Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan di SMK Kimia PGRI Kota Serang
Kompetensi Keahlian Analisis Kimia
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Afra Anwar
NIS : 16171107
Jalan Letnan Jidun 25, Kompleks Perkantoran Kav. PGRI Serang 42115
2019
LEMBAR PENGESAHAN
DI PT KRAKATAU STEEL (Persero), Tbk
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
ANALISIS SURFAKTAN PADA AIR LIMBAH
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Afra Anwar
NIS : 16171107
Waktu : 05 November – 05 Desember 2018
Tempat : PT Krakatau Steel (Persero), Tbk
Disetujui dan disahkan oleh :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dinas Enviromental Laboratory, Dinas Enviromental Laboratory,
Mengetahui:
Training Koordinator,
Sudi Prabowo
Engineer Environment Control
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
NIS : 16171107
ii
IDENTITAS SISWA
Agama : Islam
E-mail : afra.anwar240901@gmail.com
E-mail : smkkimiapgriserang@yahoo.co.id
iii
IDENTITAS PERUSAHAAN
iv
KATA PENGANTAR
Tidak sedikit manfaat yang penulis peroleh dari kegiatan PRAKERIN ini,
terutama mengenai kehidupan dunia kerja baik dari segi pengalaman, disiplin
kerja, wawasan dan masih banyak hal lain yang dapat penulis ambil manfaatnya.
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil.
2. Bapak Saparudin, M. Pd, selaku kepala SMK Kimia PGRI Serang.
3. Ibu Heni Kusnaeni, S. Si, selaku guru pembimbing di sekolah.
4. Bapak Suwiyardi, selaku Superindent Dinas Development & Learning
Administration di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk.
5. Bapak Awang Yudha Iriyanto, selaku Manager Divisi HSE di PT
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
6. Ibu Esti Wijayanti, selaku Supervisor Chemical Laboratotry di PT
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
v
7. Ibu Retno Fitriyani, selaku Analist Chemical Laboratory dan pembimbing
di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk.
8. Kak Linda Nur Shellawati, selaku Analist Chemical Laboratory di PT
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
9. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
semangat dan membantu atas penyusunan laporan ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vii
BAB III BAHAN DAN PRODUK
3.2.4 Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) .............. 12
3.2.5 Baja Lembaran Dingin atau Cold Roller Mill (CRM) ........ 12
3.2.6 Baja Batang Kawat atau Wire Rod Mill (WRM) ................ 12
4.1 Air................................................................................................... 23
viii
5.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Trikora, yakni pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan, dan pabrik baja
profil. Pada tahun 1977, presiden Soeharto meresmikan mulai
beroperasinya produsen baja terbesar di Indonesia.
Visi
“Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk
tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi
perusahaan terkemuka di dunia.”
(An integrated steel company with competitive edges to grow
competitive edges to grow continuously toward a leading global
enterprise).
8
Misi
“Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait untuk
kemakmuran bangsa.”
(Providing the best quality steel product and related services for
the prosperity of nation).
Keterangan:
1. Besi sponge
2. Besi scrap
3. Kapur
4. Alumunium (Al)
5. Bubbling argon
1. Besi Sponge
2. Besi scrap
3. Kapur
11
12
4. Alumunium (Al)
5. Bubbling Argon
7. RH-degasser
8. Gas argon
1. Besi slab
2. HCl
3.3 Produk
(Persero), Tbk
b. Ladle Furnace
Di sini kandungan oksigen dalam baja diturunkan
dengan aluminium, homogenisasi temperatur, dan
komposisi kimia dengan bubbling argon serta
menambahkan alloy (Al, FMn, FeHg, FeSi) untuk
mendapatkan spesifikasi produk yang diinginkan.
c. Continuos Casting Machine
Di fasilitas produksi ini, baja dicetak secara kontinu
dan ditambahkan pula gas argon sehingga baja billet
terbentuk. Baja billet yang terbentuk memiliki dimensi
yang bervariasi, yaitu 110x110mm, 120 x 120mm, dan 130
x 120 mm dengan panjang maksimum mencapai 12.000
mm.
3. Slab Baja atau Slab Steel Plant (SSP)
a. Reheating Furnace
Baja yang dipanaskan untuk persiapan proses
pengerolan mencapai temperatur (1200-1250oC) di dalam
Reheating Furnace. Beberapa parameter penting seperti
temperatur pemanasan, waktu pemanasan, dan metode
penaikkan temperatur dikendalikan secara otomatis.
b. Sizing Press
Fasilitas produksi ini berfungsi untuk mereduksi
ketebalan slab hingga 200 mm.
c. Roughing Mill
Slab dengan ketebalan 200 mm direduksi menjadi
transfer bar dengan ketebalan 28-40 mm.
d. Finishing Mill
Di sini terjadi proses pengerolan untuk mereduksi
transfer bar menjadi baja lembaran (strip) dengan
ketebalan yang disesuaikan kebutuhan konsumen.
Ketebalan baja lembaran, deviasi ketebalan, lebar baja
lembaran, dan pengerolan akhir, merupakan beberapa
parameter penting yang dipereratkan di pabrik ini.
Pengontrolan dilakukan secara otomatis dengan komputer.
e. Laminar Cooling
Baja lembaran kualitas tebaik diproses di sini dan
dikontrol secara semiotomatis dengan komputer.
f. Down Coiler
Baja lembaran digulung menjadi gulungan (coil)
dengan menggunakan dua buah mesin down coiler.
g. Shearing Mill
Baja yang telah digulung dapat diproses lagi
menjadi bentuk slit, trimmed atau recoiled.
19
standar SII 0242-1984 dan JIS 3505. Pabrik ini menggunkan bahan
setengah jadi dari BSP sebagai bahan baku utama untuk diolah
menjadi baja batang kawat. Kapasitas produksi saat ini sebesar
450.000 ton/tahun baja batang kawat dengan variasi produk batang
kawat karbon rendah, batang kawat untuk elektroda las, batang
kawat untuk membuat mur-baut dan paku, dan untuk batang kawat
cold heading berdiameter 5,5 mm, 8 mm, 10 mm dan 12 mm.
Pabrik baja kawat ini dilengkapi dengan enam mesin pembuatan
kawat dan unit pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja
dengan kadar karbon rendah.
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Air
23
24
4.3 Detergen
1. Surfaktan
27
a. Anionik :
2. Builder
b. Asetat :
c. Silikat : Zeolit
3. Filler
28
4. Aditif
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif
permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah
(wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik (Achmad, 2004).
senyawa Alkil Linear Sulfonat (LAS) dengan rantai menerus sebagai ganti
rantai bercabang (Fessenden, 1986).
4.3.1 Surfaktan
4.5 Spektrofotometri
radiasi yang dipancarkan pada atom analit besarnya tepat sama dengan
perbedaan tingkat energi transisi elektronnya.
37
38
Konsentrasi Serapan
0,00 0,000
0,10 0,124
0,50 0,447
1,00 0,825
1,50 1,194
2,00 1,592
2,50 1,903
3,00 2,287
y
A 1.2 y = 0.3459x + 0.0186
b 1 R² = 0.9969
s 0.8
o 0.6 y
r 0.4 Linear (y)
b
0.2 Linear (y)
a
0
n
0 1 2 3 4
s
Konsentrasi
39
40
6.2 Perhitungan
Dari data di atas memiliki suatu perhitungan untuk
mengetahui konsentrasi setelah didapatkan hasil absorbans dari
spektrofotometri, serta mendapatkan intersep dan slope dari hasil
standarisasi larutan MBAS. Cara untuk mengetahui konsentrasi
dilakukan perhitungan:
Konsentrasi =
Contoh:
Diketahui kode sampel A852 dengan absorbans sebesar 0,075,
intersep sebesar 0,0186 dan slope sebesar 0,3459. Berapakah
konsentrasi tersebut?
Jawab:
Konsentrasi = = 0,1630 ppm
41
6.3 Pembahasan
Nilai <0,06 merupakan nilai MDL (Methode Detection
Limit) yakni nilai batas pada deteksi terendah metode yang
digunakan pada laboratorium lingkungan PT Krakatau Steel
(Persero), Tbk untuk metode uji MBAS. Maka nilai akan
dilaporkan sebagai <0,06 pada konsentrasi yang lebih rendah dari
nilai tersebut.
Dalam pembuatan kurva kalibrasi standar MBAS yang
dilakukan adalah membuat larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya dari analit yang akan ditentukan konsentrasinya
dalam sampel. Fungsi dari larutan standar ini adalah sebagai deret
standar dalam pengukur analit yang nanti hasilnya akan
ditempatkan pada kurva standar untuk menentukan nilai regresi
dari kurva. Pada saat membuat deret standar MBAS, menggunakan
larutan kloroform (CHCl3) siap pakai pada tabung reaksi (reaction
cell dari Spectroquant) agar larutan sampel air limbah yang
mengandung surfaktan menyatu dengan kloroform. Disebabkan
kloroform dan surfaktan termasuk zat non polar atau tidak larut
dalam air, jika pelarutnya adalah air atau sejenisnya maka akan
terjadi pemisahan zat.
Dalam analisis ini digunakan konsentrasi larutan standar
MBAS yang diperoleh melalui larutan induk natirum lauril sulfat
100 ppm sehingga didapatkan larutan standar MBAS dengan
konsentrasi 0,00; 0,10 ; 0,50 ; 1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 2,50 ; 3,00 ppm.
Nilai absorbansi yang didapat, kemudian ditempatkan terhadap
konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh nilai koefisien
korelasi (r). Jika nilai koefisien korelasi tersebut mendekati 1 atau
lebih dari 0,95, maka dapat dikatakan bahwa hasil dari pembuatan
larutan standar memiliki tingkat keakuratan yang cukup baik. Dari
kurva kalibrasi yang telah dilakukan didapatkan persamaan y = 0,
3459x + 0,0186 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9969.
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai absorbansi memiliki
korelasi yang baik dengan konsentrasi larutan sehingga persamaan
garis lurus yang diperoleh dapat digunakan untuk proses penentuan
kadar MBAS dalam sampel air limbah.
Setelah penentuan kurva kalibrasi larutan standar,
selanjutnya dilakukan ekstraksi surfaktan anionik dari air limbah.
Tujuan dari perlakuan ini adalah agar surfaktan anionik terikat
dengan metilen biru dan terlarut dalam fase kloroform. Jika kadar
42
7.2 Saran
Setiap alat-alat laboratorium hendaknya selalu dalam keadaan bersih dan
terawat, sehingga saat mulai bekerja sudah siap dipakai. Untuk alat-alat
yang rusak, semoga cepat diperbaiki.
Semoga SMK Kimia PGRI Kota Serang tetap menjaga hubungan baik
dengan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.
44
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI: Yogyakarta.
Siti Nurtanti, Theresia. 2018. Diktat Kimia Fisika Fotometri dan
Kromatografi Kelas XII. Serang: SMK Kimia PGRI
SOP 3133-0248-01. Analisis MBAS Secara Spektrofotometri, Cilegon:
PT Krakatau Steel (Persero), Tbk.
Sumber Website :
https://id.wikipedia.org/wiki/air, Diakses pada hari Kamis tanggal 20
Desember 2018. Pukul 15:12:40 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen, Diakses pada hari Selasa tanggal 22
Januari 2019 pukul 20:24:42 WIB.
http://resepkimiaindustri.blogspot.com/2015/02/abs-alkyl-benzene-
sulfonate.html, Diakses pada hari Selasa tanggal 22 Januari 2019
pukul 14:39:55 WIB.
http://resepkimiaindustri.blogspot.com/2015/02/linear-alkylbenzene-
sulfonate-las.html, Diakses pada hari Selasa tanggal 22 Januari
2019 pukul 14:45:16 WIB.
https://welovechemistry2009.wordpress.com/2012/07/09/analisis-kadar-
surfaktan-anion-deterjen-pada-limbah-secara-mbas/, Diakses pada
hari Selasa tanggal 22 Januari 2019 pukul 14:41:48 WIB.
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH
Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku
mutu air limbah yang ditetapkan
Golongan
Parameter Satuan
I II
Temperatur °C 38 40
Zat padat larut (TDS) mg/L 2000 4000
Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L 200 400
pH - 6,0-9,0 6,0-9,0
Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10
Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5
Barium (Ba) mg/L 2 3
Tembaga (Cu) mg/L 2 3
Seng (Zn) mg/L 5 10
Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,1 0,5
Krom Total (Cr) mg/L 0,5 1
Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,1
Air Raksa (Hg) mg/L 0,002 0,005
Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
Stanum (Sn) mg/L 2 3
Arsen (As) mg/L 0,1 0,5
Selenium (Se) mg/L 0,05 0,5
Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
Sulfida (H2S) mg/L 0,5 1
Fluorida (F) mg/L 2 3
Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 2
Amonia-Nitrogen (NH3-N) mg/L 5 10
Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30
Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
Total Nitrogen mg/L 30 60
BOD mg/L 50 150
COD mg/L 100 300
Senyawa aktif biru metilen mg/L 5 10
Fenol mg/L 0,5 1
Minyak & Lemak mg/L 10 20
Total Bakteri Koliform MPN/100 mL 10.000
Spektrofotometer Spectrum (SP-UV500VDB)
Spektrofotometri HITACHI
Proses Produksi di Pabrik Besi Spons (DR Plant)