Anda di halaman 1dari 9

ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No.

1, Januari - Juni 2018

Yusrizal Effendi
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar
E-mail: yusrizalefendi@yahoo.com
Nofri Andy N
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi
E-mail: nofri_andi@yahoo.com

Diterima : 23 April 2018 Direvisi : 30 Mei 2018 Diterbitkan : 30 Juni 2018

Abstract
Term surau sangat identik dengan masyarakat Minang dan usianya hampir sama dengan terjadinya
Islamisasi di Sumatera Barat. Surau masih eksis hingga saat ini karena kegunaannya yang multi fungsi.
Menurut Elizabeth E. Graves, setelah anak muda mengalami pubertas, pemuda tidak dapat lagi tidur di
rumah orangtuanya, tetapi tidur di surau bersama teman sebaya yang lain. Pelajar yang pergi meninggalkan
nagari, guru-guru agama serta para pedagang yang datang dari daerah yang jauh menjadikan surau sebagai
tempat peristirahatan. Belakangan fungsi surau, terutama surau dagang tidak berbanding lurus dengan niat
pendiri sebelumnya. Surau dagang banyak ditinggalkan karena paradigmanya hanya dijadikan sebagai
tempat persinggahan bagi saudagar yang datang dari jauh. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan
perlunya revitalisasi surau dagang secara fungsional sebagai khazanah pembentukan karakter pemuda
Minang dalam menempa kehidupan. Temuan yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah beberapa
surau di Pasar Tradisional seperti Balai Pauh Kambar, Sungai Sariak, dan sebagainya ternyata masih
aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat membendung masuknya paham-paham radikal
di Padang Pariaman.
Keywords: Peran Sosial, Surau Dagang, Pasar Tradisional

Abstrak
Term surau sangat identik dengan masyarakat Minang dan usianya hampir sama dengan terjadinya
Islamisasi di Sumatera Barat. Surau masih eksis hingga saat ini karena kegunaannya yang multi fungsi.
Menurut Elizabeth E. Graves, setelah anak muda mengalami pubertas, pemuda tidak dapat lagi tidur di
rumah orangtuanya, tetapi tidur di surau bersama teman sebaya yang lain. Pelajar yang pergi meninggalkan
nagari, guru-guru agama serta para pedagang yang datang dari daerah yang jauh menjadikan surau sebagai
tempat peristirahatan. Belakangan fungsi surau, terutama surau dagang tidak berbanding lurus dengan niat
pendiri sebelumnya. Surau dagang banyak ditinggalkan karena paradigmanya hanya dijadikan sebagai
tempat persinggahan bagi saudagar yang datang dari jauh. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan
perlunya revitalisasi surau dagang secara fungsional sebagai khazanah pembentukan karakter pemuda
Minang dalam menempa kehidupan. Temuan yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah beberapa
surau di Pasar Tradisional seperti Balai Pauh Kambar, Sungai Sariak, dan sebagainya ternyata masih
aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat membendung masuknya paham-paham radikal
di Padang Pariaman.

Kata Kunci: Peran Sosial, Surau Dagang, Pasar Tradisional

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 48 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

Latar Belakang Seperti halnya di Pulau Jawa surau juga


Surau 1 merupakan istilah yang identik digunakan sebagai akses bagi Islamisasi yang
dengan masyarakat Minang, usianya hampir intensif di daerah-daerah terpencil dari
sama dengan proses terjadinya Islamisasi di pelabuhan pantai barat minangkabau yang
Sumatera Barat. Eksistensi surau hingga saat telah terislamkan sejak dekade kedua abad
ini masih dipertahankan karena kegunaannya XVI bersamaan keterlibatan mereka dalam
yang multi fungsi. Menurut Elizabeth E. perdagangan internasional. Surau juga
Graves, setelah anak muda mengalami menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung
pubertas, pemuda tidak dapat lagi tidur di interaksi mendalam dan hubungan yang dekat
rumah orangtuanya, tetapi tidur di surau antara Islam dan masyarakat minangkabau.3
bersama teman sebaya yang lain. Pelajar yang Marthias Dusky Pandoe sebagai
pergi meninggalkan nagari, guru-guru agama jurnalis senior menilai bahwa ada beberapa
serta para pedagang yang datang dari daerah jenis surau, di antaranya surau kaum atau suku
yang jauh menjadikan surau sebagai tempat yang berfungsi sebagai tempat mengaji dan
peristirahatan.2 shalat berjamaah bagi anggota suku. Lazimnya
Di Minangkabau, anak laki-laki tidak setiap suku memiliki guru mengaji yang piawai,
mendapatkan fasilitas kamar di rumahnya cakap menjadi imam, dan terkadang sanggup
sehingga dia harus hijrah ke surau, hal ini untuk memberikan siraman rohani bagi para
merupakan sikap mengalah dan memuliakan anggotanya. Surau juga dapat digunakan
bagi saudara perempuan. Fungsi surau pada sebagai ajang untuk mempererat hubungan
masa dahulunya berkaitan dengan sekolah silaturrahim keluarga besar. Dua fungsi surau
sosial yang mengajarkan anak muda untuk yang paling fundamental adalah sebagai sarana
berproses serta memiliki jiwa solidaritas yang pendidikan dan juga tempat untuk
tinggi dan mandiri sehingga terbiasa untuk melaksanakan ibadah. Surau merupakan
tidak selalu menggantungkan hidup kepada fondasi dalam penegakkan falsafah Adat
orang tua. Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah
Aspek penting lain mengenai (ABS-SBK), ranah belumlah dikatakan lengkap
keberadaan surau bagi masyarakat pedesaan apabila belum memiliki surau.4
minangkabau antara lain dijadikannya surau Orang Minang dikenal dengan orang
sebagai pusat penyebaran dan perkembangan yang kuat dalam memegang teguh agama dan
Islam ke daerah-daerah Sumatera Barat. adat. Sehingga dimanapun berada mereka akan
menyesuaikan tempat keberadaan tersebut
1 Dalam tradisi di Minangkabau anak yang seperti apa yang di dapat di daerahnya. Hal ini
berusia 6-7 tahun sudah diwajibkan untuk tidur di surau.
terlihat dalam masyarakat Minang yang ada di
Kegiatan ini dimulai dengan shalat magrib berjamaah,
kemudian dilanjutkan dengan mengaji dan mendalami perantauan atau di kampung namun berpindah
ilmu agama Islam yang diajarkan oleh ulama kampung. ke kampung yang lain. Membangun surau dari
Di samping diajarkan ilmu agama, mereka juga diberi
bekali pengetahuan tentang akhlak serta pengalaman swadaya bersama merupakan kebanggaan
untuk menghadapi masa yang akan datang. Setelah tersendiri bagi orang Minang dalam
melaksanakan shalat Isya berjamaah, pemuda tersebut mendukung usaha serta upaya dalam
diajarkan tafsr serta pencak silat kemudian istirahat
tidur. (Ake Nera Atakiwang, dkk., Tanjung Mata Bulan
Antologi Puisi Esai Menarik (Depok: Jurnal Sajak 3 Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan:

Indonesia, 2014), 57. Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia (Jakarta:
2 Elizabeth E. Graves, Asal Usul Elite Mizan Publika, 2012), 87.
Minangkabau Modern: Respon terhadap Kolonial Belanda 4Marthias Dusky Pandoe, Jernih Melihat Cermat

Abad XIX/XX terj. Novi Andri, dkk. (Jakarta: Yayasan Mencatat: Antologi Karya Jurnalistik Wartawan Senior
Obor Indonesia, 2007), 41. Kompas (Jakarta: Kompas, 2010), 253.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 49 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

peningkatan nilai-nilai keagamaan. Surau di Surau berasal dari bahasa Arab Sugra
sini tidak hanya dipahami sebagai tempat berarti kecil, karena pengaruh dialek kata ini
shalat semata tetapi dilengkapi oleh perangkat- berubah menjadi surau yang berarti bangunan
perangkat yang lain, seperti tuanku, anak lebih kecil dari masjid didirikan sebagai
murid mengaji, jamaah yang setia untuk pelengkap rumah gadang. Surau biasanya
melaksanakan wirid mingguan, dan jamaah dibangun dekat dengan sumber air, karena
tetap dalam melaksanakan shalat lima waktu diharapan nanti akan ada pemukiman baru,
sehari semalam. kegiatan dagang dan pasar baru serta
Berdagang merupakan profesi yang peradaban baru. Jaringan surau juga dapat
kerap dilakukan oleh orang Minang. Hal ini dijadikan sebagai penghubung dengan jaringan
lebih disebabkan minimnya sumber daya alam pasar dan ekonomi strategis di Minang, seperti
yang ada di kampung dan jiwa merdeka yang jaringan desa pertanian, desa pertambangan
dimiliki seorang pedagang. Surau dagang yang dan desa yang terletak pada rute-rute
didirikan oleh urang dagang pada masa lalu perdagangan. 5 Surau juga dapat dijadikan
memberikan dampak yang kuat bagi sebagai pusat informasi bagi para pedagang
religiusitas pedagang ketika itu, karena posisi mengenai daerah yang ramai pembeli dan
sebagai orang rantau dan berdomisili di surau sebagai tempat untuk mempersiapkan strategi
untuk sementara menjadikan mereka hati-hati untuk berdagang.
dalam berperilaku dan bersikap jujur. Dalam Peran surau sebagai lembaga
riset ini, peneliti akan mengkaji peran sosial pendidikan agama pertama di Sumatera Barat
surau dagang yang terdapat di pasar tradisional sangat dibutuhkan, selain berfungsi tempat
Padang Pariaman dan program-program surau belajar juga digunakan sebagai tempat tinggal
dalam mewujudkan peranan sosial yang berarti bagi guru dan murid. Sistem ini
bagi pedagang dan masyarakat dan bagaiamana memungkinkan guru dan murid berada dalam
dampak program tersebut bagi masyarakat. lokasi yang sama dalam waktu yang panjang.
Di sana tercipta proses pembelajaran antara
Metode
guru dan murid sehingga regenerasi ulama
Penelitian ini menggunakan metode
berlangsung secara alami. Surau yang pertama
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi,
didirikan adalah surau Syekh Burhanuddin
yaitu pendekatan yang akan mengungkap
Ulakan yang didirikan sekitar abad XVII, surau
fenomena yang terjadi mengenai peran sosial
ini didatangi oleh berbagai murid dari pelosok
surau dagang di pasar tradisional serta dampak
Minangkabau.6
dari kegiatan-kegiatan surau bagi pedagang dan
Eksistensi surau sebagai sebauh
masyarakat. Teknik pegumpulan data yang
institusi yang merupakan ciri khas Sumatera
digunakan adalah pengamatan terlibat
Barat telah menandakan bahwa orang Minang
(participant obsesrvation), wawancara mendalam,
telah memiliki headstart lebih awal dalam
dan studi data sekunder. Pengamatan terlibat
bidang pendidikan dan hal ini berimbas
dilakukan pada latar alamiah (tak terstruktur).
kepada bidang-bidang yang lain seperti
Data yang telah terkumpul dianalisis secara
pergerakan dan politik. Hal membuktikan
kualitatif dengan menggunakan langkah-
bahwa orang Minang lebih maju dibandingkan
langkah: (1) pengumpulan data, (2) interpretasi
data, dan (3) penulisan laporan. 5 Ahmad Baso,” Surau: Pusat Dakwah di
Minangkabau”, http://www.nu.or.id diakses pada
Dinamika Surau dalam Ranah Sosial di Selasa, 14 Maret 2017 pukul 23.00 WIB.
Minangkabau 6 Azizah Etek, ddk., Koto Gadang Masa Kolonial

(Yogyakarta: LkiS, 2007), 109.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 50 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

dengan etnis-etnis lain yang masih diam dan ketika gelombang pembaharuan Islam di
terbelakang. Terutama pada awal abad XX Minangkabau pada akhir abad XVIII yang
hingga dasawarsa pertama pasca proklamasi dibawa oleh pengikut tarekat di Timur Tengah,
ketika berbicara tentang pergerakan nasional, anak benua India dan diperkuat lagi dengan
dalam tarikan napas yang sama ditemukan terbukanya hubungan Makkah dan Madinah.
nama-nama seperti H. Agus Salim, Pembaharuan ini lebih kepada penguatan
Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir bersama syariah, sedangkan di kalangan Syattariyah juga
tokoh seperti Soekarno. Dalam dua atau tiga digalakkan usaha ke arah tersebut dengan
dasawarsa pasca proklamasi semakin banyak mendalami al-Qur’an, Fiqh, dan Hadis di
kalangan-kalangan etnis lain mencapai kelembagaan surau.9
mobilitas dan ketokohan pada tingkat nasional, Puncak dari konflik tersebut adalah
sedangkan etnis Minang mengalami stagnan.7 munculnya murid Tuanku Nan Tuo, seperti
Mesranya hubungan masyarakat dan Haji Miskin, Tuanku Nan Renceh, Imam
surau didukung oleh maraknya pemahaman Bonjol, Haji Sumanik, dan Haji Piobang yang
sufisme di daerah-daerah pedalaman terpengaruh oleh metode wahabi yang sedang
Minangkabau. Sehingga ajaran dan praktek berkembang di Arabia. Mereka menyerang
Islam di surau-surau dengan mudah surau-surau yang dianggap telah melakukan
disesuaikan dengan adat lokal dan praktek tahayul dan khurafat sehingga
menawarkan semangat yang dekat dengan pecahlah perang antara kelompok radikal dan
sistem budaya kaum petani di desa-desa moderat yang merupakan cikal bakal dari
Minangkabau. Surau juga menoleransi budaya perang Paderi pada tahun 1821-1837 ketika
pra-Islam yang begitu mengakar di kalangan Belanda sudah ikut campur tangan.10
Muslim Minang serta surau menawarkan Diskusi mengenai surau di
gagasan dan praktek yang sesuai dengan ritme Minangkabau dapat dihubungkan dengan
kehidupan masyarakat petani ketika itu. Oleh analisis Max Weber dalam karyanya, The
sebab itu, kondisi ini berbeda dengan Islam Protestant Ethic and the Spirit of Capitalisme
yang telah mapan di daerah pelabuhan dagang, tentang epistemik ethos menjelaskan adanya
daerah terluar (rantau), perkembangan Islam di hubungan dimensi spritual (agama atau
daerah lebih fokus kepada menjaga budaya ideologi, ethos), pendidikan dengan semangat
masyarakat desa.8 ekonomi perdagangan (entrepreneur). Tiga
Ranah Minang yang dikenal sebagai komponen ini merupakan karakteristik yang
daerah yang kuat dalam mengamalkan ajaran selalu melekat bagi warga Minang baik yang
agama pernah menjadi ruang kontestasi antara ada di kampung maupun di perantauan.
kelompok pembaharu dan tradisional. Hal ini Mereka tidak bisa memisahkan hidupnya dari
meninggalkan bekas yang begitu mendalam agama dan adat serta akan marah apabila
bagi generasi berikutnya di antaranya dikatakan “tidak beradat” atau “tidak beragama”.
munculnya semangat kritis dalam beragama Posisi adat dan agama merupakan suatu
sehingga kerap menimbulkan geseskan di kesatuan yang saling menguatkan dalam
kalangan masyarakat. Fenomena ini terjadi mewujudkan filosofi adat Minangkabau.

7 Azyumardi Azra ”Mambangkik Batang 9 Azyumardi Azra, Surau; Pendidikan Islam


Tarandam: Wacana dan Praksis Revitalisasi Minang” Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos
dalam Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Wacana Ilmu, 2003), 120.
Depan Bangsa, Komaruddin Hidayat & Putut Widjanarko 10 Meimunah S. Moenada, “Surau dan
(ed.), (Jakarta: Mizan 2008), 557. Modernisasi Pendidikan di Masa Hindia Belanda”, Jurnal
8 Jajat Burhanuddin, Ulama dan Kekuasaan, loc. cit. Sosial Budaya, Vol. 8 No. 01, (2011), 43.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 51 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

Memahami Konsep Revitalisasi Peran Di tahun 2000 pakar pendidikan Barat


Sosial Untuk Mewujudkan Kembali menggulirkan konsep kecakapan hidup (life
Eksistensi Surau skill) dan didukung oleh pakar pendidikan di
Revitalisasi dapat dipahami sebagai Indonesia agar diterapkan di sekolah-sekolah.
bentuk perubahan (transformasi) yang Intinya, kecakapan ini berisi tentang sebuah
mengandung proses penguatan yang meliputi pola atau konsep dimana seorang peserta didik
peneguhan terhadap aspek-aspek yang selama dituntut untuk menemukan kecakapan hidup
ini dimiliki (proses potensial) maupun dengan melalui proses pembelajaran yang dilalui di
melakukan pengembangan (proses aktual) sekolah. Kecakapan hidup tersebut, antara
menuju keadaan yang lebih baik dan lebih lain: eksistensi diri, kecakapan adaptasi,
maju dari kondisi sebelumnya. Dalam kecakapan komunkasi, kecakapan memilah
implementasinya, revitalisasi memiliki tahapan- masalah, kecakapan memilih masalah,
tahapan yang meliputi: penataan, pemantapan, kecakapan mengambil keputusan, kecakapan
peningkatan dan pengembangan yang sosial, dan kecakapan personal. Semua model
dilakukan secara berkesinambungan. ini telah dikaji dan dipraktekkan oleh tokoh-
Maraknya surau dagang yang ada di tokoh Minang dan hasilnya telah ditunjukkan
pasar tradisional merupakan suatu hal yang dengan posisi strategis yang dipegang pada
menarik untuk dikaji, karena pada masa lalu saat ini.12
peran surau sangat kentara dirasakan baik Surau yang merupakan pusat
sebagai lembaga pendidikan maupun sebagai transformasi keilmuan di Minangkabau
tempat istirahat bagi masyarakat dan para sebenarnya dimulai dari kaum keluarga
pedagang yang datang dari jauh. Seiring sehingga muncul ungkapan dari ninik turun ke
berkembangnya zaman, surau masih tetap mamak, dari mamak turun ke kamanakan”. Maka
eksis namun pemanfaatannya mengalami konstruksi lembaga surau terdiri dari mamak
pengembangan, di antaranya sebagai tempat sebagai guru, kemenakan sebagai murid, surau
silaturahim dan lembaga sosial yang akan sebagai sarana, dan bahan ajarnya adalah nilai-
membantu meringankan beban masyarakat. nilai yang dianggap berguna untuk bekal hidup
Di Minangkabau, kebudayaan dan bagi generasi di masa mendatang. Dalam
pusat aktivitas masyarakat seringkali diadakan proses perjalanan waktu melalui pengayaan
di surau. Sehingga dapat diklasifikan fungsi kultural nasional dan internasional terjadi
surau antara lain: tempat shalat, tempat degradasi peran dan fungsi surau sebagai
mengaji, belajar agama, asrama bagi para siswa, sebatas rumah ibadah untuk kemudian
tempat merayakan hari besar Islam, upacara menjadi surau tua yang tersisih di sudut-sudut
keagamaan, tempat suluk, tempat bertemu, dusun. Orang lupa akan jasa surau sebagai
berkumpul, rapat, penginapan bagi musafir da sarana transformasi nilai yang begitu dalam
sebagainya. Sehingga jelas fungsi masjid hanya meninggalkan jejak sejarahnya.
digunakan untuk pelaksanaan shalat lima Peran merupakan sejumlah tindakan
waktu dan dua hari raya sehingga kebersihan yang dilakukan individu dalam suatu konteks
dan kenyaman tetap terjaga.11 (lingkungan). Peran akan efektif apabila
memenuhi beberapa syarat yang didalamnya

11Muhammad Natsir Yunas, “Peran Surau Syekh 12 Achjar Chalil, “Peranan Surau dalam
Burhanuddin sebagai Lembaga Pendidikan Islam Pembentukan Karakter Masyarakat Minangkabau,
Tradisional di Pariaman Sumatera Barat”, Jurnal https://enewsletterdisdik.wordpress.com diakses pada
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, No. 2, (2005), 211. 15 Oktober 2017.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 52 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

terdapat norma yang melekat pada posisi sosial nilai-nilai kemasyarakatan tertentu, seperti
pelaku, kepercayaan/agama dan sikap yang budaya, norma, aturan, dan sebagainya.
dianut, serta konsep peran yang dimainkan.
Peran Surau Dagang dalam
Dalam mengkaji peran surau dagang
Pembentukkan Karakteristik Masyarakat
ini, peneliti menggunakan pendekatan Pasar Tradisional
fungsional yang terapkan oleh Talcott Parsons
Menurut Buya Mas’oed Abidin
yang menjelaskan masyarakat sebagai suatu
berdagang bagi masyarakat Minang merupakan
sistem memiliki struktur yang terdiri dari
profesi yang lazim, bahkan orang Minang
banyak lembaga, dimana masing-masing
seringkali diidentikkan dengan profesi ini. Di
lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri.
Minangkabau kata dagang memiliki makna
Struktur dan fungsi dengan kompleksitas yang
yang mendalam dan mencakup filosofi hidup
berbeda-beda ada pada setiap masyarakat, baik
sebagai bagian dari identitas budaya. Dagang
masyarakat modern maupun masyarakat
tidak hanya berari bisnis an sich, kata ini juga
primitif. Misalnya lembaga sekolah yang
mengandung makna merantau dengan tujuan
berfungsi mewariskan nilai-nilai yang ada
mencari bekal untuk kehidupan baik dalam
kepada generasi baru, lembaga keagamaan
jangka pendek maupun jangka panjang. Bagi
yang berfungsi membimbing pemeluknya
masyarakat Minang anak dagang bukanlah
menjadi anggota masyarakat yang baik dan
orang buangan, bahkan dia sangat dihormati
penuh pengabdian untuk mencapai
dan memiliki hak-hak tertentu. Mereka juga
kebahagiaan dunia dan akhirat.
dibuatkan surau dagang untuk menginap
Dalam merealisasikan teorinya, Talcott
dalam beberapa waktu. Penilaian masyarakat
menggunakan paradigma AGIL (Adaptation,
tidak terbatas kepada negeri asal anak dagang,
Goal-Attainment, Latent-Pattern-Maintenance) yang
namun lebih kepada kebaikan perilakunya
menitikberatkan pada kehidupan sosial sebagai
bahkan kerap diambil menantu oleh warga
suatu sistem sosial memerlukan terjadinya
setempat karena sikap tanggung jawab dan
ketergantungan yang berimbas pada stabilitas
kemandirian yang telah dipraktekkan dalam
sosial. AGIL merupakan singkatan dari:
kehidupan sehari-hari.
Adaptation yaitu kemampuan
Padang Pariaman adalah kabupaten
masyarakat untuk berinteraksi dengan
yang memiliki penduduk yang padat yaitu
lingkungan alam. Hal ini berhubungan dengan
berjumlah 400.890 orang. 13 Angka ini
usaha mengumpulkan sumber-sumber
merupakan angka yang tinggi dibandingkan
kehidupan serta menghasilkan komoditas
dengan kabupaten/kota yang lain, sehingga
untuk redistribusi sosial.
masyarakat dari daerah luar tertarik untuk
Goal-Attainment adalah kecakapan
berdagang di daerah ini, hal terbukti datangnya
untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan
para pedagang dari Batusangkar, Padang
masa depan dan membuat keputusan yang
Panjang, dan kota-kota yang lainnya.
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk
Integration atau harmonisasi
menurut Simon (1982) adalah sebagai modal
keseluruhan anggota sebagi sistem sosial
bagi pembangunan ekonomi. Ia juga
setelah kesepakatan mengenai nilai-nilai atau
menambahkan bahwa penduduk yang besar
pada masyarakat ditetapkan.
Latency (Latent-Pattern-Maintenance) 13 Sumber data Badan Pusat Statistik
adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini Kabupaten Padang Pariaman,
https://padangpariamankab.bps.go.id diakses pada
Rabu, 15 Maret 2017 pukul 22.00 WIB.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 53 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

bukanlah suatu beban. Semakin besar jumlah telah membeli tanah dan menetap di sana serta
penduduk di suatu daerah akan menjadikan tetap dengan mempertahankan surau mereka
permintaan meningkat, sehingga akan terjadi dengan ciri khas surau dagang masa lalu.16
economic of scale (keuntungan yang berlipat) Melihat perubahan yang menonjol
dalam produksi. dalam fungsi surau, Azra mengungkapkan
Pasar tradisional14 masih diminati oleh surau memang tidak lagi menjadi kamar bagi
masyarakat Padang Pariaman, karena harganya anak laki-laki atau tempat tinggal bagi suami
dapat dijangkau serta kebutuhan yang dicari yang telah ditinggal mati oleh istrinya serta
oleh masyarakat tersedia dengan lengkap. sebagai tempat bermalam bagi para pedagang
Hingga saat ini pasar tradisional tetap eksis di keliling (babelok), namun eksistensinya masih
17 kecamatan yang ada di Padang Pariaman dibutuhkan dalam upaya transmisi nilai-nilai
serta memilki hari balai tersendiri. Jalinur 15 dasar keagamaan dan adat istiadat
17
mengungkapkan bahwa hari balai bagi pasar- Minangkabau.
pasar tersebut berbeda-beda, di antaranya: Pada awal 1980-an perkembangan
a. Balai Akaik (ahad) di Pasar Sintuk kehidupan beragama semakin meningkat, hal
kecamatan Sintuk Toboh Gadang ini ditandai dengan meningkatnya jumlah
b. Balai Sanayan (Senin) dan Jum’at di rumah ibadah, jemaah haji juga mengalami
Pasar Sicincin kecamatan 2 x 11 Sicincin masa tunggu yang lama, dan umat Islam
c. Balai Selasa di Pasar Lubuk Alung semakin giat dalam menjalankan ibadahnya.
kecamatan Lubuk Alung Meskipun peningkatan ini seringkali bersifat
d. Balai Raba’a (Rabu) di pasar Sungai simbolis tanpa diikuti dengan hal-hal yang
Sariak kecamatan VII koto Sungai Sariak subtantif yang akan berdampak kepada
e. Pasar Kamis di Pasar Pakandangan munculnya sikap keshalehan sosial.18 Sikap ini
kecamatan Enam Lingkung juga berdampak kepada para pedagang
f. Pasar Sabtu di Pasar Pauh Kambar di sehingga mereka tidak segan-segan untuk
kecamatan Nan Sabaris menyedekahkan sebagaian harta mereka. Hal
Dalam menghadapi modernisasi, peran ini dapat dilihat dari beberapa surau dagang
surau juga mengalami perkembangan yang yang didirikan dengan bangunan yang megah.
sesuai dengan zaman. Hal ini juga terlihat dari Pemerintah Sumatera Barat juga
surau dagang Pasar Pauh Kambar dimana memberikan dukungan yang positif mengenai
pada dahulunya para pedagang datang dari pentingnya surau, di antaranya dengan
daerah yang jauh, namun seiring dengan ditetapkan Perda No. 9 tahun 2000 tentang
perkembangan zaman para perantau tersebut pokok-pokok pemerintahan nagari yang
memasukkan Surau sebagai bagian dari harta
14 Di antara ciri-ciri pasar tradisional adalah kekayaan nagari (Pasal 7) sebagai sebagai upaya
adanya hubungan antara pedagang dengan pembeli
secara langsung, transaksi terjadi secara spontan serta
adanya tawar menawar harga dengan transparan. 16 Wawancara dengan Tk. Ilham Sikumbang,

Karakteristik tersebut hingga sekarang masih dimiliki ulama Pasar Pauh Kambar pada Rabu, 1 Maret 2017
oleh pasar nagari yang dimiliki oleh nagari-nagari di pukul 17.00 WIB.
Sumatera Barat sebagai kesatuan wilayah hukum adat, 17 Azyumardi Azra, “Mambangkik Batang

hal ini ditandai dengan adanya nagari sebagai wilayah Tarandam: Wacana dan Praksis Revitalisasi Minang”
otonom yang memiliki harta kekayaan. (Irchami dalam Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa
Sulaiman, Perdagangan Usaha Cina: Perilaku Pasar (Jakarta: Depan Bangsa Komaruddin Hidayat & Putu Widjanarko
Grafika, 1998), 7. (Jakarta: Mizan, 2008), 573.
15Wawancara dengan Jalinur, warga 18 Tim Ditjenbud, Strategi Pembinaan dan

Pakandangan pada Senin, 13 Maret 2017 pukul 09.00 Pengembangan Kebudayaan Indonesia (Departemen
WIB. Pendidikan Nasional, 2000), 28.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 54 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

melestarikan tradisi minang. Hal tersebut mereka berada maka ciri khas ini tidak akan
merupakan upaya untuk mengembalikan hilang
fungsi surau sebagai proses pembinaan ilmu Kedua, Peran surau dagang sangat
pengetahuan, mental, dan karaker generasi signifikan dalam pembentukan karakteristik
muda. Dengan adanya perda tersebut masyarakat Pasar Tradisional dan akan
diharapkan para pemuda dapat meresapi nilai- berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-
nilai budaya yang kental hubungannya antara hari, sehingga religius masyarakat menjadi
agama dan adat. terimbangi antara kepentingan dunia dan
Pemahaman terhadap keagamaan akhirat
dapat mempengaruhi seseorang dalam Revitalisasi fisik Pasar Tradisional
bersikap terhadap profesinya, begitu juga sangat penting, namun yang lebih penting
terhadap para pedagang. Pedagang yang adalah merivitaslisasi rohani orang-orang yang
banyak mendalami ilmu agama dalam ada di pasar tersebut termasuk para pedagang
melakukan transaksi akan menerapkan nilai- dan masyarakat pasar tradisional terutama di
nilai kejujuran serta secara tidak langsung Sumatera Barat yang masih memegang kuat
merupakan bagian dakwah dalam nilai-nilai adat dan agama.
kehidupannya. Karena keterbatasan waktu,
pedagang hanya bisa menambah pengetahuan
mengenai agama di surau-surau pasar Daftar Pustaka
tradisional.19 Buku
Banyaknya didapati surau-surau di Adek Lestari, “Surau Masa Lalu Pada Masa
pasar tradisional, seperti Pasar Sicincin Kini Luhak Agam (Orde) Baru” dalam
mengindikasikan bahwa semangat untuk Ruth Saiya, dkk., Ge(mer)lap Nasionalitas
beribadah dan menimba ilmu bagi pedagang Postkolonial (Yogyakarta: Kanisius,
masih ada walaupun diliputi oleh kesibukan. 2008).
Dengan adanya perkembangan zaman dan Atakiwang, Ake Nera, dkk.. Tanjung Mata Bulan
proses modernisasi, maka penulis tertarik Antologi Puisi Esai Menarik. Depok:
untuk meneliti bagaimana peran sosial yang Jurnal Sajak Indonesia, 2014.
terdapat di pasar tradisional dalam konteks Azra, Azyumardi Azra. “Mambangkik Batang
kekinian. Tarandam: Wacana dan Praksis
Kesimpulan Revitalisasi Minang” dalam Reinventing
Dari uraian di atas dapat ditarik Indonesia: Menemukan Kembali Masa
kesimpulan sebagai berikut: pertama, Depan Bangsa Komaruddin Hidayat &
Masyarakat Minang adalah kelompok Putu Widjanarko. Jakarta: Mizan, 2008.
masyarakat yang memegang filososi Adat --------------------------------, Surau: Pendidikan
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah Islam Tradisional dalam Transisi dan
(ABS-SBK) prinsip ini diimplementasikan Modernisasi. Jakarta: Penerbit Logos,
dalam kehidupan sehari-hari dengan 2003.
mengkolaborasikan antara nilai spritual, Burhanuddin, Jajat. Ulama dan Kekuasaan:
pendidikan, dan ekonomi sehingga dimanapun Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah
Indonesia. Jakarta: Mizan Publika, 2012.
Graves, Elizabeth E.. Asal Usul Elite
19Wawacara dengan Anas, pedagang Pasar Minangkabau Modern: Respon terhadap
Pakandangan pada Kamis, 2 Maret 2017 pukul 14.00 Kolonial Belanda Abad XIX/XX terj.
WIB.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 55 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2018

Novi Andri, dkk. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia, 2007.
Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat,
Paradigma bagi Pengembangan Penelitian
Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya,
Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum, dan
Seni. Yogyakarta: Paradigma, 2005.
Sulaiman, Irchami. Perdagangan Usaha Cina:
Perilaku Pasar. Jakarta: Grafika, 1998.
Tim Ditjenbud. Strategi Pembinaan dan
Pengembangan Kebudayaan Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional,
2000.

Jurnal
Satria, Irwan. “Surau dalam Pengembangan
Tradisi Minang di Daerah Perantau”
Jurnal At-Ta’lim, Vol. XIV, No. 2,
(2015)
Muhammad Natsir Yunas, “Peran Surau Syekh
Burhanuddin sebagai Lembaga
Pendidikan Islam Tradisional di
Pariaman Sumatera Barat”, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, No. 2,
(2005).

Wawancara
Wawancara dengan Jalinur, warga
Pakandangan pada Senin, 13 Maret 2017 pukul
09.00 WIB.
Wawancara dengan Tk. Ilham Sikumbang,
ulama Pasar Pauh Kambar pada Rabu, 1 Maret
2017 pukul 17.00 WIB.
Wawacara dengan Anas, pedagang Pasar
Pakandangan pada Kamis, 2 Maret 2017 pukul
14.00 WIB.
Website
Baso, Ahmad,” Surau: Pusat Dakwah di
Minangkabau”, http://www.nu.or.id diakses
pada Selasa, 14 Maret 2017 pukul 23.00 WIB.
Sumber data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Padang Pariaman,
https://padangpariamankab.bps.go.id diakses
pada Rabu, 15 Maret 2017 pukul 22.00 WIB.

Yusrizal Effendi & Nofri Andy 56 Revitalisasi Peran Sosial Surau .....

Anda mungkin juga menyukai