Anda di halaman 1dari 20

SIFAT HAKIKAT MANUSIA

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Dr. Eka Sastrawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Rahmat Ramadhni

A1D120182

Materi Pertemuan 2 dan 3

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia” tepat
pada waktunya.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pada pembaca.

Jambi, 3 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB 1 .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................................... 2

C. Tujuan .................................................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3

A. Pengertian sifat hakikat manusia ................................................................................... 3

B. Wujud sifat hakikat manusia ........................................................................................... 3

C. Dimensi-dimensi hakikat manusia serta Potensi, keunikan, dan dinamikanya ...... 6

D. Pengembangan dimensi hakikat manusia ................................................................. 10

E. Sosok manusia Indonesia seutuhnya ......................................................................... 11

BAB III ........................................................................................................................................... 16

PENUTUP .................................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.


Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di
sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta


didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik hanya
mungkin dilakukan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia
itu sebenarnya.

Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran


tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia
yang membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan
belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Disebut sifat hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Alasan mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia perlu dimiliki oleh
pendidik adalah karena adnya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat.
Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya dibahas tentang manusia dan
pendidikan : hakikat manusia dan pengembangannya.

Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan
pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi
paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka
akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi-
dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

1
B. Rumusan masalah

a) Pengertian sifat hakikat manusia


b) Wujud sifat hakikat manusia
c) Dimensi-dimensi hakikat manusia serta Potensi, keunikan, dan dinamikanya
d) Pengembangan dimensi hakikat manusia
e) Sosok manusia Indonesia seutuhnya

C. Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian sifat hakikat manusia


b) Untuk Mengetahui wujud sifat hakikat manusia
c) Untuk mengetahui dimensi-dimensi hakikat manusia serta Potensi, keunikan,
dan dinamikanya
d) Untuk mengetahui Pengembangan dimensi hakikat manusia
e) Untuk mengetahui sosok manusia Indonesia seutuhnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sifat hakikat manusia

Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani, jiwa
atau psikis. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat
manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari
hewan, meskipun antara manusia dengan hewan tertentu terdapat kemiripan terutama
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang
seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua akinya, melahirkan,
menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan Carles Darwin (dengan teori
evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera
tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera.

Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki
oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang
halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki,
mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati.
Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan
inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

B. Wujud sifat hakikat manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi delapan,
yaitu:

1. Kemampuan Menyadari Diri

Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya

3
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari
bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan
dengan non-aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan
lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga
mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk
lainnya.

2. Kemampuan Bereksistensi

Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan


mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan
saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan
demikian manusia tidak terbelanggu oleh tempat atau ruang ini (di sini) dan waktu ini
(sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa
lampau”. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut
kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi
inilah maka pada diri manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya
manusia bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam
kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar


agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan
peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan
daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

3. Kata Hati (Consecience Of Man)

Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita hati, dan
sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang
baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitan dengan
moral (perbuatan), kata hati merupakan “petujuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya

4
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar
orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

4. Moral

Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur). Sebaliknya perbuatan yang
tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati
yang tumpul disebut moral yang buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim
dikatakan tidak bermoral. Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan
diri dengan nilai-nilai yang tinngi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan
dari nilai-nilai yang tinggi. Moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang baik/benar
ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.

5. Tanggung Jawab

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut


jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud
bertanggung jawab bermacam-macam yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri,
kepada masyarakat, dan kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti
menanggung tuntutan kata hati, misalnya penyesalan yang mendalam. Bertanggung
jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan normanorma sosial.
Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama
misalnya perasaan berdosa dan terkutuk. Tanggung jawab yaitu keberanian untuk
menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan
kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati
yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.

5
7. Kewajiban dan Hak

Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan


hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban Dalam
realitas hudup sehari-hari, umumnya diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan. Sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Tetapi ternyata
kewajiban bukanlah menjadi beban melainkan suatu keniscayaan. Realisasi hak dan
kewajiban dalam prakteknya bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Jadi, meskipun setiap warga punya hak untuk menikmati pendidikan, tetapi jika fasilitas
pendidikan yang tersedia belum memadai maka orang harus menerima keadaan
relisasinya sesuai dengan situasi dan kondisi.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.


Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalaman pahit dan penderitaan. Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,
dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia
mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri
sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia
meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kebahagiaan
ini dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu
kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya
dengan takdir. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan penting sebagai
wahana untuk mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaa

C. Dimensi-dimensi hakikat manusia serta Potensi, keunikan, dan


dinamikanya

1. Dimensi Keindividualan

6
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan
suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan
masyarakat:4)

Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam
perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan
monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.

Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik


memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia
yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau
menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J.
Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)

Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini
berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”.
Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan
semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,

Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong


bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan.
Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara
memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “
ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama
pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau
menemukan kediriannya sendiri.

2. Dimensi Kesosialan

Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social,
individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan
manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan

7
kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu,
yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki tingkah laku yang lain.

Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan


saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk
mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.

Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social
sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat
mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya. Ahli
pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:

Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan


mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki
kebutuhan menurut Maslow:

a) Kebutuhan estetis

b) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti

c) Kebutuhan untuk aktualisasi diri

d) Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain

e) Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki

f) Kebutuhan rasa aman

g) Kebutuhan fisiologi

3. Dimensi Kesusilaan

8
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam
masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait
dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan
etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.

Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-
nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung
makna kebaikan, keluhuran,

kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan


untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan
demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “


bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik
dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih,
suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami


agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa
pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua. Pemerintah dengan
berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di
sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian
agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa
tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang
hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan

9
D. Pengembangan dimensi hakikat manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya


pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa
terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu

1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua


factor, yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas
pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan
arahnya.

a. Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi


keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan
utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh
jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi
pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan
psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang
berimbang.

b. Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan


kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan

10
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara selaras. Perkembangan di maksud

mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan)


dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat
manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.

2. Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku
terabaikan penanganannya.

Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang


pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan
yang patologis.

E. Sosok manusia Indonesia seutuhnya

Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN mengenai arah


pembangunan jangaka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional
dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau
rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya
sekaligus batiniah. Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh

11
tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya
juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya,
antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,
keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan keselarasan antara cita-cita hidup di
dunia dengan kebahagiaan di akhirat

Konsep manusia Indonesia seutuhnya tersebut, menempatkan keempat dimensi


kemanusiaan secara selaras, serasi, dan seimbang. Deskripsi Manusia Indonesia
Seutuhnya tertuang dalam butir-butir pancasila. Isi butir-butir pancasila adalah sebagai
berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
a. . Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
e. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
f. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

12
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa

13
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.

14
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

Konsep lain tetang deskripsi Manusia Indonesia seutuhnya dapat dirunut pada
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah
rumusan manusia baik sebagaimana dikehendaki oleh bangsa Indonesia pada suatu
masa tertentu. Sehubungan dengan itu, maka rumusan tujuan pendidikan nasional pun
terjadi perubahan dari waktu ke waktu.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal


untukmenghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan
sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat
menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu,
manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk
individual, makhluk beragama.

Setiap manusia mempunyai hakikat dan dimensi yang dimilikinya. Dan dalam diri
manusia itu terdapat potensi–potensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan
menuju kepribadian yang mantap.

Manusia Indonesia Seutuhnya adalah manusia yang beriman dan


bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

B. Saran

Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan
bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat
ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Senin 11 Januari 2011. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia. Diakses di jambi,

3 september 2023

Iwandra, Dodi. Minggu 5 Desember 2010. Hakikat Manusia dan Pengembangannya

. Diakses di jambi, 3 september 2023

Miranda, Dian. 19 September 2009. Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Diakses di jambi,

3 september 2023

Tirtarahardja, Umar. 1990.Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

17

Anda mungkin juga menyukai