Anda di halaman 1dari 23

TERMOKIMIA

Penerapan Hukum Pertama


termodinamika terhadap peristiwa kimia
disebut termokimia, yang membahas
tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.
Lanjutan
Reaksi kimia termasuk proses isotermal,
dan bila dilakukan di udara terbuka maka
kalor reaksi
qp = ∆H
Akibatnya, kalor dapat dihitung dari
perubahan entalpi reaksi.
∆H reaksi = Hhasil reaksi – Hpereaksi
Catatan
Supaya terdapat keseragaman harus
ditetapkan keadaan standar yang
dimaksud adalah pengukuran dilakukan
pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm.
Catatan
Dengan demikian, perhitungan
termokimia didasarkan pada keadaan
standar,

contoh:
AB + CD  AC + BC ∆Ho= x kj.mol-1

∆Ho adalah lambang (notasi) perubahan


entalpi reaksi pada keadaan itu.
Jenis kalor
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat empat
jenis kalor, yaitu :

1. Kalor pembentukan, ialah kalor yang


menyertai pembentukan satu mol
senyawa langsung dari unsur-unsurnya.

Contohnya amonia (NH3) :


1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g)  NH3 (g) ∆Hof= –46
Kj.mol-1
Catatan
 Karena NH3 harus 1 mol maka koefisien
reaksi nitrogen dan hidrogen boleh
dituliskan sebagai pecahan.

 Energi yang DILEPASKAN sebesar 46


Kj.mol-1 disebut kalor pembentukan
amonia (∆HoNH3)
Jenis kalor
2. Kalor penguraian (kebalikan kalor
pembentukan), yaitu kalor yang
menyertai penguraian 1 mol senyawa
langsung menjadi unsur-unsurnya,

Contohnya :
NH3 (g)  1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g) ∆H = +46 Kj.mol-1
Jenis kalor
3. Kalor Penetralan, ialah kalor yang
menyertai pembentukan 1 mol air dari
reaksi penetralan (asam dengan basa),

Contoh :
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl + H2O ∆H=121
Kj.mol-1
Jenis kalor
4. Kalor reaksi, yakni kalor yang menyertai
suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana,

Contoh:
2C2H2(g) + 5O2(g)4 CO2(g) + 2H2O (l) ∆H = – 2602Kj
Penentuan Kalor Reaksi
Kalor reaksi dapat ditentukan dengan :
1. Percobaan laboratorium
2. Dengan perhitungan (ada 3 cara)
a. Berdasarkan hukum Hess
b. Data kalor pembentukan
standar
c. Data energi ikatan.
Percobaan laboratorium
Zat pereaksi yang terukur direaksikan di dalam
kalorimeter, yaitu alat yang akan mengukur kalor
yang dihasilkan atau diserap reaksi tersebut.
Lanjutan
Jika kalor yang dihasikan akan menaikkan suhu
air dalam kalorimeter maka reaksinya disebut
reaksi eksotermik (sistem kehilangan kalor)
Sebaliknya,
Jika kalor yang dihasikan akan menurunkan
suhu air dalam kalorimeter maka reaksinya
disebut reaksi endotermik (kalor sistem
bertambah)
Besarnya kalor dapat dihitung dari
kenaikan/penurunan suhu dan massa air di
dalam alat tersebut.
Dengan perhitungan (ada 3 cara)
A. Aplikasi Hukum Hess

Walaupun ada alat untuk mengukur kalor


reaksi, tetapi ada reaksi yang berlangsung
terlalu cepat atau lambat sehingga sulit
diukur.

Di samping itu, ada reaksi yang tidak


terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor
reaksinya.
Aplikasi Hukum Hess....Lanjutan

Hukum Hess yang menyatakan :


Kalor yang menyertai suatu reaksi tidak
bergantung pada jalan yang ditempuh
tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir.
Contoh : CO2(g) dapat dibuat dengan dua cara, yaitu
Pertama :
C(s) + O2  CO2(g) ∆H1 = a

Kedua :
C(s) + 1/2 O2 (g)  CO (g) ∆H2 = b
CO (g) + 1/2 O2 (g)  CO2(g) ∆H3 = c

Sesuai dengan hukum Hess, a = b+c.


Dengan demikian, kalor suatu reaksi dapat dihitung
dari kalor reaksi lain yang telah diketahui, dengan
menjumlahkan baik pereaksi dan hasil reaksi
maupun kalornya.
B. Data kalor pembentukan standar

Menentukan ∆H reaksi dengan percobaan


memerlukan waktu dan biaya,

sedangkan dengan cara perhitungan lebih


mudah dan cepat tetapi memerlukan latar
belakang teori.
Berdasarkan kalor pembentukan standar
∆H reaksi
= koef. reaksi x ∆Hof hasil reaksi – koef. reaksi x ∆Hof reaktan

Catatan :
kalor pembentukan standar unsur bebas
pada suhu 250C dan tekanan 1 atm adalah
nol
C. Energi ikatan
 Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari
data energi ikatan pereaksi dan hasil
reaksi.

 Energi ikatan adalah energi rata-rata


yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan antar dua atom dalam senyawa.
 ENERGI PENGATOMAN SENYAWA (∆HOAtom),
yaitu energi yang diperlukan untuk
memutuskan semua ikatan dalam senyawa
(dalam keadaan gas) menjadi atom-atomnya.

 Catatan : Jika zat yang terlibat dalam reaksi


berupa unsur bebas, maka dipakai data
energi pengatoman unsur (∆Hoatom).

 ENERGI PENGATOMAN UNSUR adalah energi


yang diperlukan untuk memutuskan ikatan
antar atom dalam unsur (dalam suhu kamar)
sehingga menjadi atom-atom bebas.
 Proses pengatoman bersifat endotermik,
karena diperlukan energi untuk memutus
ikatan.
 Dalam reaksi terjadi pemutusan ikatan
pereaksi dan pembentukan ikatan hasil
reaksi.

Dengan kata lain,


 Energi Pengatoman Pereaksi Sama
Dengan Energi Yang Dibutuhkan.
 Energi Pengatoman Hasil Reaksi Sama
Dengan Energi Yang Dilepaskan.
Oleh sebab itu,
 Kalor Reaksi (∆H) adalah perbedaan
energi yang dibutuhkan dengan yang
dilepaskan.

maka
∆H = Energi Pengatoman Pereaksi – Energi
Pengatoman Hasil Reaksi
 Menghitung kalor reaksi dengan data
ikatan akan mudah bila :
 Zat yang terlibat dalam reaksi adalah
senyawa berwujud GAS atau UNSUR.
 Hal ini disebabkan :
 Energi Pengatoman Senyawa
dihitung dalam keadaan gas.
SEDANGKAN
 Energi Pengatoman Unsur dihitung
dalam wujudnya pada suhu kamar.
 Energi pengatoman senyawa dapat
ditentukan dengan menuliskan struktur
molekul senyawa, agar diketahui jenis
dan jumlah ikatan di dalamnya.
 Jika senyawa dalam reaksi berwujud cair
atau padat, maka harus diubah menjadi
gas.

 Energi yang diperlukan dihitung dari


data kalor penguapan (∆Hvap) dan kalor
sublimasi (∆Hsub)

Anda mungkin juga menyukai