Anda di halaman 1dari 43

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA UPTD


PUSKESMAS SINGKARAK
NOMOR
TANGGAL

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN


DI UPTD PUSKESMAS SINGKARAK

A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki tiga fungsi
pokok yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam mewujudkan tiga fungsi pokok
ini dilaksanakan melalui pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian adalah bagian penting dari pelayanan
kesehatan dan merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi kefarmasian. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan
kefarmasian terbagi dalam dua kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik di
puskesmas merupakan satu rangkaian kegiatan yang taling terkait satu
dengan yang lain. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia serta sarana dan prasarana sesuai standar. Apoteker sebagai
penanggung jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care). Untuk
mewujudkan pelayanan kefarmasian sesuai tuntutan ini, dibutuhkan suatu
pedoman yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian yang baik di Puskesmas.

B. TUJUAN
Sebagai pedoman tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lain yang
diberi kewenangan untuk melakukan pelayanan kefarmasian dalam
melaksanakan kegiatan di puskesmas, sehingga dapat memberikan pelayanan
kefarmasian yang cepat, tepat, profesional dan memberikan kepuasan pada
pasien yang tercermin dalam tata nilai UPTD Puskesmas Sungai Singkarak
(Ramah, Adil, Melayani, Amanah, dan Harmonis).

C. SASARAN PEDOMAN
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan semua tenaga
kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian), dan tenaga kesehatan
lain yang diberi kewenangan untuk melakukan pelayanan kefarmasian mampu
memberikan pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan dengan
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Singkarak terdiri dari:
1. Pengelolaan Sedinan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan Farmasi Klinik.
3. Pengendalian Mutu dan Keselamatan Pasien

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggungjawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmuss dengan maksud
meningkatkan keselamatan hidup pasien.
2. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker dalam bentuk kertas untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang- undangan.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai 'Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh:
1. Apoteker sebagai penanggung jawab yang memiliki STRA, SIPA yang
masih berlaku dan memiliki sertifikat kompetensi.
2. Tenaga Teknik Kefarmasian adalah minimal lulusan DIII Farmasi yang
mempunyai STRTTK dan SIPTTK yang masih berlaku.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
No Jenis Petugas Jumlah Lulusan
1. Apoteker
2. Tenaga Teknik Kefarmasian

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Singkarak adalah 6 hari kerja, yaitu:
Jumlah SDM yang
Hari Waktu
Bertugas
Senin 08.00 – 14.30
Selasa 08.00 – 14.30
Rabu 08.00 – 14.30
Kamis 08.00 – 14.30
Jum’at 08.00 – 14.30
Sabtu 08.00 – 14.30
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Keterangan :
a. Apotek

Lemari

Meja

Pintu Masuk

Meja Resepsionis

Wastafel

b. Gudang

Lemari

Meja

Pintu Masuk

Rak Persediaan Obat


B. STANDAR FASILITAS
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
UPTD Puskesmas Singkarak meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan
mudah terlihat pasien. oleh
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan
dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan obat, air miman (air mineral) untuk pengencer, sendok obat,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, etiket dan
label obat, blanko catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar
sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya Ruang ini diatur agar
mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan
disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan obat
4. Ruang PIO dan Konseling
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang
cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu 'dilengkapi dengan rak/lemari
obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus,
pengukur suhu, dan blanko monitoring suhu.
6. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus
yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN KEFARMASIAN

A. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Paksi
merupakan salah kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantau dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dap
keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Langkah-langkah kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan balian
media habis pakai meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang mendekati kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis


pakai di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Apoteker selaku
penanggung jawab pelayanan kefarmasian: Tahapan perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas
meliputi :
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi periode sebelumnya,
data mutasi persediaan, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu
pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional
yang berlaku. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan
yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat,
serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan. Hasil
pemilihan sediaan farmasi dapat disusun dalam bentuk "Formularium
Puskesmas untuk menjaga ketersediaan obat di puskesmas.
Penggunaan formularisan puskesmas selein bermanfaat detam
kendali mota, biaya, dan ketersediaan obat di puskesmas, juga
memberikan informasi kepada dokter, dokter gigi. apoteker dan tenaga
kesehatan lain mengenai obat yang digunakan di puskesmas
Formularium puskesmas ditinjau kembali sekurang-kurangnya setahun
sekali menyesuaikan kebutuhan obat di puskesmas Kriteria obat yang
masuk dalam Formularium Puskesmas meliputi:
- Merupakan obat yang tercantum dalam DOEN dan FORNAS untuk
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
- Sesuai dengan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi/panduan praktek klinis puskesmas yang berlaku
- Mengutamakan penggunaan obat generik
- Memiliki rasio manfaat risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
- Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
- Memiliki rasio manfaat biaya (benefit cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
- Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines).
Langkah-langkah penyusunan formularium puskesmas terdiri dari:
- Meminta usulan obat dari dokter penanggungjawab pelayanan dan
dokter penanggungjawab program.
- Membuat rekapitulasi usulan obat dan mengelompokkan usulan
tersebut berdasarkan kelas terapi atau standar pengobatan.
- Membahas usulan bersama Kepala Puskesmas, dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan koordinator puskesmas.
- Menyusun daftar obat yang masuk ke dalam formularium
puskesmas.
- Penetapan formularium puskesmas oleh Kepala Puskesmas.
- Melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai formularium
puskesmas kepada seluruh tenaga kesehatan puskesmas.

b. Pengumpulan dan Perhitungan Data Kebutuhan


Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai periode sebelumnya (data
konsumsi), data-morbiditas, sisa stok dan usulan kebutuhan dari semua
unit/jaringan pelayanan puskesmas. Data penggunaan yang digunakan
adalah data penggunaan real pada masing-masing unit dan bukan data
pengeluaran dari gudang farmasi puskesmas. Perhitungan data
kebutuhan per periode waktu perencanaan dapat dilakukan dengan
metoda:
- Metoda Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas
analisa data konsumsi obat periode sebelumnya. Data yang perlu
dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konurnsi
diantaranya adalah daftar sediaan farmasi dan BMHP, rekapitulasi
mutasi persediaan barang (stok awal, penerimaan, pemakaian,
persediaan ruak kadaluarsa, sisa stok), waktu kekosongan obat (jika
ada), waktu tunggu, stok pengaman (buffer stock), dan
perkembangan pola kunjungan.
Rumas perhitungan dengan metoda konsumsi adalah:

A = (B + C + D) – E

A : Jumlah Rencana Kebutuhan


B : Jumlah Pemakaian Sebelumnya
C : Jumlah Stok Pengaman (+ 20% × B)
D : Jumlah Untuk Waktu Tunggu (+ 20% × B)
E : Sisa Stok

- Metoda Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan stok
pengaman

Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:


 Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umur
 Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi
penyakit.
 Menyediakan formularium/ standar pedoman sodiaan farmasi.
 Menghitung perkiraan kebutuhan sediaan farmasi.
 Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

c. Evaluasi/Analisa Data
Perencanaan Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan.
Dilakukan penilaian kesesuaian antara RKO dengan realisasi.
Sumber data berasal dari rumah sakit, LKPP dan pemasok.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan
Dilakukan dengan cek silang data dari fasyankes dengan data di
pemasok.

Cara / teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
b. Pertimbangan / kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik / terapi
c. Revisi daftar obat
2. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan permintaan yang
diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, realokasi, hibah/bantuan
dan pengadaan mandiri menggunakan sumber dana JKN/BLUD atau BOK.
Permintaan rutin ke Dinas Kesehatan Kabupaten Solok dilakukan
secara berkala sesuai dengan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai kondisi ketersediaan persediaan. Permintaan
yang dilakukan diantaranya:
a. Permintaan rutin obat dan bahan medis habis pakai per triwulan
b. Permintaan vaksin imunisasi dasar lengkap pakai per triwulan
c. Permintaan vaksin Covid-19 sesuai rencana waktu pelaksanaan
vaksinasi Covid-19
d. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai untuk pelaksanaan
program-program nasional sesuai jadwal yang ditentukan.

Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di


Puskesmas Singkarak dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah yang berlaku. Proses pengadaan
dilakukan dengan 2 metode yaitu secara e-purchasing melalui e-catalog,
atau pengadaan langsung untuk sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak tersedia pada e-catalog.

3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, hasil pengadaan secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan, dan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai bantuan/drooping/hibah masyarakat.
Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan obat dan bahan medis habis pakai berikut kelengkapan
catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib melakukan
pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
Kefarmasian dapat mengajukan keberatan Masa kedaluwarsa minimal dari
Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di
Puskesmas ditambah satu bulan.

4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembatuan
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar,
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dengan sistem double lock, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi

5. Penyimpanan Obat-Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert


Medications)
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan kesalahan serius
(sentinel event), dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome), dan atau menyebabkan Reaksi Obat
yang Tidak Diinginkan (ROTD)
Daftar obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
yang digunakan untuk pelayanan di Puskesmas Singkarak diantaranya
adalah:
a. Agonis Adrenergik (epinefrin, norepinefrin);
b. Antagonis Adrenergik (propranolol);
c. Antiaritmia (lidokain, digoksin, propanolol);
d. Injeksi magnesum sulfat (MgSO4 20%, MgSO4 40%)
e. Obat obat anestesi (etil klorida) dan obat-obat yang termasuk kelompok
moderate sedation agents (psikotropika);
f. Obat-obat antidiabetes (hypoglycemic agents) (metformin, glimepirid,
glibenklamid,);
g. Narkotik opiat (codein); Obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (NAMA OBAT RUPA DAN UCAPAN MIRIP /
NORUM, atau LOOK ALIKE SOUND ALIKE / LASA) (daftar terlampir);

Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) disimpan


di Lemari, Stelling, Kulkas, dan Palet, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Obat-obat yang harus disimpan pada suhu 2-8°C disimpan di Kulkas
Obat dan diberi label High Alert/LASA pada kemasan terluar.
b. Obat-obat yang harus disimpan pada suhu kamar (+ 25°C) dalam
kemasan kecil disusun pada Rak-Rak/Stelling, dan di beri label High
Alert/LASA
c. Obat-obat yang harus disimpan pada suhu kamar (+ 25°C) dalam
kemasan besar disusun pada Palet dan di beri label High Alert/LASA.
d. Narkotika disimpan di Ruang Khusus Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Obat-Obat Tertentu, dan disimpan dalam Lemari Narkotika sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e. Elektrolit konsentrat (MgSO4 Inj.) dan psikotropika (Diazepam Inj. dan
Diazepam Supp.) boleh disimpan di Unit Gawat Darurat dalam lemari
khusus yang dikunci di kamar Dokter Jaga, Pemakaian obat-obat
tersebut (harus didokumentasikan dan dilaporkan pada Apoteker
dengan benar dan jelas.
f. Narkotika tidak boleh disimpan di Unit Pelayanan.

6. Pendistribusian dan Realokasi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis


Habis Pakai
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan Unit Pelayanan, Pustu, Poskesri, dan Program-Program
Puskesmas. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dalam pelaksanaan program dan
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singkarak
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Unit sasaran distribusi
di Puskesmas Singkarak terdiri dari:
a. Pelayanan Dalam Gedung Puskesmas
- Poli Umum/Lansia
- Poli Gigi
- Poli KIA
- Poli Imunisasi & KB
- UGD

b. Jaringan Puskesmas
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu

c. Pelaksanaan Program dan Manajemen Puskesmas


d. Rabies Center wilayah Singkarak.

Distribusi obat dan bahan medis habis pakai dilaksanakan dengan


tata cara sebagai berikut:
a. Floor Stock berkala untuk Pustu / Poskesri, Apotek
 Unit pelayanan mengajukan permintaan kepada Pengelola Obat dan
BMHP dengan Nota Dinas yang dilengkapi dengan Laporan
Pemakaian secara berkala sesuai kebutuhan dan perhitungan Stok
Optimum.
 Pengelola Obat dan BMHP menyiapkan permintaan obat dan BMHP
dari unit-unit pelayanan sesuai persetujuan Kepala UPTD
Puskesmas, dan melaksanakan administrasi pengeluaran meliputi:
pencatatan pada beku pengeluaran barang berupa nomor dan nama
unit pelayanan, pencatatan pada rekapitulasi mutasi persediaan obat
dan BMHP, dan Berita Acara Serah Terima Barang.
 Pengelola Obat dan BMHP menyerahkan obat dan BMHP kepada
petugas unit terkait dan petugas tersebut memeriksa jumlah dan
jenis persediaan yang diterima apakah sudah sesuai dengan Berita
Acara Serah Terima Barang.
 Setiap penerimaan harus dilaporkan oleh Petugas Unit Pelayanan
kepada Kepala UPTD Puskesmas melalui Pengelola Obat dan
BMHP menggunakan LPLPO setiap bulan.
b. Floor Stock 1 bulan untuk Poli Umum, Poli KIA/KB/Imunisasi, Poli
Gigi, Laboratorium, Program-Program, Manajemen, K3/Kesling,
MR/ Pendaftaran, dan UGD (Khusus BMHP)
 Unit pelayanan mengajukan permintaan kepada Pengelola Obat dan
BMHP dengan Nota Dinas sesuai kebutuhan dan perhitungan Stok
Optimum untuk 1 bulan.
 Pengelola Obat dan BMHP menyiapkan permintaan obat dan BMHP
dari unit-unit pelayanan sesuai persetujuan Kepala UPTD
Puskesmas, dan melaksanakan administrasi pengeluaran meliputi :
pencatatan pada buku pengeluaran barang berupa nomor dan nama
unit pelayanan, pencatatan pada rekapitulasi mutasi persediaan obat
dan BMHP dan Berita Acara Serah Terima Barang.
 Pengelola Obat dan BMHP menyerahkan obat dan BMHP kepada
petugas unit terkait dan petugas tersebut memeriksa jumlah dan
jenis persediaan yang diterima apakah sudah sesuai dengan Berita
Acara Serah Terima Barang.

c. Floor Stock dan Resep Perorangan untuk Obat dan BMHP di UGD
 UGD mengajukan permintaan kepada Pengelola Obat dan BMHP
dengan Nota Dinas sesuai hasil diskusi Apoketer, Kartu UGD, dan
Pj. UKP.
 Pengelola Obat dan BMHP menyiapkan permintaan obat dan BMHP
dari unit-unit pelayanan sesuai persetujuan Kepala UPTD
Puskesmas, dan melaksanakan administrasi pengeluaran meliputi:
pencatatan pada buku pengeluaran barang berupa nomor dan nama
unit pelayanan, pencatatan pada rekapitulasi mutasi persediaan obat
dan BMHP dan Berita Acara Serah Terima Barang.
 Pengelola Obat dan BMHP menyerahkan obat dan BMHP kepada
petugas unit terkait dan petugas tersebut memeriksa jumlah dan
jenis persediaan yang diterima apakah sudah sesuai dengan Berita
Acara Serah Terima.
 Setiap pemakaian obat dan BMHP dituliskan pada lembar resep oleh
Dokter yang bertugas untuk penggantian persediaan oleh Petugas
Apotek setiap hari kerja.
d. Realokasi Persediaan Stagnan / Death Stock / Over Stock
Realokasi adalah bagian dari distribusi obat dan BMHP dengan
memindahkan persediaan obat dan BMHP yang stagnan / death stock /
over stock dari satu Unit Pelayanan ke Unit Pelayanan lain, melalui
Gudang Farmasi Puskesmas.

e. Persediaan Emergensi
Puskesmas harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
1) Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan;
2) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan
lain;
3) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
4) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa; dan
5) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain

Monitoring terhadap obat emergensi dilakukan secara berkala.


Obat yang kadaluarsi dan rusak harus diganti tepat waktu. Keamanan
persediaan obat-obatan emergensi harus terjamin keamanannya baik
dari penyalahgunaan, keteledoran maupun dari pencurian oleh oknum,
sehingga dan seharusnya tempat penyimpanan obat harus dikunci semi
permanen atau disegel dengan segel yang memiliki nomor seri tertentu
(segel berregister) yang hanya dapat digunakan sekali/disposable.
Persediaan emergensi di UPTD Puskesmas Singkarak disimpan di UGD
dalam tiga tempat penyimpanan :
1) Sediaan psikotropika dan prekursor disimpan pada kotak yang
dikunci
2) Sediaan injeksi dan suppositoria yang disimpan dalam kotak
emergensi 3. Sediaan khusus dengan suhu penyimpanan 2-8°C
disimpan dalam lemari es khusus obat.
7. Penarikan, Penghapusan, dan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. Penarikan Bahan Mèdis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kedaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan
d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.

8. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dap program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat dan BMHP di
Puskesmas.
Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan; dan
c. Penanganan persediaan yang hilang, rusak, dan kadaluwarsa

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan


ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas:
a. Melakukan substitusi obat dalam satu kelas terapi dengan persetujuan
dokter/dokter gigi penanggung jawab pasien.
b. Mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Solok.
c. Obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis di puskesmas tidak dapat
dipenuhi oleh Dinas Kesehatan dan tidak tercantum dalam formularium
nasional atau e-katalog obat, maka dapat dilakukan pembelian
obat sesuai dengan Formularium Puskesmas yang ditetapkan oleh
Kepala UPTD Puskesmas Singkarak.

Pengendalian penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui jumlah


penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat memastikan jumlah
kebutuhan obat dalam satu periode. Kegiatan pengendalian penggunaan
meliputi:
a. Memperkirakan/menghitung stok kerja yang merupakan pemakaian
rata-rata periode tertentu.
b. Menentukan :
- Stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada jaringan
pelayanan puskesmas agar tidak mengalami kekurangan
kekosongan.
- Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk
mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya
karena keterlambatan pengiriman.
- Menentukan waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
- Menentukan waktu kekosongan obat
9. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, baik sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Pencatatan dan pelaporan di UPTD Puskesmas Singkarak meliputi :
a. Laporan pemakaian harian a obat dan bahan medis habis pakai Unit
Pelayanan
b. Kartu Stok
c. Laporan mutasi persediaan obat dan bahan medis habis pakai Gudang
dan Unit Pelayanan terintegrasi
d. Laporan narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu
e. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai (LPLPO)
f. Rekapitulasi Penerimaan dan Pemakaian Tahunan
g. Rekapitulasi Penerimaan dan Pengadaan
h. Berita Acara Serah Terima Barang
i. Berita Acara Stok Opname
j. Rekapulasi Persediaan Rusak/Kedaluwarsa
k. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Belanja Obat dan Bahan Medis
l. Rekapitulasi Sisa Persediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
m. Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin Essensial

10. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk mengendalikan dan
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan
bahan medis habis pakai, dan memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai, harus dilaksanakan sesuai standar operasional prosedur
(SOP) yang ditetapkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Singkarak.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Singkarak diantaranya:
a. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai di Unit Pelayanan
b. Pengawasan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai oleh Dinas
Kesehatan
c. Monitoring suhu ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
d. Monitoring suhu penyimpanan Cold Chain Product (CCP).
d. Pengendalian persediaan obat dan bahan medis habis pakai
berdasarkan waktu kedaluwarsa.
e. Monitoring persediaan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medications).

B. PELAYANAN FARMASI KLINIK


Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat
dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam pelayanan kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik di UPTD Puskesmas Singkarak meliputi :


1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Rekonsiliasi Obat
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. Konseling
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
8. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
resep, penyiapan termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai
pemberian informasi obat.
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
a. Persyaratan administrasi meliputi :
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2) Nama, dan paraf dokter.
3) Tanggal resep,
4) Ruangan/unit asal resep.
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan jumlah Obat
3) Stabilitas dan ketersediaan.
4) Aturan dan cara penggunaan
5) Inkompabilitas (ketidakcampuran Obat)
c. Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi, interaksi dan efek samping obat
4) Kontra indikasi
5) Efek adiktif

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat


merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahkan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan dari kegiatan ini adalah:

a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis / pengobatan


b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi instruksi
pengobatan

2. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (mediciation error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan
obat (medication error) rentan terjadi pada pasien yang pernah
mendapatkan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan lain, pasien yang
melakukan swamedikasi, atau pasien yang menggunakan sediaan obat
tradisional (ramuan tradisional, jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka). Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah untuk
memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien,
mengidentifikasi ketidakpastian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter, dan mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
a. Pengumpulan Data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai
diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta
efek samping yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan
terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi dan tingkat
keparahan. Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien,
keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan
rekam medik. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga)
bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik
menggunakan resep maupun obat bebas termasuk herbal (tradisional)
harus dilakukan proses rekonsiliasi.

b. Komparasi
Apoteker membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula
terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, berinteraksi/kontra indikasi,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan
pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
pada saat menuliskan resep.

c. Melakukan konfinnasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian


dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi segera.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
3) memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi obat.

d. Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau


perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien. Tujuan PIO adalah:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan PIO di UPTD Puskesmas Singkarak meliputi:


a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien, keluarga pasien dan
masyarakat, melalui kegiatan GeMa CerMat (Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat).
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis
pakai.
f. Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.

4. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Langkah-langkah pelaksanaan konseling obat adalah:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat
tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling:


1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
d. Pasien geriatrik (Lansia),
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2. Sarana dan prasarana :


a. Ruangan konseling.
b. Lembar konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan


mendapat risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau alat
kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi
dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi pengkajian pemilihan.obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat (Drug
Related Problems/ DRP's), dan pemantauan efektivitas dan efek samping
terapi obat. Tahapan PTO dimulai dari pengumpulan data pasien,
identifikasi masalah terkait obat, memberikan rekomendasi penyelesaian
masalah terkait obat, pemantauan, dan tindak lanjut hasil pemantauan.

6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)


Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau
pendampingan pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan
persetujuan pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yang
membutuhkan perhatian lebih. Pelayanan dilakukan oleh apoteker yang
kompeten, memberikan pelayanan untuk meningkatkan kesembuhan dan
kesehatan serta pencegahan komplikasi, bersifat rahasia dan persetujuan
pasien, melakukan telaah atas penata laksanaan terapi, memelihara
hubungan dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat diberikan
pada semua pasien mengingat waktu pelayanan yang cukup lama dan
berkesinambungan. Maka diperlukan prioritas pasien yang dianggap perlu
mendapatkan pelayanan kefarmasian di rumah. Adapun kriteria pasien
yang mendapat pelayanan kefarmasian di rumah antara lain:
a. Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian
khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping.
b. Pasien dengan terapi jangka panjang misal TB paru, DM; HIV-AIDS dan
lain-lain.
c. Pasien dengan resiko misal usia >65 th atau lebih dengan salah satu
kriteria atau lebih rejimen obat seperti :
- Pasien dengan 6 macam diagnosis atau lebih.
- Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari
- Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Efek Samping Obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Monitoring efek samping obat
bertujuan untuk:
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang:
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki; dan
e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:


a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO);
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO;
e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Pemantauan efek samping obat harus didokumentasikan dalam


Formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan dicatat dalam rekam medik.
8. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi
penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gabaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.

Kegiatan evaluasi penggunaan obat di Puskesmas Singkarak meliputi :


a. Evaluasi penggunaan obat rasional (POR) untuk kasus ISPA non
pneumoni, common cold, dan diare non spesifik
b. Evaluasi penggunaan 10 obat terbanyak dan 10 penyakit terbanyak
c. Evalusi kepatuhan penulisan resep sesuai Formularium Nasional
d. Evaluasi penggunaan obat di Pustu, Poskesri dan Polindes.
BAB V
LOGISTIK

Logistik penunjang pelayanan kefarmasian yang harus tersedia di UPTD


Puskesmas Singkarak meliputi logistik yang berkaitan dengan perbekalan
kesehatan dan logistik non klinis.
Logistik yang ada di Puskesmas berupa :
1. Logistik non klinis berupa media edukasi dalam bentuk poster, leaflet, brosur
2. Logistik pendukung layanan farmasi berupa formulir yaitu, surat pesanan,
lembar resep, Laporan Pemakaian Harian, LPLPO, Nota Dinas Permintaan,
Berita Acara Serah Terima Barang, Formulir PIO, Formulir Konseling, Formulir
MESO.
3. Sarana pendukung penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai berupa;
a. Lemari Obat
b. Rak/Stelling
c. Pallet
d. Kulkas
e. AC
f. Cooler Vaksin
g. Alat pengukur suhu ruangan
h. Alat pengukur suhu kulkas
i. Kotak obat
4. Sarana pendukung adminstrasi pelayanan kefarmasian berupa
a. Komputer/Laptop
b. Printer
c. Kalkulator
d. Lemari Arsip
5. Sarana pendukung penyiapan obat berupa lumpang dan stamfer, timbangan,
mesin sealing, plastik obat, sendok obat, dan etiket obat.

Sumber penyediaan logistik berasal dari dana APBD, BLUD/JKN, dan BOK.
Untuk memenuhi kebutuhan logistik pelayanan kefarmasian, tenaga kefarmasian
mengikuti prosedur permintaan sesuai Peraturan Bupati Solok nomor 28 Tahun
2013 kepada Pengelola Barang/ Aset UPTD Puskesmas Singkarak.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan


kefarmasian. Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien
menjadi masalah yang perlu di perhatikan. Dari data-data di beberapa fasilitas
kesehatan disebutkan sejumlah pasien mengalami cedera atau mengalami insiden
pada saat memperoleh layanan kesehatan, khususnya terkait penggunaan obat
yang dikenal dengan medication error. Di puskesmas kejadian medication error
dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker.
Dalam membangun keselamatan pasien dalam pelayanan kefarmasian
terdapat istilah- istilah yang perlu diketahui diantaranya:
1. Reaksi obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug Reaction).
Definisi : Kejadian cedera pada pasienselama proses terapi akibat
penggunaan obat.
Contoh : Steven-Johnson Syndrom akibat penggunaan obat golongan sulfa,
obat epilepsi, dll

2. Kejadian tentang obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug Event)


Definisi : Respons yang tidak diharapkan terhadap terapi obat dan
mengganggu atau menimbulkan cedera pada penggunaan obat
dosis normal.

Reaksi Obat Yang Tidak Diharapkan (ROTD) ada yang berkaitan dengan efek
farmakologi/mekanisme kerja (efek samping) ada yang tidak berkaitan dengan
efek farmakologi (reaksi hipersensitivitas).
Contoh :
- Syok anafilaksis pada penggunaan antbiotik golongan penisilin
- Mengantuk pada penggunaan CTM

3. Efek obat yang tidak diharapkan (Adverse drug effect)


Definisi : Respons yang tidak diharapkan terhadap terapi obat dan
mengganggu atau menimbulkan cedera pada penggunaan obat
dosis lazim.
Sama dengan ROTD tapi dilihat dari sudut pandang obat. ROTD dilihat dari
sudut pandang pasien.

4. Medication Error
Definisi : Kejadian yang dapat dicegah akibat penggunaan obat, yang
menyebabkan cedera.

Contoh
- Peresepan obat yang tidak rasional.
- Kesalahan perhitungan dosis pada peracikan.
- Ketidakpatuhan pasien sehingga terjadi dosis berlebih.

Tenaga Kefarmasian harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta


contohnya sehingga dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian
yang berkaitan dengan cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan
program keselamatan pasien.
Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist)
meliputi:
1. Mengelola laporan medication error
 Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
 Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin
medication safety
 Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error
 Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
 Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden
yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
3. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek
pengobatan yang aman dan rasional
4. Berpartisipasi dalam Komite Keselamatan Pasien
5. Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat
6. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan keselamatan pasien yang
ada
7. Pengkajian resep dengan benar
8. Dispensing
 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
 Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali:
- Pada saat pengambilan obat dari rak,
- Pada saat mengambil obat dari wadah,
- Pada saat mengembalikan obat ke rak.
 Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
 Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan
pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep
terhadap isi etiket.

9. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal
yang penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus
diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah:
 Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat kembali ke dokter dengan benar, harapan setelah
menggunakan obat, lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter.
 Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan
obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction-ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR
tersebut .Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk
mengenali obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
 Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.

10. Penggunaan Obat


Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien. Hal
yang perlu diperhatikan adalah: Tepat pasien
 Tepat indikasi
 Tepat waktu pemberian
 Tepat obat
 Tepat dosis
 Tepat label obat (aturan pakai)
 Tepat rute pemberian

11. Monitoring dan Evaluasi


Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui
efek terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien.
Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh
personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam
program keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara
terus menerus mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi
untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Prosedur Pelaporan Insiden
a. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial
terjadi ataupun yang nyaris terjadi.
b. Laporan insiden dapat dibuat oleh siapa saja atau staf farmasi yang
pertama kali menemukan kejadian atau terlibat dalam kejadian.
c. Pelaporan dilakukan dengan mengisi "Formulir Laporan Insiden" yang
bersifat rahasia
d. Formulir Laporan Insiden paling lambat 2 x 24 jam.
e. Laporan segera diserahkan kepada Apoteker penanggung jawab
f. Apoteker penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan grading
risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
g. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan
dilakukan.
h. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke Tim PMKP.
i. Tim PMKP akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan insiden
untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan Root Cause
Analysis (RCA) dengan melakukan Regrading
j. Untuk Grade kuning/merah, Tim PMKP akan melakukan Root Cause
Analysis (RCA)
k. Setelah melakukan Root Cause Analysis (RCA), Tim PMKP akan membuat
laporan dan Rekomendasi untuk perbaikan serta "pembelajaran" berupa :
Petunjuk / Safety alert untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali
l. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim PMKP
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. KESELAMATAN KERJA
Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan
keselamatan kerja tenaga kefarmasian dengan memastikan petugas memakai
alat pelindung diri sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Keselamatan Kerja
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan
kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Puskesmas adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
klinik melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di
UPTD Puskesmas Singkarak.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
1. Penetapan kebijakan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan rencana meliputi pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja, pencegahan dan
pengendalian kebakaran, pengelolaan prasarana klinik dari segi aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, kesiapsiagaan menghadapi kondisi
darurat atau bencana.
4. Pemantauaan dan evaluasi kinerja dilaksanakan melalui pemeriksaaan,
pengujian, pengukuran, dan audit internal puskesmas.
5. Peninjauaan dan peningkatan kinerja dilakukan untuk menjamin
kesesuaian dan efektivitas penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di
puskesmas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk


mencegah terjadinya masalah terkait obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan :
1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Operational Prosedur.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama. 3.
Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon
dan tingkat pendidikan masyarakat.

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian terintegrasi dengan program


pengendalian mutu pelayanan kesehatan puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi:
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai standar.
2. Pelaksanaan, yaitu:
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja)
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung


untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang
direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang
melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan
hasil pemantauan. Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang
dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik
pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
1. Retrospektif.
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh: survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
2. Prospektif:
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan. Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan waktu
pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer):
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh
pengambil data. Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian.
b. Tidak Langsung (data sekunder):
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung. Contoh:
catatan penggunaan Obat, rekapitulasi data pengeluaran Obat,

Berdasarkan teknik pengumpulan data, evaluasi dapat dibagi menjadi


a. Survei Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh: survei kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan cek list
Contoh: pengamatan konseling pasien.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:


a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan
menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan
dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit
merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan
kefarmasian secara sistematis
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien.
Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.

2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh:
audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.

b. Review (pengkajian).
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian
penggunaan antibiotic
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Singkarak


ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua pemangku kepentingan terkait.
Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas semakin
optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada
akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau
masyarakat.
Lampiran

Formulir Usulan Penambahan Obat Pada Formularium Puskesmas

PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SINGKARAK
Kompleks Dermada Danau SIngkarak
Kode Pos 27356 email puskesmassingkarak1@gmail.com

FORMULIR PERMINTAAN OBAT KHUSUS


NON FORMULARIUM NASIONAL

Nama Generik : ...............................................................................................


Nama Dagang / Pabrik : ...............................................................................................
Bentuk & Kekuatan Sediaan : ...............................................................................................
Pasien : ...............................................................................................
Indikasi : ...............................................................................................
Alasan Permintaan dan EBM : ...............................................................................................
(Evidence Based Medicine) ...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
Singkarak, …………………………….
Dokter yang Meminta

________________________
Rekomendasi:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________

Singkarak, ………………………….
Ketua UKP, Apoketer

_________________________ Apt. Putri Lovena, S.Farm


NIP.

Mengetahui:
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Solok Kepala Puskesmas Singkarak

___________________________ Yuli Harti, A.Md.Kep


NIP. ………………………………… NIP. 19801023 200604 2 009
Laporan Hasil Penelitian Vaksin Covid-19 Kedaluarsa (Unopened Vial)
Di UPTD Puskesmas Singkarak

Kode Jumlah Jumlah Alasan


No Nama Vaksin No. Batch
Vaksin Vial Dosis Pembuangan
1. 005 CORONAVAC @ 2 DOSIS, 20111236F 180 360 KadaluarsaED
ISI 40 VIAL
2. 005 CORONAVAC @ 2 DOSIS, 202112239G 63 126 KadaluarsaED
ISI 40 VIAL
3. COVID-19 VACCINE D202109013 1 10 KadaluarsaED
CHADOX1-S (RECOMBINANT)
4. 018 COVID-19 VACCINE 051M21A 1 14 KadaluarsaED
MODERNA 14 DS
5. 018 COVID-19 VACCINE 083D21A 8 112 KadaluarsaED
MODERNA 14 DS
6. 020 PFIZER 1 VIAL @ 6 DOSIS 35020BD 6 36 KadaluarsaED
(COVAX)
7. 020 PFIZER 1 VIAL @ 6 DOSIS 36015BD 32 192 KadaluarsaED
(COVAX)
8. 020 PFIZER 1 VIAL @ 6 DOSIS FM9282 6 36 KadaluarsaED
(COVAX)
9. 020 PFIZER 1 VIAL @ 6 DOSIS FT5335 2 12 KadaluarsaED
(COVAX)
10. 020 PFIZER 1 VIAL @ 6 DOSIS PCB0010 19 114 KadaluarsaED
(COVAX)
11. 022 SINOPHARM 1 VIAL @ 2 DS 202106B1146 32 32 KadaluarsaED
(HIBAH UEA)
12. 030 VAKSIN COVID MODERNA 007L21A 10 100 KadaluarsaED
10 DS
13. 033 VAKSIN SARS-Cov-2Rs 4301M3001 141 1.410 KadaluarsaED
(COVID-19) COVOVAC

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


Kepala UPTD Kepala Instalasi Farmasi
Puskesmas Singkaak Kabupaten

Yuli Harti, A.Md.Kep Barmitoni, S.Farm, Apt


NIP. 19801023 200604 2 009 NIP. 19850724 200902 1 001
DAFTAR HADIR RAPAT
PUSKESMAS SINGKARAK

Hari / Tanggal :
Agenda :

N
Nama Jabatan Tanda Tangan
o
1. Yuli Harti, A.Md.Kep Penanggung Jawab 1.
2. dr. Annisa Ul Hanasah Ketua 2.
3. Apt. Putri Lovena, S.Farm Sekretaris 3.
4. drg. Ewys Zuhri Anggota 4.
5. dr. Ebaksi Murina, MH Anggota 5.
6. dr. Stepani Anggota 6.
7. Atria Murni, A.Md.Farm Anggota 7.
8. Anike Winarti, A.Md.Farm Anggota 8.

Kepala Puskesmas Singkarak

Yuli Harti, A.Md.Kep


NIP. 19801023 200604 2 009

Anda mungkin juga menyukai