Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk.


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Study Dengan
Kompetensi Keahlian Kimia Industri di SMK Negeri 2 Cilegon

SMK NEGERI 2 CILEGON


BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI & REKAYASA
PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK KIMIA
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI DAN KIMIA ANALIS
Jl. Ir. Sutami Km. 03 Lebak Denok Citangkil Kota Cilegon – Banten
Telp. (0254) 312883 Fax. (0254) 312883
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

LEMBAR PENGESAHAN PIHAK PERUSAHAAN

laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh pihak


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Pembimbing

Dian Agustina

Mengetahui,

Polimer Laboratory Sec. Manajer Learning & Development

Irwan Saleh Dhany Meisa

SMK Negeri 2 Cilegon i


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

LEMBAR PENGESAHAN PIHAK SEKOLAH

Laporan dengan judul Polypropylene Plant Laboratorium yang telah dilaksanakan


di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dari tanggal 3 September 2018 sampai 28
September 2018 ini telah dipresentasikan, untuk disetujui dan disahkan pada
pihak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilegon, Pada :
Hari : ……………………………..
Tanggal : ……………………………..

Pembimbing

Hilda Muflihanti Rosyidin, S,Si, M.Pd


NIP. 19831124 201402 2 001

Mengetahui,

Kepala SMK Negeri 2 Cilegon Ketua POKJA PRAKERIN

Udin Tusminurdin, S,Pd Yeni Husniyah, S,Pd, M.M


NIP. 19661001 198602 1 002 NIP. 19790213 200312 2 007

SMK Negeri 2 Cilegon


ii
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

IDENTITAS SISWA

Nama Lengkap :
Tempat Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
NISN :
Sekolah :
Nama Orang Tua
a. Ayah :
b. Ibu :
Alamat :
No. Telepon/Handphone :

SMK Negeri 2 Cilegon


iii
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

1. IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah : SMK Negeri 2 Cilegon


Alamat : Jl. Ir. Sutami Km. 03 Lebak denok
Citangkil, Cilegon Banten
No. Telpon : (0254) 312883
Kepala Sekolah : Udin Tusminurdin, S.Pd
Wakasek Hubinmas : Yeni Husniyah, S.Pd, M.M
Pembimbing Prakerin :

SMK Negeri 2 Cilegon


iv
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

IDENTITAS INDUSTRI

Nama Industri : PT Chandra Asri Petrochemical Tbk


Polypropylene Plant
Alamat : Jl. Raya Anyer Km. 123
Ciwandan, Cilegon Banten 42447, Indonesia.
No. Telpon / Fax : (62-254) 601 501 / (62-254) 601 838/843
Polymer Laboratory : Irwan Saleh
Section Manager
Pembimbing Prakerin : Dian Agustina

SMK Negeri 2 Cilegon v


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT, yang
telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan hasil pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini
tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan tugas yang diberikan kepada kami sebagai bagian
dari kelengkapan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN), dan merupakan salah satu
persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional serta menyelesaikan studi di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilegon Program Keahlian Kimia Industri.
Penyusunan Laporan PRAKERIN ini juga sebagai bukti bahwa kami telah
melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di PT Chandra Asri
Petrochemical Tbk.
Laporan ini dapat tersusun dan di selesaikan dengan adanya bantuan dari
pihak pembimbing materi maupun teknis, oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doanya.
2. Bapak Irwan Saleh, selaku Polymer Laboratory Section Manager.
3. Bapak Udin Tusminurdin, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 2
Cilegon.
4. Ibu Yeni husniyah, S,Pd, M.M selaku Ketua Pokja Hubinmas
SMKN 2 Cilegon.
5. Ibu Dian Agustina, selaku pembimbing di perusahaan yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan selama melaksanakan Prakerin.
6. Ibu Hilda Muflihanti Rosyidin, S.Si, M.Pd selaku pembimbing di
sekolah yang telah memberikan pengarahan, bimbingannya.
7. Seluruh staff dan karyawan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
8. Dewan guru di Sekolah yang telah memberikan Ilmunya.
9. Seluruh keluarga, teman, dan semua pihak lain yang membantu
kami.

SMK Negeri 2 Cilegon


vi
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Semoga laporan Praktek Kerja Industri ini dapat bermanfaat, terutama bagi
kami sendiri selaku penulis, dan bagi para pembaca.
Cilegon, September 2018

Penulis

SMK Negeri 2 Cilegon


vii
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

DAFTAR ISI

SMK Negeri 2 Cilegon


viii
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Reaksi polimerisasi polipropilena …………… 14
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi……...………... 22
Gambar 4.2 Tata Nama Produk…………………………… 29
Gambar 4.3 Contoh Tata nama produk di PT Chandra
Asri Petrochemical Tbk. …………………..…………………. 29

SMK Negeri 2 Cilegon


ix
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sifat-sifat fisik TEAL……………………………… 17
Tabel 4.2 Jenis–jenis homopolymer yang diproduksi…….... 26
Tabel 4.3 Jenis – jenis Random Copolymer yang
diproduksi……………………………………….... 27
Tabel 4.4 Jenis – jenis Impact Copolymer yang
diproduksi…………………………………….….. 28
Tabel 6.1 ANALYSIS REPORT OF WATER ………….… 61

SMK Negeri 2 Cilegon x


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Melt Flow Indexer
Gambar 2. FT-IR Spectrofotometer
Gambar 3. Hydraulic Press Machine
Gambar 4. X-RAY Fluorescence Spectofotometer
Gambar 5. pH dan Conductivity Meter
Gambar 6. Dokumentasi Prakerin

SMK Negeri 2 Cilegon


xi
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Prakerin


Praktik Kerja Industri merupakan bagian yang memiliki pengertian
sebagai sistem pendidikan profesional yang memadukan secara sistematis dan
sinkronitas antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia usaha atau
industri untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
Praktik kerja industri telah menjadi suatu pendorong utama bagi siswa
untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara
ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku sekolah menengah kejuruan dengan
aplikasi di dunia kerja dan juga mengetahui bekerja dengan prinsip Team Work.
Mengingat tuntutan dan tantangan masyarakat industri di tahun-tahun
yang akan datang semakin meningkat, serta bersifat padat pada pengetahuan dan
keterampilan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha dengan segala cara untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Dengan pengembangan dan peningkatan di sektor pendidikan yaitu
dengan memfokuskannya terhadap lulusan yang dihasilkan. Berkaitan dengan itu,
maka pola pengembangan yang dilakukan dalam pembinaan masih sangat
penting.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka pihak Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 2 Cilegon mewajibkan siswa dan siswinya untuk
mengikuti program pendidikan Praktik Kerja Industri yang dilaksanakan sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) di SMK Negeri 2 Cilegon.

SMK Negeri 2 Cilegon 1


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Maksud dan Tujuan PRAKERIN


PRAKERIN merupakan salah satu program kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilegon. Kegiatan ini bekerja sama dengan balai
atau lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan industri yang berhubungan
dengan bidang kimia.
Adapun tujuan dalam PRAKERIN yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan, memperluas dan memantapkan keterampilan kerja
sebagai hasil untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program
studi yang dipilih.
2. Untuk mengaplikasikan langsung antara teori dan bekal ilmu pengetahuan
yang dimiliki oleh penulis kedalam situasi dan kondisi yang sebenarnya.
3. Untuk meningkatkan wawasan pada aspek-aspek usaha yang profesional
mengenai suatu industri dalam bidang petrokimia.
4. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesionalisme yang
diperlukan untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidangnya.
5. Mensosialisasikan diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Untuk meningkatkan, memperluas dan memantapkan potensi diri dalam
proses penyerapan teknologi baru yang semakin canggih dari suatu lapangan
kerja ke sekolah atau sebaliknya.
7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kesenian pendidikan kejuruan dengan dunia industri yang
sesuai dengan bidangnya.
8. Memberikan peluang untuk penempatkan lulusan dan kerjasama.

SMK Negeri 2 Cilegon 2


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Waktu dan Tempat Pelaksanaan PRAKERIN


Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan di PT Chandra Asri
Petrochemical Polypropylene Plant unit Laboratorium Central Laboratory
Departement (CLD). Adapun waktu pelaksanaan Prakerin dimulai dari tanggal 3
September 2018 sampai 28 September 2018 dan bertempat di bagian laboratorium
PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant Jl. Raya Anyer Km. 123
Ciwandan, Cilegon-Banten, Indonesia.

Tujuan Penulisan Laporan


Tujuan penulisan laporan ini antara lain adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi pada Kompetensi Keahlian Kimia Industri di
SMK Negeri 2 Cilegon, mengumpulkan data dan informasi penting yang didapat
selama PRAKERIN untuk dijadikan bahan pengetahuan, memperluas ilmu
pengetahuan yang didapat dan dialami selama PRAKERIN sebagai bekal untuk
memasuki lapangan pekerjaan, sebagai bukti nyata untuk sekolah bahwa penulis
telah melaksanakan PRAKERIN.

Manfaat Praktik Kerja Industri


Praktik Kerja Industri memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk belajar, guna memenuhi praktik kerja secara nyata di lingkungan
perusahaan.
1. Manfaat Praktik Kerja Industri antara lain:
2. Memenuhi kurikulum SMK Negeri 2 Cilegon.
3. Melatih kemampuan berfikir secara sistematis dalam dunia kerja.
4. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
5. Mengetahui aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh di sekolah secara nyata.

SMK Negeri 2 Cilegon 3


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan
PT Chandra Asri Petrochemical merupakan perusahaan merger antara PT
Chandra Asri dengan PT Tripolyta Indonesia pada tanggal 1 Januari 2011. PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) mempunyai 2 plant, yaitu PE-plant dan
PP-plant.
PT Chandra Asri Petrochemical adalah perusahaan petrokimia terbesar dan
terintegrasi secara vertikal di Indonesia dengan fasilitas-fasilitasnya yang terletak
di Ciwandan, Cilegon dan Puloampel, Serang di Provinsi Banten. PT Chandra
Asri Petrochemical Tbk merupakaan pabrik petrokimia yang memanfaatkan
teknologi dan fasilitas pendukung canggih kelas dunia. Jantung operasi PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah Lummus Naphtha Cracker yang
menghasilkan Ethylene, Propylene, Mixed C4 dan Pyrolysis Gasoline (Py-Gas)
berkualitas tinggi untuk Indonesia serta pasar ekspor regional.
Selain pabrik Naptha Cracker, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
memiliki fasilitas produksi Polyethylene yang terintegrasi yang menggabungkan
dua teknologi kelas dunia. 4 reaktor Unipol dengan lisensi dari Union Carbide: 1
reaktor mampu menghasilkan resin Linear Low dan High Density Polyethylene; 3
reaktor lainnya mampu menghasilkan berbagai resin Polypropylene. Reaktor ke 5
menggunakan lisensi dari Showa Denko KK, teknologi revolusioner Jepang yang
dikenal dengan Bimodal High Density Polyethylene. Kedua teknologi kelas dunia
tersebut digabungkan untuk memproduksi berbagai grade resin Poyethylene untuk
memenuhi sebagian besar permintaan Polyethylene di Indonesia.
Lokasi yang strategis memberi kemudahan akses bagi PT Chandra Asri
Petrochemical Tbk kepada berbagai pelanggan utamanya, yang terhubung
langsung dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk melalui jaringan pipa.
Jaringan pipa ini membentang sepanjang 45 km dari komplek petrokimia, demi
memenuhi sebagian besar permintaan produk Polyolefins di Indonesia.
Penggabungan usaha antara PT Chandra Asri dan PT Tripolyta Indonesia Tbk
pada awal 2011 telah menjadikan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sebagai

SMK Negeri 2 Cilegon 4


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

perusahaan petrokimia terkemuka dan satu-satunya produsen domestik Ethylene,


Styrene Monomer, Butadiene dan juga merupakan produsen Polypropylene
terbesar di Indonesia.
Guna memastikan produksi yang berkesinambungan, PT Chandra Asri
Petrochemical Tbk memiliki pembangkit listrik terpasang dengan kapasitas yang
melebihi kebutuhan produksi normal. Selain itu PT Chandra Asri Petrochemical
Tbk memiliki sambungan ke PLN sebagai sumber listrik cadangan. Pabrikpun
memiliki instalasi desalinasi dan pengolahan air yang menghasilkan air yang
sangat murni untuk digunakan pada sistem pendingin, tanki penyimpanan dan
jetty.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sepenuhnya memiliki 2 entitas anak
perusahaan yaitu: PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) dan PT Petrokimia
Butadiene Indonesia (PBI).
Styrindo Mono Indonesia (SMI) merupakan satu-satunya produsen Styrene
Monomer di Indonesia yang melayani baik industri hilir domestik dan pasar
ekspor regional. Pabriknya terletak di Puloampel, Serang dan berada sekitar 40
KM dari pabrik Naphtha Cracker.Pabrik SMI memproduksi Styrene Monomer
dengan kapasitas 340.000MT pertahun. Dua unit pabrik Ethyl Benzene dirancang
dengan lisensi dari Mobil/Badger dan teknologi-teknologi Lummus. Kedua unit
Ethyl Benzene tersebut terintegrasi dengan dua unit pabrik Styrene Monomer yang
direkayasa menggunakan teknologi Lummus/UO. Petrokimia Butadiene Indonesia
(PBI) merupakan pabrik Butadiene pertama di Indonesia yang menghasilkan
Butadiene untuk memenuhi kebutuhan pasar regional.
Pabrik tersebut menghasikan Butadiene dengan kapasitas 100,000MT
pertahun. Bahan baku untuk pabrik Butadiene adalah Mixed C4 yang merupakan
produk turunan dari pabrik Naphta Cracker. Butadiene merupakan bahan baku
yang digunakan didalam produksi karet sintetis yang merupakan bahan baku
utama dalam produksi ban.
PT Chandra Asri Petrochemical, PP-plant atau perusahaan sebelumnya yang
bernama PT Tripolyta Indonesia Tbk adalah perusahaan perseroan terbatas yang
di dirikan berdasarkan akta notaries No. 40 tanggal 02 November 1984, kemudian
diubah dengan akta notaries No. 117 pada tanggal 07 November 1987, kedua akta

SMK Negeri 2 Cilegon 5


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri/Kehakiman RI dengan SK


No.C2 1789.HT.01.01 tanggal 29 Februari 1988 dan di umumkan dalam berita
Negara RI pada tanggal 05 Agustus 1988.
PT Tripolyta Indonesia Tbk memperoleh fasilitas undang-undang
Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) dengan surat persetujuan tetap tanggal
06 September 1985 No. 169/1/PMDN/1985 PT Tripolyta Indonesia Tbk
mengawali kegiatan produksinya pada bulan Mei 1992 yang bergerak dalam
bidang industri petrokimia (intermediate) dengan memproduksi Polypropylene
jenis homopolimer, kopolimer acar dan kopolimer blok. Adapun letak/lokasi
kantor PT Tripolyta Indonesia Tbk berada di Wisma Barito Pasific Tower ALt. 5
& 6 yang beralamat di Jalan Letnan S. Parman Kav.62-63 Jakarta, kantor ini
merupakan kedudukan dari dewan direksi dan dewan komisaris. Untuk kegiatan
sehari-hari perusahaan (plant) berada di Jalan Raya Anyer Km. 123 Ciwandan-
Cilegon-Banten yang diresmikan oleh mantan presiden RI yang ke 2 yaitu Bapak
H. Soeharto pada tanggal 29 Mei 1992 bersamaan dengan diresmikannya 21
industri kimia dasar di 10 provinsi yang berada diseluruh Indonesia.
PT Tripolyta Indonesia Tbk memperoleh bahan baku pembuatan
polipropilena dari PT Chandra Asri Tbk sebanyak 80 % sisanya impor dari
Negara Korea, USA, Singapura dan Negara-negara yang ada di Timur Tengah.
Perusahaan ini menggunakan teknologi yang dikenal dengan nama UNIPOL
Polypropylene USA yang bekerja sama dengan Shell Chemical Company dalam
penyediaan katalisnya.
PT Tripolyta Indonesia Tbk didirikan dengan investasi mencapai 531 miliar
dengan modal tetap (Fixed Capital) sebesar 476 miliar rupiah dan modal kerja
(Working Capital) sebesar 55 miliar rupiah. Untuk memperkuat struktur
permodalan saham NASDAQ National Market System dan pada tanggal 14 maret
1995 melepaskan sahamnya di New York Stock Exchange. Penawaran saham di
luar negeri diikuti pencatatan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak 24 Juni 1996.
Pada akhir tahun 1998 PT Tripolyta Indonesia Tbk bekerja sama dengan PT
Nippon Shokubai melakukan diversivikasi usaha untuk bahan kimia khususnya
bernilai tambah dengan mendirikan pabrik akrilat. Pabrik Akrilat tersebut
bernama Nishoku Tripolyta Acrilindo (PT NTA) dengan saham milik PT

SMK Negeri 2 Cilegon 6


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Tripolyta Indonesia sebesar 45 %. Kesulitan ekonomi yang dialami perusahaan


pada saat krisis mulai melanda Indonesia pada tahun 2000 memaksa PT Tripolyta
Indonesia harus melepas seluruh sahamnya pada PT Nishoku Tripolyta Acrilindo
(PT NTA), saat ini Nishoku Tripolyta Acrilindo menjadi PT Nippon Shokubai
(PT NSI). PT Tripolyta Indonesia Tbk telah mendapatkan ISO 9001 dan ISO
14001. Dan perusahaan yang demikian telah berhasil mendapatkan sertifikat ISO
(International Organisation) adalah perusahaan yang kualitas dan system
organisasinya memperoleh pelayanan jasa dan produk yang terjamin dan dapat
dipertanggung jawabkan mutunya. ISO 9002 sendiri merupakan modal jaminan
kualitas (Quality Assurance) untuk produksi instalasi dan pelayanan.

Visi dan Misi PT Chandra Asri Petrochemical


Visi
Perusahaan Petrokimia Terkemuka dan pilihan di Indonesia.
Misi
Terus berkembang dan mengukuhkan posisi kepemimpinan perusahaan melalui
integrasi, pengembangan sumber daya manusia dan kemitraan terpilih, secara
berkelanjutan yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia.

Keselamatan dan Keamanan Kerja


Keselamatan dan keamanan kerja di lingkungan kerja menjadi tanggung jawab
perusahaan dan seluruh karyawan PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene
Plant. Perusahaan juga memberikan perlengkapan keselamatan kerja berupa
Personal Protective Equipment (PPE) atau alat pelindung diri. PT Chandra Asri
Petrochemical Polypropylene Plant juga memasang rambu-rambu ditempat yang
dianggap rawan dan membahayakan bagi karyawan. Para karyawan wajib
melaksanakan dan mematuhi semua peraturan-peraturan untuk bekerja pada
kondisi yang aman.
Atas usaha dan kesadaran seluruh karyawan dalam menjalankan Keselamatan dan
Keamanan Kerja yang dikoordinasi oleh Safety Departement, PT Chandra Asri
Petrochemical Polypropylene Plant berhasil mencapai 6,7 juta jam kerja (Pada
bulan Agustus tahun 2000) tanpa terjadi kecelakaan (Zero Loss Accident).
.
Unit Laboratorium
Pengendalian dan peningkatan kualitas produk dilakukan oleh Product Control
Departement. Departemen ini bekerja dalam suatu laboratorium yang memiliki
berbagai macam peralatan analisis. Layanan yang diberikan oleh departemen ini
adalah pengujian bahan baku, pengujian kualitas air utilitas dan air buangan,
pengujian kualitas produk polipropilena, serta pengembangan produk dan layanan
konsumen.

SMK Negeri 2 Cilegon 7


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant memiliki beberapa


laboratorium yang berfungsi sebagai berikut:
Menjamin semua bahan baku, aditif dan katalis yang akan dipergunakan dalam
proses polimerisasi sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
Meneliti kualitas produk, apakah kualitasnya sesuai dengan yang diinginkan atau
menyimpang dari spesifikasi yang dinginkan.
Membantu operasi dengan menjaga kualitas bahan baku agar selama proses
berlangsung operasi dapat terkendali.

Laboratorium Air
Laboratorium air berfungsi untuk menganalisis air yang digunakan untuk proses
produksi (utility), untuk keperluan sehari-hari karyawan di pabrik, dan air limbah.
Pada laboratorium air sample air yang dianalisis meliputi:
Anion A & B
Demin Water (air yang dihilangkan kandungan mineralnya)
Low Condensate
Medium Condensate
De Aerator (air yang dihilangkan kandungan udaranya)
Boiler Feed Water (air untuk bahan baku uap)
Raw Water (air baku)
Drinking Water (air untuk kegiatan sehari hari)
Fresh Water (air yang dihilangkan kotorannya)
Sea Water (air laut yang telah ditambahkan klorin aktif)
Basin Water (air limbah)
Cooling Water (air pendingin)

Parameter yang dianalisa antara lain meliputi:


Potential Hidrogen Kandungan Nitrite
Conductivity Kandungan Fe
Kandungan Clorine Kandungan Carbo-Hidrazide
Kandungan Cloride Caustic
Turbidity Quartenary Ammonium
Kandungan Sulphate Hardness
Kandungan Silica Hipoclorit
Kandungan Hydrazine

Instrument yang digunakan di laboratorium air yaitu:


pH Meter
Digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman/ kebasaan suatu zat. pH
meter merupakan alat ukur dalam analisis jumlah yang berdasarkan pada potensial
larutan, apabila elektroda yang sesuai dicelupkan ke dalamnya. Cara yang paling
teliti untuk menentukan derajat keasaman suatu zat adalah dengan metoda
instrument berdasarkan perbedaan pengukuran dengan tegangan listrik.
Konduktometer

SMK Negeri 2 Cilegon 8


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Konduktometer adalah suatu alat untuk mengukur daya hantaran listrik


(conductance) suatu larutan. Adanya ion-ion yang bergerak menyebabkan
timbulnya daya listrik suatu larutan. Dengan cara mencelupkan sel ke dalam
larutan, maka dapat mengukur daya hantar listrik suatu larutan. Sel dalam
konduktometer ada macam-macam bentuknya tergantung penggunaanya. Sel
konduktometer terbuat dari sepasang lempeng platina yang dicelupkan ke dalam
larutan contoh. Sel dibuat dari kaca pyrex atau kaca-kaca lain seperti yena, durant
dan sekarang banyak digunakan plastik. Elektroda dibuat dari platina lempeng
2
dengan luas ± 1 cm dan ditempelkan pada kaca dengan sepotong kaca Pt
elektroda ditempelkan pada plastik agar tidak mudah pecah. Kelebihan dari
elektroda Pt adalah dapat menghindari arus polarisasi karena Pt adalah suatu
logam mulia. Satuan skala yang dapat dibaca dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, yaitu:
Daya hantar (CND), siemen (S) atau Us
Padatan terlarut (TDS)
Spektrofotometer UV/VIS
Spektrofotometri yang dipakai PT Chandra Asri Petrochemical
Polypropylene Plant bermerek Perkin elmer. Spektrofotometri adalah suatu
metode analisis berdasarkan pengukuran serapan atau absorbansi suatu gelombang
cahaya oleh contoh. Dengan menggunakan spektrofotometer, ketajaman
pengamatan mata akan diganti oleh detector dalam pembacaan perubahan warna-
warna yang terjadi.
Peralatan Titrasi/Volumetri
Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui
perhitungan volume. Sehingga dalam teknik alat pengukur volume menjadi bagian
terpenting, dalam hal ini buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan
dalam analisis volumetri.
Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari pada hubungan stoikiometri
sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Cara ini digunakan untuk menentukan
kandungan klorida, kesadahan dan alkalinitas.

Laboratorium Polimer
Kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu standar yang
diperkanankan dan dijadikan sebagai komitmen perusahaan dalam melayani
konsumen. Oleh karena itu diperlukan pengujian terhadap sifat-sifat produk antara
lain melt flow, xylene soluble (kadar ataktik), yellowness index, kandungan residu
katalis serta ukuran distribusi partikel.
Parameter yang dianalisis dalam resin dari reaktor antara lain:
Melt Flow
Bulk Density
Residu Katalis
Xylene Soluble
APS (Average Partikel Size)
Fines
Kandungan Etilena

Parameter yang dianalisis dalam pellet dari ekstruder antara lain:

SMK Negeri 2 Cilegon 9


PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Melt Flow
Tail dan Marriage
Particel Size
Additive
Yellowness Index
Over/Fine
Spec On/In
Kandungan Etilena
Instrument yang digunakan di laboratorium polimer yaitu:
Melt Flow Indexer
NMR (Nuclear Magnetic Resonance)
Colorimeter Gardner YL – 23 Tristimulus
X – Ray Fluorescence Spectrometer
Hydraulic Press Machine
Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FTIR Spectrometer)

SMK Negeri 2 Cilegon


10
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

BAB III
LANDASAN TEORI

Polimer
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai beraneka ragam
zat atau barang bukan sebagai senyawa sederhana melainkan sebagai molekul
besar atau dengan berat molekul berkisar seribu bahkan ratusan ribu. Hal ini
disebabkan karena senyawa tersebut tersusun dari molekul-molekul kecil yang
saling bergabung membentuk struktur yang sangat besar dan sifat-sifatnya
berbeda dengan molekul-molekul penyusunnya. Molekul dengan ciri-ciri
semacam ini disebut dengan makromolekul.
Beberapa senyawa makromolekul yang mudah kita temukan
seperti kayu berupa lignin dan selulosa, bahan makanan seperti beras, tepung
terigu berupa karbohidrat, daging, telur yang mengandung protein, bahan pakaian
seperti polyester, peralatan yang terbuat dari plastik berupa polietilena,
polipropilena, teflon, polivinil klorida dan polistirena.
Polimer adalah makromolekul yang biasanya memiliki bobot
molekul tinggi, dibangun dari pengulangan unit-unitnya. Molekul sederhana yang
membentuk unit-unit ulangan ini dinamakan monomer. Sedangkan reaksi
pembentukan polimer dikenal dengan istilah polimerisasi.

Polimerisasi
Penggabungan molekul-molekul kecil atau monomer menjadi molekul yang
sangat besar diberi istilah reaksi polimerisasi. Berdasarkan peristiwa yang terjadi
selama reaksi, maka polimerisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu: polimerisasi adisi
dan polimer kondensasi.

Propilena
Propilena merupakan bahan baku dalam pembuatan polipropilena
jenis homopolymer, sedangkan untuk jenis random copolymer dan impact
copolymer selain propilena diperlukan juga etilena dengan komposisi tertentu.
Propilena merupakan hirokarbon alifatik dengan satu rantainya mempunyai ikatan
rangkap dua atau ikatan tidak jenuh. Propilena merupakan golongan olefin yang
diperoleh dari hasil cracking (perengkahan) minyak bumi pada temperatur 700-
o
900 C. Untuk menghilangkan gas nafhtalena dan dilanjutkan dengan proses
fraksionasi.

Polipropilena
Polipropilena merupakan polimer jenis termoplastik, yaitu dapat
meleleh bila dipanaskan dan bila didinginkan dapat kembali ke bentuk semula.
Polipropilena dihasilkan dari reaksi polimerisasi propilena dengan bantuan katalis.
Katalis yang digunakan adalah katalis Ziegler–Natta yang mana dapat
menghasilkan polipropilena dengan keteraturan tinggi dalam konfigurasi
polimernya. Penggunaan katalis ini pertama kali ditemukan oleh Prof. Natta pada
tahun 1954 di lembaga politeknik Milan.

SMK Negeri 2 Cilegon


11
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Gambar 3.1 Reaksi polimerisasi polipropilena

Gambaran Umum Polypropylene


Penggunaan : Termoplastik, fiber, termoplastik elastomer
Monomer : Propylene
Polimerisasi : Ziegler-Natta, metallocene catalyst
Morphology : crystalline (isotactic), amorphous (atatic)
Titik leleh : 165 °C
Temperature “glass transition” : -17 °C

Sifat Fisik dan Kimia Polipropilena


Berdasarkan sifat pemanasannya, polipropilena termasuk polimer jenis
termoplastik yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Dapat larut.
Lunak jika dipanaskan dan keras jika didinginkan.
Jika dipanaskan hingga meleleh dan didinginkan, maka lelehan tersebut akan
kembali pada bentuk semula.
Polipropilena mempunyai ketahanan yang baik terhadap air,
pelarut, lemak, minyak, alkali dan bahan-bahan kimia umum lainnya. Contoh-
contoh pelarut yang digunakan adalah karbon tetraklorida, xylene, bromin dan
kloroform. Larutan eter bisa menghilangkan kekuatan pada polipropilena. Selain
itu polipropilena dapat dirusak oleh oksidator kuat seperti asam sulfat 98% dan
asam nitrat.
Sifat-sifat yang menarik dari polipropilena adalah jenisnya yang
relatif lebih rendah dari pada polimer yang lainnya. Sedangkan titik leleh tertinggi
o o
dari pada polipropilena adalah 167 C (160-165 C). Sifat-sifat yang terpenting
adalah polipropilena memiliki permukaan yang licin, kekuatan regang, dari
polietilena, ketahanan terhadap gesekan dan sifat-sifat dielektrik yang baik.

SMK Negeri 2 Cilegon


12
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

BAB IV
PROSES PEMBUATAN POLIPROPILENA

4.1 Bahan Baku Perusahaan


Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan polipropilena dengan
jenis homopolimer adalah propilena (C3H6), sedangkan untuk jenis
kopolimer ditambah dengan etilena (C2H4). Bahan penunjang dalam
pembuatan polipropilena terdiri atas katalis, ko-katalis, gas nitrogen (N2),
gas hidrogen (H2), Selectivity Control Agent (SCA), dan bahan additive.
A. Propilena
Propilena merupakan suatu monomer yang digunakan sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan polipropilena. Propilena dapat
diperoleh dari hasil cracking minyak bumi (naptha) pada temperatur
700oC – 950oC yang dilanjutkan dengan proses fraksionasi.
Propilena merupakan suatu senyawa hidrokarbon tak jenuh
(alkana) yang pada kondisi tekanan atmosfir merupakan gas yang tidak
berwarna dan massanya lebih besar dari udara. Propilena bersifat
anestesi, mudah terbakar, mudah meledak, larut dalam xylene dan
heptanes tetapi tidak larut dalam alkohol, eter, dan air.
B. Etilena
Etilena merupakan monomer yang ditambahkan dalam reaktor
apabila produk yang diinginkan adalah random kopolimer atau blok.
Etilena juga ditambahkan pada produksi homopolymer yang dikelan
dengan sebutan low etylene random polymer.
C. Gas Nitrogen (N2)
Gas nitrogen digunakan dalam sistem reaksi, sistem pemurnian
propilena, dan sistem adiktif. Gas nitrogen digunakan karena gas nitrogen
merupakan gas inert, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar,
dan dapat menjaga kestabilan tekanan dan suhu dalam reaktor.
D. Gas Hidrogen (H2)
Gas hidrogen digunakan sebagai pengontrol melt index (aliran
lelehan). Aliran lelehan dari polipropilena diatur dengan menentukan

SMK Negeri 2 Cilegon


13
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

perbandingan gas hidrogen, dan propilena yang masuk ke dalam reaktor.


Jika kecepatan aliran lelehan yang diinginkan tinggi, maka laju alir dari
gas hidrogen diperbesar. Gas hidrogen juga digunakan sebagai pemutus
dalam reaksi pembentukan rantai polipropilena sehingga didapatkan
polipropilena dengan berat dan panjang tertentu.
E. Katalis
Katalis yang digunakan adalah katalis Ziegler-Natta. Katalis itu
sendiri adalah Titanium Tetraklorida (TiCl4). Dalam penggunaannya
katalis Ziegler-Natta harus diaktifkan dengan ko-katalis.
F. Ko-katalis
Ko-katalis yang digunakan adalah Tri Ethyl Alumunium
((C2H5)3Al). Tri Ethyl Alumunium atau dikenal dengan nama TEAL
berwujud cairan yang tidak berwarna pada suhu kamar. Ko-katalis
berfungsi sebagai pembentuk kompleks katalis aktif yang mempermudah
terjadinya polimerisasi. TEAL berwujud cairan pada kondisi ruang,
bening dan tidak berwarna.
Tabel 4.1 Sifat-sifat fisik TEAL
NO Sifat Fisik Nilai
1. Titik Didih, oC 185
2. Titik Beku, oC -58
3. Tekanan Uap, mmHg 0,025
4. Densitas gr/Ml 0,8324

TEAL merupakan senyawa yang reaktif terhadap udara dan air.


Dan dapat menyala secara spontan diudara. Apabila terjadi kebakaran,
gunakan dry chemical, vermiaslite atau pasir kering sebagai pemadam.
Jangan gunakan air. Produk dekomposisi TEAL berbahaya, dapat berupa
oksida karbon, oksida aluminium dan uap flammable yang mengandung
debu. Laju alir TEAL yang diumpankan ditentukan oleh rasio katalis
terhadap ko-katalis dalam reaktor. Kebutuhan TEAL di PT Chandra Asri
Petrochemical Polypropylene Plant sebanyak 69,21 ton/tahun.

SMK Negeri 2 Cilegon


14
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

G. Selectivity Control Agent (SCA)


Selectivity Control Agent berfungsi sebagai pengatur katalis agar
lebih cenderung menghasilkan polymer isotaktik. Selectivity Control
Agent secara aktif mematikan sisi aktif katalis yang menghasilkan resin
ataktik.
H. Bahan Additive
Bahan additive merupakan salah satu senyawa yang ditambahka
ke dalam matriks polipropilena dengan sifat tertentu sesuai dengan
spesifikasi produk yang diinginkan. Additive juga dapat meningkatkan
atau memodifikasi karakteristik polimer, yang utama dalam sifat fisik,
kimia, maupun mekaniknya.
Additive ditambahkan guna mendapatkan produk polipropilena
dengan sifat tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Additive berbentuk
padatan dan cairan. Additive ditambahkan pada resin sebelum proses
pelleting. Additive padat ditambahkan ke resin pada master mix blander.
Sedangkan Additive cair ditambahkan pada mixer hopper sebelum
extruder. Secara umum fungsi zat Additive antara lain:
a. Untuk mempengaruhi sifat-sifat atau sifat lainnya.
b. Untuk mempermudah proses fibrikasi.
c. Untuk mencegah pelapukan material akibat pengaruh sinar-uv atau
sinar matahari.
d. Untuk memberi warna dengan mengatur sifat transparansi.

Macam-macam zat Additive yang digunakan yaitu:


1. Anti oksidan
Berfungsi untuk mencegah oksidasi dan perubahan warna dari
polimer maupun penurunan sifat mekanik.
2. Acid acceptor (Penetral asam)
Berfungsi untuk mencegah terjadinya degradasi polimer dan korosi
pada mesin produksi dengan menetralisis residu anion yang
bersifat asam.

SMK Negeri 2 Cilegon


15
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

3. Heat stabilizer (Penstabil panas)


Berfungsi mengurangi kemungkinan kerusakan akibat adanya
panas.
4. Slip agent
Berfungsi untuk melicinkan permukaan.
5. Anti block agent
Berfungsi untuk mencegah lengket.
6. Nucleating and Clarifying agent
Berfungsi meningkatkan kejernihan produk dengan mempengaruhi
ukuran kristal lebih halus dan homogen. Nucleating agent
berfungsi untuk membentuk lebih banyak inti kristal atau pertum-
buhan inti kristal.
7. Optical Brightening Agent
Berfungsi untuk meningkatkan keputihan.

4.2 Mesin dan Peralatan Produksi


Secara umum peralatan yang digunakan dalam proses produksi
adalah sebagai berikut:
1. C3 Tank
C3 tank berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku
propilena sebelum diinput ke dalam reactor.
2. Reactor
Reactor merupakan tempat terjadiny reaksi polimerisasi.
3. Cooler
Cooler memiliki fungsi untuk mendinginkan cycle gas yang
keluar dari reactor.
4. Cycle Gas Compressor
Cycle Gas Compressor berfungsi untuk menempatkan cycle gas
dari cooler ke dalam reactor.
5. Product Discharge System
Product Discharge System berfungsi sebagai penampung se-
mentara resin dari reactor sebelum masuk kedalam product receiver.

SMK Negeri 2 Cilegon


16
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

6. Product Receiver
Product Receiver berfungsi sebagai tempat penampung resin
polipropilena dan tempat pemisahan resin dari gas propilena yang ter-
bawa pada aliran produk.
7. Vent Recover
Vent Recover berfungsi sebagai penarik dan penampung dari gas
propilena yang terbawa aliran resin dari product receiver. Gas propilena
yang bersisa akan digunakan sebagai bahan bakar.
8. Resin Degas Bin
Resin Degas Bin berfungsi sebagai tempat deaktivasi katalis
yang masih bersisa pada resin.
9. Master Mix Blander
Master Mix Blander berfungsi sebagai tempat pencampuran (ho-
mogenisasi) resin dengan bahan additive dengan perbandingan tertentu.
10. Pelletizer
Pelletizer berfungsi untuk melelehkan resin propilena dengan
media pemanas kukus bertekanan tinggi, suhu yang digunakan unutk
melelehkan yaitu 240oC.
11. Extruder atau Pelleter
Extruder atau Peleter berfungsi sebagai pembuat pellet dari
lelehan resin yang dihasilkan pelletizer. Pellet dihasilkan dari
pemotongan lelehan resin polipropilena yang telah didinginkan
sehingga menjadi padat, pemotongan dilakukan di bawah air.
12. Cooling Water Pump
Cooling Water Pump merupakan air yang berfungsi untuk
mendinginkan/membekukan lelehan resin polipropilena yang
dihasilkan pelletizer.
13. Spin Dryer
Spin Dryer berfungsi sebagai tempat pengering air pendingin
yang masih bersisa pada pellet.

14. Screener

SMK Negeri 2 Cilegon


17
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Screener berfungsi sebagai alat pengayakan pellet sesuai dengan


ukuran yang ditetapkan (12 mesh).
15. Utility Silo
Utility Silo berfungsi sebagai tempat penampungan pellet
polipropilena yang tidak sesuai dengan standar, yang nantinya pellet ini
akan diproses ulang dengan cara mencampurkannya dengan pellet
polipropilena yang sesuai standar agar dihasilkan pellet polipropilena
sesuai dengan standar yang diinginkan.
16. Aim Silo dan Bagging Silo
Aim Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan pellet
sementara dan kemudian dilakukan bagging atau pengemasan pada
bagian bagging silo.

SMK Negeri 2 Cilegon


18
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

4.3 Diagram Alir Proses Produksi

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi

SMK Negeri 2 Cilegon


19
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

4.4 Proses Pembuatan Polipropilena


Polipropilena dapat dibuat dengan cara polimerisasi adisi dari
propilena yang mempunyai kemurnian tinggi dengan adanya katalisator.
Katalisator yang digunakan adalah katalisator anionic tipe Ziegler yang
merupakan campuran TEAL dan Titanium tetra klorida (TiCl 4). Bentuk
rantai pada polipropilena yang teratur bersifat kristalin. Bentuk tersebut
adalah bentuk yang dikehendaki oleh produsen sedangkan bentuk rantai
polipropilena yang tidak teratur bersifat amorf dan tidak dikehendaki pada
proses. Polimerisasi polipropilena umumnya dilakukan pada temperatur
0 0
antara 25 C-100 C dalam suatu medium yang disebut hydrocarbon inert
yang bebas dari kontaminasi, seperti H2O, CO2, O2 dan lain-lain.
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan polipropilena
adalah propilena dan digunakan juga gas hidrogen, nitrogen dan etilena,
(khususnya untuk pembuatan random dan impact copolymer). Pada proses
pembuatan homopolimer semua bahan masuk ke dalam reaktor dengan
tekanan dan suhu tertentu serta bantuan katalis sehingga terjadi reaksi
polimerisasi, pada reaksi ini menghasilkan polipropilena dalam bentuk resin
atau powder.
Dalam proses ini tidak semua gas yang dimasukan itu terbentuk
menjadi polipropilena, sehingga gas-gas yang tidak mengalami reaksi
polimerisai didaur ulang ke dalam reaktor atau cycle gas. Kemudian, resin
polipropilena masuk ke Product Discharge System (PDS) dan akan di
tampung dalam produk receiver yang berfungsi memisahkan gas-gas dari
resin polipropilena. Resin polipropilena yang mengandung gas-gas
dimasukan ke degas bin, maka pada degas ini terjadi deaktivasi katalis
(mematikam katalis) untuk menonaktifkan reaksi polimersasi dibantu
dengan bantuan steam. Sebagian resin polipopilena dari Product Degas Bin
dialirkan ke Mastermix Blender untuk penambahan aditif dengan
perbandingan tertentu kemudian masuk ke exstruder.
Pada proses pelletizer ini, lelehan polimer yang mengalir melalui
dipotong-potong dan terbentuklah pellet. Pellet tersebut dimasukan ke
dalam pellet cooling water sebagai pendingin, kemudian ke spin dryer,

SMK Negeri 2 Cilegon


20
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

pellet dimasukan ke dalam screener, pellet yang mempunyai ukuran yang


sesuai dengan spesfikasi ditampung oleh surge bin, dengan bantuan tekanan
udara, pellet ditransfer ke silo ini dibagi menjadi 2, yaitu aim silo dan off
spec silo. Polipropilena yang sesuai dengan spesifikasi dimasukan ke dalam
aim silo sedangkan yang tidak sesuai dimasukan ke dalam off spec silo.
Kemudian produk ditransfer ke bagging silo dan setelah itu dilakukan
bagging atau pengarungan.

4.4.1 Polimerisasi Polipropilena


Polimerisasi polipropilena adalah proses kimia dimana
banyak molekul kecil dari sebuah bahan sederhana (propilena) atau
beberapa bahan sederhana (propilena) berkumpul dan bergabung
menjadi molekul-molekul besar (makromolekul). Polipropilena
dihasilkan dari penggabungan monomer propilena.
Reaksi-reaksi polimerisasi pada polipropilena merupakan
reaksi eksotermis, sehingga panas yang dihasilkan perlu
dikendalikan. Besarnya jumlah n bervariasi tergantung dari sifat
polimer yang diinginkan. Pada kasus propilena untuk membentuk
polipropilena rata-rata harga n adalah > 1000. Jika jumlah monomer
yang berulang kurang dari 10 (n < 10) maka disebut oligomer.
Polimerisasi polipropilena dibagi menjadi dua bagian yaitu, sebagai
berikut:
A. Polimerisasi Adisi
Berdasarkan mekanisme reaksinya, polimerisasi
propilena termasuk jenis polimerisasi adisi karena terjadi ikatan
antara monomer propilena melalui ikatan rangkapnya.
Pertumbuhan yang terjadi pada polimerisasi ini disebabkan
karena adanya penambahan monomer yang berlangsung secara
terus-menerus pada pusat aktif radikal bebas. Polimerisasi adisi
menghasilkan berat molekul yang sama dengan berat semu unit
monomer yang tergabung dalam rantai polimer.

SMK Negeri 2 Cilegon


21
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Polimerisasi ini akan berlangsung sampai semua


monomer habis bereaksi. Akan tetapi terminasinya dapat diatur
dengan menambah molekul hidrogen yang memutuskan
pertumbuhan atau perpanjangan rantai polimer. Polimerisasi
adisi pada umumnya berlangsung dalam kondisi tanpa
katalisator dan temperatur kamar, pada polimerisasi adisi juga
tidak dihasilkan molekul-molekul ringan sebagai produk
samping. Adapun sifat-sifat polimerisasi adisi:
1. Tidak ada hasil samping.
2. Mekanisme reaksi adalah reaksi rantai (chain growth)
berlangsung cepat.
3. Hasilnya pada umumnya adalah polimer thermoplastic,
artinya dengan pemanasan dapat melebur lagi dan dapat di-
ubah menjadi bentuk lain.

B. Polimerisasi Ziegler–Natta
Polimerisasi Ziegler-Natta merupakan metode sintesis
polimer dengan monomer yang memiliki ikatan rangkap,
termasuk jenis polimerisasi adisi, metode ini sesuai dengan
namanya, ditemukan oleh dua ilmuan, yaitu Ziegler dan Natta.
Polimerisasi Ziegler-Natta menggunakan sistem katalis dan ko-
katalis dalam reaksi polimerisasinya. Katalis ini merupakan
senyawa komplek dari golongan I-III dengan halida dan turunan
logam transisi golongan IV-VII Katalis Ziegler-Natta biasanya
adalah senyawa TiCl3 atau TiCl4 sedangkan Aluminium dengan
sebagai ko-katalis yang digunakan adalah TiCl3 dan Al (C2H5)2
Cl atau TiCl4 dengan Al (C2H5)3.
Reaksi antara katalis dan ko-katalis ini akan
menghasilkan suatu kompleks yang selanjutnya akan bereaksi
dengan molekul propilena. Pada proses pengakhiran,
polimerisasi Ziegler-Natta dilakukan dengan menambahkan

SMK Negeri 2 Cilegon


22
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

molekul hidrogen pada pusat aktif rantai polimer sehingga


hidrogen akan memutuskan pertumbuhan rantai polimer.

4.5 Jenis - Jenis Polipropilena


Modifikasi polipropilena berdasarkan strukturnya atau penggunaan
bahan aditif banyak dilakukan untuk memperbaiki sifat produk. Umumnya
polipropilena ada 3 kompenen yang diproduksi secara komersial yaitu:
4.5.1 Homopolymer
Homopolymer merupakan polimer yang disusun oleh
monomer-monomer yang sejenis dan diproduksi secara langsung
dalam sebuah reaktor. Karakterisrik homopolymer adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki berat jenis paling ringan dengan perbandingan tinggi
antara kekuatan dan beratnya.
b. Memiliki daya tahan panas paling tinggi dibanding jenis
polipropilena lainnya.
c. Kejernihannya baik.
d. Permukaan kristal halus.
e. Tahan terhadap tumbukan, tahan lembab, abrasi dan tahan
gesekan.
f. Digunakan untuk kemasan dan kantong plastik.

Tabel 4.2 Jenis–jenis homopolymer yang diproduksi


N0. Grade Aplikasi
1. HF 10 TQ IPP Film
2. HF 2.0 BM BOPP Film
3. HF 7.0 CP Cast Film
4. HF 8.0 CM Cast Film, Metalizing
5. HF 3.8 FY Yarn
6. HI 10 HO Injection Molding

SMK Negeri 2 Cilegon


23
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

4.5.2 Random Copolymer


Kopolimer ini mengandung monomer etilen atau monomer
olefin lainnya, yang langsung bergabung saat pertumbuhan rantai
polimer dalam reaktor. Menghasilkan plastik lebih bening
dibandingkan homopolymer. Karakteristik random copolymer adalah
sebagai berikut:
a. Biji plastik yang dihasilkan berbentuk bulatan dan berukuran ke-
cil.
b. Titik lelehnya lebih rendah.
c. Kekakuannya lebih rendah.
d. Kekuatan susut lebih rendah.
e. Tahan terhadap tumbukan.
f. Digunakan untuk produksi botol-botol yang tembus cahaya.

Tabel 4.3 Jenis – jenis Random Copolymer yang diproduksi


No. Grade Aplikasi
1. RI 10 HCO2 Injection Molding
2. RE 27 WL Woven Lamination

4.5.3 Impact Copolymer


Impact Copolymer merupakan polimer yang tersusun dari
campuran antara homopolymer dan ethylene-propylene rubber (EPR)
Impact copolymer memiliki kekuatan yang lebih baik dari
homopolymer dan random copolymer. Karakteristik Impact
copolymer adalah sebagai berikut:
a. Kekakuan dan kekerasannya kurang dibanding jenis homopoly-
mer.
b. Memiliki ketahanan terhadap tumbukan pada temperatur rendah.
c. Tidak tembus cahaya.
d. Biasanya digunakan pada industri otomotif dan alat rumah
tangga sebagai bahan pembungkus.

SMK Negeri 2 Cilegon


24
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Tabel 4.4 Jenis – jenis Impact Copolymer yang diproduksi

N0. Grade Aplikasi


1. BI 5.0 GA Seating dan furniture
2. BI 32 AN Electrical parts
3. BI 9.0 GA Injection Molding

Berdasarkan kualitasnya, produk polipropilena yang dihasilkan oleh


PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Prime, merupakan produk yang memenuhi kualitas yang diinginkan.
2. Near Prime, merupakan produk yang menyimpang sedikit dari kualitas
yang diinginkan.
3. OG (Off Grande), merupakan produk yang tidak memenuhi kualitas yang
diinginkan.
Selain ketiga kategori diatas, sebagai hasil sisa dari produk juga
dihasilkan enam jenis hasil sisa (scrap) yang masing-masing memiliki nilai
jual tertentu dan disimpan digudang pokok. Keenam hasil sisa tersebut
adalah:
a. Rebagging
Produk dari tumpahan pellet akibat karung yang rusak atau
berlubang, baik dari proses bagging maupun loading. Produk ini dikemas
dalam karung dan dapat diolah tetapi harus dipertimbangkan adanya
pengotor.
b. Trash
Diperoleh dari proses produksi (ayakan), merupakan pellet over
size atau less than size.
c. Sweeping

SMK Negeri 2 Cilegon


25
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Merupakan scrap yang sama dengan rebagging, kandungan


pengotor lebih banyak.
d. Dust
Merupakan ekor pellet yang memang harus dihilangkan dalam
proses produksi.
e. Resin
Berupa bubuk yang merupakan hasil reaksi yang tidak memenuhi
spesifikasi dan kualifikasi sehingga tidak diproses menjadi pellet

4.6 Tata Nama Produk


Tata nama tersebut mencakup jenis polimer, pemakaian produk, melt
flow dan proses akhir produk.

Gambar 4.2 Tata Nama Produk

Contoh penamaan produk dapat dilihat pada gambar dibawah ini,

SMK Negeri 2 Cilegon


26
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Gambar 4.3 Contoh Tata nama produk di PT Chandra Asri Petrochemical


Tbk.
BAB V
PROSEDUR ANALISIS

5.1 Analisa Air


Analisa air berfungsi untuk menganalisis air yang digunakan untuk
proses produksi (utility), untuk keperluan sehari-hari karyawan di pabrik,
dan air limbah. Pada laboratorium air sample air yang dianalisis meliputi:
1. Anion A & B
2. Demin Water (air yang dihilangkan kandungan mineralnya)
3. Low Condensate
4. Medium Condensate
5. De Aerator (air yang dihilangkan kandungan udaranya)
6. Boiler Feed Water (air untuk bahan baku uap)
7. Raw Water (air baku)
8. Drinking Water (air untuk kegiatan sehari hari)
9. Fresh Water (air yang dihilangkan kotorannya)
10. Sea Water (air laut yang telah ditambahkan klorin aktif)
11. Basin Water (air limbah)
12. Cooling Water (air pendingin)

Parameter yang dianalisa antara lain meliputi:


1. Potential Hidrogen 4. Kandungan Cloride
2. Conductivity 5. Kandungan Phosphate
3. Kandungan Clorine 6. Turbidity

SMK Negeri 2 Cilegon


27
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

7. Kandungan Sulphate 13. Kandungan Carbo-


8. Kandungan Silica Hidrazide
9. Kandungan Hydrazine 14. Caustic
10. Alkalinity 15. Quartenary Ammonium
11. Kandungan Nitrite 16. Hardness
12. Kandungan Fe 17. Hipoclorit

5.1.1 Penentuan pH dan Conductivity


1. pH
A. Pendahuluan
pH adalah indikasi dari kadar asam atau basa dalam
+
suatu larutan, di mana konsentrasi atau aktivitas ion H dan

ion OH menentukan pH dari larutan atau air. pH didapat dari
pengukuran perbedaan tegangan yang terjadi antara elektroda
gelas penunjuk pH, dengan eletroktroda pembanding
Ag/AgCl apabila berkontak.

B. Peralatan
1. pH/Konduktometer
2. Beaker glass

C. Prosedur kerja:
1. Nyalakan alat, biarkan stabil.
2. Bersihkan elektroda dengan aquades (demin water).
3. Celupkan elektroda ke dalam sampel.
4. Baca pHnya hingga stabil.
5. Setelah stabil catat hasil yang diperoleh.
6. Angkat elektroda dan letakan didalam beaker glass yang
berisi aquades.

2. Conductivity

SMK Negeri 2 Cilegon


28
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

A. Pendahuluan
Besaran standar conductivity cairan elektrolit adalah
3
Specific Conductance Unit (SCU) dinyatakan dengan 1 cm .
Pada temperatur tertentu konduktansi berbanding terbalik
dengan jarak elektroda dan berbanding lurus dengan areanya.
Analisis ini menentukan daya hantar listrik antara dua
elektroda yang ditempatkan dalam larutan yang bersifat
elektrolit. Conductivity air yang didapat dikalikan dengan
konstanta sel.

B. Peralatan
1. pH/Konduktometer
2. Beaker glass

C. Prosedur Kerja
1. Nyalakan alat biarkan stabil.
2. Bersihkan elektroda dengan aquades (demin water).
3. Celupkan elektroda ke dalam sampel.
4. Baca konduktivitasnya hingga stabil.
5. Setelah stabil catat hasil yang diperoleh.
6. Angkat elektroda dan letakan didalam beaker glass yang
berisi aquades.

5.1.2 Penentuan Kadar Chlorine


A Pendahuluan
Klorinasi dilakukan pada air bersih atau air kotor, untuk
menghancurkan atau me-deaktifasi penyakit yang disebabkan
mikroorganisme. Klorinasi menimbulkan efek. Rasa dan bau yang
khas dari phenol dan senyawa organik lain dalam air bisa
bertambah, senyawa chloro organik karsinogen seperti
chloroform terbentuk. Klorin ditambahkan dalam bentuk
molekulnya atau hypokhlorit mula-mula mengalami hydrolisa

SMK Negeri 2 Cilegon


29
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

membentuk khlorin bebas terdiri dari cairan molekul klorin, asam


hypokhlor dan ion hypokhlorit. Porposi dari ketiga bentuk klorin
bebas ini tergantung pada pH dan temperatur.

B . Peralatan
1. Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 440 nm
2. Cuvet
3. Labu ukur
4. Pipet ukur
5. Beaker glass
6. Labu Erlenmeyer

C Pereaksi
1. Larutan Orto toluidine.

D Prosedur Kerja
1. Pipet 5 ml aquades, masukan ke dalam labu erlenmeyer 100
ml dan tambahkan 5 ml larutan Orto toluidine sebagai
blanko.
2. Pipet 5 ml sample dan tambahkan 5 ml larutan Orto tolui-
dine.
3. Ukur absorbans dengan Spectrofotometer pada panjang
gelombang 440 nm.
4. Dapatkan konsentrasi Chlorine dari hasil extrapolasi ter-
hadap kurva kalibrasi.

5.1.3 Penentuan Kadar Chloride


A Pendahuluan
-
Klorida bentuk ion Cl adalah satu dari anion anorganik
utama air dan limbah. Pada potable water rasa garam yang
dihasilkan klorida konsentrasinya bervariasi, tergantung
-
komposisi kimia air. Air yang mengandung 250ppm Cl asin

SMK Negeri 2 Cilegon


30
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

+
dengan kation Na . Konsentrasi klorida tinggi berbahaya bagi
pipa logam. Metode ini dipakai potassium chromate sebagai
indicator. Perubahan warna dari kuning kemerah bata dan
terbentuknya perak chromate sesudah pengendapan perak klorida
larutan bersifat natural sedikit basa.

B Peralatan
1. Labu Erlenmeyer
2. Labu ukur
3. Buret
4. Magnetik stirrer
5. Pipet

C Pereaksi
1. Indikator K2Cr2O4
2. Larutan standar AgNO30,025 N

D Prosedur Kerja
1. Pipet 25 ml sample, masukan ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan 0,5 ml indikator K2Cr2O4.
3. Titrasi dengan larutan standar AgNO3 0,025 N sampai timbul
warna merah bata atau pink.

E Perhitungan

Keterangan :
A = ml larutan AgNO3 yang ditambahkan untuk titrasi sample.
B = ml larutan AgNO3 yang ditambahkan untuk titrasi blanko.
N = Normalitas.

SMK Negeri 2 Cilegon


31
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

35.45 = Berat Ekuivalen Chloride.

5.1.4 Penentuan Kadar Phosphate


A Pendahuluan
Phosphorus yang terdapat dalam air dan air buangan dalam
bentuk Phosphat. Phosphat ini dibagi atas: Ortho Phosphat,
Condenced Phosphat (phyro-, meta-, dan Poly Phosphate) dan
phosphat yang terikat secara organis.
Senyawa-senyawa Phosphat didalam air bisa dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat dalam sel organisme. Dalam air
limbah senyawa Phosphat dapat berasal dari limbah penduduk,
industri dan pertanian. Pada air limbah industri Phosphat berasal
dari Chemical yang dipakai untuk perlakuan anti karat dan anti
kerak pada boiler.

B Peralatan
1. Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 470 nm
2. Cuvet
3. Labu ukur
4. Pipet ukur
5. Labu Erlenmeyer

C Pereaksi
1. Molybdate Vanadate

D Prosedur Kerja
1. Pipet 10 ml aquades, masukan ke dalam labu erlenmeyer 100
ml dan tambahkan 5 ml Reagen Phosphat sebagai blanko.
2. Pipet 10 ml sample dan tambahkan 5 ml Reagen Phosphat.
3. Ukur absorbans dengan Spectrofotometer pada panjang
gelombang 470 nm.

SMK Negeri 2 Cilegon


32
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

4. Dapatkan konsentrasi Phosphat dari hasil extrapolasi ter-


hadap kurva kalibrasi.

5.1.5 Penentuan Kadar Sulphate


A Pendahuluan
Sulfat tersebar luas dialam dan bisa terdapat pada air alam
dalam konsentrasi dibeberapa ppm hingga beberapa ribu ppm. Air
buangan tambang dapat mengandung sulfat dalam jumlah besar
melalui oksidasi pyrite. Prosedur ini menerangkan sulfat dalam
range 1-40 ppm.
Ion sulfat diendapkan dengan ion BaCl2 (Barium Klorida)
sehingga membentuk kristal /BaSO4 dengan ukuran seragam.
Larutan glycerin dan natrium klorida sebagai penstabil suspensi
kekeruhan diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 400 nm.

B Peralatan
1. Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 400 nm
2. Timbangan analitis
3. Labu Erlenmeyer
4. Pipet ukur

C Pereaksi
1. Barium Klorida (BaCl2)
2. Larutan Glycerin (1:1)
3. Larutan Natrium Klorida (NaCl)

D Prosedur Kerja
1. Saring sample jika keruh , dan atur temperatur antara 15 –
0
30 C.
2. Pipet 50 ml sample ke dalam erlenmeyer 100 ml ( encerkan
sample jika perlu ), dan tambahkan 10 ml larutan glyserin

SMK Negeri 2 Cilegon


33
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

dan 5 ml larutan NaCl.


3. Tambah 0,3 gr BrCl2 . 2H2O kedalam larutan ini, aduk se-
lama satu menit.
4. Diamkan selama 5 menit dan ukur dengan spectrofotometer
dengan aquades sebagai blanko yang diperlakukan sama
seperti sampel.
5. Jika ada interferensi, encerkan sample dengan air dengan
jumlah tertentu.

5.1.6 Penentuan Kadar Silica


A Pendahuluan
Silika adalah unsur yang tidak larut dalam air maupun
asam, tapi dapat berikatan dengan oksigen. Jika kadar silika yg
terdapat dalam air pada multi fuel boiler (ketel uap) sangat tinggi,
maka akan dapat menimbulkan kerak pada dinding boiler dan
mengendap disudut-sudut turbin yang dapat mengurangi efisiensi
kerja turbin serta merusak peralatan.

B Peralatan
1. Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 400 nm
2. Timbangan analitis
3. Labu Erlenmeyer
4. Pipet ukur

C Pereaksi
1. HCl (1:1)
2. Asam Ammonium Heptamolybdat
3. Oksalat
4. Asam Amino

D Prosedur Kerja
1. Pipet 25 ml sampel, masukkan ke dalam labu erlenmeyer.

SMK Negeri 2 Cilegon


34
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

2. Tambahkan 0,5 HCl, lalu tambahkan 1 ml larutan asam am-


monium heptamolybdat dan diamkan selama 5 menit.
3. Setelah waktu tercapai tambahkan 0,8 ml oksalat dan 1 ml
asam amino kemudian diamkan selama 10 menit.
4. Tuang dalam cuvet dan masukkan ke dalam spectrofotometer.
5. Dapatkan konsentrasi SiO2 dari hasil extrapolasi terhadap
kurva kalibrasi.

5.1.7 Penentuan Kadar Hydrazine


A. Pendahuluan
Hydrazine adalah chemical buatan yang tidak akan
ditemukan pada air alam. Penentuan hydrazine biasa dilakukan
terhadap boiler feed water, proses water dan air-air lain yang
mendapat perlakuan penambahan hydrazine. Penambahan
hydrazine kedalam air tersebut bertujuan mencegah perkaratan
oleh oksigen terlarut. Chemical pereduksi ini bereaksi dengan
oksigen terlarut membentuk nitrogen dan air. Namun pada
keadaan tertentu ia dapat pecah menjadi ammonia dan nitrogen.
Hydrazine dipakai luas sebagai chemical pre boiler treatment
memakan oksigen terlarut yang ada dalam jumlah kecil didalam
air yang tak hilang dengan mekanikal deaerasi. Hydrazine lebih
unggul dibanding perlakuan sulfite karena ia tidak menghasilkan
dissolve solid pada air boiler.
B. Peralatan
a) Spectrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 458
nm
b) Cuvet
c) Labu ukur
d) Pipet ukur
e) Beaker glass
f) Erlenmeyer
C. Pereaksi

SMK Negeri 2 Cilegon


35
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

1. Larutan P–Dimethyl Amino Benzal Dehyde


2. HCl 1:9

D. Prosedur Kerja
1. Pipet 25 ml aquades, masukan ke erlenmeyer 100 ml dan tam-
bahkan 2,5 ml HCl 1:9 dan 5 ml P–Dimethyl Amino Benzal
Dehyde sebagai Blanko.

2. Pipet 25 ml sample dan tambahkan 2,5 ml HCL 1 : 9 dan 5 ml


P–Dimethyl Amino Benzal Dehyde.
3. Ukur absorbans dengan Spektrofotometri pada panjang
gelombang 458 nm.
4. Dapatkan konsentrasi hydrazine dari hasil extrapolasi terhadap
kurva kalibrasi.

5.1.8 Penentuan Kadar Alkalinity


A Pendahuluan
Alkalinitas air adalah kapasitas air untuk menetralkan
asam yang ditambahkan atau juga merupakan jumlah basa yang
dapat di titrasi. Nilai yang terukur dapat berbeda secara signifikan
tergantung titik akhir pH yang dipakai. Alkalinitas air permukaan
disebabkan oleh kandungan karbonat, bikarbonat dan hidroksida.
Maka nilai alkalinitas menunjukan konsentrasi dan konstituen-
konstituen tersebut. Dapat pula ditambah oleh konstribusi dari
borit, pospat, silikat dan basa-basa lain jika ada. Pengukuran
alkalinitas berguna dalam interprestasi dan pengontrolan
perlakuan air dan limbah. Penentuan alkalinitas dilakukan secara
titrasi volumetri dengan asam sulfat atau asam klorida. Ion-ion
-
hidroksil (OH ) yang terdapat dalam sampel merupakan hasil
dissosiasi atau hidrolisa dari zat terlarut.

B . Peralatan

SMK Negeri 2 Cilegon


36
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

1. Labu Erlenmeyer
2. Labu ukur
3. Buret
4. Pipet ukur

C. Pereaksi
a) Indikator PP dan MO
b) Larutan H2SO4 0.02 N

D. Prosedur Kerja
a) Pipet 50 ml sampel air, masukan kedalam labu erlenmeyer 100
ml.
b) Tambahkan 2 tetes indikator PP, jika terbentuk warna merah
lakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai warna
merah hilang.
c) Catat volume H2SO4 yang terpakai. Jika pada penambahan PP
tidak terbentuk warna merah, lanjutkan ke langkah 4.
d) Tambahkan 2 tetes indikator MO, lakukan titrasi sampai terjadi
perubahan warna MO (Merah-Orange) catat volume H2SO4
yang terpakai.

E. Perhitungan

1.

2.

3.

Keterangan :
A = Volume asam sulfat yang terpakai titrasi dengan PP dan
MO.
B = Volume asam sulfat yang terpakai untuk titrasi dengan PP.

SMK Negeri 2 Cilegon


37
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

N = Normalitas asam sulfat.


50 = Berat Ekivalen CaCO3.

5.1.9 Penentuan Kadar Nitrite


A Pendahuluan
Nitrite adalah intermediate oxidation state dari nitrogen,
baik pada oksidasi ammonia menjadi nitrate dan reduksi dari
nitrate. Oksidasi dan reduksi tersebut dapat terjadi di waste water
treatment plant, water distribution system dan natural water.
Nitrite dapat juga ada didalam air karena sengaja
ditambahkan ke water supply system melalui penggunaannya
sebagai corrosion inhibitor pada industrial water. Asam nitrit
yang terbentuk dari nitrit bisa bereaksi dengan amine sekunder
membentuk nitrosoamine yang kebanyakan adalah karcinogen.

B Peralatan
1. Analytical Balance
2. Buret 50 ml
3. Magnetik strirrer
4. Labu ukur
5. Labu Erlenmeyer

C Pereaksi
1. Larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
2. Larutan Natrium Tio Sulfat (Na2S2O3)
3. Larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
4. Indikator Kanji
5. Larutan H2SO4 0.5%
6. Kalium Iodida (bubuk)

D Prosedur Kerja
1. Pipet 20 ml sample, masukan ke dalam labu erlenmeyer.

SMK Negeri 2 Cilegon


38
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

2. Tambahkan 20 ml larutan KMnO4 dan 10 ml larutan H2-


SO40,5%.
3. Kemudian diamkan di tempat gelap selama 20 menit.
4. Setelah waktu tercapai tambahkan dengan 1 gr KI.
5. Titrasi dengan Larutan Natrium Tiosulfat sampai warna
berubah menjadi kuning terang, kemudian tambahkan indika-
tor kanji sampai warna biru tepat hilang.

E Perhitungan

Keterangan :
C = Ion nitrit (mg/l).
A = ml larutan Na2S2O3 N/40 yang dibutuhkan untuk sample.
B = ml larutan Na2S2O3 N/40 yang dibutuhkan untuk blanko.
F = Faktor Natrium Thio Sulfat N/40.
0,575= Sebagai Standarisasi & Konsentrasi Natrium Thio Sul-
fat.

5.1.10 Penentuan Kadar Fe


A Pendahuluan
Metode ini dapat dihunakan untuk menentukan besi
terlarut, besi total dan ferrous dalam air dan air limbah yang
mempunyai konsentrasi antara 0.05 sampai 3 mg/L.
Sedangkan untuk aplikasi pada air limbah, adanya
kemungkinan konstituen-konstituen pengganggu harus
dipertimbangkan.

B Peralatan
1. Spectofometer UV-VIS 510 nm
2. Erlenmeyer

SMK Negeri 2 Cilegon


39
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

3. Hot plate
4. Pipet volume

C Pereaksi
1. HCl 1:9
2. Ammonium acetat
3. Hydroxilamine hydrochloride
4. Phenanthroline

D Prosedur Kerja
1. Pipet 50 ml sample kemudian masukkan dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan 0.5 ml HCl dan 1 ml Hydroxilamine
hydrochloride.
3. Panaskan hingga volume berkurang setengahnya.
4. Kemudian dinginkan dalam suhu kamar.
5. Jika sudah dingin tambahkan 2 ml Ammonium acetat dan 2
ml Phenanthroline.
6. Diamkan hingga berubahan warna stabil kira-kira 10 menit.
7. Kemudian ukur dengan spectrophotometer dengan lamda 510
nm.

5.1.11 Penentuan Kadar Carbohydrazide


A Pendahuluan
Gas terlarut berupa O2 dan CO2 pada air dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada pipa-pipa. Hal ini dapat
diatasi dengan cara deaerasi, oxygen scavenger dan netralisasi
basa. Analisa ini harus dilakukan dengan segera karena sifat
oxygen scavenger yang sangat labil.

B Peralatan
a. Pipet ukur 1ml dan ball pipet
b. Spektrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 562 nm

SMK Negeri 2 Cilegon


40
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

c. Cuvet

C Pereaksi
a. DEHA 1, 1 sachet (dietil hidroksilamin)
b. DEHA 2, 0,5 ml

D Prosedur Kerja
a. Pipet 25 ml sampel, masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
b. Tambahkan DEHA 1, 1 sachet, lalu tambahkan DEHA 2,
0,5 ml dan kocok terlebih dahulu agar homogen
c. Simpan di tempat gelap selama 10 menit.
d. Setelah waktu tercapai segera analisa pada panjang gelom-
bang 562 nm.

5.1.12 Penentuan Kadar Caustic


A Pendahuluan
Caustic soda mempunyai kegunaan yang luas, terutama
basa kuat yang dapat bereaksi dengan berbagai senyawa seperti
Alumunium, Seng dan sebagainya. Senyawa Natrium yang
dibentuk oleh caustic soda ini pada umumnya larut dalam air.
Caustic soda digunakan dalam proses pengolahan air dan
sebagainya.
Larutan caustic soda yang terkena pada kulit dapat
menyebabkan luka bakar. Caustic soda yang terkena mata dan
tidak segera dibilas dapat mengakibatkan kerusakan yang dapat
mengurangi daya penglihatan secara permanen
Selain dapat bereaksi kuat terhadap berbagai senyawa
organik, caustic soda juga dapat menyerang bahan-bahan
anorganik seperti bahan-bahan yang terbuat dari alumunium,
magnesium, seng, krom, kuningan dan sebagainya.
Caustic soda cair akan merusak permukaan besi yang
berlapis seng. Reaksi yang terjadi dapat menimbulkan bahaya

SMK Negeri 2 Cilegon


41
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

karena akan menghasilkan gas hydrogen yang menyebabkan


ledakan.

B Peralatan
1. Neraca Analitis
2. Erlenmeyer
3. Pipet Tetes
4. Buret
5. Volume Pipet

C Pereaksi
1. HCl 0.1 N
2. Indicator Phenolpthalein 1 %

D Prosedur Kerja
1. Timbang 0.2 gram sample dengan Neraca Analitik.
2. Larutkan sample yang telah ditimbang dengan 50 ml
Aquades.
3. Tambahkan 1 tetes indicator PP.
4. Kemudian Titrasi dengan HCl 0.1 N.

5.1.13 Penentuan Kadar Quartenary Ammonium


A Peralatan
1. Spectrofotometer UV/VIS panjang gelombang 576,4 nm.
2. Erlenmeyer
3. Stirrer
4. Hot plate
5. Pipet volume

B Prosedur Kerja
1. Pipet sample 50 ml kemudian masukkan dalam Erlenmeyer.

SMK Negeri 2 Cilegon


42
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

2. Tambahkan 1 buah reagent 1, kemudian aduk menggunakan


stirrer.
3. Kemudian tambahkan 1 buah reagent 2, lalu aduk dengan
stirrer.

5.1.14 Penentuan Kadar Hardness


A Pendahuluan
Hardness air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca+2 dan
Mg+2, juga oleh Mn+2, Fe+2 dan lain-lain. Air dengan hardness
tinggi biasanya berasal dari air tanah didaerah yang berkapur.
Air yang hardnessnya tinggi mengakibatkan pemakaian
sabun menjadi lebih banyak. Kelebihan ion-ion Ca+2 serta ion CO3
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan CaCO3.
Proses pelunakan biasa dilakukan terhadap air dengan
hardness tinggi, dimana proses pelunakan ini berupa pengendapan
senyawa Ca+2, Mg+2 ataupun dengan jalan pertukaran ion Ca+2,
Mg+2 dengan ion Na+, K+, H+ .

B Peralatan
1. Erlenmeyer
2. Pipet Tetes
3. Buret
4. Volume Pipet

C Prosedur Kerja
1) Hardness Total
1. Masukkan 50 ml sample kedalam Erlenmeyer.

SMK Negeri 2 Cilegon


43
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

2. Tambahkan 0.5 ml larutan buffer dan sekitar 0.2 gram


hardness indicator bubuk atau dua tetes hardness indikator
cairan.
3. Kemudian kocok hingga rata.
4. Tambahkan larutan standar Na2h2 EDTA secara perlahan
dari buret dengan pengadukan continue sampai warna
berubah dari merah menjadi biru.

2) Calsium hardness
1. Masukkan 50 ml sample kedalam Erlenmeyer.
2. Tanbahkan 2 ml larutan NaOH dan aduk.
3. Tambahkan sekitar 0.2 mg kalsium indikator dan aduk.
4. Titrasi dengan na2h2 EDTA dari buret secara perlahan dan
pengadukan continue sampai warna larutan berubah dari
merah menjadi biru

5.2 Analisa Polimer


Kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu standar yang
diperkanankan dan dijadikan sebagai komitmen perusahaan dalam melayani
konsumen. Oleh karena itu diperlukan pengujian terhadap sifat-sifat produk
antara lain melt flow, xylene soluble (kadar ataktik), yellowness index dan
kandungan residu katalis serta ukuran distribusi partikel. Parameter yang
dianalisa dalam resin atau produk dari reactor antara lain:
1. Melt Flow
2. Bulk Density
3. Residu Katalis
4. Xylene Soluble
5. APS (Average Partikel Size)
6. Fines
7. Kandungan etilena

SMK Negeri 2 Cilegon


44
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

Parameter yang dianalisa dalam pellet dari ekstruder antara lain:


1. Melt Flow
2. Yellowness Index
3. Tail dan Marriage
4. Over/Fines
5. Ukuran Partikel
6. Spec On/In
7. Aditif
8. Kandungan Etilena
5.2.1 Penentuan Analisa Melt Flow Rate
A Pendahuluan
Melt flow adalah jumlah polimer yang keluar melalui
suatu orifice dengan panjang dan diameter tertentu pada suhu
o
230 C dengan berat tertentu yaitu 2160 gram (2060 berat beban
+ 100 gram piston) selama 10 menit. Pengukuran Melt flow
secara tidak lansung dilakukan untuk mengontrol berat molekul
dan panjang rantai polimer yang terbentuk. Melt flow selalu
berbanding terbalik dengan jumlah molekul dan viskositas
lelehan. Melt flow dapat diukur dengan alat “Melt Flow
Indexer”, biasanya ditunjukkan dengan satuan gr/10 min.
Polipropilena dapat diproduksi dengan angka Melt flow 0.25
gr/10 min sampai dengan 800 gr/10 min.

B Peralatan
1. Melt Flow Indexer
2. Beban 2060 gram
3. Orifice dengan beban 0,0825
4. Orificedrill dan kain katun flannel

C Bahan
1. Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer.

SMK Negeri 2 Cilegon


45
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

D Prosedur Kerja
0
1. Cek temperatur agar stabil pada suhu 230 C dan dengan
waktu 300 detik.
2. Setelah stabil silinder dibersihkan dengan kain yang
dibasahi dengan heksadekana, lalu dengan kain kering.
Barel, orifice dan piston dibersihkan setelah melakukan
pengujian melt flow.
3. Kemudian piston ditempatkan dalam silinder selama kurang
lebih 10 menit.
4. Setelah waktu tercapai masukan sample dengan menggu-
nakan corong kedalam silinder, kemudian dipadatkan untuk
menghilangkan udara yang terperangkap.
5. Kemudian letakan kembali piston ke dalam silinder, sambil
dipegang.
6. Tekan tombol start–enter–start dan beban akan turun secara
otomatis, saat beban turun geser arm dan masukan piston
pada lubang beban, kemudian tunggu selama 300 detik.
7. Setelah waktu tercapai alarm pada alat akan berbunyi dan
pada saat itu tekan beban dengan bantuan tangan sampai
bersentuhan dengan ujung arm.
8. Kemudian alat akan membaca pergeseran piston yang
dikonversikan oleh ujung arm kedalam melt flow, tunggu
hasil yang diperoleh selama 15 menit.
9. Setelah itu tekan enter beberapa kali dan pilih flowrate, dan
catat hasil yang diperoleh.

5.2.2 Penentuan Xylene Soluble


A Pendahuluan
Kandungan atactic ini dilakukan untuk mengontrol
proses produksi supaya tidak menghasilkan polymer atactic
yang melebihi batas yang diizinkan. Kandungan atactic ini biasa
dikenal dengan nama “Xylene Soluble”. Istilah xylene soluble

SMK Negeri 2 Cilegon


46
PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk

dipakai karena dalam penentuan ini digunakan pelarut xylene


dimana polimer atactic ini larut dalam pelarut xylene, sedangkan
isomer lainnya tidak larut dalam pelarut xylene, sehingga dengan
perbedaan kelarutan ini kandungan isomer atactic dalam
polipropilen ini dapat ditentukan kandungannya.

B Gravimetri
Peralatan:

SMK Negeri 2 Cilegon


47
1. Erlenmeyer 250 12. Beaker glass
ml 13. Kertas saring
2. Dispenser 14. Ring
3. Neraca analitik 15. Statif
4. Spatula 16. Klem
5. Hot Plate & 17. Cawan alumunium
magnetic stirrer 18. Pipet 100 ml
6. Magnet 19. Ball pipet
7. Segitiga asbes 20. Explosion proof hot-
8. Wire tripod plate
9. Condenser 21. Vacuum oven
10. Waterbath 22. Desikator
11. Corong 23. Penjepit
Bahan:
1. Resin dengan jenis random atau homopolimer.
2. Xylene.

Prosedur Kerja
1. Timbang sampel sebanyak ± 2 gr.
2. Masukkan 200 ml xylene ke dalam erlenmeyer, lalu tam-
bahkan dengan sampel yang sudah ditimbang.
3. Alirkan gas nitrogen beberapa saat, setelah itu pasang
pada rangkaian hotplate & magnetic stirrer dan konden-
sor, lalu panaskan dan aduk dengan menggunakan hot-
o
plate & magnetic stirrer pada suhu ±260 C selama 40
menit.
4. Matikan hotplate & magnetic stirrer, biarkan erlenmeyer
terpasang dengan kondensor, tahan dengan wire tripod
dan segitiga asbes. Biarkan pada suhu kamar selama 15
menit.
5. Lepaskan erlenmeyer dari kondensor, tutup dan tahan
o
dengan glass stopper, letakkan pada waterbath 25 C se-
lama 45 menit.
6. Pindahkan erlenmeyer dari waterbath, kocok larutannya
hingga homogen lalu saring dengan menggunakan kertas
saring ke beaker glass.
7. Pipet 100 ml filtrate ke cawan aluminium yang telah
diketahui beratnya, catat sampai 4 desimal (W1).
8. Uapkan filtrate dengan explosion proof hotplate dibawah
aliran gas nitrogen selama 30 menit.
9. Lanjutkan pengeringan dengan memindahkan sampel ke
o
dalam vacum oven pada suhu 100 C selama 45 menit.
10. Keluarkan cawan, dinginkan dalam desikator selama 5
menit.
11. Timbang cawan (W2).

Perhitungan:

Keterangan:
W1 = Berat cawan aluminium kosong.
W2 = Berat cawan aluminium + isi (residu filtrate).
B = Nilai blanko.
A = Berat sampel.

C NMR (Nuclear Magnetic Resonance)


Peralatan
1. NMR
2. Tabung sample
3. Corong stainless steel

Bahan
1. Resin dengan jenis random atau homopolimer misal: HF
10 TQ dan RB 2.0 HC dll.

Prosedur Kerja
1. Masukan Sample kedalam tabung dengan menggunakan
corong ketinggian 4 cm.
2. Bersihkan dinding luar tabung dengan kertas tisu.
3. Ukur sample dengan spectrophotometer NMR menggu-
nakan metode sesuai sesuai dengan jenis sample seperti
dilampirkan pada listmethod.
4. Setelah alat selesai menganalisa sample, tekan enter.
5. Lakukan analisa untuk masing-masing sample setiap 4
jam sekali.

5.3 Pengecekan Properties


5.3.1 Penentuan Pellet Size
A Pendahuluan
Bertujuan untuk mengetahui peformansi proses
pelleting dan untuk mengetahui apakah produk
memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Metode ini
dilakukan dengan menimbang 100 biji pellet, tapi
penimbangan dapat dilakukan dengan menimbang 25 biji
pellet.

B Peralatan
1. Neraca Analitis

C Bahan
1. Pellet dengan jenis random atau
homopolimer.misal :HF 10 TQ dan RB 2.0 HC dll

D Prosedur Kerja
1. Pilih 25 pellet secara acak (random).
2. Kemudian ditimbang dan hasilnya dikalikan 4 dan
catat beratnya.

5.4 Penentuan Tail dan Mariage


A Pendahuluan
Kedua parameter ini digunakan untuk memonitor
apakah produk tersebut memenuhi kualitas visual. Tail
merupakan pellet yang mempunyai benang atau ekor
yang panjangnya lebih dari 3 mm. Sedangkan Marriage
adalah bergabungnya dua atau lebih pellet.

B Peralatan
1. Meja pengamat dari plexi glass yang dilengkapi den-
gan lampu dibawahnya.

C Bahan
1. Pellet dengan jenis random atau homopolimer.

D Prosedur Kerja
1. Taburkan 100 gr sample pellet pada meja pengamat.
2. Kemudian cari pellet yang saling terikat (marriage)
dan pellet yang memiliki panjang 3 mm (tail).

5.3.2 Penentuan Over/Fines


A Pendahuluan
Pellet yang berukuran lebih besar/lebih kecil dari
rata-rata. Metode yang digunakan adalah dengan
pengayakan pellet dengan screen ukuran tertentu. Persen
fines ditentukan dari berat pellet yang melewati ayakan
yang tertampung dalam pan.

B Peralatan
1. Neraca Analitik
2. Screen 8 mesh
3. Screen 4 mesh

C Bahan
1. Pellet dengan jenis random atau homopolimer.

D Prosedur Kerja
1. Timbang sample pellet sebanyak 100 gr dengan
menggunakan cawan plastic.
2. Kemudian dimasukan kedalam alat screen dan
digoncangkan dengan menggunakan tangan sekuat
mungkin agar sample dapat melewati mesh.
3. Sample pellet yang melewati 8 mesh dinamakan
fines. Sedangkan sample yang tidak melewati 4
mesh dinamakan over.
4. Kemudian ditimbang pellet fines dan catat beratnya.

5.4 Penentuan yellow index


A Pendahuluan
Polipropilena merupakan polimer berwarna putih
terang dan bebas warna. Warna disebabkan oleh adanya
udara saat proses pelletasi atau adanya kontaminasi.
Perubahan warna diukur dengan besaran YI akibat
produktivitas katalis kurang baik dan adanya oksidasi
polimer. Semakin negatif nilai YI, polipropilena semakin
terang. Tujuan dilakukan pengujian yellownees index
adalah untuk menentukan derajat kekuningan pellet
polipropilena.

B Peralatan
1. Coloimeter Gardner YL–23 Tristimulus

C Bahan
1. Pellet dan resin dengan jenis random atau ho-
mopolimer.
2. Cup holder.
D Prosedur Kerja
1. Sample loop diisi dengan sample sampai hampir
penuh dan ditempatkan pada cup holder.
2. Cup ditutup dengan tutup hitam, sehingga bebas dari
pengaruh cahaya.
3. Kemudian tekan tombol T pada keyboard computer,
setelah itu tekan tombol enter.
4. Catat dan baca hasil pengukuran pada layar kom-
puter.

5.5 Penentuan Bulk Density


A Pendahuluan
Penentuan ini bertujuan untuk menentukan waktu
tinggal di purge bin dan menelusuri perubahan-
perubahan morfologi resin.

B Peralatan
1. Corong stainless steel
2. Receiver silinder stainless
3. Beaker 250 cc
4. Penggaris
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr

C Bahan
1. Resin dengan jenis random atau homopolimer.

D Prosedur Kerja
o
1. Dinginkan resin sampai 35 C. Pasang corong pada
standar. Atur tinggi corong sehingga receiver berada
1 inch di bawah ekor corong.
2. Timbang receiver dengan ketelitian 0,1 gr (w1).
3. Isi beaker 250 cc dengan resin yang akan diten-
tukan.
4. Tutup ekor corong dengan gate dan tuangkan 250 cc
resin kedalam corong.
5. Tarik gate dari corong dan biarkan resin mengalir ke
receiver.
6. Datarkan kelebihan resin dengan menggunakan
penggaris.
7. Timbang receiver dan resin dengan ketelitian 0,1 gr
(w2).
E Perhitungan
Tentukan Bulk Density sebagai berikut:

5.6 Penentuan Additive


A Pendahuluan
Penentuan ini bertujuan untuk mengetahui kadar aditif
yang terdapat dalam polipropilena yang berasal dari extruder.
Setelah aditif ditambahkan/dicampurkan pada polimer maka perlu
dilakukan pengukuran apakah target kandungan aditif sudah
memenuhi standar yang diinginkan.

B Peralatan
1. X–Ray Flourescence Spectrometer
2. Hydraulic Press Machine
C Bahan
1. Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer.

D Prosedur Kerja
1. Buat spesiment mold dengan alat hydraulic press machine.
2. Kemudian sample yang telah dicetak dengan alat hydraulic
press machine, dikeluarkan dan digunting kelebihan sisinya.
3. Setelah dipotong sample dimasukan ke dalam sample holder
dan ditempatkan pada sample chamber pada alat XRF.
4. Klik sample pada layar computer sesuai dengan penempatan
sample chamber yang terdapat pada alat XRF.
5. Kemudian pada computer diketik program train1 (E1) dan
pilih aplikasi P168 maka hasil yang diperoleh (untuk aditif
PEPQ dan Cast) dan untuk setiap train aditif yang diperiksa
bisa berganti-ganti tergantung dari grade yang diminta oleh
proses.
6. Tekan tombol F2 atau Ctrl + F2 pada keyboard.
7. Hasil pemeriksaan yang terdapat pada layar computer dibaca
dan dicatat.

5.7 Penentuan Ethylene


A Pendahuluan
Untuk polipropilena copolymer biasanya dilakukan
pengontrolan kandungan ethylene yang ada dalam rantai polimer
yang terbentuk, apakah sudah sesuai dengan jumlah yang
diinginkan. Senyawa ethylene dapat menyerap sinar infra merah
pada bilangan gelombang 733 absorbansinya setara dengan
konsentrasinya. Sehingga dengan memplotnya dalam kurva
kalibrasi dapat diketahui konsentrasinya.

B Peralatan
1. Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FTIR Spectrom-
eter)
2. Hidrolic Press Machine

C Bahan
1. Pellet dan resin dengan jenis random atau homopolimer.

D Prosedur Kerja
1. Sample mold disiapkan dengan alat hidrolic press machine.
2. Kemudian sample dimasukan ke dalam sample holder pada
alat FTIR Spectrometer Alpha.
3. Setelah sample dimasukan klik scan, multiscan dan scan
pada layar komputer lalu tunggu sampai muncul harga ran-
dom ethylene.
4. Harga random ethylene dibagi dengan ketebalan sample dan
dilaporkan sebagai pesan ethylene.
5. Hasil pemeriksaan yang terdapat pada layar computer dibaca
dan dicatat.
BAB VI
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisa Air


Tabel 6.1 ANALYSIS REPORT OF WATER
Date : 10 September 2018

Conductivity pH Silica Hydrazine Phosphate Sulphate Turbidity Alkalinity


Sample
µmhos ppm ppm ppm NTU ppm ppm
<10 6.5 - 8.5 <0.1
Anion A 3,5 7,25 trace
Anion B 1,5 7,33 trace
Demin 1,5 7,23 trace
10-Aug <0.5 <2
Low Condensate 5,2 9,39 0,06 0,42
Medium Conden-
8,1 8,97 trace 0,13
sate
<0.2 0.06-0.1 <10 < 12
De Aerator 1 8,4 9,2 trace 0,03 2,94 0,2
De Aerator 2 10,3 9,01 0,06 0,03 3,62 0,2
P< M<
2000 max 11-Oct 30 max <0.1 20-30
150 300
Boiler 1 163,5 10,88 0,31 0,24 31,98 0,85 0,5
Boiler 2 127,9 10,64 0,31 0,12 29,6 0,5 0,7
900 6.5 - 8.5 60 6 < 25 <300
Raw Water 261 7,39 28,3 15,66 1,46 1,5
Max 2
Drinking Water 219 7,74 1,08
Max 2
Fresh Water 7,32 1,3

Sea Water
< 4000 6.5 - 8.5
Basin Water 290 6,75
P< M<
2500 10-Aug < 0.2 < 10 < 50
12 12
Cooling Water 844 10,29 trace 7,55 trace 0,5 2
Chloride Hardness Chlorine Nitrite C-Hidrazide Pellet Cooling Water
ppm Ca Total ppm ppm ppm pH conductivity
#1 6.7 / 6.7 7.6 / 3.3
#2 6.3 / 6.71 3.8 / 1.9
#3 6,4 3,5

Alkaline
0.2 - 0.5 8,00%
NO SAMPLE
NO SAMPLE
Caustic
> 20%
19,05%
Tank
> 40 %
20 100 260
NO SAMPLE
1,5 0,95 1
0.1 - 0.5 Acid
trace > 30 %
< 0.8
trace Hypocloride
0,5 0,75
0,05 0,71
<2
0,02
< 100 0 0 250 - 500
0,5 0 0 8,3
6.2 Analisa Polimer

INLINE INSPECTION REPORT

DATE : 22 September 2018


TRAIN 1

Reactor #1 TIME
Parameter 7 9 11 13 15
MF 9.04 8.97 8.37 8.2 8.98
Ti 0.37 0.32 0.36
Al 53 47 42
XS 3.33 3.27 3.27
Bulk Density 0.3749 0.3725 0.3736
APS 488 507 512
Fines 0.8 0.41 0.36

Extruder #1A TIME


Parameter 7 9 11 13 15
MF 9.62 9.75 9.46 9.25 9.36
PS 2.3 2.3 2.3 2,3 2.3
Over/Fines 0 0 0 0 0
Spec ON/IN 0 0 0 0 0
T/M 0 0 0 0 0
Milky Pellet 0 0 0 0 0
YI -9.9 -10.4 -10.4 -11.1 -10.8
P168 1095 1214 1145 1192 1021
ZnO 241 266 245 251 228
SiO2 3592 3592 3278 3319 2687

Extruder #1B TIME


Parameter 7 9 11 13 15
MF 9.19 9.72 9.5 9.36 9.07
PS 2.1 2.1 2.1 2.2 2.2
Over/Fines 0.12 0.111 0.05 0.09 0
Spec ON/IN 0 0 0 0 0
T/M 0 0 0 0 0
Milky Pellet 0 0 0 0 0
YI -10.2 -10.19 -9.9 -9.7 -10.6
P168 1430 1299 1370 1352 1354
ZnO 264 242 243 257 245
SiO2 3011 3138 2804 3041 3046
INLINE INSPECTION REPORT

DATE : 22 September 2018


TRAIN 2

Reactor #2 TIME
Parameter 8 10 12 14 16
MF 2.89 2.87 2.83 2.78 2.99
Ti 1.02 1.09 1.66
Al 69 61 68
XS 3.24 3.27 3.35
Bulk Density 0.3873 0.3912 0.3926
APS 572 596 587
Fines 1.57 1.03 1.26
Et 0.54 0.51 0.52 0.5 0.5

Extruder #2A TIME


Parameter 8 10 12 14 16
MF 2.87 2.83 2.85 2.8 2.86
PS 2 2.4 2.4 2.4 2.4
Over/Fines 0.1 0.04 0.05 0.05 0.1
Spec ON/IN 0 0 0 0 0
T/M 0 0 0 0 0
Milky Pellet 0 0 0 0 0
YI -6.2 -6.1 -7.1 -6.9 -6.6
Et 0.48 0.48 0.47 0.48 0.48
PEPQ 978 879 825 832 945

Extruder #2B TIME


Parameter 8 10 12 14 16
MF 2.75 2.72 2.71 2.74 4.79
PS 2.2 2.4 2.3 2.3 2.4
Over/Fines 0.1 0.05 0.05 0.06 0.15
Spec ON/IN 0 0 0 0 0
T/M 0 0 0 0 0
Milky Pellet 0 0 0 0 0
YI -7.5 -7.5 -7.3 -7.2 -7.9
Et 0.55 0.47 0.46 0.47 0.49
PEPQ 881 889 831 849 894
INLINE INSPECTION REPORT

DATE : 22 September 2018


TRAIN 3

Reactor #3A TIME


Parameter 7 9 11 13 15
MF 9.57 9.62 9.78 9.85 8.8
Ti 1.58 1.55 1.45
Al 63 61 56
XS 1.41 1.4 1.44
Bulk Density 0.3948 0.3962 0.4012
APS 625 541 648
Fines 4.13 3.51 4.93

Reactor #3B TIME


Parameter 7 9 11 13 15
MF 6.08 5.92 6.18 5.78 4.63
Ti 0.93 1.02 1.01
Al 63 65 56
XS 23.69 23.85 24.2 23.49 23.04
Bulk Density 0.3602 0.3615 0.3621
Et 736 6.96 6.79 6.81 6.72
Ec 33.3 31.02 29.7 30.78 30.96
Fc 22.11 22.43 22.86 22.11 21.69

Extruder #3 TIME
Parameter 7 9 11 13 15
MF 5.6 5.54 6.3 6.16 5.4
PS 2.4 2.3 2.3 2.3 2.3
Over/Fines 0 0 0 0 0
Spec ON/IN 0 0 0 0 0
T/M 0 0 0 0 0
YI -4.7 -5.6 6.68 -5.2 -4.7
Et 7.55 7.19 36.06 0 6.9
Ec 34.72 35.16 18.52 0 35.65
Fc 21.73 20.45 18.52 0 19.34
P168 575 583 581 530 744
CAST 579 532 562 553 588

6.3 Pembahasan
Untuk mendapatkan kualitas resin yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan perusahaan maka harus dilakukan beberapa analisa di
POLYPROPYLENE PLANT LABORATORIUM. Yang pertama dilakukan
analisa Melt flow untuk menentukan laju alir leleh resin tersebut. Selain itu
dilakukan juga analisa Bulk density untuk menentukan densitas resin
tersebut.
Dilakukan analisa ET untuk menentukan kadar Ethylene pada resin
tersebut, lalu dilakukan juga analisa Ti, Al, XS, APS dan Fines untuk
memastikan bahwa resin sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.
Untuk mendapatkan kualitas pellet yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan perusahaan maka harus dilakukan beberapa analisa di
POLYPROPYLENE PLANT LABORATORIUM. Yang pertama dilakukan
analisa fisik yaitu pellet size untuk mengetahui ukuran pellet yang dibuat
sesuai dengan standar perusahaan, selain itu dilakukan juga analisa
over/fines untuk mengetahui Pellet yang berukuran lebih besar/lebih kecil
dari rata-rata.
Untuk memonitor apakah produk tersebut memenuhi kualitas visual
dilakukan analisa tail/marriage, lalu dilakukan pengontrolan kandungan
ethylene yang ada dalam rantai Polimer yang terbentuk, apakah sudah sesuai
dengan jumlah yang diinginkan.
Dilakukan analisa yellownes index untuk menentukan derajat
kekuningan pellet propilena, untuk mengetahui adanya pellet yang tidak
sesuai standar pembuatan pellet, untuk mengetahui laju alir leleh dari pellet
dan resin dilakukan uji melt flow. Setelah dilakukan analisa seperti tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa produk tersebut sudah memenuhi standar
produk yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
PT Chandra Asri Petrochemical Polypropylene Plant merupakan
salah satu industri petrokimia yang memproduksi polipropilena jenis
homopolymer, random kopolymer dan blok kopolymer terbesar di Indonesia,
bahkan di Asia Tenggara dengan kapasitas 480.000 ton pertahun.
Penanganan mutu senantiasa dilakukan dengan bantuan analisis
produk yang ditangani oleh tiga unit laboratorium yaitu: Laboratorium
Analisa Air, Laboratorium Analisa Gas dan Laboratorium Analisa Polimer,
yang dilakukan sesuai dengan prosedur.
Produk polipropilena yang dihasilkan sangat berguna dalam
pemenuhan kebutuhan berbagai industri lainnya, seperti industri minuman,
makanan olahan, produk elektronik, peralatan rumah tangga dan lain-lain.

7.2 Saran
7.2.1 Saran Untuk Perusahaan
1. Tingkatkanlah terus tali silaturahmi di lingkungan pabrik se-
hingga terbentuk suasana kekeluargaan antar karyawan.
2. Perlu adanya peningkatan kapasitas produksi dengan memban-
gun satu train lagi dengan grade yang berbeda dari yang su-
dah ada sebelumnya agar dapat memenuhi permintaan kon-
sumen.
3. Memberikan kesempatan pada lulusan SLTA terutama SMK
agar Dapat diterima bekerja di perusahaan guna mengurangi
jumlah pengangguran di kota Cilegon.

7.2.2 Saran Untuk Sekolah


1. Diharapkan pihak sekolah khususnya bagian HUMAS & HUBIN
supaya sedapat mungkin mengadakan jalinan kerjasama lebih
banyak lagi dengan perusahaan lain.
2. Sebaiknya para Pembimbing PRAKERIN di Sekolah untuk se-
lalu mengontrol dan memberikan arahan-arahan yang harus di-
lakukan di Industri agar peserta PRAKERIN tidak melakukan ke-
lalaian yang merugikan pihak sekolah.
3. Sering mengadakan kunjungan Industri ke beberapa Perusahaan
agar para siswa lebih mengenal dunia Industri.
4. Meningkatkan mutu pelajaran yang sesuai dengan program
keahlian Kimia Industri.
5. Melengkapi alat-alat Laboratorium guna menunjang kegiatan
praktikum.
6. Memberikan fasilitas bimbingan selama siswa sedang menjalani
masa PRAKERIN.
7. Mempertahankan hubungan dengan industri agar terus berjalan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1994. Prosedur Analisis Air PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk.
Anonimous. 1994. Prosedur Analisis Raw Material PT. Chandra Asri
Petrochemical, Tbk.

Anonimous. 1994. Prosedur Analisis Polimer PT. Chandra Asri Petrochemical,


Tbk.

http://www.akvarij.net/index.php/ostalo-menuslatkovodnaoprema-134/728-ph-
metri

https://www.bruker.com/products/infrared-near-infrared-and-raman-
spectroscopy/ft-ir-routine-spectrometers/alpha/overview.html

http://www.chandra-asri.com/

http://www.geminibv.nl/labware/perkin-elmer-lambda-2-spektralfotometer

http://www.plasticrecyclingtech.com/lab.php

https://www.researchgate.net/publication/
42355395_Penentuan_Kadar_Silika_Di_Multi_Fuel_Boiler_Dengan_Spekt
ofotometer_UV-Visible_Di_PT_Toba_Pulp_Lestari_Tbk_Porsea

http://rifqiaugust.blogspot.com/2014_02_01_archive.html?m=1

Nur Siami, Kharisma. 2014. Laporan Praktik Kerja Industri Di PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk. Serang: Lembaga Pendidikan SMK Kimia PGRI Serang

Nety, Selvy. 2013. Laporan Praktik Kerja Industri Di PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk.. Cilegon: Lembaga Pendidikan SMK Negeri 2 Cilegon.

Wibowo, Dimas. 2013. Laporan Praktik Kerja Industri Di PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk. Cilegon: Lembaga Pendidikan SMK Negeri 2
Cilegon

Wahyudi, Didi. 2018. Laporan Praktik Kerja Industri Di PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk. Cilegon: Lembaga Pendidikan SMK Negeri 2
Cilegon

Hidayatullah, Wahyu. 2017. Laporan Praktik Kerja Industri Di PT. Chandra


Asri Petrochemical Tbk. Cilegon: Lembaga Pendidikan SMK Negeri 2
Cilegon

SMK Negeri 2 Cilegon


JURNAL KEGIATAN SISWA PRAKERIN

NO HARI, DEVISI/LOKASI JENIS KEGIATAN


TANGGAL
1. Senin, 03 Pos Satpam 1. Pembuatan ID Card.
September Meeting Room 2. Perlengkapan
2018 administrasi.
3. Briefing.
4. Orientasi safety.
PP Laboratorium 5. Pembagian
pembimbing.
2. Selasa, 04 - Water Lab b) Membuat rangkuman
September SOP/Prosedur Kerja.
2018 - PP c) Analisa Air
Laboratorium  Conductivity
 pH
 Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
3. Rabu, 05 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 C-Hydrazide
 Pellet Cooling
Water
 Fe

2. Analisa Plomier
 Melt Flow

SMK Negeri 2 Cilegon


 Yelowness Index
4. Kamis, 06 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 C-Hydrazide
 Pellet Cooling
Water
 Quartenary
Ammonium
5. Jum’at, 07 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
1.  Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 C-Hydrazide
 Pellet Cooling
Water

2. Membuat larutan
Natrium Tio Sulfat
(Na2S2O3).
6. Senin, 10 - Wate r Lab 1. Analisa Air
September - PP Laboratoium  Conductivity
2018  pH
 Silica
 Sulphate
 Hardness
 Turbidity
 Chloride

SMK Negeri 2 Cilegon


 Caustic
 Hypocloride
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 C-Hydrazide
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
 Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
7, Rabu, 12 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water
 Fe
 Alkaline

2. Analisa Polimer
 Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
8. Kamis, 13 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine

SMK Negeri 2 Cilegon


 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water
 Caustic
 Hypochloride

2. Analisa Polimer
 Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Membuat Reagent
Ammonium
Molybdate.
4. Membuat Reagent
Oksalat Acid.
9. Jum’at, 14 - Water Lab 1. Analisa Air:
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
 Melt Flow

SMK Negeri 2 Cilegon


 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Membuat Reagent P-
dimetyl Amino
Benzaldehyde.
10. Senin, 17 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hardness
 Turbidity
 Chloride
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water
 Hypochloride

2. Analisa Polimer
 Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

SMK Negeri 2 Cilegon


11. Selasa, 18 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
 Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Mambuat Reagent
Phosphate.
12. Rabu, 19 - Water Lab 1. Analisa Air:
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water
 Fe

2. Analisa Polimer

SMK Negeri 2 Cilegon


Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Membuat Reagent
Phosphate.
13. Kamis, 20 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble
14. Jum’at, 21 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica

SMK Negeri 2 Cilegon


 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Membuat Reagent
Ammonium
Molybdate.
15. Senin, 24 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hardness
 Turbidity
 Chloride
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

SMK Negeri 2 Cilegon


2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

3. Membuat Reagent
H2SO4.
4. Membuat Reagent O-
Toluidine.
16. Selasa, 25 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble

SMK Negeri 2 Cilegon


3. Mempelajari analisis
Xylene Soluble dengan
metode Refluks.
17. Rabu, 26 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water
 Fe

2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble
18. Kamis, 27 - Water Lab 1. Analisa Air
September - PP  Conductivity
2018 Laboratorium  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

SMK Negeri 2 Cilegon


2. Analisa Polimer
Melt Flow
 Yelowness Index
 Tail dan Marriage
 Partikel Size
 Over/Fines
 Spec on/in
 Etilena
 Additive
 Xylene Soluble
19. Jum’at, 28 - Water Lab 1. Analisa Air
September - Pos Satpam  Conductivity
2018  pH
 Silica
 Sulphate
 Hydrazine
 Chlorine
 Phosphate
 Alkalinity
 Nitrite
 Pellet Cooling
Water

2. Pengembalian ID
Card.

Cilegon, September 2018


Pembimbing Prakerin

Hilda Muflihanti Rosyidin, S,Si, M.Pd


NIP. 19831124 201402 2 001

SMK Negeri 2 Cilegon


LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Melt Flow Indexer

Gambar 2. FT-IR Spectrofotometer

SMK Negeri 2 Cilegon


Gambar 3. Hydraulic Press Machine

Gambar 4. X-RAY
Fluorescence
Spectofotometer

Gambar 5. pH dan Conductivity Meter

SMK Negeri 2 Cilegon

Anda mungkin juga menyukai