Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

F
DENGAN TB USUS RIW HIV ON ARV
DI RUANG KEMUNING ATAS
RSUD KABUPATEN TANGERANG
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :

Nama : Citra Wahyuni

NIM : 2114901082

Program Studi : NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021
A. Latar Belakang

TBC atau tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling
banyak menyebabkan kematian di di Indonesia. Infeksi TBC umumnya terjadi
di paru-paru. Namun, bakteri TB dapat menyebar ke organ lain, terutama
pleura (selaput pembungkus paru), kelenjar getah bening, dan usus (Cindy
Sunur, 2019).

Tuberkulosis (TB) telah menjadi masalah global kesehatan, dimana angka


kasus semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pasien
imunokompromais. Penyebaran penyakit ini berbanding lurus dengan taraf
ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk, dan resistensi obat. Setelah
diagnosis ditegakkan, inisiasi pengobatan membantu mencegah morbiditas
dan mortalitas. 1 TB adalah penyakit yang mengancam jiwa yang hampir
dapat mempengaruhi dan melibatkan setiap sistem organ. Menurut laporan
WHO 2013, terdapat 8,6 juta kejadian TB per tahun secara global dan 1,3 juta
orang meninggal akibat penyakit pada tahun 2012. India memiliki kasus
tuberkulosis terbesar di dunia tahun 2012 yaitu sekitar 26% dari kasus TB
dunia, diikuti oleh Cina dan Afrika selatan. Ada sekitar 450.000 kasus baru
TB-MDR di seluruh dunia pada tahun 2012. Lebih dari setengah dari kasus
ini berada di India, Cina dan Federasi Rusia. Selain itu, ada peningkatan
kejadian TB di negara-negara maju karena meningkatnya prevalensi individu
dengan imunokompromais terutama karena pandemi Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), populasi imigran, memburuknya
kondisi sosial dan penghematan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Saat
ini prevalensi TB telah meningkat di kedua kelompok masyarakat baik yang
imunokompeten dan imunokompromais. Situs utama dari Mycobacterium
tuberculosis umumnya adalah paru, namun Mycobacterium tuberculosis ini
mampu menyebar ke bagian organ yang lain. 1,2 Saat ini keterlibatan TB usus
masih merupakan entitas penyakit umum dan relevan secara klinis pada
daerah-daerah tertentu di dunia dan spesifik bagi populasi yang memiliki
risiko tinggi. Terdapat beberapa bentuk yang paling umum ditemui dari TB
ekstraparu (TBEP) seperti yang terjadi di kelenjar getah bening, pleura,
perikardial, dan meningeal, namun TB gastrointestinal diyakini akan menjadi
bentuk TBEP yang akan terjadi paling sering berikutnya di masa depan. Ada
banyak variabilitas dalam prevalensi TB usus berdasarkan lokasi geografis
dan profil penduduk yang berisiko, namun sejatinya penyakit ini sangat sulit
untuk memastikan prevalensinya karena banyak pasien dengan TB usus
dengan asimptomatik dalam keterlibatan usus mereka. Hal ini memerlukan
indeks yang sangat tinggi dalam kecurigaan kita terhadap TB usus, karena
dengan adanya keterlambatan dalam diagnosis akan mengakibatkan
komplikasi yang lebih berat. Hal ini diakibatkan karena kurangnya gejala
yang menggambarkan klinis spesifik dalam mengarahkan seorang dokter
untuk mencurigai bahwa keluhan seorang pasien menunjukan adanya TB usus
(Widianiti, 2018)

B. Definisi

TBC usus adalah kondisi ketika bakteri Mycobacterium


tuberculosis menginfeksi organ perut, peritoneum (selaput dalam rongga
perut), dan usus. Bakteri TB dapat menyebar ke organ perut melalui darah,
getah bening, maupun dahak yang tertelan. Risiko untuk terkena penyakit ini
meningkat pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah, seperti penderita
kekurangan gizi, diabetes, atau HIV (Cindy Sunur, 2019).

C. Etiologi

Infeksi TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang memiliki


bentuk lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora, tidak berkapsul dengan
lebar 0,3-0,6 um dan panjang 1-4 um. Dinding bakteri sangat kompleks,
sehingga bakteri ini secara alamiah tahan asam.11 Infeksi TB umumnya
melalui inhalasi dan menyebabkan TB paru yang merupakan manifestasi
klinis tersering dibandingkan organ lain.Bakteri pada saluran cerna dapat
berasal dari bakteri yang tertelan, penyebaran dari organ yang berdekatan,
maupun melalui peredaran darah.3 Usus dan peritoneum dapat terinfeksi
melalui empat mekanisme, yaitu :

1. Menelan sputum yang terinfeksi

2. Penyebaran lewat darah dari TB aktif atau TB milier

3. Konsumsi susu atau makanan yang terkontaminasi

4. Penyebaran langsung dari organ yang berdekatan.

Reaktivasi setelah penyebaran infeksi melalui darah mungkin terjadi


beberapa tahun setelah infeksi. Sementara invasi langsung dari dinding usus
mungkin terjadi setelah konsumsi susu yang tidak dipasterurisasi atau
konsumsi basil dari kavitas paru ( Murdani, 2016 )

D. Patofisiologi

Terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis dari saluran pencernaan


terjadi melalui beberapa cara yakni:

1. Menelan sputum yang terinfeksi pada pasien dengan penyakit paru aktif,

2. Secara hematogen atau limfogen dari fokus yang jauh

3. Ekstensi langsung dari situs yang bersebelahan dan

4. Konsumsi produk susu yang terinfeksi Mycobacterium bovis.

Mekanisme yang terakhir ini jarang terjadi di Amerika Serikat dan negara
maju lainnya karena telah adanya pasteurisasi susu dan pengujian tuberkulin
dari populasi sedangkan studi di negara Inggris menunjukkan bahwa
Mycobacterium bovis bertanggung jawab 0,5 %-1,5% terhadap kasus TB
yang terkonfirmasi melalui kultur. 4-6 Produk susu tetap menjadi
kemungkinan penyebab infeksi mikobakteri di beberapa negara khususnya
pada negara dengan tradisi lokal untuk konsumsi susu mentah sebagai budaya
mereka. Beberapa studi telah membuktikan bahwa sekitar 31%-50% dari
pasien dengan hasil smear sputum TB yang positif dan kavitasi paru positif
pada radiologi akan berkorelasi secara signifikan dengan keterlibatan
gastrointestinal. 3,6 Seluruh saluran pencernaan dari esofagus hingga anus
bisa terlibat untuk terjadinya TB, regio ileocaecal merupakan lokasi yang
paling sering sekitar 44-93% kasus. Usus besar dan usus kecil merupakan
lokasi TB yang paling sering berikutnya, sedangkan esofagus dan perut jarang
terlibat. Mycobacterium tuberculosis memiliki kapsul yang mengadung lipid
sebagai pertahanan diri dari antitoksin dari sel inang pencernaan. Hal ini yang
menjelaskan mengapa terjadi kelangkaan lesi gastrointestinal pada daerah
proksimal. Lumen sempit dan relatif statis dari daerah ileocecal
memungkinkan terjadinya fagosit kapsul dan penyerapan organisme.
Banyaknya jaringan limfatik pada daerah ileocecal menyebabkan
meningkatnya infeksi pada lokasi ini. Setelah organisme mencapai
submukosa maka basil mengalami kolonisasi pada Patch Peyer dan memulai
respon inflamasi dan membentuk granuloma. Kemudian tuberkel mengalami
nekrosis kaseosa dan melepaskan organisme ke dalam jalur limfatik yang
memungkinkan migrasi ke kelenjar regional dan membentuk granuloma.
Sebagian tuberkel membesar sehingga dinding usus menjadi nyata menebal
dan terjadi peningkatan papiler kecil pada mukosa usus. Gabungan dari
peristiwa ini terkait menyebabkan mukosa superfisial menjadi edema dan
mengalami ulserasi. Jika mukosa yang mengalami ulserasi mengalami
penyembuhan maka akan terjadi deposisi dan kontraksi kolagen pada
submukosa sehingga akan menyebabkan striktur. Dengan demikian, TB usus
merupakan gabungan proses ulserasi, hipertrofi, campuran ulserasi hipertrofi
dan proses fibrosis. Bentuk ulseratif lebih mungkin ditemukan pada usus
halus dan bentuk hipertrofi pada caecum. 1-4
E. Manifestasi Klinis

Gejala TBC usus sering kali bersifat tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan
penyakit usus lainnya, seperti kanker usus dan penyakit Crohn. Namun secara
umum, gejala TBC usus dapat berupa:

1. Sakit perut

2. Demam

3. Penurunan berat badan

4. Konstipasi atau sembelit

5. Diare

6. Pembesaran hati dan limpa


7. Buang air besar berdarah

Pada beberapa kasus, infeksi TBC usus dapat menyebabkan penyumbatan


usus yang merupakan kondisi darurat, dengan gejala berupa perut tegang,
terasa ada benjolan di perut, dan muntah (Cindy Sunur, 2019).

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus TB Usus dapat berupa pemeriksaan


laboratorium, endoskopi, biopsi jaringan dan pemeriksaan radiologi
(Widianiti, 2018)

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil uji laboratorium akan menggambarkan suatu proses inflamasi


kronis dan adanya peningkatan kadar CRP pada pasien ini biasanya tidak
terlalu spesifik dalam membantu diagnosis.

2. Diagnostik melalui endoskopi

Tindakan ini merupakan salah satu rekomendasi tindakan yang terbaik


saat ini sekaligus untuk tindakan biopsi. Spesimen harus dikirim untuk
pemeriksaan histologi, kultur Basil Tahan Asam (BTA) dan PCR.
Meskipun sensitifitas rendah pada hasil smear BTA, pemeriksaan ini
tetap menjadi informasi tambahan yang berguna dalam praktik klinis
karena memiliki spesifisitas tinggi dan itu harus tetap merupakan
komponen penting dalam melengkapi pemeriksaan dengan spesimen
biopsi endoskopi.

3. Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan imaging radiografi dapat memberikan beberapa gambaran


dengan kecurigaan mengarah pada TB usus seperti ulserasi, nodul, tumor
seperti lesi, deformitas ke daerah ileocecal, striktur, dan fistula.2 Studi
dengan pemeriksaan barium enema dapat menilai temuan dari spasme dan
hipermobilitas dengan deformitas katup ileocecal dan edema, sementara
dengan penambahan kontras ganda sering menggambarkan terjadinya
ulserasi dengan penebalan sisi dari mukosa dan tampak garis ulserasi
dimana tegak lurus terhadap sumbu longitudinal usus besar.

4. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan patologi anatomi dari sediaan biopsi usus yang diperoleh


melalui kolonokopi ketika terdapat adanya bentukan kaseosa granuloma,
kaseosa nekrosis maupun basil tahan asam pada mukosa usus lamina
propria maka dapat digunakan untuk mendiagnosis TB usus

5. Pemeriksaan PCR

Spesimen yang diperoleh dari biopsi mukosa melalui tindakan endoskopi


telah terbukti menjadi sarana diagnostik yang berharga dalam
meningkatkan nilai diagnostik dengan spesifisitas tinggi 95%.
Pemeriksaan PCR juga telah dibuktikan ternyata menjadi lebih sensitif
dibandingkan pemeriksaan pewarnaan BTA dan kultur dari spesimen
biopsi dalam mendiagnosis TB usus. Beberapa studi telah mengusulkan
penggunaan serologi Enzyme Linked Immunospot Assay (ELISA) dalam
mendeteksi antigen Mycobacterium tuberculosis dengan nilai spesifisitas
yang tinggi lebih 90% melalui pemeriksaan interferon gamma.

G. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TBC usus masih menimbulkan banyak perdebatan. Hal ini karena
jumlah studi yang meneliti pengobatan kondisi ini masih sangat sedikit bila
dibandingkan dengan penelitian tentang pengobatan TBC paru. Namun secara
garis besar, pengobatan TBC usus meliputi (Cindy Sunur, 2019).

1. Penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT)


Obat anti-TB yang digunakan untuk TBC usus sama dengan antibiotik
untuk TBC paru. Contoh obatnya adalah rifampicin, isoniazid,
pyrazinamid dan ethambutol

Durasi konsumsi OAT yang ideal untuk menangani TBC usus masih terus
dipelajari lebih lanjut. Namun, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
OAT selama 6 bulan memberikan hasil yang memuaskan. Pengobatan
lebih dari 6 bulan mungkin diperlukan untuk kasus TBC usus yang
disertai komplikasi.

2. Operasi

Tindakan pembedahan merupakan penatalaksanaan pada TB usus ketika


disertai dengan komplikasi berupa perdarahan gastrointestinal, obstruksi
usus hingga menyebabkan ileus, abses, dan fistula. Tindakan pembedahan
dibagi menjadi 3 macam tindakan (Widianiti, 2018)

a. Enteroenterostomy atau colostomy ileotransverse yakni memotong


segmen usus yang terlibat. Operasi ini biasanya rumit dan
kemungkinan angka rekurensi dan terbentuknya fistula dari segmen
yang tersisa paska operasi cukup tinggi.

b. Hemicolectomy merupakan bentuk reseksi radikal.

c. Strictureplasty dilakukan pada kasus dengan komplikasi striktur


dengan menggunakan sistem baloning pada endoskopi. Jika
didapatkan komplikasi berupa perforasi usus oleh karena TB biasanya
dilakukan reseksi segmen usus yang terlibat dengan anastomosis
primernya.

H. Pengkajian dan Data Fokus

Pemeriksaan fisik pada pasien TB meliputi pemeriksaan fisik head to toe


dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, serta
pemeriksaan yang fokus dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernapasan
(Muttaqin, 2008).

1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada pasien TB dapat dilakukan secraa selintas


pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu
dinilai secara umum tentang kesadaran pasien yang terdiri atas compas
mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perlu
mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi dan
fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum,
kesadaran, dan pengukuran GCS bila kesadaran pasien menurun yang
memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian.Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada pasien TB perlu biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas, meningkatkan apabila disertai
sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan. tekanan darah
biasanya sesuai dengan adanya penyakit seperti hipertensi (Muttaqin,
2008).

2. Pemeriksaan fisik Head To Toe

a. Kepala

Kaji keadaan kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak,


simetris/tidak

b. Rambut

Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut

c. Wajah

Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak (Muttaqin, 2008).

d. Sistem Penglihatan

Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/tidak


e. Wicara dan THT

1) Wicara

Kaji fungsi wicara, perubahan suara, afasia, dysfonia

2) THT

Inspeksi hidung : Kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak, ada


secret/tidak

Telinga :Kaji telinga luar bersih/tidak, membran tympani, ada


secret/tidak

Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

f. Sistem Pencernaan B5 (Bowel)

Kaji pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu


makan, dan penurunan berat badan

g. Sistem Pernafasan B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru merupakan pemeriksaan


fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

1) Palpasi

Palpasi trakea. Adanya pergeseran trakea menunjukkan-


meskipuntetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru. Pada
Tb paru disertai adanya efusi pleura masif dan pneumothoraks
akan mendorong posisi trakea ke arah berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thorak anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru
tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat
bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan
kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya
ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru
yang luas.Gertaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa
ketika perawat meletakkan tangannya di dada pasien saat pasien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam
laring arah distal sepanjang pohon bronkial untuk membuat
dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi
konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada
disebut taktil fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus pada
pasien dengan TB paru biasanya ditemukan pada pasien yang
disertai komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara
menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan
yang berakumulasi di rongga pleura (Muttaqin, 2008).

2) Perkusi

Pada pasien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,


biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Pada pasien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi
cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka di
dapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil
yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat(Muttaqin, 2008).

3) Auskultasi

Pada pasiien dengan TB paru didapatkan bunyi napas


tambahan (ronchi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana di dapatkan bunyi ronchi. Bunyi yang terdengar melalaui
stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal.
Pasien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan
vokal pada sisi yang sakit (Muttaqin, 2008).

h. Sistem Kardiovaskular B2 (Blood)


Pada pasien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

1) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan


fisik.

2) Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.

3) Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru


denganefusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.

4) Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung


tambahan biasanya tidak didapatkan (Muttaqin, 2008).

i. Sistem Persyarafan B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis


perifer apabila gangguan perfusi jaringat berat. Pada pengkajian
objektif, pasien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih,
meregang dan 29menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata,
biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB paru
dengan hemoptoemasif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru
dengan gangguan fungsi hati(Muttaqin, 2008).

j. Sistem Endokrin

Kaji terjadinya pembesaran kelenjar thyroid, palpitasi,


exopthalmmus, neuropati, retinopati (Muttaqin, 2008).

k. Sistem Genitourinaria B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.


Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena
meminum OAT terutaman Rifampisin

l. Sistem Muskuloskeletal B6 (Bone)


Aktivitas sehari-hari berkuarang banyak pada klien TB paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetep dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.

m. Sistem Intergumen, Kuku dan Imunitas

1) Inspeksi : Kaji warna kulit, edema/tidak, eritmea.

2) Palpasi : Kaji CRT normal/tidak,perubahan akral, turgor kulit,


nyeri tekan,clubbing finger

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisiologis ( inflamasi ) (


D. 0077)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( D. 0019 )

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskular ( D. 0054 )


J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri ( I. 08238 )


dengan agen pencedara keperawatan dalam waktu 3x24 jam
fisiologis ( inflamasi ) diharapkan tingkat nyeri menurun ( L. Observasi
08066 ) dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
( D. 0077)
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri

3. Sikap protektif menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
6. Frekuensi nadi membaik tentang nyeri
7. Pola napas membaik  Monitor efek samping penggunaan analgetik
8. Tekanan darah membaik Terapeutik
9. Proses berpikir membaik  Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Nafsu makan membaik
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
11. Pola tidur membaik nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitoring nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan dalam Manajemen Nutrisi ( I. 03119 )


berhubungan dengan waktu 3x24 jam diharapkan status
faktor psikologis nutrisi membaik ( L. 03030 ) dengan Observasi
kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
( D. 0019 )
1. Berat badan indeks massa tubuh  Identifikasi alergi dan toleransi makanan
( IMT ) membaik
 Identifikasi makanan yang disukai
2. Bising usus membaik
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrie
3. Tebal lipatan kulit trisep membaik n
4. Membran mukosa membaik  Identifikasi perlunya penggunaan selang
NGT
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika p
erlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu y
ang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang n
asogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum ma
kan ( misal. Pereda nyeri, antiemetik ), jika p
erlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu.

3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi ( I. 06171 )


berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
diharapkan mobilitas fisik meningkat Observasi
neuromuskular ( L. 05042 ) dengan kriteria hasil :  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
( D. 0054 ) 1. Pergerakan ekstremitas meningkat lainnya

2. Kekuatan otot meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan


ambulasi
3. Rentang gerak ( ROM ) meningkat
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
4. Nyeri menurun sebelum memulai ambulasi
5. Kecemasan menurun  Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
6. Kaku sendi menurun
Terapeutik
7. Gerakan tidak terkoordinasi
menurun  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu ( misal : tongkat, kruk )
8. Gerakan terbatas menurun
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika
9. Kelemahan fisik menurun perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedure ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan ( misal : berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi
FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Citra Wahyuni

NIM : 2114901082

Tempat Praktek : Ruang Kemuning Atas

Tanggal : 11 April 2022

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Anak F Dengan TB Uus


Riw HIV ON ARV Di Ruang Kemuning Atas RSUD
Kabupaten Tangerang

I. Identitas Data

Nama : An. F

Tempat/Tanggal lahir : Serang, 03 Februari 2012

Nama Ayah/Ibu : Tn. E/Alm. Ny. F

Pekerjaan Ayah : Karyawan swasta

Pendidikan Ayah : SLTA

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

Pendidikan Ibu : SLTA

Alamat/No Telp : Jln. Perdamaian RT.001/003, Cipondoh kota


Tangerang/ 0812128xxxxx

Kultur : Sunda

Agama : Islam
II. Keluhan Utama

Nyeri perut sejak 12 hari yang lalu, ada sariawan

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal :
Selama hamil, ibu periksa teratur ke bidan dekat rumah, mendapat
vitamin. Tidak pernah minum jamu dan obat-obatan dan tidak pernah
sakit selama hamil
B. Intranatal
Pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara. An. F lahir secara spontan. Pada saat
itu usia kehamilan sudah memasuki usia 38 minggu. Ibu pasien akhirnya
pergi ke bidan terdekat. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 45
cm.

C. Postnatal
Klien rutin dibawa ke posyandu dan dalam keadaan sehat.

IV. Riwayat Masa Lampau


A. Penyakit Waktu Kecil
An. F pernah di rawat di RS karena penyakit typoid pada usia 2 tahun
B. Pernah Dirawat Di RS
An. M pernah dirawat karena typoid pada usia 2 tahun dan 2 minggu
yang lalu An. F pernah di rawat di RSUD Kota Tangerang akibat nyeri
perut hebat
C. Obat-Obatan yang Digunakan
An. F meminum obat ARV sudah 2 tahun dan dalam pengobatan TB
sekitar 2 minggu yang lalu
D. Alergi
An. F tidak ada alergi obat maupun makanan
E. Kecelakaan
An. F tidak pernah mengalami kecelakaan
F. Imunisasi
Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, dan Campak

V. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami gejala yang sama

Genogram

An. F

Keterangan :

Laki-laki Hidup

Perempuan Hidup

Perempuan Meninggal

Menikah

Keturunan

Tinggal Serumah

An. F Klien
VI. Riwayat Sosial
A. Yang Mengasuh
An. F diasuh oleh ayahnya sendiri
B. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.
C. Hubungan dengan teman sebaya
Tidak Ada
D. Pembawaan secara umum
Tidak Ada
E. Lingkungan Rumah
An. F dapat melakukan interaksi dengan teman sebayanya. Bermain
bersama dengan teman sebayanya
VII.Kebutuhan Dasar ( 11 Pola Gordon )
A. Pola Persepsi dan Penanganan/Manajemen Kesehatan

1. Persepsi terhadap penyakit

An. F mengatakan penyakit adalah sakit yang dierita oleh seseorang


sehingga orang tersebut tidak bisa bermain dan belajar

2. Arti sehat dan sakit bagi pasien

Menurut An. F sehat adalah jika seseorang bisa melakukan semua


kegiatannya tanpa rasa sakit

Menurut An. F sakit adalah jika seseorang tidak bisa melakukan


apapun, badan terasa tidak nyaman.

3. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini

Pasien mengatakan saat ini perut nya sakit skala 5-6. Jika BAB
ataupun BAK sakit sekali. Pasien minum obat dari dokter berwarna
merah tapi obat itu membuat dirinya merasa mual
4. Perlindungan terhadap kesehatan program skrining, kunjungan ke
pusat pelayanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen
stress, faktor ekonomi

Orang tua pasien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit
hanya beli obat warung atau pergi ke puskesmas terdekat

5. Pemeriksaan diri riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah


dilakukan

Sebelum dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang AN. F pernah di


rawat di RSUD Kota Tangerang sekitar 5 hari. Karena alat yang tidak
memadai akhirnya An. F di rujuk ke RSUD Kabupaten Tangerang

B. Pola Nutrisi/Metabolisme

1. Kebiasaan

Anak F biasa makannya 2-3 kali perhari tapi memang tidak terlalu
banyak porsinya.

2. jumlah makanan

Makan nasi, sayur dan lauk pauk, minum air putih sesekali air teh
ataupun susu. An. M menghabiskan 1/2 -3/4 porsi makanan

3. Di RS Jenis

Diet makanan tinggi serat dengan frekuensi 3x1 porsi menghabiskan


1/2 porsi makanan

4. Kepuasan akan berat badan

BB saat ini : 16 Kg. Orang tua pasien mengatakan ank F terlihat


sangat kurus semenjak sakit BB berkurang sekitar 3 Kg dalam 3
bulan terakhir
5. Persepsi akan kebutuhan metabolik

Baik

6. Faktor pencernaan

Gigi bersih , mukosa mulut kering , mual ada, muntah tidak ada,
pembatasan makanan diet sesuai DPJP dan petugas gizi , alergi
makanan tidak ada

Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS):

1. Diet/Suplemen Khusus

Tidak ada

2. Instruksi Diet Sebelumnya

Ada diet TKTP

3. Nafsu makan

( ) Normal ( ) Meningkat (√) Menurun Penurunan

Sensasi Kecap ( ) tidak ada (√ ) Mual ( ) Muntah

( √ ) Stomatitis

4. TB : 118 Cm

5. BB : 16 Kg Sebelum masuk RS 19 Kg

6. Perubahan BB 6 bulan terakhir

( )Tak ada ( √ )Ada turun 3 kg (Peningkatan / Penurunan)

7. Kesulitan Menelan (Disfagia)

( √ ) Tidak ( ) Makanan Padat ( ) Makanan Cair

8. Gigi
Baik, tidak terdapat caries

9. Riwayat Masalah Kulit

(-) Tak ada (-) Penyembuhan abnormal (-) Ruam (√ ) Kering

(-) Keringat Berlebihan

10. Gambaran diet pasien dalam sehari

Diit 1300 Kkal berupa :

NB 1100 Kkal

Blenuten 1x200 ml

11. Pantangan/Alergi

Tidak ada pantangan ataupun alergi baik obat maupun makanan

C. Pola Eliminasi

1. Kebiasaan pola buang air kecil

Pasien BAK di kamar mandi secara spontan. An. F pergi ke toilet


dengan cara di gendong oleh ayah nya nyeri/disuria (ada) nokturia
(Tidak) hematuria (Tidak), kemampuan mengontrol BAK ( Ya ) ,
Inkontinensia urin Tidak (√) Ya ( ) pasien tidak menggunakan
kateter, Total Siang Hari 300 cc, Malam Hari 300 cc, pagi hari 500cc,
Kadang-kadang Kesulitan menahan berkemih /retensi (Tidak)
Kesulitan mencapai toilet (Ya) Alat bantu (Tidak). Saat BAK terasa
nyeri jadi pasien sering menahan jika inigin BAK.

Perubahan Lain-lain : tidak ada.

2. Kebiasaan pola Buang Air Besar

Frekuensi tidak menentu sehari warna, kuning , bau khas, nyeri tidak
ada, adanya perubahan lain (Tidak) Tgl defekasi hari ini, Konstipasi
tidak ada lembek biasa (Ya), Diare (Tidak) penggunaan obat
pencahar (ada) Ostomi (-) Jenis tidak ada Alat tidak ada karakteristik
stoma tidak terpasang stoma, pasien belum BAB hari ini

3. Keyakinan budaya dan kesehatan

Tidak ada keyakinan budaya yang terkait tentang kesehatan saat ini

4. Kemampuan perawatan diri

Di bantu kelurga dan perawat

5. Kebersihan diri

Pasien mandi dan kebersihan diri di bantu perawat dan ayahnya.

6. Penggunaan bantuan untuk ekskresi

Tidak ada

7. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia,


rektum, prostat)

Mual (√) muntah (-) bentuk simetris (√) asites (√)

nyeri tekan (√) , tanda murfhi (-) pembesaran hati atau limfe (-)

Bising usus : 15 x/menit

D. Pola Aktivitas/Olahraga

1. Aktivitas kehidupan sehari-hari

ASebelum sakit anak F merupakan anak yang aktif mudah bergaul

2. Olahraga

Pasien tidak mengikuti olahraga


3. Aktivitas menyenangkan

Bermainbersama teman-teman yang ada di sekolah ataupun di rumah

4. Keyakinan tentang latihan dan olahraga

Olahraga membuat badan menjadi sehat

5. Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,


kamar mandi) Penggunaan alat bantu

Sebelum sakit : Kemampuan untuk merawat diri sendiri pasien


mampu secara mandiri

Setelah sakit : Kemampuan untuk merawat diri sendiri pasien di batu


perawat dan ayah An. F

6. Pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular, muskuloskeletal,


neurologi)

- Sistem Kardiovaskular (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):


dada simetris,
- TD : 100/70 mmHg, N:110 x/menit
- S: 36,5˚C, RR : 26x/menit CRT : <3 detik
- SPO2 : 97% tanpa oksigen
- Sistem Respirasi (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
- Jalan nafas : tidak sesak
- RR : 24 x/menit
- Rhoki -/- halus kanan kiri
- Whezing -/-.
7. Sistem Muskuloskeletal (inspeksi, palpasi, perkusi)

Dalam melakukan aktivitas pasien tidak memerlukan alat bantu

Kekuatan otot di empat ekstremitas 5555 5555

5555 5555
8. Keluhan saat beraktivitas

Jika pasien main terlalu lama pasien cenderung mudah lelah dan
badan lemas

9. Sistem Neurologi (saraf kranial, refleks, dll)

Reflek patella positif, kontak mata baik, pupil isokor 2/2 reaksi +/+

Kemampuan Perawatan Diri :

Aspek dinilai Score


0 1 2 3 4
Makan/Minum 
Aspek dinilai Score
0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki Tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan Rumah 
Total 25

Keterangan
0 = Mandiri
1 = Dengan Alat Bantu
2 = Bantuan orang lain
3 = Bantuan peralatan dan oranglain
4 = Tergantung / tidak mampu

E. Pola Istirahat Tidur


1. Kebiasaan tidur sehari-hari ( jumlah waktu tidur )
Tidur malam 8 jam tidur siang tidak menentu, jika tidur siang
lamanya 2 jam
2. Merasa segar setelah tidur : (√) Ya ( ) Tidak
3. Ritual menjelang tidur : tidak ada
4. Lingkungan tidur cukup baik, tingkat kesegaran setelah tidur kurang
segar
5. Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik, dll)
Tidak Ada
6. Jadwal istirahat dan relaksasi : tidak ada
7. Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
Nyeri
8. Data pemeriksaan fisik : lesu (√), kantung mata (-), mengantuk( -)
9. Masalah/Gejala gangguan pola tidur :
(√) Tidak ada (-) Terbangun (-) Terbangun dini ( -) Insomnia

F. Pola Kognitf-Persepsi

1. Status mental

Kesadran composmentis (√ ) Afasia reseptif (-) Mengingat cerita


buruk (-)

2. Terorientasi

(√ ) baik (-) Kelam pikir (-) Kombatif (-) Tidak responsive

3. Bicara

(√ ) Normal (-) Tidak jelas (-) Gagap (-)Afasia ekspresif

4. Bahasa sehari – hari

(√) Indonesia (√) Daerah Lain – lain ( bahasa sunda )

5. Kemampuan membaca Bahasa Indonesia


( √ ) Ya (-) Tidak

6. Kemampuan memahami

(√ ) Ya (-)Tidak

7. Tingkat ansietas

(√ ) Ringan (-) Sedang (-) Berat (-) Panik

8. Keterampilan interaksi

(-) Kurang baik (√) Tepat

9. Pendengaran

(√ ) DBN (-) Kerusakan (-) kanan (-) kiri (-) Tuli (-) kanan (-) Kiri

(-) Alat bantu dengar tidak ada (-) Tinitus

10. Penglihatan

(√) Dalam batas Normal (-) Kacamata (-) Lensa kontak

(-) tidak ada Kerusakan mata Kanan, Kiri dan tidak ada Buta Kanan
kiri

11. Vertigo

Tidak ada vertigo

12. Ketidaknyamanan / nyeri

(-) Tidak ada (√) Akut (-) Kronik

13. Pencetus nyeri

Perut terasa sakit

14. Quality/ kualitas nyeri

Hilang Timbul

15. Regio nyeri


Daerah Perut

16. Skala nyeri

6-7

17. Time/ waktu nyeri

Tidak menentu

18. Penalaksanaan nyeri

Anak F tidur sambil di usap-usap perut nya oleh ayahnya

19. Keyakinan budaya terhadap nyeri tidak ada Tingkat pengetahuan


klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan
mengatasi nyeri

Jika ada nyeri An. F disuruh istirahat agar reda rasa nyerinya

20. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,


ketidaknyamanan) Tingkat kesadaran

Composmentis GCS : E4M6V5, tremor tidak ada, orientasi diri baik,


tingkah laku baik, kekuatan menggenggam cukup kuat, pegerakan
ekstremitas baik, riwayat kejang tidak ada.

G. Pola Peran Hubungan

1. Pekerjaan

An. F masih sekolah kelas 3 SD

2. Status Pekerjaan

Bekerja( ) Tidak bekerja (√)

3. Ketidakmampuan Jangka Pendek

Saat ini An. F belum dapat melakukan tugasnya seperti belajar secara
online maupun bermain bersama teman sebayanya
4. Ketidakmampuan jangka Panjang

An. F agak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya seperti


pergi ke toilet, merapihkan diri sendiri

5. Sistem Pendukung / Pentingnya keluarga

Ada (√) Tidak Ada ( ) Pasangan ( ) Tetangga (√) Teman (√)


Keluarga serumah (-) Keluarga tinggal berjauhan (√)

6. Masalah keluarga berkenaan dengan masalah di Rumah Sakit

Tidak ada masalah

7. Kegiatan Sosial / Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan teman sebaya baik

8. Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran

An. F merasa sedih karena tidak bisa bersekolah lagi karena sakit

9. Efek terhadap status kesehatan

Keluarga mengatakan pasien merasa sudah tidak seperti sedia kala.


Keadaannya lebih lemas

10. Struktur dan dukungan keluarga

Semua keluarga selalu mendukung pasien untuk sembuh

11. Orang terdekat dengan klien

Ayah

12. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

Tidak ada

H. Pola Seksualitas/Reproduksi
1. Pemeriksaan payudara mandiri bulanan : ( ) Ya (√)Tidak
2. Lain-lain : Tidak ada
3. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, rektum)

KU : lemah, tidak ada hemoroid dan gangguan di rectum.

I. Pola Koping-Toleransi Stres

1. Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini :


Pasien merasa bosan karena tidak bisa bermain diluar dan rasa nyeri
yang tidak sembuh-sembuh
2. Tingkat stress yang dirasakan ringan karena pendemi covid
3. Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress merasa lemas
4. Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya:
Pasien belum mengetahui tentang stress tapi jika bosan An. F
menonton YouTube
5. Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress:
An. F jika stress biasanya tidur atau mencari kesibukan untuk
mengalihkan rasa stresnya
6. Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga: hubungan baik
7. Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit
( finansial, perawatan diri ) : membersihkan diri setiap hari
8. Kehilangan / perubahan di masa lalu : (√ ) Tidak (-) Ya
9. Penggunaan obat untuk menghilangkan stres : tidak ada konsumsi
obat untuk menghilangkan stress
10. Keadaan emosi dalam sehari-hari : (√) Santai (-) Tegang (-) Lain-lain

J. Pola Konsep Diri

1. Body image

Pasien mengatakan perutnya sakit dan lemas, tidak mau makan


2. Ideal diri

Pasien belum mengerti

3. Harga diri

Pasien belum mengerti

4. Peran

Pasien belum mengerti

5. Identitas diri

Pasien belum mengerti

K. Pola Keyakinan Nilai

1. Latar belakang budaya/etnik

Suku sunda

2. Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok


budaya/etnik

Ekonomi menengah, tidak ada kepercayaan pengobatan di luar medis

3. Tujuan kehidupan bagi pasien

Sangat penting karena bisa kumpul dengan keluarga

4. Pentingnya agama/spiritualitas agama

Menurut orang tua pasien sangat penting dalam keluarga karena


merupakan pondasi dalam menjalankan kehidupan

5. Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang


dapat mempengaruhi Kesehatan
Tidak ada keyakinan tertentu

6. Agama

(√ ) Islam (-) Kristen (-) Protestan (-) Hindu (-) Budha

7. Pantangan keagamaan

Tidak ada pantangan

8. Pengaruh agama dalam kehidupan

Menenangkan jiwa

9. Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini

(-) Ya (√) Tidak

VIII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


A. Berat badan lahir : 3000 gram

B. Panjang badan lahir : 48 Cm

C. Berat badan sekarang : 16 Kg

D. Tinggi badan sekarang : 118 Cm

E. Gigi keluar : 9 bulan

F. Miring : 4 bulan

G. Tengkurap : 5 bulan

H. Duduk : 8 bulan

I. Merangkak : 8 bulan

J. Berdiri : 11 bulan

K. Berjalan : 16 bulan

Makan Minum anak :


L. ASI : 10 bulan

M. Dihentikan : Asi sedikit keluar

N. Susu sapi/buatan : 10 bulan, 4x120 cc

O. Buah : 12 bulan

P. Bubur susu : 6 bulan

Q. Tim saring : 9 bulan

R. Makanan padat, lauknya : 18 bulan

IX. INFORMASI LAIN (pemeriksaan penunjang, lab, dll)


Pemeriksaan LAB tanggal 05/4/2022 ( RSUD Kota Tangerang )

Jenis Hasil Satuan Nilai Metode


Pemeriksan Rujukan
URINALISA
Urine Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Muda Kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
Kimia Urin
pH 6.0 5.0-8.5 Carik Celup
Berat Jenis 1.010 1.005-1.030 Carik Celup
Glukosa (Urin) (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Protein (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Urobilinogen Normal EU/dl (-) Negatif Carik Celup
Darah Samar (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
(Urin)
Bilirubin (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Nitrit (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Keton (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Leukosit (-) Negatif (-) Negatif Carik Celup
Esterase
Sedimen
Eritrosit 0-1 /LPB 0-2 Mikroskopis
Leukosit 1-2 /LPB 0-5 Mikroskopis
Sel Epitel 0-2 /LPK 1+ Mikroskopis
Kristal Negatif Mikroskopis
Silinder Negatif Mikroskopis
Bakteria (-) Negatif (-) Negatif Mikroskopis
Pemeriksaan LAB tanggal 19/02/2021 ( RSUD Kota Tangerang )

Jenis Hasil Satuan Nilai Metode


Pemeriksan Rujukan
ANALISA FAECES
Faeces
Makroskopik
Warna Hijau Cokelat
Konsistensi Keras Lembek
Darah (+) Positif (-) Negatif
Lendir (+) Positif (-) Negatif
Mikroskopik
Eritrosit 5-6 /LPB (-) Negatif Mikroskopis
Leukosit 5-6 /LPB (-) Negatif Mikroskopis
Epitel 1-3 /LPK Mikroskopis
Amoeba (-) Negatif (-) Negatif Mikroskopis
Telur Cacing (-) Negatif (-) Negatif Mikroskopis
Yeast (-) Negatif (-) Negatif Mikroskopis
Sisa Pencernaan
Amilum (-) Negatif Mikroskopis
Lemak (+) Positif Mikroskopis
Serat Tumbuhan (+) Positif Mikroskopis
Serat Otot (+) Positif (-) Negatif
Darah Samar (+) Positif (-) Negatif BZD

Pemeriksaan LAB tanggal 05/04/2022 ( RSUD Kota Tangerang )

Jenis Hasil Satuan Nilai Metode


Pemeriksan Rujukan
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium 133 Mmol/L 135-145 Ion Selective
Kalium 4.4 Mmol/L 3.5-5.5 Ion Selective
Clorida (Cl) 101 Mmol/L 96-106 Ion Selective
Kalsium Ion 1.23 Mmol/L PL Ion Selective
(Ca++) Heparin :1.0
3-1.23
Serum :1.12
-1.32
Albumin 3.4 g/dl 3.5-5.2 Bromcresol
Green
Ureum 6 mg/dl 14.9-35.9 Urease UV
Kreatinin 0.4 mg/dl 0.55-1.02 Enzimatic

Pemeriksaan LAB tanggal 15/03/2021 ( RSUD Kabupaten Tangerang )

Test Results References Units Desc


Antigen Negatif Negatif Metode : Rapid antigen
SARS-coV-2 Covid-19
Hasil pemeriksaan
tidak dapat
dipergunakan untuk
diagnostik
pemantauan, terapi dan
monitoring

Pemeriksaan LAB tanggal 11/04/2022 (RSUD Kabupaten Tangerang )

Test Result Reference Units


HEMATOLOGI
Hemoglobin * 10.2 11.7-15.5 g/dl
Lekosit * 14.54 3.60-11.00 x10^3/ul
Hematokrit * 31 35-47 %
Trombosit * 834 140-440 x10^3/ul

HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil * 0 2-4 %
Batang * 0 3-5 %
Segmen 64 50-70 %
Limfosit 27 25-40 %
Monosit * 9 2-8 %
KIMIA
KARBOHIDRAT
Gula Darah Sewaktu 62 < 180 mg/dl
IMUNO SEROLOGI
HEMATOLOGI
CRP Kuantitatif * 29.65 0.00-6.00 mg/L

Pemeriksaan LAB tanggal 11/04/2022 ( RSUD Kabupaten Tangerang )

Test Result Reference Units


KIMIA
FUNGSI HATI
SGOT 27 0-35 U/L
SGPT 21 0-35 U/L

Pemeriksaan LAB tanggal 11/04/2022 ( RSUD Kabupaten Tangerang )

Test Result Reference Units


KIMIA
ELEKTROLIT
Natrium ( Na ) 138 135-147 mEq/L
Kalium ( K ) * 5.1 3.5-5.0 mEq/L
Clorida ( cl ) 105 96-105 mEq/L
Magnesium 2.1 1.8-3.0 mg/dl
Phospor ( P ) Anorganik 4.8 2.5-5.0 mg/dl
Calsium Total 9.4 8.8-10.2 mg/dl

Hasil Radiologi

Thorax anak PA/AP

Kesan : Tidak tampak kelainan pada Cor dan Pulmo secara foto polos saat ini

Foto Abdomen 3 posisi

Kesan :

- Fecal material prominen

- Kesuraman midlineabdomen, DD/ fluid collection

- Tidak tampak tanda ileus saat ini


Pengobatan (nama, dosis, rute)
Nama Dosis Rute
OAT/ 4FDC 1X3 Tab P.O
Vit. B6 1x10 mg P.O
ARV Lanjut P.O
Asam Folat 1x1 Tab P.O
Nutatin Syr 2x4cc P.O
Dukolaxtol/Kompolac 3x1C P.O
PCT 3x175 mg K/P IV Drip
OMZ 1x15 mg IV
Kaen1B 1250 cc/24 jam IV Drip
Klisma 2x/hr Supp

X. RESUME KONDISI SAAT INI


Pasien masuk tanggal 09 April 2022. Pada saat pengkajian pasien sudah
memasuki perawatan hari ke 3. Saat ini pasien berusia 9 tahun 1 bulan 15
hari. Pasien masuk dengan diagnosa HIV on ARV+Colitis+TB Colon. Saat
dilakukan pengkajian. Ku sakit sedang kesadaran : Compos mentis. Info dari
orang tua, pasien masuk ke RSUD Kabupaten Tangerang karena ada keluhan
ada keluhan nyeri abdomen di seluruh lapang pandang, tidak ada mual, tidak a
da muntah. Disekitar mulut pasien ada sariawan. Pada saat awal dirawat inap
dilakukan pengkajian skala nyeri 4. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS
UD Kota Tangerang. Pasien post rawat inap di RSUD Kota Tangerang sudah
12 hari dirujuk karena pro tatalaksana lebih lanjut.
Di RSUD Kota Tangerang pasien dirawat sudah menggunakan obat-obata
n dan sudah dilakukan foto thorax. Hasil Terlampir. Saat ini pasien sedang dal
am pengobatan SIDA yaitu minum obat ARV sudah 1 tahun dan minum obat
OAT sejak di rawat inap di RSUD Kota Tangerang. Ibu Pasien sudah mening
gal sejak pasien umur 2 tahun. Ayah pasien sudah di cek Anti HIV hasil negat
if.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 April 2022, pasien sedang tidu
r. Tampak tubuh pasien yang sangat kurus. Pada saat bangun tidur pasien men
geluh nyeri diseluruh area perut. Skala nyeri 6. Pasien minta diusap-usap peru
tnya oleh sang ayah. Ayah Pasien menceritakan BAB dan BAK pasien normal.
Tidak ada kesulitan dalam pengeluarannya tetapi setelah selesai BAB dan B
AK pasti pasien menangis menahan sakit maka dari itu pasien agak menahan
untuk segera berkemih atau BAB. Ayah pasien menceritakan jika BAB konsis
tensi lembek. BAB rutin 1-2x/hari. Pasien mau makan walaupun porsi nya sed
ikit-sedikit.

XI. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal : 11 April 2022
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 37,1˚C
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 26x/menit
BB : 16 Kg
TB : 118 Cm
Status Gizi : Kurang Gizi
Kepala : Bentuk simetris, tidak terdapat masa, warna
rambut hitam, tidak terdapat kerontokan
/kebotakan, kulit kepala cukup bersih

Mata : An anemis, tidak ikterik, tidak Sianosis,


Refleks Cahaya baik Pupil: Isokor
(3mm/3mm).

Hidung : Bentuk simetris, tidak terdapat serumen,


tidak terdapat nafas cuping hidung

Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat


serumen
Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir tampak kering, te
rdapat sariawan di mulut bagian dalam
pembesaran Tonsil (-/-).

Leher : Pembesaran Kelenjar :


Pembesaran KGB auricular posterior +/+,
submandibula +/+, pembesaran KGB
supraclavicula sinistra ukuran 6x8 cm,
multiple, berbenjol-benjol, konsistensi
padat, batas tidak tegas.
Thorax : Pulmo
Inspeksi: Bentuk dan pergerakan simetris,
retraksi ICS (-)
Palpasi : Fremitus raba dekstra sama dengan
sinistra
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler, Ronki (-/-), wheezing
(-/-)
Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba,
Perkusi : Batas jantung Kanan : ICS III, 3
cm dari right parasternal line Kiri : ICS V
left midclavicular line
Auskultasi : S1:S2 tunggal reguler, gallop
(-), murmur (-)

Abdomen : Inspeksi: Tampak cembung


Palpasi: Soefel, nyeri tekan ada,
hepatomegali 8 cm dari arcus costa, 10 cm
dari procesus xiphoideus, permukaan rata,
tepi tumpul, konsistensi padat, nyeri tekan
+, batas tegas, splenomegali shuffner 3-4,
ginjal tidak teraba. Pembesaran KGB
inguinal +/+, multiple, 0,5-1 cm, permukaan
rata, batas tegas, konsistensi padat kenyal,
terfiksasi, nyeri +.
Perkusi : Timpani, redup di batas hepar dan
spleen
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia : Dalam batas normal

Ekstremitas : 5555 5555

5555 5555

XII.Analisa Data
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
DS : Mycobacterium Tuberculosis Nyeri Akut
 An. F mengatakan ny ( D. 0077 )
eri di seluruh area lap
ang perut Masuk ke aliran darah/

 Skala nyeri 6 getah bening

DO :
 Pasien tampak menan Masuk ke rongga abdomen
gis menahan nyeri
 Saat ingin di pegang p
erutnya pasien tampak Kontaminasi bakteri
menghindar
 Posisi saat tidur berub
Pelepasan berbagai mediator
ah-ubah
kimiawi (histamin, radikinin)
 HR : 120x/menit
 RR : 26x/menit
 Makan habis 1/4 porsi Merangsang saraf perasa
nyeri di cerebrum

Nyeri Abdomen

Nyeri Akut
DS : Mycobacterium Tuberculosis Defisit Nutrisi
 An. F mengatakan tid ( D. 0019 )
ak nafsu makan
DO : Masuk ke aliran darah/gertah
 BB sebelum sakit : 19 bening
Kg
 BB setelah sakit : 16
Kg Masuk ke rongga abdomen
 Ada penurunan BB se
banyak 3 Kg dalam 3
bulan terakhir
Kontaminasi bakteri
 Mukosa Pucat
 Ada Sariawan
Pelepasan berbagai mediator
kimiawi (histamin, radikinin)
Peningkatan HCL

Medula Oblongata

Sistem Limbik

Reaksi mual dan muntah

Anoreksia

Defisit Nutrisi

DS : Mycobacterium Tuberculosis Gangguan mobili


 OT pasien mengataka tas fisik ( D.0054
n jika ingin ke kamar )
mandi pasien harus di Masuk ke aliran darah/
gendong
 Pasien mengatakan ny getah bening
eri saat bergerak
DO :
 Kekuatan otot menuru Masuk ke rongga abdomen
n
 Rentang gerak menur
un Kontaminasi bakteri
 Fisik terlihat lemah

Pelepasan berbagai mediator


kimiawi (histamin, radikinin)

Merangsang saraf perasa

Nyeri di cerebrum
Nyeri Abdomen

Nyeri Akut

Kelelahan

Gangguan mobilitas fisik

XIII. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( D. 0077 )

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( keengganan u


ntuk makan ( D. 0019 )

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ( D. 0054 )


XIV. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri ( I. 08238 )


engan agen pencedera fisi keperawatan dalam waktu 3x24 jam
ologis ( D. 0077 ) yang di diharapkan tingkat nyeri menurun ( L. Observasi
tandai dengan : 08066 ) dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
DS : 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

 An. F mengatakan ny 2. Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri


eri di seluruh area lap  Identifikasi respon nyeri non verbal
ang perut 3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Skala nyeri 6 memperingan nyeri
DO : 5. Kesulitan tidur menurun
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
 Pasien tampak menan 6. Frekuensi nadi membaik tentang nyeri
gis menahan nyeri 7. Pola napas membaik  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Saat ingin di pegang 8. Tekanan darah membaik Terapeutik
perutnya pasien tamp
ak menghindar 9. Proses berpikir membaik  Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Posisi saat tidur beru 10. Nafsu makan membaik
bah-ubah  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
11. Pola tidur membaik nyeri
 HR : 120x/menit
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 RR : 26x/menit  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
 Makan habis 1/4 pors
i Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitoring nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Defisit Nutrisi berhubung Setelah dilakukan tindakan dalam Manajemen Nutrisi ( I. 03119 )
an dengan faktor psikolog waktu 3x24 jam diharapkan status
is ( keengganan untuk ma nutrisi membaik ( L. 03030 ) dengan Observasi
kan ( D. 0019 ) kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
Yang ditandai dengan : 1. Berat badan indeks massa tubuh  Identifikasi alergi dan toleransi makanan
( IMT ) membaik
DS :  Identifikasi makanan yang disukai
2. Bising usus membaik
 An. F mengatakan tid  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrie
ak nafsu makan 3. Membran mukosa membaik n
DO :  Monitor asupan makanan
 BB sebelum sakit : 1  Monitor berat badan
9 Kg
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 BB setelah sakit : 16
Kg Terapeutik

 Ada penurunan BB se  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika p


banyak 3 Kg dalam 3 erlu
bulan terakhir  Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Mukosa Pucat  Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
 Ada Sariawan konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum ma
kan ( misal. Pereda nyeri, antiemetik ), jika p
erlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu

3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi ( I. 06171 )


berhubungan dengan nyer keperawatan dalam waktu 3x24 jam
i ( D. 0054 ) diharapkan mobilitas fisik meningkat Observasi
( L. 05042 ) dengan kriteria hasil :  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Yang ditandai dengan :
1. Pergerakan ekstremitas meningkat lainnya
DS :
2. Kekuatan otot meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan
 OT pasien mengataka ambulasi
n jika ingin ke kamar 3. Rentang gerak ( ROM ) meningkat
mandi pasien harus di  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
gendong 4. Nyeri menurun sebelum memulai ambulasi

 Pasien mengatakan n 5. Kecemasan menurun Terapeutik


yeri saat bergerak 6. Kaku sendi menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
DO : dalam meningkatkan ambulasi
7. Kelemahan fisik menurun
 Kekuatan otot menur Edukasi
un  Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
 Rentang gerak menur dilakukan ( misal : berjalan dari tempat tidur
un ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi
 Fisik terlihat lemah
XV. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Tanda Tangan


Keperawatan dan Nama Jelas
Tanggal

1 Selasa, Nyeri akut berhubun 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:


12 April gan dengan agen pen karakteristik, durasi,
 An. F mengatakan ma Citra Wahyuni
2022 cedera fisiologis ( D. frekuensi, kualitas,
0077 ) yang ditandai intensitas nyeri sih nyeri tetapi skalan
dengan : ya menurun 4-5
2. Mengidentifikasi skala
DS : nyeri  Saat ini nyeri hilang t
11.05 imbul
 An. F mengatak 3. Mengidentifikasi respon
an nyeri di selur nyeri non verbal O:
uh area lapang p 11.10
4. Mengidentifikasi faktor  Wajah pasien tampak
erut masih meringis mena
yang memperberat dan
 Skala nyeri 6 memperingan nyeri han nyeri
11.15
DO : 5. Memberikan teknik non  Pasien sudah bisa me
farmakologis untuk mpraktekkan teknik r
 Pasien tampak mengurangi rasa nyeri elaksasi napas dalam
menangis mena
 Sikap menghindar saa
han nyeri 11.17 6. Memfasilitasi istirahat dan t akan dipegang bagia
tidur n yang sakit masih ad
 Saat ingin di pe a
gang perutnya p 7. Mengajarkan teknik non
asien tampak m farmakologis untuk  TD : 110/70 mmHg
enghindar 11.20 mengurangi rasa nyeri
 HR : 120x/menit
 Posisi saat tidur
berubah-ubah  RR : 24x/menit
11.25
 HR : 120x/meni A:
t Nyeri akut
 RR : 26x/menit P:
 Makan habis 1/4 Lanjutkan Intervensi
porsi

2 Selasa, Defisit Nutrisi berhu 11.45 1. Mengidentifikasi status S:


12 April bungan dengan fakto nutrisi Citra Wahyuni
2022 r psikologis ( keengg  Anak F mengatakan t
anan untuk makan ( 12.30 2. Mengidentifikasi alergi da idak nafsu makan
D. 0019 ) n toleransi makanan
 Orang tuan An. F me
Yang ditandai denga 3. Mengidentifikasi makanan ngatakan An. F tidak
12.35 yang disukai ada alergi obat atau m
n:
akanan
DS : 4. Memberikan makan tinggi
12.40 serat untuk mencegah kons O :
 An. F mengatak tipasi
 Status gizi An. F tam
an tidak nafsu m 5. Memberikan makanan pak kutrang
akan tinggi kalori tinggi protein
 Mukosa bibir tampak
DO : 12.45 6. Menganjurkan posisi dudu kering
k, jika mampu
 BB sebelum sak  BB : 16 Kg
it : 19 Kg 7. Memonitor berat badan
13.00  Saat ini posisi makan
 BB setelah sakit 8. Memonitor hasil pemeriks pasien 450
: 16 Kg aan laboratorium
A:
13.30
 Ada penurunan 9. Melakukan kolaborasi pem
BB sebanyak 3 berian medikasi sebelum Defisit Nutrisi
14.00
Kg dalam 3 bula makan ( misal. Pereda nye P :
n terakhir ri, antiemetik ), jika perlu
14.05 Lanjutkan Intervensi
 Mukosa Pucat
 Ada Sariawan

3 Selasa, Gangguan mobilitas 14.30 1. Mengidentifikasi adanya S:


12 April fisik berhubungan d nyeri atau keluhan fisik
2022 engan nyeri ( D. 005 lainnya  An. F mengatakan jik
4) a bergerak perutnya s
2. Mengidentifikasi toleransi akit
Yang ditandai denga 14.15 fisik melakukan ambulasi Citra Wahyuni
n: O:
3. Melibatkan keluarga untuk
DS : membantu pasien dalam  An. F tampak berhati-
14.20 hati saat mobilisasi
meningkatkan ambulasi
 OT pasien meng
atakan jika ingin 4. Mengajarkan ambulasi  An. F masih tampak l
ke kamar mandi sederhana yang harus emah
pasien harus dig dilakukan ( misal :
endong 14.30 berjalan dari tempat tidur  Ayah An. F tampak
ke kursi roda, berjalan dari membantu saat mobil
 Pasien mengata tempat tidur ke kamar isasi
kan nyeri saat b mandi, berjalan sesuai
ergerak A:
toleransi
DO : Gangguan mobilitas fisik

 Kekuatan otot m P:
enurun Lanjutkan intervensi
 Rentang gerak
menurun
 Fisik terlihat le
mah
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Cindy Sunur, I. (2019, oktober 22). Alodokter. Retrieved April 01, 2021, from
gejala-tbc-usus-dan-pengobatannya: https://www.alodokter.com/gejala-tbc-
usus-dan-pengobatannya

Murdani, A. (2016). Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Intestin


al. http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/28/25

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, edisi I
cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional
Indonesia

Widianiti, K. (2018). Seorang Wanita Muda dengan Tuberkulosis Usus

Menyerupai. https ://e-journal.unair.ac.id , 12-13.

Anda mungkin juga menyukai