak baik.
4. Lapisan tanah bawah (subgrade). 4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu
Selanjutnya bagian perkerasan jalan dapat dilihat udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang
pada Gambar 2. merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil,
kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga
disebabkan oleh sifat tanah yang memang jelek.

Metode International Roughness Index (IRI)


International Roughness Index (IRI) atau
ketidakrataan permukaan adalah parameter
ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif
Gambar 2. Bagian Lapisan Konstruksi Perkerasan naik turunnya permukaan arah profil memanjang
Jalan (Sukirman 1999) dibagi dengan jarak/panjang permukaan yang
diukur seperti terlihat pada Untuk mengetahui
Jenis Kerusakan Jalan tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan pengukuran salah satunya dengan menggunakan
No.03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh alat Roaddroid. Roadroid adalah salah satu aplikasi
Direktorat Jendral Bina Marga kerusakan jalan pada ponsel pintar (smart phone) Android yang
pada perkerasan lentur sebagai petunjuk penilaian dikembangkan oleh perusahaan di Swedia yang
untuk kondisi perkerasan. Kerusakan jalan dapat berfungsi untuk mengukur ketidakrataan jalan (road
dibedakan menjadi 19 kerusakan, yaitu sebagai roughness).
berikut:
1. Retak Kulit Buaya (Aligator Cracking) Metode Surface Distress Index (SDI)
2. Kegemukan (Bleeding) Surface Distress Index (SDI) adalah skala
3. Retak Kotak-kotak (Block Cracking) kinerja jalan yang diperoleh dari hasil pengamatan
4. Cekungan (Bumb and Sags) secara visual terhadap kerusakan jalan yang terjadi
5. Keriting (Corrugation) di lapangan. Faktor-faktor yang menentukan
6. Amblas (Depression) penentuan besaran SDI adalah kondisi retak pada
7. Retak Samping Jalan (Edge Cracking) permukaan jalan dari total luas dan lebar retak rata-
8. Retak Sambung (Joint Reflec Cracking) rata (Gambar 2.3a), kondisi kerusakan lainnya
diperoleh dari jumlah lubang per 100 m panjang
9
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

jalan, serta kedalaman bekas roda/rutting


(Direktorat Bina Marga, 2011) Perhitungan SDI
dilakukan secara akumulasi berdasarkan kerusakan
pada jalan. Dari nilai tersebut dapat ditentukan
kondisi jalan seperti yang ditetapkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi jalan berdasarkan SDI

SDI
Kondisi Jalan

Baik < 50

Sedang 50 - 100 Gambar 3. Perhitungan SDI untuk Jalan Beraspal


Tabel 3. Penilaian Luas Retak
Rusak Ringan 100 - 150
Angka Kategori Luas Retak Nilai
Rusak Beragt > 159 SDIa

1 Tidak Ada 0
Sumber: Bina Marga 2011
2 < 10% 5
Berdasarkan Bina Marga (2011), hasil
3 10 – 30% 20
penilaian kondisi kerusakan jalan yang diperoleh
dipergunakan untuk menentukan jenis penanganan 4 >30 % 40
jalan berupa Pemeliharaan Rutin (nilai SDI<100),
Pemeliharaan Berkala (nilai SDI 100 - 150) dan Sumber: Bina Marga 2011
Peningkatan /Rekonstruksi (nilai SDI>150).
Penentuan jenis penanganan jalan dari hasil Tabel 4. Penilaian Lebar Retak
penilaian kondisi kerusakan jalan dan penilaian
Angka Kategori Lebar Nilai SDIb
kondisi permukaan jalan dapat dilihat dalam Tabel
Retak
2.
1 Tidak Ada 0
Tabel 2. Penentuan Jenis Penanganan Jalan
2 Halus < 1 mm 0
SDI
3 Sedang 1-3 mm 0
< 50 50 – 100 100 - 150 > 159
4 Lebar .3 mm Hasil SDIa
x2
Pemelihar Pemelihar Pemelihar Peningkat
aan aan aan an/ Sumber: Bina Marga 2011
Ruting Ruting Berkala rekonstru Tabel 5. Penilaian Jumlah Lubang
ksi Angka Kategori jlh Lubang Nilai SDIc

Sumber: Bina Marga 2011


1 Tidak Ada 0

Berdasarkan Panduan Survei Kondisi Jalan


2 <10/100 m Hasil SDIb
Nomor SMD-93/RCS, Jakarta, + 15
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum (2011), tahap
perhitungan nilai SDI dilakukan sebagai berikut: 3 10-50/100 m Hasil SDIb
+ 75
4 >50/100 Hasil SDIb
+ 225

Sumber: Bina Marga 2011

10
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

Tabel 6. Penilaian Bekas Roda 4. Analisa dan Pembahasan


d
Angka KaKategori Nilai X Nilai SDI
Bekas Roda Karakteristik Jalan
1 Tidak Ada 0 0 Jalan yang akan dianalisa adalah jalan
alternative yang menhubungkan antara Waena
2 < 1 cm dalam 0,5 Hasil SDIc dengan Entrop dengan panjang jalan 6 km
+ 5 x 0,5 dibangun dengan dana pemerintah kota Jayapura
tahun 2017 dengan menghabiskan anggaran
3 1 – 3 cm 2 Hasil SDIc pembagunan fisik jalan sebesar 9.55 milliar, jalan
dalam +5x2
ini mulai diresmikan pada bulan februari tahun
4 >3 cm dalam 4 Hasil SDIc 2018. Jalan ini menggunakan jenis perkerasan
+5x4
lentur yaitu sistem perkerasan jalan dimana
Sumber: Bina Marga 2011 konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-
tiap lapisan perkerasan pada umumnya
Penanganan Kerusakan Jalan menggunakan bahan maupun persyaratan yang
Penanganan konstruksi perkerasan berbeda sesuai dengan fungsinya yaitu, untuk
permukaan jalan meliputi pemeliharaan, menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian
penunjang dan peningkatan ataupun rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar
rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik setelah dalam batas daya dukungnya. Lapis permukaan
kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan adalah bagian perkerasan terletak paling
tersebut dievaluasi mengenai penyebab, akibat dan atasdengan perekat aspal. Lapis permukaan ini
tingkat dari kerusakan tersebut. berfungsi antara lain: (1) Sebagai bagian
perkerasan untuk menahan beban roda kendaraan,
Skala Prioritas (2) Sebagai lapis kedap air untuk melindungi
Setelah mempunyai data tingkat kemacetan badan jalan dari kerusakan akibat cuaca, dan (3)
yang diakibatkan oleh berkurangnya pelayanan Sebagai lapis aus (wearing course).
jalan baik disebabkan oleh pemanfaatan jalan yang
tidak benar, geometriknya sudah tidak memenuhi Kerusakan Jalan
lagi, ataupun struktur perkerasannya yang sudah Pada ruas Jalan alternative waena entrop di
rusak, maka selanjutnya diadakan skala prioritas temukan beberapa jenis kerusakan jalan pada
terhadap ruas-ruas jalan yang perlu ditangani, beberapa titik dengan jenis kerusakan sebagai
menimbang keterbatasan dana guna pemeliharaan berikut:
jalan. Pada dasarnya pemanfaatan jalan yang tidak a. Lubang
benar harus ditertibkan terlebih dahulu, diikuti Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan
oleh pembenahan perkerasan jalan. Tentu saja akibat hilangnya lapisan aus dart material lapis
hal-hal tersebut di atas tidak terlepas dari pondasi (base). Kerusakan berbentuk lubang kecil
kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat. biasanya berdiameter kurang dari 0.9 m dan
Teknik penentuan prioritas dapat dilakukan berbentuk mangkuk yang dapat berhubungan atau
bermacam-macam, antar lain dengan sistim tidak berhubungan dengan kerusakan permukaan
pembobotan (Dinas Bina Marga, 1990). lainnya. Lubang bisa terjadi akibat galian utilitas
atau tambalan di area perkerasan yang telah ada.
3. Metodologi Penelitian Lubang, umumnya mempunyai tepi yang tajam dan
Tahapan Penelitian mendekati vertikal. Lubang ini terjadi ketika beban
lalu-lintas menggerus bagian-bagian kecil dari
permukaan perkerasan, sehingga air bisa masuk.
Jika lubang pada perkerasan diciptakan oleh akibat
retak kulit buaya yang sangat parah, maka
kerusakan ini harus diidentifikasikan sebagai
kerusakan lubang (pothole) dan bukan kerusakan
tipe pelapukan(weathering) (Shahin,1994).

Faktor penyebab kerusakan:


a. Campuran material lapis permukaan yang
kurang baik.
b. Air masuk ke dalam lapis pondasi lewat retakan
di permukaan perkerasan yang tidak segera
ditutup.
c. Beban lalu-lintas yang mengakibatkan
Gambar 4. Diagram Tahapan Penelitian disintegrasi lapis pondasi.
11
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

d. Tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat


melekat pada ban kendaraan.

Gambar 6. Retak Memanjang (Dokumentasi


Lapangan 2020)

2. Retak melintang (transverse cracks)


Retak melintang merupakan retakan tunggal
Gambar 5. Kerusakan Jalan Lubang (Dokumentasi (tidak bersambungan satu sama lain) yang
Lapangan 2020) melintang perkerasan. Perkerasan, retak ketika
b. Retak temperatur atau lalu-lintas menimbulkan tegangan
Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal dan regangan yang melampaui kuat tarik atau
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan kelelahan dari campuran aspal padat. Retak macam
melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara ini biasanya berjarak yang mendekati sama. Retak
teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan taik yang melintang akan terjadi biasanya berjarak lebar,
terjadi pada lapisan aspal melampui tegangan tarik yaitu sekitar 15 - 20 m. Dengan berjalannya waktu,
maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan retak melintang berkembang pada interval jarak
tersebut. Misalnya, retak cleh kelelahan (fatigue) yang Iebih pendek. Retak awalnya nampak sebagai
terjadi akibat tegangan tank berulang-ulang akibat retak rambut, danakan semakin lebar dengan
beban lalu-lintas. Perkerasan yang kurang kuat berjalannya waktu.
tidak mempunyai tahanan terhadap tegangan tarik Faktor penyebab kerusakan:
yang tinggi. Mengacu pada AUSTROADS (1987), a. Penyusutan bahan pengikat pada lapis pondasi
retak pada perkerasan lentur dapat dibedakan dan tanah-dasar.
menurut bentuknya yaitu: b. Sambungan pelaksanaan atau retak susut (akibat
temperature rendah atau pengerasan) aspal
1. Retak memanjang (longitudinal craks) dalam permukaan.
Retak berbentuk memanjang pada perkerasan c. Kegagalan struktur lapis pondasi.
jalan, dapat terjadi dalam bentuk tunggal atau d. Pengaruh tegangan termal (akibat perubahan
berderet yang sejajar dan kadang-kadang sedikit suhu) atau kurangnya pemadatan.
bercabang. Retak memanjang dapat terjadi oleh
labilnya lapisan pendukung dari struktur 3. Retak blok (block cracks)
perkerasan. Retak memanjang dapat timbul oleh Retak blok ini berbentuk blok-blok besar
akibat beban maupun bukan. Retak yang bukan yang saling bersambuitgan, dengan ukuran sisi
akibat beban, misalnya oleh akibat adanya blok 0,20 sampai 3 meter, dan dapat membentuk
sambungan pelaksanaan ke arah memanjang. sudut atau pojok yang tajam. Kerusakan ini bukan
karena beban lalu-lintas. Kesulitan sering terjadi
Faktor penyebab kerusakan: untuk membedakan apakah retak blok disebabkan
a. Gerakan arah memanjang oleh akibat kurangnya oleh perubahan volume di dalam campuran aspal
gesek internal dalam lapis pondasi (base) atau atau di dalam lapis pondasi (base) atau tanah-dasar.
tanah-dasar, sehingga lapisan tersebut kurang Retak blok biasanya terjadi pada area yang luas
stabil. pada perkerasan aspal, tapi kadang-kadang hanya
b. Adanya perubahan volume tanah di dalam terjadi pada area yang jarang dilalui lalu-lintas.
tanah-dasar oleh gerakan vertikal. kerusakan ini hanya terjadi pada jalur lalu-lintasan
c. Penurunan tanah urug atau bergeraknya lereng roda.
timbunan. Lebar celah bisa mencapai 6 mm,
sehingga memungkinkan adanya infiltrasi air Faktor penyebab kerusakan:
dari permukaan. a. Perubahan volume campuran aspal yang
d. Adanya penyusutan semen pengikat pada lapis mempunyai kadar agregat halus tinggi dari aspal
pondasi (base) atau tanah-dasar. penetrasi rendah dan agregat yang mudah
e. Kelelahan (fatigue) pada lintasan roda. menyerap (odsorptive aggregate).
f. Pengaruh tegangan termal (akibat perubahan b. Pengaruh siklus temperatur harian dan
suhu) atau kurangnya pemadatan. pengerasan aspal.

12
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

c. Sambungan dalam lapisan beton yang berada di pada suatu lapisan perkerasan akibat pergerakan
bawahnya. lateral material yang disebabkan oleh beban lalu
d. Retak akibat kelelahan (fatigue) dalam lapisan lintas atau kurangnya pemadatan pada lapisan hot
aus aspal. mix saat pelaksanaan. Jika kerusakan ini terus
dibiarkan kemungkinan akan menyebabkan vechil
hydroplaning dapat berbahaya karena akan menarik
kendaraan tetap berada pada lajur alur. Jenis
kerusakan ini hanya di peroleh pada 1 sekmen jalan
di lapangan

Gambar 7. Retak Blok (Dokumentasi Lapangan


2020)

4. Kegemukan (Bleeding/Flushing)
Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat
yang berlebihan, yang bermigrasi ke atas
permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau Gambar 4.5. Jejak Roda /runtting (Dokumentasi
terlalu rendahnya kadar udara dalam campuran, Lapangan 2020)
dapat mengakibatkan kegemukan. Kegemukan juga International Roughness Index (IRI)
menyebabkan tenggelamnya agregat (parsial Pengukuran nilai International Roughness
maupun keseluruhan) ke dalam pengikat aspal yang Index (IRI) atau lebih dikenal sebagai pengukuran
menyebabkan berkurangnya kontak antara ban indeks kerataan jalan di lakukan dengan
kendaraan dan batuan. Kerusakan ini menyebabkan menggunakan aplikasi berbasis androit yaitu
permukaan jalan menjadi licin. Pada temperatur aplikasi Roadbounce dengan hasil sebagai berikut:
tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak
roda.
Faktor penyebab kerusakan:
a. Pemakaian kadar aspal yang tinggi pada
campuran aspal.
b. Kadar udara dalam campuran aspal terlalu
rendah.
c. Pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan
prune coat atau tack coat.
d. Pada tambiilan, terlalu banyaknya aspal di
bawah permukaan tambalan.

Gambar 9. Pengukuran IRI dari arah Waena kearah


Entrop (Hasil Aplikasi Roadbounce)

Dari gambar tersebut diatas menunjukkan


bahwa dari total 6 km panjang jalan yang di analisis
Gambar 8. Kerusakan kegemukan (Dokumentasi menunjukkan bahwa 1,9 km mengalami kerusakan
Lapangan 2020) yang terdiri dari 1.8 km mengalami kerusakan
sedang dan 0.1 km mengalami kerusakan berat
5. Jejak Roda (rutting) dimana pengamatan di lakukan dari arah Waena ke
Permukaan perkerasan pada jejak roda, terjadi Entrop.
jembulan sepanjang sisih yang beralur alur akan
nampak apabilah turun hujan dan terisi air depresi
permukaan terjadi akibat masalah pemadatan/
desain campuran. Penyebab terjadinya kerusakan
biasanya di sebabkan akibat deformasi permanen
13
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

Tabel 8. Luas Kerusakan


Fariabel Kerusakan
Rata-rata
Kerusakan
Panjang Lebar Luas Lubang/
100 m
Retak Halus 727.4 m 0-1 391.02 -
2
cm m
Retak Sedang 463.61 m 1- 3 cm 619.86 -
2
m
Retak Besar 28.83 > 3 cm 197.65 -
Gambar 10. Pengukuran IRI dari arah Entrop ke m 2

Waena (Hasil Aplikasi Roadbounce)


Lubang - - - 2 lubang

Dari gambar tersebut diatas menunjukkan Kedalaman 1 – 3 cm ( rata 2.5 cm)


bahwa dari total 6 km panjang jalan yang di analisis Jejak Roda
menunjukkan bahwa 3.7 km mengalami kerusakan Luas Total Retak 1.208,5
yang terdiri dari 3.1 km mengalami kerusakan 3 m2
sedang dan 0.6 km mengalami kerusakan berat
dimana pengamatan di lakukan dari arah Entrop ke Sumber: Hasil pengolahan data 2020
Waena.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa luas
total kerusakan retak 1.208,53 m2 atau sebesar 4 %
Tabel 7. Rekapitulasi Kerusakan dengan metode dari total luas jalan yang di amati yaitu sebesar
IRI 30.000 m2 dengan rata-rata jumlah lubang/100
Arah Panjang Panjang kerusakan
meter sebanyak 2 lubang dan kerusakan akibat jejak
Jalan roda/rantai dengan kedalaman rata-rata adalah 2.5
Sedang Berat Total cm. Selanjutnya akan dihitun nilai SDI kerusakan
seperti terlihat pada tabel berikut:
Waena 6 km 1.8 km 0.1 km 1.9 km
ke Tabel 9. Nilai SDI Kerusakan
Nilai SDI
Entrop
Entrop 6 km 3.1 km 0.6 km 3.7 km Rata-rata
Kerusakan
ke Panjang Lebar Luas Lubang/
Waena 100 m
Rata-rata 2.45 km 0.35 2.8 km Retak 0 0
km Halus

Sumber: Hasil pengolahan data 2020 Retak 0 0


< 10 %
Sedang 10 + 15 =
Metode Surface Distress Index (SDI) =5
Analisis metode Bina Marga dengan survey Retak 0 < 10 % 25
kondisi jalan yang dilakukan berdasarkan Besar = 5x2
perhitungan nilai SDI (Surface Distress Index) = 10
kategori pemanfaatan atau kerusakan dengan Lubang
mengacu pada kategori kerusakan hanya ada 4
unsur yang dipergunakan sebagai dukungan untuk Jejak Roda 25 + 5 x 2 = 60
menghitung besaran nilai SDI yaitu: % luas
Total Nilai SDI Kerusakan = 10 + 5 + 25 + 60 100
kerusakan, rata-rata lebar retak, jumlah
lubang/km,dan rata-rata kedalaman rutting bekas Sumber: Hasil pengolahan data 2020
roda.Jalan Alternatif yang analisa memiliki panjang
jalan 6000 m dengan lebar 5 m berarti memiliki Dari tabel di atas nilai SDI di hitung
luas jalan 30.000 m2, sedangkan dari hasil menggunakan rumus pada tabel 2.3 sampai dengan
pengamatan dilapangan di peroleh data kerusakan 2.6. hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai
jalan seperti pada tabel berikut : kerusakan SDI adalah 100 termasuk dalam kategori
14
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 2 September 2020
DINTEK E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek Page : 07-15

Sedang sesuai dengan tabel 2.1 tabel kondisi jalan d) Celah diisi campuran aspal cair dan
berdasarkan metode SDI yang dikeluarkan oleh pasir.
bina Marga pada tahun 2011. 2) Untuk kerusakan lubang:
a) Dibongkar dan dilapis kembali
Metode Perbaikan dengan bahan yang sesuai,
Berdasarkan Bina Marga (2011), Penentuan b) Perbaikan
jenis penanganan jalan dari hasil penilaian kondisi drainase.
kerusakan jalan dan penilaian kondisi permukaan 3) Jejak Roda (rutting)
jalan seperti terlihat pada Tabel 2.2, jika nilai Segera dilapis ulang dengan adonan
kondisi kerusakan SDI jalan sebesar 100 maka hotmix yang tahand eformasi alur (PI
masuk dalan kategori pemeliharaan ruting dengan positip, titik lembek diatas temperature
nilai 50-100. Bentuk pemeliharaan ruting dan permukaan, gradasi superpave)
perbaikan yang harus dilakukan terhadap ruas
Jalan jalan alternative waena - entrop agar tingkat DAFTAR PUSTAKA
layanan jalan meningkat antara lain: Andani Putri, 2017 “Analisis Kondisi Perkerasan
Jalan Dengan Metode Pavement
1. Untuk kerusakan retak: Condition Index (Pci), Surface
a. Memberikan lapis tambahan dengan Distress Index (Sdi), Dan
material yang rapatair, tahan beban, tidak International Roughness Index (Iri)
menyusut. (Studi Kasus Jalan Palagan Tentara
Pelajar, Sleman, Yogyakarta)” Jurnal
b. Melakukan perbaikan drainase, Online Universitas Gadja Mada.
c. Bahu diperlebar atau dipadatkan, Ardilson Pembuain, 2018 “Evaluasi Kemantapan
d. Celah diisi campuran aspal cair dan pasir. Permukaan Jalan Berdasarkan
International Roughness Index Pada
2. Untuk kerusakan lubang: 14 Ruas Jalan di Kota Yogyakarta” E
a. Dibongkar dan dilapis kembali jurnal Teknik UNDIP p-ISSN: 0852-
dengan bahan yang sesuai, 1697, e-ISSN: 240-9919.
b. Perbaikan drainase.
Batubara, Anatasya MS, 2018 “Studi Korelasi
3. Jejak Roda (rutting) Antara International Roughness
segera dilapis ulang dengan adonan hot mix Index (IRI) Dan Surface Distress
yang tahand eformasi alur (PI positip, titik lembek Index (SDI) Pada Permukaan
diatas temperature permukaan, gradasi superpave) Perkerasan (Studi Kasus: Beberapa
5. Kesimpulan Jalan Di Kota Medan, Sumatera
Utara) “Repositori Institusi
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka Universitas Sumatera Utara.
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Ilmuddin, 2017 “Evaluasi Kondisi Jalan Kabupaten
1. Hasil pengamatan menggunakan metode IRI Secara Visual Dengan Kombinasi
dengan aplikasi android roadbounce, dari total 6 Nilai Iri Dan Sdi” Konferensi
km panjang jalan yang di analisis menunjukkan Nasional Teknik Sipil 11 Universitas
bahwa 2.8 km mengalami kerusakan yang Tarumanagara
terdiri dari 2.45 km mengalami kerusakan
Umi Tho’atin, Ary Setyawan, Mamok
sedang dan 0.35 km mengalami kerusakan
Suprapto,2016 “Penggunaan Metode
berat.
International Roughness Index (Iri),
2. Hasil perhitungan dengan metode SDI tingkat
Surface Distress Index (Sdi) Dan
kerusakan jalan termasuk dalam kategori sedang
Pavement Condition Index (Pci)
dengan nilai SDI 100.
Untuk Penilaian Kondisi Jalan Di
3. Metode Perbaikan yang dapat dilakukan adalah
Kabupaten Wonogiri” Prosiding
pemeliharaan ruting dengan beberapa metode
Seminar Nasional Sains Dan
berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi
Teknologi Fakultas Teknik
dilapangan sebagai berikut :
Universitas Muhammadya Jakarta
1) Untuk kerusakan retak:
T Arianto, M Suprapto and Syafi'I 2017 “Pavement
a) Memberikan lapis tambahan dengan
Condition Assessment Using IRI from
material yang rapatair, tahan beban,
Roadroid and Surface Distress Index
tidak menyusut.
Method On National Road In
b) Melakukan perbaikan drainase,
Sumenep Regency” IOP Material
c) Bahu diperlebar atau dipadatkan,
Science And Engineering

15

Anda mungkin juga menyukai