Anda di halaman 1dari 1

 Kalau kita berbicara perparkiran, lalu bayang-bayang saya mengarahkan

bagaimana memonetisasi ruang publik yang ada di ruang Kota Batam ini.
Seperti memprivatisasi ruang publik, yang mana seharusnya ruang publik itu
gratis menjadi dikenakan tarif tertentu.

 Jadi ketika suatu layanan jasa sudah dikenakan tarif tertentu, maka preferensi di
benak masyarakat yang menerima layanan tergantung dari 2 variable, yaitu:
1. Jasa yang dirasakan;
2. Jasa yang diharapkan
Jika jasa yang diharapkan melebihi dari ekspektasi jasa yang diharapkan,
kecil kemungkinan akan terjadi complain, jika yang terjadi sebaliknya maka
setiap rupiah yang keluar akan diperhitungkan oleh penerima layanan.

 Lalu jika perparkiran ini mau dikelola/kerjasama dg pihak swasta, maka yang
menjadi acuan awal dari pihak swasta ada 2:
1. Berapa lama modal yang dinvestasikan akan Kembali, atau kita kenal Break
Even Point
2. Kapan sudah akan menghasilkan profit, atau yang biasa disebut Return on
Invesment (Net income after tax/total asset) x 100%

 Untuk itu maka dari pihak Dishub terlebih dulu membuat appraisal tentang
perparkiran ini, mgkn ada beberapa yang harus diperhatikan, dan nanti bisa
dikembangkan lagi:
1. Terkait AKUMULASI DAN VOLUME PARKIR, ini menggambarkan jumlah
kendaraan perhari, lalu pada jam berapa terjadi akumulasi maksimum.
Saran saya dg hitungan ini, buat diferensiasi harga pada titik lokasi tertentu,
spt pusat kota, pusat- pusat perbelanjaan. Berikutnya buat diferensiasi harga
pada jam-jam tertentu, spt pada jam-jam sibuk.
2. Terkait DURASI PARKIR, ini menunjukkan lamanya kendaraan pada suatu
lokasi parkir. Biasanya tarif akan berlaku secara incremental, misalkan pada
dua jam pertama berapa tarif dikenakan, dan jam berikutnya brp tarif yang
harus dikenakan.
3. Mungkin yang terakhir TURN OVER PARKIR, menunjukkan besarnya tingkat
penggunaaan suatu ruang parkir. Nantinya digunakan berapa luasan parkir
yang akan disediakan.

Anda mungkin juga menyukai