Makalah Pertemuan 2 Dan 3.
Makalah Pertemuan 2 Dan 3.
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Rahmat Ramadhni
A1D120182
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia” tepat
pada waktunya.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
PENUTUP .................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................................... 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan
pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi
paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka
akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi-
dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani, jiwa
atau psikis. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat
manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari
hewan, meskipun antara manusia dengan hewan tertentu terdapat kemiripan terutama
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang
seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua akinya, melahirkan,
menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan Carles Darwin (dengan teori
evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera
tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki
oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang
halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki,
mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati.
Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan
inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan,
yaitu:
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
3
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari
bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan
dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan
lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga
mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk
lainnya.
2. Kemampuan Bereksistensi
Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan
sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang
baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan
moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya
4
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar
orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.
4. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang
tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati
yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim
dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan
diri dengan nilai-nilai yang tinngi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan
dari nilai-nilai yang tinggi. Moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar
ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.
5. Tanggung Jawab
6. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan
kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati
yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
5
7. Kewajiban dan Hak
1. Dimensi Keindividualan
6
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan
suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan
masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam
perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan
monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini
berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”.
Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan
semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
2. Dimensi Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social,
individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan
manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan
7
kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu,
yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social
sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat
mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya. Ahli
pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
a) Kebutuhan estetis
g) Kebutuhan fisiologi
3. Dimensi Kesusilaan
8
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam
masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait
dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan
etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-
nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung
makna kebaikan, keluhuran,
4. Dimensi Keberagamaan
9
D. Pengembangan dimensi hakikat manusia
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan
arahnya.
10
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara selaras. Perkembangan di maksud
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku
terabaikan penanganannya.
Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau
rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya
sekaligus batiniah. Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh
11
tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya
juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,
keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan keselarasan antara cita-cita hidup di
dunia dengan kebahagiaan di akhirat
12
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
13
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
14
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Konsep lain tetang deskripsi Manusia Indonesia seutuhnya dapat dirunut pada
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah
rumusan manusia baik sebagaimana dikehendaki oleh bangsa Indonesia pada suatu
masa tertentu. Sehubungan dengan itu, maka rumusan tujuan pendidikan nasional pun
terjadi perubahan dari waktu ke waktu.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap manusia mempunyai hakikat dan dimensi yang dimilikinya. Dan dalam diri
manusia itu terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan
menuju kepribadian yang mantap.
B. Saran
Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan
bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat
ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.
16
DAFTAR PUSTAKA
3 september 2023
Miranda, Dian. 19 September 2009. Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Diakses di jambi,
3 september 2023
17