Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Pedoman Pelayanan Kefarmasian
A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki tiga fungsi
pokok yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam mewujudkan tiga fungsi pokok
ini dilaksanakan melalui pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian adalah bagian penting dari pelayanan
kesehatan dan merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi kefarmasian. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan
kefarmasian terbagi dalam dua kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik di
puskesmas merupakan satu rangkaian kegiatan yang taling terkait satu
dengan yang lain. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia serta sarana dan prasarana sesuai standar. Apoteker sebagai
penanggung jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care). Untuk
mewujudkan pelayanan kefarmasian sesuai tuntutan ini, dibutuhkan suatu
pedoman yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian yang baik di Puskesmas.
B. TUJUAN
Sebagai pedoman tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lain yang
diberi kewenangan untuk melakukan pelayanan kefarmasian dalam
melaksanakan kegiatan di puskesmas, sehingga dapat memberikan pelayanan
kefarmasian yang cepat, tepat, profesional dan memberikan kepuasan pada
pasien yang tercermin dalam tata nilai UPTD Puskesmas Sungai Singkarak
(Ramah, Adil, Melayani, Amanah, dan Harmonis).
C. SASARAN PEDOMAN
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan semua tenaga
kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian), dan tenaga kesehatan
lain yang diberi kewenangan untuk melakukan pelayanan kefarmasian mampu
memberikan pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan dengan
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Singkarak terdiri dari:
1. Pengelolaan Sedinan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan Farmasi Klinik.
3. Pengendalian Mutu dan Keselamatan Pasien
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggungjawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmuss dengan maksud
meningkatkan keselamatan hidup pasien.
2. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker dalam bentuk kertas untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang- undangan.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai 'Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
No Jenis Petugas Jumlah Lulusan
1. Apoteker
2. Tenaga Teknik Kefarmasian
C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Singkarak adalah 6 hari kerja, yaitu:
Jumlah SDM yang
Hari Waktu
Bertugas
Senin 08.00 – 14.30
Selasa 08.00 – 14.30
Rabu 08.00 – 14.30
Kamis 08.00 – 14.30
Jum’at 08.00 – 14.30
Sabtu 08.00 – 14.30
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Keterangan :
a. Apotek
Lemari
Meja
Pintu Masuk
Meja Resepsionis
Wastafel
b. Gudang
Lemari
Meja
Pintu Masuk
A = (B + C + D) – E
- Metoda Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan stok
pengaman
c. Evaluasi/Analisa Data
Perencanaan Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan.
Dilakukan penilaian kesesuaian antara RKO dengan realisasi.
Sumber data berasal dari rumah sakit, LKPP dan pemasok.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan perencanaan
Dilakukan dengan cek silang data dari fasyankes dengan data di
pemasok.
b. Jaringan Puskesmas
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Poskesri
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
- Pustu
c. Floor Stock dan Resep Perorangan untuk Obat dan BMHP di UGD
UGD mengajukan permintaan kepada Pengelola Obat dan BMHP
dengan Nota Dinas sesuai hasil diskusi Apoketer, Kartu UGD, dan
Pj. UKP.
Pengelola Obat dan BMHP menyiapkan permintaan obat dan BMHP
dari unit-unit pelayanan sesuai persetujuan Kepala UPTD
Puskesmas, dan melaksanakan administrasi pengeluaran meliputi:
pencatatan pada buku pengeluaran barang berupa nomor dan nama
unit pelayanan, pencatatan pada rekapitulasi mutasi persediaan obat
dan BMHP dan Berita Acara Serah Terima Barang.
Pengelola Obat dan BMHP menyerahkan obat dan BMHP kepada
petugas unit terkait dan petugas tersebut memeriksa jumlah dan
jenis persediaan yang diterima apakah sudah sesuai dengan Berita
Acara Serah Terima.
Setiap pemakaian obat dan BMHP dituliskan pada lembar resep oleh
Dokter yang bertugas untuk penggantian persediaan oleh Petugas
Apotek setiap hari kerja.
d. Realokasi Persediaan Stagnan / Death Stock / Over Stock
Realokasi adalah bagian dari distribusi obat dan BMHP dengan
memindahkan persediaan obat dan BMHP yang stagnan / death stock /
over stock dari satu Unit Pelayanan ke Unit Pelayanan lain, melalui
Gudang Farmasi Puskesmas.
e. Persediaan Emergensi
Puskesmas harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
1) Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan;
2) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan
lain;
3) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
4) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa; dan
5) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
10. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk mengendalikan dan
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan
bahan medis habis pakai, dan memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja pengelolaan. Setiap kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai, harus dilaksanakan sesuai standar operasional prosedur
(SOP) yang ditetapkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Singkarak.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Singkarak diantaranya:
a. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai di Unit Pelayanan
b. Pengawasan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai oleh Dinas
Kesehatan
c. Monitoring suhu ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
d. Monitoring suhu penyimpanan Cold Chain Product (CCP).
d. Pengendalian persediaan obat dan bahan medis habis pakai
berdasarkan waktu kedaluwarsa.
e. Monitoring persediaan obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medications).
2. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (mediciation error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan
obat (medication error) rentan terjadi pada pasien yang pernah
mendapatkan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan lain, pasien yang
melakukan swamedikasi, atau pasien yang menggunakan sediaan obat
tradisional (ramuan tradisional, jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka). Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah untuk
memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien,
mengidentifikasi ketidakpastian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter, dan mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
a. Pengumpulan Data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai
diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta
efek samping yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan
terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi dan tingkat
keparahan. Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien,
keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan
rekam medik. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga)
bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik
menggunakan resep maupun obat bebas termasuk herbal (tradisional)
harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Apoteker membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula
terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, berinteraksi/kontra indikasi,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan
pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
pada saat menuliskan resep.
4. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Langkah-langkah pelaksanaan konseling obat adalah:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat
tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Sumber penyediaan logistik berasal dari dana APBD, BLUD/JKN, dan BOK.
Untuk memenuhi kebutuhan logistik pelayanan kefarmasian, tenaga kefarmasian
mengikuti prosedur permintaan sesuai Peraturan Bupati Solok nomor 28 Tahun
2013 kepada Pengelola Barang/ Aset UPTD Puskesmas Singkarak.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Reaksi Obat Yang Tidak Diharapkan (ROTD) ada yang berkaitan dengan efek
farmakologi/mekanisme kerja (efek samping) ada yang tidak berkaitan dengan
efek farmakologi (reaksi hipersensitivitas).
Contoh :
- Syok anafilaksis pada penggunaan antbiotik golongan penisilin
- Mengantuk pada penggunaan CTM
4. Medication Error
Definisi : Kejadian yang dapat dicegah akibat penggunaan obat, yang
menyebabkan cedera.
Contoh
- Peresepan obat yang tidak rasional.
- Kesalahan perhitungan dosis pada peracikan.
- Ketidakpatuhan pasien sehingga terjadi dosis berlebih.
A. KESELAMATAN KERJA
Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan
keselamatan kerja tenaga kefarmasian dengan memastikan petugas memakai
alat pelindung diri sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Keselamatan Kerja
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan
kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Puskesmas adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
klinik melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di
UPTD Puskesmas Singkarak.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
1. Penetapan kebijakan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan rencana meliputi pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja, pencegahan dan
pengendalian kebakaran, pengelolaan prasarana klinik dari segi aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, kesiapsiagaan menghadapi kondisi
darurat atau bencana.
4. Pemantauaan dan evaluasi kinerja dilaksanakan melalui pemeriksaaan,
pengujian, pengukuran, dan audit internal puskesmas.
5. Peninjauaan dan peningkatan kinerja dilakukan untuk menjamin
kesesuaian dan efektivitas penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di
puskesmas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh:
audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
b. Review (pengkajian).
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian
penggunaan antibiotic
BAB IX
PENUTUP
________________________
Rekomendasi:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
Singkarak, ………………………….
Ketua UKP, Apoketer
Mengetahui:
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Solok Kepala Puskesmas Singkarak
Hari / Tanggal :
Agenda :
N
Nama Jabatan Tanda Tangan
o
1. Yuli Harti, A.Md.Kep Penanggung Jawab 1.
2. dr. Annisa Ul Hanasah Ketua 2.
3. Apt. Putri Lovena, S.Farm Sekretaris 3.
4. drg. Ewys Zuhri Anggota 4.
5. dr. Ebaksi Murina, MH Anggota 5.
6. dr. Stepani Anggota 6.
7. Atria Murni, A.Md.Farm Anggota 7.
8. Anike Winarti, A.Md.Farm Anggota 8.