Anda di halaman 1dari 176

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI LABORATORIUM PT. ASIATRUST TECHNOVIMA


QUALITY SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

“VERIFIKASI METODE GENERAL ANALISIS BATUBARA”

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


menyelesaikan studi di SMK Negeri 13 Bandung Kompetensi
Keahlian Analisis Kimia

Disusun oleh :
ARYA RANGGA RESPATI (101816813)
DAFFA MUTAWAKKIL (101816836)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 13 BANDUNG
KOMPETENSI KEAHLIAN
1. ANALIS KIMIA ; 2. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN ;
3. REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Jl. Soekarno-Hatta KM.10 Bandung - 40286 ; Telp/Fax. 022-7318960


Website : http://www.smkn13-bdg.sch.id
2022
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

LEMBAR PENGESAHAN
PERUSAHAAN JASA ANALISIS BATUBARA

PT.Asiatrust Technovima Qualiti Coal Laboratory & Marine Inspection

Samarinda, Maret 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rizky Bayu Aji Reza Sulistiyanto


Quality Officer Supervisor Laboratorium

Disahkan oleh :

Nirwan Hermawan
Manager Teknis

i
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

LEMBAR PENGESAHAN
SMK NEGERI 13 BANDUNG

Menyetujui,

Waka Bid. Hubin-Humas Pembimbing

Rohayati Danty, S.Pd


NIP. 197310132005012012 NIP. 198303222014082000

Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 13 Bandung

Dr. Asep Tapip Yani, M.Pd


NIP. 196505171988031008

ii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

IDENTITAS SISWA

Nama Siswa : Arya Rangga Respati


Nomor Induk : 101816813
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 08 Desember 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Golongan Darah :A
Catatan Kesehatan : Baik
No. Telepon/HP Siswa : 0895422145599

Nama Sekolah : SMK Negeri 13 Bandung


Alamat Sekolah : Jl.Soekarno-Hatta KM.10 Bandung 40286
No. Telp Sekolah : (022) 7318960

Nama Orang Tua : Vegi Sukma Tirani


Alamat Orang Tua : Jl. Tegallega Barat No.84A/95, Kota Bandung
No. Telp Orang Tua : 089631125990

Samarinda, Maret 2022

Arya Rangga Respati


NIS. 101816813

iii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

IDENTITAS SISWA

Nama Siswa : Daffa Mutawakkil


Nomor Induk : 101816836
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 25 Oktober 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Golongan Darah :O
Catatan Kesehatan : Baik
No. Telepon/HP Siswa : 085793941118

Nama Sekolah : SMK Negeri 13 Bandung


Alamat Sekolah : Jl.Soekarno-Hatta KM.10 Bandung 40286
No. Telp Sekolah : (022) 7318960

Nama Orang Tua : N. Fitri Yanti


Alamat Orang Tua : Jl. Undak Kencana III No.24 RT.02/10, Kota
Bandung
No. Telp Orang Tua : 082118210032

Samarinda, Maret 2022

Daffa Mutwakkil
NIS. 101816836

iv
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

IDENTITAS INDUSTRI

Perusahaan/Institusi
Nama : PT. Asiatrust Technovima Quality
Alamat : Jl. Damanhuri No.6 RT.27 Kel. Mugirejo Kec.
Sungai Pinang, Samarinda, Kalimantan
Timur

Bidang Produk/Jasa : Jasa Analisis Batubara


Status : Perusahaan Milik Swasta

Nomor Telepon : +62 2541 2831772


Nomor Fax : +62 21-55695226
E-mail : jktoff@atq.co.id
Website : http://www.asiatrust-quality.com

Pimpinan
Branch Manager : Yoga Permana Putra
Manager Teknis : Nirwan Hermawan
Manager HRD : Nirwan Hermawan
Quality Officer : Rizky Bayu Aji

Pembimbing 1
Nama : Nirwan Hermawan
Jabatan : Manager Teknis
No. Telp : 08112394321

Pembimbing 2
Nama : Rizky Bayu Aji
Jabatan : Quality Officer
No Telp : 082148674681

Pembimbing 3
Nama : Reza Sulistiyanto
Jabatan : Supervisor Laboratorium
No Telp : 082292229902

v
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kami dapat menuntaskan
penyusunan laporan Praktik Kerja Industri yang kami laksanakan di PT.
Asiatrsust Technovima Quality Samarinda ini dengan baik. Tidak lupa juga
shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada junjunan Nabi
Muhammad SAW.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman


praktikum, SOP, dan pengarahan dari pembimbing yang kami peroleh
selama menempuh praktik kerja industri ini. Laporan ini dibuat sebagai
persyaratan dalam menyelesaikan studi di SMK Negeri 13 Bandung pada
program keahlian kimia analisis yang berisikan pembelajaran dan
pengalaman selama kami melaksanakan praktik kerja industri di PT.
Asiatrust Technovima Quality Samarinda

Pada pengerjaan laporan ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat
membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini kami sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami rahmat,
kesehatan sehingga kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Industri.
2. Orang tua yang telah senantiasa mendukung baik moral maupun
materi.
3. Bapak Yoga Permana Putra selaku Branch Manager PT. Asiatrust
Technovima Quality Samarinda yang telah berkenan memberikan
fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri.
4. Bapak Nirwan Hermawan selaku pembimbng kami yang memberikan
fasilitas, membimbing melaksanakan Praktik Kerja Industri.
5. Bapak Reza Sulistiyanto selaku pembimbing di Laboratorium
Batubara PT. Asiatrust Technovima Quality Samarinda Samarinda
yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kesempatan kepada

vi
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
kami dalam melaksanakan Praktik Kerja Industri.
6. Seluruh staff dan karyawan PT. Asiatrust Technovima Quality
Samarinda yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas
perhatian dan bantuan yang diberikan kepada kami selama
melaksanakan Praktik Kerja Industri.
7. Bapak Ino Soprano selaku kepala sekolah di SMK Negeri 13
Bandung.
8. Ibu Danty, S.Pd. selaku pembimbing di SMK Negeri 13 Bandung.
9. Semua pihak sekolah dan teman-teman yang telah membantu
memotivasi kepada kami selama melaksanakan Praktik Kerja
Industri.

Akhirnya dalam penyusunan laporan ini, kami telah berusaha semaksimal


mungkin dalam mengerjakannya, namun kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu diharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Kami berharap
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang keahlian Kimia Analisis .

Samarinda, Maret 2022

Penyusun

vii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i


PERUSAHAAN JASA ANALISIS BATUBARA...................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
SMK NEGERI 13 BANDUNG ............................................................... ii
IDENTITAS SISWA ............................................................................. iii
IDENTITAS SISWA ............................................................................. iv
IDENTITAS INDUSTRI ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 16
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Industri .......................................... 16
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri ....................................................... 17
1.3 Tujuan Penulisan Laporan .......................................................... 18
1.4 Sejarah dan Perkembangan PT. Asiatrust Technovima Quality . 18
1.5 Visi Misi PT. Asiatrust Technovima Quality................................. 19
1.6 Kewajiban Karyawan .................................................................. 19
1.7 Fasilitas Karyawan ...................................................................... 20
1.8 Tata Tertib .................................................................................. 20
1.9 Struktur Organisasi ..................................................................... 21
BAB II KEGIATAN INDUSTRI .......................................................... 22
2.1 Coal Sampling ............................................................................ 22
2.2 Preparation Sampel .................................................................... 24
2.3 Analysis Sampel ......................................................................... 29
2.4 Accounting, Operational Support dan Reporting......................... 31
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 35
3.1 Batubara .................................................................................... 35

viii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3.1.1 Pengertian Batubara ............................................................ 35
3.1.2 Pembentukan Batubara ........................................................ 37
3.1.3 Sifat Sifat Batubara .............................................................. 40
3.1.4 Komponen Penyusun Batubara ........................................... 43
3.1.5 Faktor – Faktor Pembentukan Batubara .............................. 44
3.1.6 Jenis – Jenis Batubara ......................................................... 46
3.1.7 Klasifikasi Batubara .............................................................. 50
3.1.8 Pemanfaatan Batubara ........................................................ 51
3.1.9 Batubara di Indonesia .......................................................... 54
3.1.10 Perlakuan Limbah Batubara ................................................. 56
3.2 Sampling Batubara ................................................................... 58
3.3 Preparasi Batubara ................................................................... 60
3.3.1 Penimbangan ....................................................................... 62
3.3.2 Penggilingan ........................................................................ 62
3.3.3 Pengadukan ......................................................................... 63
3.3.4 Pembagian ........................................................................... 64
3.3.5 Pengeringan ......................................................................... 65
3.3.6 Penggerusan ........................................................................ 69
3.3.7 Penyimpanan Contoh ........................................................... 69
3.4 Berbagai Metode Standar Analisis Batubara ......................... 72
3.4.1 Standar Internasional ........................................................... 72
3.4.2 SNI (Standar Indonesia) ....................................................... 73
3.4.3 ASTM (American Society for Testing and Materials) ............ 73
3.4.4 GB/T (Standar Guobiao) ...................................................... 74
3.5 Parameter Analisis Batubara ................................................... 75
3.5.1 Analisis Proksimat ................................................................ 75
3.5.2 Inherent Moisture (Kandungan Air Lembab) ........................ 75
3.5.3 Total Moisture (TM) .............................................................. 76
3.5.4 Ash Content (AC) ................................................................. 78
3.5.5 Volatile Matter ...................................................................... 80
3.5.6 Fixed Carbon (FC)................................................................ 81
3.5.7 Total Sulfur (TS) ................................................................... 82

ix
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3.5.8 Calorivic Value (CV) ............................................................. 85
3.5.9 Ash Fusion Temperature (AFT) ............................................ 89
3.6 Kalibrasi, Validasi, dan Verifikasi ............................................ 91
3.6.1 Kalibrasi ............................................................................... 91
3.6.2 Validasi................................................................................. 94
3.6.3 Verifikasi ............................................................................... 95
3.6.4 Kesalahan dalam Verifikasi .................................................. 95
3.6.5 Uji Akurasi ............................................................................ 97
3.6.6 Uji Presisi ............................................................................. 98
BAB IV DATA PENGAMATAN ANALISIS BATUBARA ................ 100
4.1 Metode Analisis ...................................................................... 100
4.2 General Analysis ..................................................................... 100
4.2.1 Analisis Proksimat .............................................................. 100
4.2.2 Calorific Value (CV) ............................................................ 122
4.2.3 Total Sulfur (TS) ................................................................. 132
BAB V PEMBAHASAN ................................................................... 143
5.1 General Analysis ..................................................................... 143
5.1.1 Moisture in The Analysis Sample (MIAS) ........................... 143
5.1.2 Ash Content (AC) ............................................................... 144
5.1.3 Volatile Matter (VM)............................................................ 145
5.1.4 Calorific Value (CV) ............................................................ 146
5.1.5 Total Sulfur (TS) ................................................................. 148
5.2 Standar ACIRS dan Verifikasi Metode................................... 149
BAB VI PENUTUP .......................................................................... 151
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 151
6.2 Saran ........................................................................................ 152
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 153
LAMPIRAN ...................................................................................... 154

x
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Hasil Analisis Proksimat ........................................... 154


Lampiran 2. Hasil Verifikasi Metode Parameter MIAS ........................... 159
Lampiran 3. Hasil Verifikasi Metode Parameter AC ............................... 160
Lampiran 4. Hasil Verifikasi Metode Parameter VM............................... 161
Lampiran 5. Form hasil Analisis CV ....................................................... 162
Lampiran 6. Hasil Verifikasi Metode Parameter CV ............................... 166
Lampiran 7. Form Hasil Analisis Total Sulfur ......................................... 167
Lampiran 8. Hasil Verifikasi Metode Parameter TS ............................... 168
Lampiran 9. Absensi Prakerin ................................................................ 169
Lampiran 10. Jurnal Prakerin Oktober-Desember.................................. 173
Lampiran 11. Jurnal Prakerin Januari-Maret .......................................... 175

xi
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Sampling di Lapangan ......................................................... 23


Gambar 2 2 Sampel Batubara ................................................................. 25
Gambar 2 3 Alat Crusher ......................................................................... 25
Gambar 2 4 Alat Rotary Sample Divider (RSD) ....................................... 26
Gambar 2 5 Raymond Mill ...................................................................... 27
Gambar 2 6 Packing Sampel ................................................................... 28
Gambar 2 7 Contoh Preliminary Report ................................................... 32
Gambar 2 8 Contoh Surat Shipping Instruction ....................................... 33
Gambar 2 9 Contoh Draft Permintaan Pengujian Batubara ..................... 33
Gambar 2 10 Contoh Sertifikat Pengujian Batubara ................................ 34
Gambar 3. 1 Gambaran Kerak Benua ..................................................... 36
Gambar 3. 2 Jenis Batubara .................................................................... 37
Gambar 3. 3 Reaksi Kimia Pembentukan batubara ................................. 37
Gambar 3. 4 Pembentukan Batubara ...................................................... 39
Gambar 3. 5 Gambut / Peat ..................................................................... 47
Gambar 3. 6 Lignite / Brown Coal ............................................................ 47
Gambar 3. 7 Sub Bituminous / Bitumen Menengah ................................. 48
Gambar 3. 8 Bituminous .......................................................................... 48
Gambar 3. 9 Antrasit ................................................................................ 49
Gambar 3. 10 Wilayah Penghasil batubara ............................................. 55
Gambar 3. 11 Crusher ............................................................................. 63
Gambar 3. 12 Rotary Sample Divider ...................................................... 65
Gambar 3. 13 Minimum Free Space (MFS) Oven.................................... 76
Gambar 3. 14 Furnace Ash ...................................................................... 79
Gambar 3. 15 Furnace Volatile Matter ..................................................... 81
Gambar 3. 16 Prose Pembentukan Sulfur ............................................... 83
Gambar 3. 17 Furnace Total Sulfur Infra red ........................................... 85
Gambar 3. 18 Kalorimeter ........................................................................ 86
Gambar 3. 19 Bomb Vessel ..................................................................... 87

xii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Gambar 3. 20 Temperatur Pelelehan Abu dan bentuknya ....................... 91
Gambar 4. 1 Furnace Total Sulfur Infra Red .......................................... 133
Gambar 4. 2 Alur Aliran Oksigen pada Furnace Total Sulfur Infra Red . 134
Gambar 4. 3 Display Aplikasi 5E-IRS .................................................... 134
Gambar 4. 4 Grafik pada Display Aplikasi 5E-IRS ................................. 135
Gambar 4. 5 Display saat Analisis Total Sulfur pada Aplikasi 5E-IRS ... 135
Gambar 4. 6 Display saat Analisis Berlangsung pada Aplikasi 5E-IRS . 137
Gambar 4. 7 Display saat akan memasukkan Boat TS .......................... 137
Gambar 4. 8 Display saat Boat TS di dalam Alat ................................... 137

xiii
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Klasifikasi Batubara................................................................. 50


Tabel 3. 2 Klasifikasi Brown Coal............................................................. 51
Tabel 3. 3 Produksi dan Ekspor Batubara 2007-2013 ............................. 56
Tabel 3. 4 Produksi dan Ekspor Batubara 2014-2019 ............................. 56
Tabel 3. 5 Kondisi Pengeringan Sampel untuk General Analysis ............ 68
Tabel 3. 6 Peyimpanan Contoh untuk Pengujian Tambahan ................... 72
Tabel 4. 1 Repeatibility dan Reproducibility MIAS ................................. 102
Tabel 4. 2 Pengerjaan Analisis MIAS..................................................... 105
Tabel 4. 3 Penentuan Presisi MIAS ....................................................... 106
Tabel 4. 4 Hasil Presisi MIAS................................................................. 106
Tabel 4. 5 Repeatibility dan Reproducibility Ash Content ...................... 109
Tabel 4. 6 Pengerjaan Analisis Ash Content .......................................... 112
Tabel 4. 7 Penentuan Presisi Ash Content ............................................ 113
Tabel 4. 8 Hasil Presisi Ash Content...................................................... 113
Tabel 4. 9 Penentuan Akurasi Ash Content ........................................... 114
Tabel 4. 10 Hasil Akurasi Ash Content .................................................. 115
Tabel 4. 11 Repeatibility dan Reproducibility Volatile Matter ................. 117
Tabel 4. 12 Pengerjaan Analisis Volatile Matter..................................... 119
Tabel 4. 13 Penentuan Presisis Volatile matter ..................................... 120
Tabel 4. 14 Hasil presisi Volatile Matter ................................................. 120
Tabel 4. 15 Penentuan Akurasi Volatile Matter ...................................... 121
Tabel 4. 16 Hasil Akurasi Volatile Matter ............................................... 122
Tabel 4. 17 Pengerjaan Analisis Caloific Value ..................................... 129
Tabel 4. 18 Penentuan Presisi Calorific value ....................................... 130
Tabel 4. 19 Hasil Presisi Calorific Value ................................................ 130
Tabel 4. 20 Penentuan Akurasi Calorific Value ...................................... 131

xiv
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Tabel 4. 21 Hasil akurasi Calorific Value ............................................... 132
Tabel 4. 22 Penentuan Presisi Total Sulfur ............................................ 139
Tabel 4. 23 Hasil Presisi Total Sulfur ..................................................... 140
Tabel 4. 24 Penentuan Akurasi Total Sulfur .......................................... 141
Tabel 4. 25 Hasil Akurasi Total Sulfur .................................................... 141

xv
LAPORAN PRAKERIN
PT. ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Industri


Pada masa era globalisasi saat ini, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang khususnya pada
bidang industri merupakan tantangan bagi setiap perusahaan atau
instansi untuk saling bersaing menerapkan prinsip peraturan
internasional dengan adanya informasi pada masa ini, bahwa barang-
barang yang akan diperdagangkan didukung oleh adanya sertifikasi
dari suatu lembaga pengujian barang dan jasa yang berkompeten dan
diakui untuk melakukan pengujian.
Proses pengujian suatu barang dan jasa dibutuhkan keterampilan
yang khusus dalam melakukan pengujian tersebut misalnya,
keterampilan dalam melakukan analisa suatu barang dan jasa melalui
praktik maupun teori atau yang menjadi pedoman untuk menganalisis
suatu produk agar hasil uji dapat dipertanggung jawabkan dengan
baik, tentunya didukung dengan adanya sumber daya manusia yang
kompeten sehingga dapat bersaing dengan laboratorium lain baik
nasional maupun internasional.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dibidang pertambangan, dalam hal ini batubara, maka
perlu adanya pengawasan terhadap mutu dari tiap-tiap jenis produksi.
Karena mutu dan kualitas dari suatu batubara sangat berpengaruh
dalam penggunaan dan pemanfaatannya.
Praktik Kerja Industri merupakan suatu pembelajaran yang
dilakukan di suatu instansi atau perusahaan untuk memperluas
wawasan yang lebih juga sebagai bekal di dunia kerja di masa yang
akan datang. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Industri siswa
mampu mengkaji aplikasi antara praktikum di industri dan di sekolah
juga mendapat wawasan baru yang tidak didapatkan di sekolah.
Khususnya kami yang melaksanakan Praktik Kerja Industri di PT.

16
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Asiatrust Technovima Quality Samarinda ini mendapat ilmu yang lebih
luas mengenai dunia batubara
Untuk itu laporan yang kami buat ini adalah bukti telah selesainya
pelaksanaan Praktik Kerja Industri di suatu instansi atau perusahaan
selama waktu yang telah ditentukan dan disusun untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan tahun ajaran 2020/2021 di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 13 Bandung.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri


Tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktik Kerja Industri ini adalah :
a) Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program
belajar pada institusi pendidikan SMK Negeri 13 Bandung.
b) Mengetahui dan memahami tugas serta peran analis kimia dalam
industri batubara yang diharapkan menjadi bekal untuk
menghadapi dunia kerja sesungguhnya.
c) Mengetahui pelaksanaan dan perencanaan produksi farmasi
secara umum di industri
d) Batubara khususnya di PT. Asiatrust Technovima Quality
e) Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam
bekerja khususnya dalam bidang pengujian di laboratorium.
f) Menumbuh kembangkan sikap etos kerja, sikap kemandirian, dan
sikap professional sebagai seorang tenaga analis kimia.
g) Melatih dan meningkatkan disiplin serta tanggung jawab dalam
lingkungan kerja.

17
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Adapun tujuan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut :
a) Agar siswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
dalam pekerjaan analisis yang dilakukan.
b) Memberikan uraian penjelasan dan pertanggungjawaban kerja
yang telah dilakukan oleh siswa selama melakukan prakerin.
c) Agar siswa mampu memahami dan mengaplikasikan pelajaran
yang diperoleh disekolah dalam dunia industri.
d) Mengumpulkan data guna kepentingan sekolah dan siswa.
1.4 Sejarah dan Perkembangan PT. Asiatrust Technovima Quality
PT. Asiatrust Technovima Qualiti pada 2014 mendirikan
laboratorium batubara pertama di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Lalu pada 2015 mengembangkan kompetensi dan jenis layanan
lainnya seperti pemantauan kualitas di Binuang Marabahan, Stockpile
dan lain-lain.
PT. Asiatrust Technovima Qualiti pada tahun 2016 terpercaya
dalam berbagai proyek dan memperluas ruang lingkup pekerjaan,
khususnya di Kalimantan Selatan. Tahun 2017 didirikan laboratorium
batubara di Samarinda, Kalimantan Timur dan Palembang, Sumatera
Selatan.
PT. Asiatrust Technovima Qualiti pada 2018 telah ditentukan oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menerbitkan
LHV dan terakreditasi SNI ISO/IEC 17025: 2017 di Banjarmasin,
Samarinda dan Palembang.
Setelah itu didirikan laboratorium batubara lainnya di Tamiyang,
Kalimantan Tengah dan Bandung, Jawa Barat. Terakreditasi SNI ISO /
IEC 17020: 2012

18
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

1.5 Visi Misi PT. Asiatrust Technovima Quality


PT. Asiatrust Technovima Qualiti memiliki visi dan misi sebagai
berikut.
Visi
Menjadi perusahaan terkemuka dalam pengujian laboratorium untuk
semua komoditas, Marine Cargo Survey dan pemeriksaan berbagai
bidang dan komoditi yang diketahui, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemandirian dan integritas serta menjadi acuan bagi laboratorium
penguji lainnya.

Misi
a) Mengembangkan potensi laboratorium penguji dan lembaga
inspeksi sesuai dengan spesifikasi standar dan memadai
kualifikasi sumber daya.
b) Mengembangkan laboratorium penguji di area tambang dan
seluruh cabang PT. Asiatrust Technovima Qualiti
c) Menyesuaikan dan menjaga kealamian bumi dengan
melaksanakan pengujian dan kegiatan inspeksi yang
memperhatikan masalah lingkungan global.
d) Selalu mematuhi dan mengikuti berlakunya undang-undang dan
peraturan pemerintah.
e) Selalu sesuaikan dengan informasi teknologi
1.6 Kewajiban Karyawan
PT. Asiatrust Technovima Qualiti mempunyai kewajiban sebagai
berikut
a) Menaati aturan yang berlaku di PT Asiatrust Techovima Qualiti
b) Bekerja dengan jujur dan teliti
c) Menjaga kebersihan lingkungan dan meja kerja
d) Bekerja dengan hati – hati dan safety
e) Datang tepat waktu

19
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

1.7 Fasilitas Karyawan


Selain mempunyai kewajiban, karyawan PT Asiatrust Techovima
Qualiti mendapat fasilitas yaitu sebagai berikut.
a) Mes atau rumah untuk tempat tinggal karyawan
b) Jas labolatorium
c) Sepatu safety
d) Masker
e) Wifi
f) Susu kemasan
g) Ruangan AC
h) Training eksternal untuk skill karyawan
1.8 Tata Tertib
Adapun tata tertib PT Asiatrust Techovima Qualiti sebagai berikut.
a) Datang tepat waktu
b) Memakai seperangkat alat safety ketika bekerja
c) Mengecek kondisi alat instrumen
d) Memakai seragam atau baju berkerah
e) Memakai celana panjang dan sepatu
f) Membersihkan alat yang sudah digunakan dan mepihkannya
kembali
g) Tidak makan dan minum di area labolatorium

20
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

1.9 Struktur Organisasi

Presiden Direktur
Top Manajemen
Adam Gundawa

Direktur
Top Manajemen
Dudi Dermawan.S

Manager Keuangan Branch Manager HR Manager


Top Manajemen
Galih Sofyan Nirwan Hermawan
Yoga Permana Putra

Manager Administrasi Manager Teknis

Galih Sofyan Nirwan Hermawan

Account Officer Quality Officer HSE Koordinator

Deni Rizky Bayu Aji Alwan

SPV. Sampling Penanggung Jawab


Operasional
Bayu Hendra
Rizal Alfarizi

SPV. Laboratorium Sampler


Driver
Reza Sulistiyanto Agus Salim
Amad
Akmal
Anri
Andi Longi
Analis Irwan
Dani Prasetyo
Wahyu
Dian Ardiansyah
Deri
Eko
M. Try
Jimi
Wahyu
Joni Firdaus
Moh. Najib
Randa
SPV. Preparasi
Syahroni
Abdul Haris

Preparator

Imam
Mariyadi
Miftahul Huda
Saman
Sholeh

21
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB II
KEGIATAN INDUSTRI

Perusahaan jasa analisis batubara merupakan perusahaan jasa yang


memberikan sertifikasi batubara berdasarkan kandungannya, dimana data
yang terdapat pada sertifikat adalah hasil dari analisis yang dilakukan.
Sertifikasi tersebut dilakukan uji dalam beberapa parameter, ada yang
umum dan ada yang khusus atau lebih menjurus kesalah satu kandungan.
Pada perusahaan jasa analisis batubara seperti di PT. ATQ Samarinda ini
mempunyai serangkaian prosedur dari pengambilan batubara (sampling),
sampai menjadi sertifikat yang siap diberikan kepada klien, hal tersebut
tentunya mempunyai acuan atau standar yang sudah terverifikasi.

2.1 Coal Sampling


Sampling batubara atau Coal Sampling ataupun pengambilan contoh
batubara adalah proses pengambilan sebagian komoditas dari seluruh
komoditas yang akan diperiksa kualitasnya, seluruh komoditas tersebut
disebut populasi sedangkan bagian komoditas yang terambil tersebut
sampel atau contoh.
Tujuan utama dilakukan sampling adalah untuk mendapat contoh atau
sampel batubara yang representative atau mewakili dari sebuah populasi,
jadi hasil analisis nantinya bisa mewakili dari populasi batubara di lokasi
sampel. Tujuan lain dari sampling yaitu mendapatkan contoh yang selain
kualitasnya bisa mewakili kualitas seluruh populasi, jumlahnya pun relatif
masih bisa ditangani. Faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan
suatu sampling ialah variabilitas komponen-komponen pembentuk
populasi. Batubara merupakan material yang mempunyai tingkat
variabilitas sangat tinggi, baik secara fisik maupun secara kimia, oleh
karena itu sampling batubara yang baik tidak mudah dilakukan.
Sampling yang baik adalah sampling yang akurat dan presisi, intinya
harus respresentative karena hasil analisis yang nantinya didapat, itu
hanya angka pendekatan saja, jadi sampling harus dilakukan dengan

22
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

maksimal. Sampling dilakukan dalam dua kondisi, kondisi saat batubara


bergerak dan saat batubara diam. Lebih maksimal saat batubara bergerak
karena bisa lebih mewakili dari populasi dibandingkan saat batubara
dalam kondisi diam.
Ada beberapa jenis sampel yang dikerjakan di PT. ATQ Samarinda ini,
ada dua macam yaitu shipment contohnya barging (tongkang) dan vesel
(kapal) serta ada non-shipment contohnya channel/inspection, reshipment
dan testing sampel. Dan adapun hal-hal yang harus diperhatikan saat
sampling yaitu lokasi sampling, contohnya stockpile. Conveyor, barge, lalu
jumlah dan berat increment yang harus diambil. Sampling pun dilakukan
dengan beberapa orang yang datang ke lapangan ataupun lokasi
sampling dengan menggunakan safety dan peralatan sesuai protokol di
lokasi sampling, karena setiap lokasi sampling mempunyai aturan untuk
melakukan sampling, tidak bisa sembarangan orang bisa masuk kedalam
lokasi.
Pada awal sebelum dilakukan sampling, klien yang ingin menggunakan
jasa PT. ATQ Samarinda ini mengisi form Permintaan Pengujian
Batubara, form ini berisi tentang data klien, parameter apa saja yang
diminta klien, jenis sampel yang diminta, data mengenai kondisi sampel di
lapangan dan persetujuan klien. Setelah sampling dilakukan, sampel
batubara diangkut oleh kendaraan dan langsung menuju proses
selanjutnya yaitu Preparation Sampel (Preparasi Sampel)

Gambar 2 1 Sampling di Lapangan 23


LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2.2 Preparation Sampel
Karena keterbatasan kemampuan peralatan pengujian dan sifat
serta kondisi sampel yang akan diuji, sebagian besar pengujian tidak
dapat dilakukan pada sampel yang diterima dalam keadaan utuh (apa
adanya), tetapi juga pada sampel yang telah dikeringkan dan
dihaluskan dengan kondisi tertentu.
Preparasi sampel adalah proses mendapatkan sampel yang baik,
kualitas dan kondisi (kekeringan dan ukuran partikel) yang sesuai
untuk pengujian, dan yang terpenting adalah mewakili semua sampel
mentah (perwakilan) yang diterima oleh laboratorium.
Sampel yang telah di sampling dilakukan beberapa proses persiapan
yang nantinya akan dianalisis di laboratorium :

1.2.1 Sizing & Penimbangan


Sizing atau keseragaman ukuran adalah proses pengubahan
ukuran Sesuai dengan ukuran yang diinginkan dalam saringan, buat
ukuran partikel homogen. Semakin besar mesh pada saringan,
semakin kecil Ukuran partikel yang bisa lolos. Semakin kecil ukuran
grid pada Saringan, semakin besar partikel yang tertinggal di saringan.
lebih lama Penyaringan akan menghasilkan produk akhir yang lebih
besar.
Penimbangan dilakukan untuk memastikan bahwa berat sampel
minimal sesuai dengan berat minimum yang ditetapkan dan hasil
penimbangan dicatat dalam tabel dimensi.

1.2.2 Crushing
Pada dasarnya proses peremukan material
oleh crusher berlangsung karena adanya gaya tekan atau
kompresi dan gaya geser yang berlangsung silih
berganti. Crushing dimaksud untuk memperkecil ukuran material
agar dapat digunakan pada proses berikutnya. Crushing
plant memerlukan beberapa peralatan, yaitu hopper, ban

24
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
berjalan (belt conveyor), ayakan (screen), mesin peremuk
(crusher) dan peralatan tambahan lain yang saling berkaitan
Hammer mill (model yang biasa dipergunakan ialah Raymond
mill ) umumya dipergunakan untuk menggerus contoh sampai
halus (212 µm) yang akan dipergunakan untuk general analysis,
padahal kadang-kadang menimbulkan panas yang cukup
signifikan

Gambar 2 2 Sampel Batubara Gambar 2 3 Alat Crusher

1.2.3 Homogenisasi
Pengadukan contoh sering dilupakan orang, padahal
merupakan faktor yang sangat penting dalam preparasi contoh,
terutama pada pembuatan contoh komposit dari beberapa
batubara berbeda.
Proses pengadukan dapat dilakukan baik secara mekanis
maupun secara manual. Alat pengaduk mekanis antara lain
double cone mixer,
vee mixer dan rotary sampel divider (melewatkan contoh ke
RSD sebanyak tiga kali, dan menggabungkannya kembali
setelah setiap melewatkannya). Alat pengaduk semen bukan alat
yang cocok untuk mengaduk contoh batubara.
Rotary sampel divider dilakukan dengan mesin otomatis yang
dimana terdapat 8 bucket yang memutar otomatis pada mesin

25
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
setelah sampel sudah masuk teralirkan kedalam 8 bucket
tersebut , bucket tersebut diambil secara bersilangan dan di
masukkan kembali kedalam penampung atas mesin dilakukan
sebanyak 3x dihitung ketika sampel masuk . Dengan demikian
diharapkan homogenitas dapat tercapai dengan baik.

Gambar 2 4 Alat Rotary Sample Divider (RSD)

1.2.4 Air dry loss


Berikut ini ada beberapa faktor penting yang sangat
mempengaruhi hasil pengeringan contoh batubara (air drying ),
yang umumnya kurang dipahami sehingga menimbulkan
pertentangan karena adanya perbedaan hasil pengujian dalam
air-dried basis.
1. Suhu pengeringan (temperature)
2. Waktu pengeringan (time)
3. Aliran udara (air flow )
4. Kelembapan udara ruang dilakukannya pengeringan
(humidity)
5. Tebalnya contoh yang dikeringkan (sampel thickness)
Pada umumnya, pengeringan contoh batubara untuk

26
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
penetapan total moisture dan untuk penetapan general analysis
dilakukan secara terpisah pada sub-contoh yang berbeda.
Pengeringan sub-contoh untuk penetapan total
moisture dilakukan sampai diperoleh berat konstan, sedangkan
pengeringan sub-contoh untuk penetapan general analysis
dilakukan pada kondisi tertentu, dengan alasan tertentu.

1.2.5 Penggilingan / Penggerusan (Raymond mill)


Tujuan utama proses penggilingan adalah memenuhi
persyaratan ukuran partikel yang diperlukan oleh pengujian
tertentu, namun begitu penggilingan pun dilakukan untuk
mendapatkan ukuran partikel antara sebelum dilakukannya
proses pembagian.
Pada dasarnya penggerusan juga merupakan proses
penggilingan, hanya saja produk penggilingannya sangat halus.
Kehalusan contoh yang disyaratkan oleh ISO, BS, dan AS ialah
99% lolos ayakan 0.212 mm sedangkan ASTM mensyaratkan
99% lolos ayakan 0.250 mm.

Gambar 2 5 Raymond Mill

27
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

1.2.6 Penyimpanan Sampel


Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan ialah:
Ukuran partikel:
1. Untuk mencegah terjadinya oksidasi, contoh sebaiknya
disimpan pada ukuran partikel yang tidak terlalu halus.
2. Ukuran partikel dan berat contoh harus disesuaikan dengan
kemungkinan pengujian tambahan yang akan muncul.
Misalnya, pengujian float / sink , biasanya contoh borecore,
tentunya berukuran 11.2 mm (top size) yang harus disimpan.
Waktu penyimpanan contoh :
1. Untuk contoh batubara, karena untuk mendapatkan contoh
ini tidak hanya memerlukan waktu yang lama tetapi juga
memerlukan biaya yang besar, waktu penyimpanan contoh
ini tidak terbatas. Namun perlu diperhatikan akan
kemungkinan terjadinya oksidasi selama penyimpanan
tersebut, sehingga perlu dipikirkan perihal pengujian yang
masih layak dilakukan terhadap contoh tersebut. Misalnya,
pengujian calorific value terhadap contoh yang telah
disimpan selama 6 bulan, masih layakkah dilakukan? Itu
tergantung dari jenis contohnya.

Gambar 2 6 Packing Sampel


28
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2.3 Analysis Sampel
Dalam analisa batubara, terdapat beberapa parameter yang
dapat di tentukan, di laboratorium PT. Asiatrust Technovima
Qualiti parameter-parameter ini di golongkan menjadi analisa
umum dan analisa tambahan.
2.3.1 Penentuan Calorific Value
Panas yang dilepaskan oleh batubara bila dibakar di udara
merupakan besaran yang penting dalam menganalisis
batubara. Energi yang dibesarkan ini berasal dari adanya
interaksi eksotermis (reaksi yang menghasilkan kalor) senyawa
hidrokarbon dengan oksigen. Meterial lainnya seperti
perubahan kimia, tetapi kebanyakan reaksinya endotermis (
reaksi menyerap kalor) dan akan mengurangi energi yang
sebenarnya ada dalam batubara.
Pada furnace kerja, pembakaran sifatnya terbuka. Uap air
dan gas-gas pembentuk asam langsung keluar ke udara tanpa
mengalami pengembunan. Di laboratorium, pembakaran
dilakukan di ruang tertutup, yaitu dalam bomb, dan setelah
pembakaran selesai kebanyakan produknya mengembun. Hal
ini menghasilkan energi yang dibebaskan oleh batubara
menjadi lebih tinggi karena ada tambahan latent heat ( panas
penguapan ) yang keluar karena proses kondensasi
( perubahan wujud dari gas ke cair ). Energi yang diukur
dengan cara ini disebut gross calorific value ( nilai kalori total ).
Panas yang dibebaskan per satuan berat batu bara dalam
kondisi terbuka disebut net caloriific value. Besaran ini berbeda
nyata dengan gross calorific value, terutama dalam batubara
browncoal atau lignite yang mengandung moisture tinggi.

29
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2.3.2 Penentuan Total Sulphur
Penentuan total sulfur dengan cara High Temperature
Combustion (HTM), sekitar 0,3 gram sampel batubara harus
ditimbang dalam perahu porselen. Ditutupi oleh 0,3 g oksida
alumunium. Perahu dipanaskan dalam tabung dari
furnace bersama aliran gas oksigen murni pada suhu 1350°C.
Sulfur oksida dan klor-oksida yang terbentuk diabsorpsi dalam
larutan hidrogen peroksida, kemudian asam sulfat hasil reaksi
sulfur dan asam klorida hasil reaksi klor, ditentukan secara
titrimetri.
Sampel batu bara yang mengandung sulfur, setelah dibakar
menghasilkan gas SO2, dan gas-gas hasil pembakaran lainnya.
berisi senyawa anhidrat untuk menyerap uap air. Kemudian gas
hasil pembakaran dialirkan menuju sel infra merah. Dalam sel
infra merah, energi diemisikan oleh sebuah kawat nikrom yang
dipanaskan pada suhu 850°C. Energi radian yang akan
memasuki sel melewati sebuah jaring kalsium florida dan
kemudian terproyeksi melalui sel pengukur yang berisi gas hasil
pembakaran sampel. Gas-gas yang mengabsorpsi sinar infra
merah tadi, menghasilkan sebuah spektrum. Energi infra merah
yang akan keluar dari sel pengukur dilewatkan pada jaring
kalsium fluorida yang kedua yang berfungsi sebagai penyaring
gelombang yang sensitif untuk menghalau semua gelombang
kecuali gelombang yang dihasilkan oleh gas SO2.
Gelombang SO2 kemudian diteruskan ke detektor. Detektor
kemudian mendeteksi perubahan energi sinar infra merah
antara gas pembawa dan gas yang dihasilkan sampel. Dan
akhirnya menetapkan konsentrasi dari sulfur.
2.3.3 Penentuan Total Moisture
Total moisture (TM) menunjukan suatu pengukuran semua
air yang tidak terikat secara kimia, yaitu air yang teradsorpsi
pada permukaan, air yang ada dalam kapiler (pori-pori)

30
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
batubara dan air terlarut dalam batubara.
Penentuan TM ada dua cara, yaitu cara satu tahap dan cara
dua tahap. Pada cara satu tahap, semua moisture dalam
batubara langsung ditentukan; sedangkan pada cara dua
tahap, pertama- tama ditentukan moisture yang hilang bila
batubara dikeringkan di udara terbuka (freemoisture), kemudian
sampel yang kering udara ini diperkecil ukuran butirannya dan
diambil sebagian untuk penentuan moisture yang tersisa
dalam sampel kering udara (residual moisture). Total
moisture adalah penjumlahan dari kedua jenis moisture ini.
2.3.4 Analisis Proksimat
Hasil dari analisis proksimat memberikan gambaran
banyaknya senyawa organik ringan ( volatile matter) secara
relatif, karbon dalam bentuk padatan (fixed carbon) , kadar
moisture (kelembaban), dan zat anorganik (ash), sehingga
mencakup keseluruhan komponen batubara, yakni batubara
murni ditambah bahan-bahan pengotornya (impurities).
2.3.5 Analisis Ash fusion temperature ( AFT )
Analisis yang dapat menggambarkan sifat pelelehan abu
batubara yang diukur dengan mengamati perubahan bentuk
contoh abu yang telah dicetak berupa kerucut, selama
pemanasan bertahap. Pengamatan sifat pelelehan ini
umumnya dilakukan pada suhu 900°C sampai dengan 1600°C.

2.4 Accounting, Operational Support dan Reporting


Hasil analisis di lab diperiksa dan di tanda tangan terlebih dahulu
oleh supervisor, hal ini untuk memastikan bahwa semua hasil analisis
yang dilakukan itu terpercaya dan menjadi tanggung jawab supervisor.
Hasil analisis batubara dari laboratorium masih berupa form ,
sedangkan untuk klien nanti diberikan berupa sertifikat. Karena itu
form analisis setelah dari laboratorium, diberikan kepada bagian Staf
Akuntan (Accounting Staff). Disinilah data diolah dan diinput menjadi

31
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
bentuk file pada format yang baru.
Format data sampel ini pun berdasarkan jenis sampel yang telah
dibahas pada bagian sampling, yaitu sampel shipment dan non-
shipment. Setelah itu data akan diverifikasi dan dicek kembali karena
nantinya akan diberikan kepada klien, hal ini cukup penting karena
semua data hasil analisis akan dicantumkan dan diperlihatkan kepada
klien.
Setelah data hasil analisis ini diolah dan diinput kedalam format
baru, dan telah diverifikasi oleh staf akuntan, selanjutnya dari data
akan dibuatkan Preliminary Report atau report awal kepada klien
untuk diperlihatkan hasil analisis yang telah dilakukan. Setelah ada
persetujuan dari klien, baru dari staf akuntan melanjutkan membuat
Draft Report of Analysis. Draft inipun ditunjukkankembali kepada klien
untuk meminta persetujuan terhadap data analisis. Setelah klien
menyetujui draft tersebut, lanjut kedalam proses cetak sertifikat,
proses ini dilakukan oleh staf reporting. Tahap ini merupakan tahap
akhir sebelum akhirnya sertifikat analisis batubara diberikan kepada
klien.

Gambar 2 7 Contoh Preliminary Report

32
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 2 9 Contoh Draft Permintaan Pengujian Batubara

Gambar 2 8 Contoh Surat Shipping Instruction 33


LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 2 10 Contoh Sertifikat Pengujian Batubara

34
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Batubara
3.1.1 Pengertian Batubara
Secara umum batubara adalah suatu batuan sedimen
organik berasal dari penguraian sisa berbagai tumbuhan yang
merupakan campuran yang heterogen antara senyawa
organik dan zat anorganik . Batubara berasal dari tumbuhan
yang mati, kemudian tertutup oleh lapisan batuan sedimen.
Ketebalan timbunan itu lama kelamaan - kelamaan menjadi
berkurang karena adanya pengaruh suhu dan tekanan yang
tinggi. Contohnya di Australia, timbunan tumbuhan mati
setebal 100 meter, setelah 1,6 juta tahun berubah menjadi
lapisan batubara peringkat (rank) tinggi setebal 1 meter.
Dalam mendefinisikan batubara, harus ditinjau dari
beberapa aspek, antara lain sifat fisikanya, asal kejadiannya,
dan manfaatnya. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi
dari batubara, yaitu :
1. Kamus besar bahasa Indonesia dalam edisi yang
kedua pada tahun 1995 memberikan pengertian batu bara
sebagai berikut :
“Batubara adalah arang yang diambil dari dalam tanah
yang berasal dari tumbuhan darat, tumbuhan air dan
sebagiannya yang telah menjadi batu”
2. The International Hand Book of Petrography Coal
Petrography dalam penerbitannya yang kedua pada tahun
1963 memberikan pengertian batu bara sebagai berikut :
“Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar,
terbentuk dari proses sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat
pengawetan diikuti oleh proses kompaksi dan terkubur dalam
cekungan-cekungan yang diawali pada kedalaman yang tidak
terlalu dangkal. Cekungancekungan ini pada garis besarnya

35
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dibagi atas cekungan intra continental (terbentuk di dalam
kerak benua yang dikarenakan proses collision pada jarak
jauh contohnya Cekungan Quaidam Cina).
dan cekungan paralis yang berhubungan dengan air laut.
Segera setelah lapisan-lapisan dasar turun terus-menerus,
sisa-sisa tanaman yang terkubur tersebut dipengaruhi oleh
proses normal metamorfosis, terutama oleh temperatur dan
tekanan.”

Gambar 3. 1 Gambaran Kerak Benua

3. Speckman (1958) yang mendefinisikan batubara dari


dua sudut pandang, yaitu dari pandangan ahli geologi (Geolog
ialah seseorang yang mempelajari struktur fisik dan proses
Bumi dan planet sistem tata surya untuk kemajuan
geologi.) dan ahli botani (ilmu yang mempelajari tentang
tumbuh-tumbuhan, jamur, dan alga, dengan mikologi dan
fikologi) .
“Batubara adalah suatu benda padat karbonan
berkomposisi maseral. Dengan melihat definisi diatas, berarti
pengertian batu bara termasuk semua batu bara derajat batu
bara (rank) yang diawali dari gambut, lignit, subtuminous,
bituminous, semiantrasit, antrasit, metaantrasit, dan grafit.”

36
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 3. 2 Jenis Batubara

Dari keempat definisi yang telah diuraikan diatas, maka


dapat diambil suatu kesimpulan bahwa batubara adalah
batuan sedimen karbonan berkomposisi maseral yang mudah
terbakar, terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tanaman
bersama hasil dekomposisinya yang terawetkan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta
tekanan yang berlangsung lama sekali dan menjadi kaya akan
unsur karbon dengan adanya proses diagenesis (proses
pemeriksaan).

3.1.2 Pembentukan Batubara


Proses pembentukan batubara, dikenal sebagai proses
pembatubaraan atau coalification. Faktor fisika dan kimia
yang ada di alam akan mengubah cellulose menjadi lignit,
subbitumina, bitumina, atau antrasit. Reaksi pembentukan
batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut:

37
Gambar 3. 3 Reaksi Kimia Pembentukan batubara
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +6CO2 + CO


Celulosa Lignite Gas Metana
Keterangan
 Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa
pembentuk batubara
 Unsur C pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit
dibandingkan jumlah unsur C pada bitumina, semakin banyak
unsur C pada lignit, semakin baik kualitasnya
 Unsur H pada lignit jumlahnya relative banyak
dibandingkan jumlah unsur H pada bitumina semakin banyak
unsur H pada lignit, semakin rendah kualitasnya
 Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relative
lebih sedikit dibandingkan dengan pada bitumina, semakin
banyak CH4 lignit semakin baik kualitasnya

Proses pembentukan batubara terdiri atas dua tahap, yaitu:


1. Tahap biokimia (penggambutan) adalah tahap ketika sisa
sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi
bebas oksigen (anaeorobik) didaerah rawa dengan sistem
penisiran (drainage system) yang buruk dan selalu
tergenang air beberapa inci dari permukaan air rawa.
Material tumbuhan yang busuk tersebut melepaskan
unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O
dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobic dan fungi, material tumbuhan itu diubah
menjadi gambut. (Stach, 1982, opcit. Susilawati 1992).
2. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan proses
diagenesis terhadap komponen organik dari gambut yang
menimbulkan peningkatan temperature dan tekanan
sebagai gabungan proses biokimia, kimia dan fisika yang
terjadi karena pengaruh pembebanan sedimen yang

38
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

menutupinya dalam kurun waktu geologi. Pada tahap


tersebut, persentase karbon akan meningkat, sedangkan
persentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
sehingga menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
maturitas material organiknya.
Teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
a) Teori In-situ
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan ditempat dimana batubara tersebut.
Batubara yang terbentuk biasanya terjadi dihutan basah
dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut
pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam
rawa tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen
organik.
b) Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan ditempat dimana batubara
tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya terjadi di delta
mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu tipis, tidak menerus
(splitting), banyak lapisannya (multipleseam), banyak
pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).

Gambar 3. 4 Pembentukan Batubara


39
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

3.1.3 Sifat Sifat Batubara


a) Sifat Fisika
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang
membentuk batubara tersebut, semua fisika yang
dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat satu
sama lain.
 Berat Jenis
Berat jenis (specific gravity ) batubara berkisar dari
1,25g/cm3 sampai 1,70 g/cm3 , pertambahannya
sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya. Tetapi
berat jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3)
sampai batubara bituminous (1,25g/cm3 ), kemudian
naik lagi menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit sampai grafit
(2,2g/cm3 ). Berat jenis batubara juga sangat
bergantung pada jumlah dan jenis mineral yang
dikandung abu dan juga porositasnya. Kandungan
karbon juga akan mempengaruhi kualitas batubara
dalam penggunaan. Berat jenis yang rendah
menyebabkan sifat pembakaran yang baik.
 Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur
batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga
terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji
komposisi dan jenis batubaranya. Uji kekerasan batu
kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin
Hardgrove Grindibility Index (HGI). Nilai HGI
menunjukan nilai kekerasan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubara.
Semakin tinggi nilai HGI maka batubara tersebut
semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI batubara
tersebut semakin rendah maka batubara tersebut

40
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

semakin keras.
 Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna
coklat pada lignit sampai warna hitam legam pada
antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain (arang batu) ) umumnya berwarna cerah.
 Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang
sampai coklat tua. Pada lignit, mempunyai goresan
hitam keabu-abuan, batubara berbitumin mempunyai
warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai
warna goresan dari coklat sampai hitam legam.
 Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari
potongan batubara dalam sifat memecahnya. Ini
batubara dalam sifat memecahnya. Ini dapat pula mem
dapat pula memeperlihatkan eperlihatkan sifat dan
mutu dari suatu batubara. Antrasit dan batubara cannel
mempunyai pecahan konkoidal. Batubara dengan zat
terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk
persegi, balok atau kubus.

b) Sifat Kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung
dengan senyawa penyusun dari batu bara tersebut, baik
senyawa organik ataupun senyawa anorganik. Sifat kimia
dari batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
 Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara sesuai
dengan peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan

41
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

derajatnya dari 60% sampai 100%. Persentase akan


lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada
antrasit dan hampir 100% dalam grafit. Unsur karbon
dalam batubara sangat penting peranannya sebagai
penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak berada
dalam unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah karbon yang besar yang
dipisahkan dalam bentuk zat terbang.
 Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-
angsur habis akibat evolusi metana. Kandungan
hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5%
dalam batubara berbitumin serta sekitar 3% sampai
3,5% dalam antrasit.
 Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan
oksigen yang tidak reaktif. Sebagaimana dengan
hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selama
evolusi atau pembentukan air dan CO2. Kandungan
oksigen dalam lignit sekitar 20% atau lebih, dalam
batubara berbitumin sekitar 4% - 10% dan sekitar 1,5%
- 2% dalam batubara antrasit.
 Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa
senyawa organik yang terbentuk sepenuhnya dari
protein bahan tanaman asalnya, jumlahnya sekitar
0,55% sampai 3%. Batu bara berbitumin biasanya
mengandung lebih banyak nitrogen daripada lignit dan
antrasit.
 Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang

42
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

sangat kecil dan kemungkinan berasal dari pembentuk


dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam
batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam
beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai konsentrasi
yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
o Sulfur Pritik
Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% -
80% dari total sulfur yang terdapat dalam
makrodeposit (lensa, urat, kekar, dan bola) dan
mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).
o Sulfur Organik
Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% -
80% dari total sulfur, biasanya berasosiasi dengan
konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
o Sulfat Sulfur
Sulfat terutama berupa kalsium dan besi,
jumlahnya relatif kecil dari seluruh jumlah sulfurnya.

3.1.4 Komponen Penyusun Batubara


Unsur kimia dalam batubara dibagi menjadi 2, yaitu unsur
organik yang terdiri dari karbon (C) (sebagai aromatik/alifatik),
Hidrogen (H) (terdapat dalam gugus metil (-CH3), dan gugus
metilena (CH2-)), oksigen (O) (terdapat dalam gugus hidroksil
(-OH), karboksil (-COOH), karbonil (=C=O), dan eter (-O-)),
Nitrogen (N), Sulfur (S) (terdapat dalam gugus thiolik (R-SH),
dan gugus alifatik sulfida (R-S-R)), dan Phosphor (P)
(Sukandarrumidi, 2009; Kirk-Othmer, 2001). Sedangkan unsur
anorganik berupa logam yang berasal dari pengotor seperti
Silika (Si), Alumunium (Al), Besi (Fe), Kalsium (Ca), dan
Magnesium (Mg) (Ullmann’s et al.,1999); Anggara S., dan
Guntoro, 2017).

43
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

3.1.5 Faktor – Faktor Pembentukan Batubara


Terkait dengan pembentukan batubara yang telah di bahas
sebelumnya, masih ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan batubara. Faktor itu dapat
berupa lokasi, lamanya terendapkan, dan jenis tanaman.
a) Material Dasar
Flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun
yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu
lingkungan dan zona fisiografi , iklim dan topografi
tertentu. Jenis flora sangat berpengaruh terhadap tipe dari
batubara yang terbentuk.
b) Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pada saat sedimentasi dari material dasar
menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini
sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut
 Struktur Cekungan Batubara, yakni Batubara,
posisi dimana material dasar diendapkan
Struktur cekungan batu bara ini sangat
berpengaruh pada kondisi dan posisi geoteknik.
 Topografi dan Morfologi, yakni bentuk dan
kenampakan dari tempat cekungan
pengendapan material dasar. Topografi dan
morfologi cekungan pada saat pengendapan
sangat penting karena menentukan penyebaran
rawa-rawa dimana batubara terbentuk.
Topografi dan morfologi dapat dipengaruh oleh
proses geoteknik.
 Iklim, temperatur dan tekanan memegang
peranan penting dalam proses terbentuknya
batubara, dimana berkaitan dengan proses
kecepatan pertumbuhan tanaman, jenis

44
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

kehidupan tanaman dan kecepatan


pembusukan. Batubara yang diendapkan
padatempat yang beriklim sedang dan tropis,
umumnya dicirikan dengan ditemukannya
lapisan-lapisan tipis cemerlang (vitrinit) yang
berasal dari bahan yang berasal dari bahan
kayu. Sedangkan lapisan batu bara yang
terbentuk dalam iklim dingin, umumnya lapisan
batubaranya tipis dan berfragmen. Iklim panas
dan basah merupakan kondisi yang paling
cocok dalam pembentukan gambut, tetapi iklim
sedang dengan kelembaban tetap juga
merupakan kondisi yang baik dalam proses
pembentukan batubara.
 Kelembaban juga mempunyai peranan yang
sama penting dengan temperatur didalam
pembentukan batu bara karena batu bara
umumnya terbentuk pada kondisi rawa-rawa.
c) Proses Dekomposisi
Proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentukan batubara menjadi batubara. Dalam proses
ini, sisa tumbuhan yang terendapkan mengalami
perubahan baik secara fisis maupun kimiawi.
d) Umur Geologi
Skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami
transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam
skala waktu geologi yang panjang, maka proses
dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut yang
menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.

45
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

e) Posisi Geoteknik
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
batubara adalah :
 Tekanan, yang dihasilkan oleh proses geoteknik, dan
menekan lapisan batubara yang terbentuk.
 Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk
cekungan stabil, lipatan dan patahan.
 Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan
mengubah rank dari lapisan batubara yang dihasilkan.
f) Evolusi Tanaman
Berhubungan erat dengan jenis gambut yang
dihasilkan. Perkembangan evolusi tanaman terasa penting
pengaruhnya pada formasi batubara. Jenis tanaman pada
umur karbon tua lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jenis tanaman yang lebih muda, begitu juga dengan
komposisi kimianya sehingga akan menghasilkan
batubara yang berbeda pula, misalnya tissue tanaman
bumbu yang berumur tersier lebih peka terhadap proses
pembusukan sehingga batubara yang dihasilkan akan
lebih kaya akan komponen berminyak dan resin. Batubara
yang berumur tersier akan berbeda dengan batubara yang
berumur paleosoik (masa perubahan geologi), karena
jenis tanaman pembentuknya berbeda.

3.1.6 Jenis – Jenis Batubara


Berdasarkan kualitasnya, batubara memiliki kelas (grade)
yang secara umum diklasifikasikan menjadi empat kelas
utama menurut standar ASTM atau lima kelas jika dimasukkan
peat atau gambut sebagai 13 jenis batubara yang paling
muda.
Dalam hal ini kelas batubara disertai dengan kriteria

46
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

berdasarkan analisis proximate dan nilai kalornya, juga kriteria


berdasarkan analisis ultimate dan kandungan sulfur total serta
densitasnya
a) Gambut / Peat

Gambar 3. 5 Gambut / Peat

Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi


merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih
merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara.
Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan
dasarnya (tumbuh-tumbuhan
b) Lignite

Gambar 3. 6 Lignite / Brown Coal

Lignit sering disebut juga brown-coal, golongan ini sudah


memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan
gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya
akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas

47
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang

dikeluarkan sangat rendah sehingga seringkali digunakan


sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik.

c) Subbituminous / Bitumen Menengah

Gambar 3. 7 Sub Bituminous / Bitumen Menengah

Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna


yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan
ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang
cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi.
Subbituminous umum digunakan sebagai pembangkit listrik
tenaga uap.
Subbituminous juga merupakan sumber bahan baku yang
penting dalam pembuatan hidrokarbon aromatis dalam industri
kimia sintetis
d) Bituminous

Gambar 3. 8 Bituminous

48
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Bituminous merupakan mineral padat, berwarna hitam dan
kadang coklat tua, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah
bongkah prismatik berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air
bila dikeringkan sering digunakan untuk kepentingan
transportasi dan industri serta untuk pembangkit listrik tenaga
uap
e) Antasit

Gambar 3. 9 Antrasit

Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan


pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada
proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan
derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai
macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon
akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan
berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan
sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga
energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara,
umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar

49
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

3.1.7 Klasifikasi Batubara


Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of
Mines yang akhirnya dikenal dengan Klasifikasi menurut
ASTM D388, 2005 (America Society for Testing and Material).
Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara itu atau
berdasarkan derajat metamorphism nya atau perubahan
selama proses coalifikasi (mulai dari lignite hingga antrasit).
Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed
carbon, volatile matter dan nilai kalor

Tabel 3. 1 Klasifikasi Batubara

a) Klasifikasi menurut National Coal Board (NCB)


Klasifikasi ini dikembangkan di Eropa pada tahun
1946 oleh suatu organisasi Fuel Research dari
departemen of Scientific and Industrial Research di
Inggris. Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara,
dengan menggunakan parameter volatile matter (dry,
mineral matter free) dan cooking power yang ditentukan
oleh pengujian Gray King
b) Klasifikasi menurut International

50
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Klasifikasi ini dikembangkan oleh Economic Commision


for Europe pada tahun 1956
 Hard Coal
Di definisikan untuk batubara dengan gross
calorific value lebih besar dari 10.260 Btu/lb atau
5.700 kcal/kg (moist, ash free). Sifat caking dan
coking dari batubara dibedakan atas kelakuan
serbuk batubara bila dipanaskan. Bila laju kenaikan
temperature relative lebih cepat menunjukkan sifat
caking. Sedangkan sifat coking ditunjukkan apabila
laju kenaikan temperature.
 Brown Coal
International klasifikasi dari Brown coal dan
lignite dibagi atas parameternya yaitu total moisture
dan low temperature Tar Yield (daf)

Tabel 3. 2 Klasifikasi Brown Coal

3.1.8 Pemanfaatan Batubara


Batubara mempunyai banyak manfaat, baik untuk kehidupan
sehari-hari maupun untuk industri.
a) Pemanfaatan untuk Kehidupan Sehari-hari
1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik
Pada tahun 2020, konsumsi batubara dalam negeri
atau Domestic Market Obligation mencapai angka
121,89 juta ton. Penggunaan terbesar yaitu untuk
menyuplai PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

51
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Total dari kapasitas pemasangan PLTU batubara
adalah sebesar 34,6 Giga Watt. Sebanyak 98,9 juta
ton penggunaan batubara. Potensi Fly Ash and
Bottom Ash (FABA) sebesar 9,89 juta ton.
Manfaat ini tidak hanya dilakukan di Indonesia saja.
Banyak negara yang sudah menggunakan batubara
sebagai bahan bakar utama. Negara-negara tersebut
menggunakan batubara untuk pembangkit tenaga
listrik. Seperti India, Australia, Tiongkok, Jerman,
Jepang dan beberapa negara lain.
2. Menghasilkan produk gas
Batu bara yang masih ada di dalam tanah bisa
langsung menghasilkan gas alam. Kemudian, gas
alam tersebut akan diolah pada tempat
pertambangan. Setelah itu bisa menjadi berbagai
produk.
Contohnya, seperti bahan bakar untuk industri. Bisa
juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga
gas. Selain itu gas alam tersebut bisa diproduksi
menjadi solar dan hidrogen.
3. Memenuhi Kebtuhan rumah tangga
Meskipun tidak banyak, tetapi manfaat batu bara
lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga. Batu bara yang berbentuk briket dapat
dimanfaatkan dalam sektor ini. Pemanfaatannya
adalah sebagai bahan bakar alternatif.
Batu bara dapat dimanfaatkan untuk pengganti
minyak tanah. Sehingga akan membantu dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Contohnya
seperti memasak. Selain itu, batu bara juga dapat
membantu menghangatkan ruangan.

52
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

b) Pemanfaatan Untuk Kebutuhan Industri


1. Mendukung produk industri aluminium
Manfaat batu bara yang lain adalah untuk
mendukung produk industri aluminium. Bahan ini bisa
didapatkan sebagai hasil sampingan. Hasil tersebut
didapat dari proses oksidasi besi ketika aktivitas
industri baja.
Gas dan panas kokas yang berasal dari batu bara
bisa memisahkan beberapa produk baja. Hal itu akan
membuat hasil produk aluminium yang dipakai untuk
berbagai jenis industri. Contohnya seperti industry
peralatan dapur, industri pertanian, industry
konstruksi, serta industri-industri lainnya.
2. Membantu industri produk baja
Manfaat batu bara juga dapat ditemui pada
industri produk baja. Baja adalah salah satu bahan
yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan
manusia. Baja bisa menghasilkan berbagai barang.
Barang-barang tersebut bisa digunakan untuk
membantu kehidupan manusia.
3. Bahan bakar dengan bentuk cair
Batu bara bisa dijadikan sebagai bahan bakar
yang berbentuk cair. Ini yang membuat batu bara bisa
menggantikan bahan bakar minyak. Pengolahan batu
bara pada dasarnya akan menjadi bahan bakar
dengan bentuk cair. Batu bara akan diolah menjadi
bubuk atau bongkahan. Selanjutnya akan dilarutkan
dalam suhu yang relatif tinggi.
4. Dapat diolah untuk produksi lainnya
Manfaat batu bara lainnya adalah dalam produk
industri kimia. Baru bara dapat diolah menjadi tar batu

53
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

bata. Kemudian, tar ini bisa dimanfaatkan kembali.


Seperti untuk bahan material membuat bangunan
yang tahan air.
Selain itu, bisa juga digunakan untuk isolasi
bangunan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk
membuat cat atau kain. Bahkan, dapat juga digunakan
untuk membuat sabun dan sampo.
5. Membantu industri semen’
Bisa dikatakan bahwa batu bara adalah bahan
bakunya. Akan tetapi, batu bara bukan menjadi bahan
baku dalam hal materialnya. Namun, batu bara
digunakan ketika proses pembakarannya
6. Membantu industri kertas
Batu bara adalah bahan yang sangat efektif untuk
digunakan. Pasalnya, panas yang dihasilkan batu
bara terbilang sangat stabil. Hal itu dapat dilihat dalam
mesin pengolahan serat. Mesin tersebut digunakan
untuk industri bahan baku kertas.
7. Membantu produksi pupuk pertanian
Hal ini karena produksi pupuk pertanian selalu
membutuhkan gas khusus. Gas khusus itu digunakan
untuk pembakaran. Hal ini dapat diberikan dari batu
bara.
Banyak produk kimia yang dihasilkan dari olahan
sisa pembakaran dari batu bara. Batu bara tersebut
akan dimurnikan dengan beberapa perlengkapan
serta peralatan khusus. Proses inilah yang
membentuk bahan-bahan yang membuat pupuk kimia.
3.1.9 Batubara di Indonesia
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir
batubara terbesar di dunia. Sejak tahun 2005, ketika

54
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi eksportir


terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara
thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah
(antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di
bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya
berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Indonesia, cadangan batubara Indonesia diperkirakan
habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat
produksi saat ini diteruskan.
Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat
ini menempati peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari
total cadangan batubara global terbukti berdasarkan BP
Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari
cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas
rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang memiliki
kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Ada banyak kantung cadangan batubara yang kecil terdapat
di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua,
namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara
terbesar di Indonesia yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Timur

Gambar 3. 10 Wilayah Penghasil batubara

55
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Produksi, Ekspor, Konsumsi & Harga Batubara

Selama tahun 2000-an, "boom komoditas" menjadikan


industri pertambangan batubara sangat menguntungkan karena
harga batubara cukup tinggi. Oleh karena itu, banyak
perusahaan Indonesia dan keluarga kaya memutuskan untuk
mengakuisisi konsesi pertambangan batubara di pulau
Sumatera atau Kalimantan pada akhir tahun 2000an. Waktu itu
batubara dikenal sebagai "emas baru”.

Tabel 3. 3 Produksi dan Ekspor Batubara 2007-2013

Tabel 3. 4 Produksi dan Ekspor Batubara 2014-2019

3.1.10 Perlakuan Limbah Batubara


Pengelolaan limbah batu bara yang telah keluar dari
kategori bahan berbahaya dan beracun alias B3 perlu
pengawasan ketat. Peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan
Pertambangan (PUSHEP) Akmaluddin Rachim menyebut

56
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
langkah ini untuk mengontrol dan meminimalkan risiko.
Pemerintah perlu membuat persyaratan yang ketat
pengelolaan limbah tersebut. Fly ash (abu terbang) dan
bottom ash (abu padat) atau FABA sejatinya adalah limbah
kategori B3.
Untuk memanfaatkan limbah itu, tetap perlu menerapkan
prinsip pengelolaan B3. Prinsip tersebut adalah
meminimalkan limbah dan risiko, polluter pays principle
(asas pencemar membayar), dan cradle to grave (tidak
hanya dimusnahkan, tapi diubah menjadi produk ekonomis
dan bermanfaat). Selain prinsip tersebut, pengelolaan limbah
B3 harus dilakukan dengan prasyaratan ketat. Serangkaian
kegiatannya meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
atau penimbunan. Acuannya tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Di PLTU Tanjung Jati B yang berlokasi di Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah, limbah FABA telah dimanfaatkan bagi
masyarakat sekitar. Berbekal izin dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), limbah batu bara
itu dapat diolah menjadi batako, paving, dan beton pracetak.
Di PLTU Asam-Asam, Kalimantan Selatan, limbah batu
baranya diolah menjadi road base (lapisan jalan). Lalu, PLTU
Suralaya, Banten, memanfaatkan FABA sebagai bahan baku
batako dan bahan baku di industri semen. Sedangkan PLTU
Ombilin, Sumatera Barat, mengolah FABA menjadi
campuran pupuk silika.

57
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3.2 Sampling Batubara
Didalam industri pertambangan batubara sampling merupakan hal

yang sangat yang sangat penting,karena merupakan proses yang


sangat vital dalam menentukan karakteristik batubara tersebut. Dalam
tahap explorasi, karakteristik batubara merupakan salah satu penentu
dalam study kelayakan apakah batubara tersebut cukup ekonomis
untuk ditambang atau tidak. Begitu pun dalam tahap produksi dan
pengapalan atau pen!ualan batubara tersebut karakteristik dijadikan
acuan dalam menentukan harga batubara. Secara garis besar
sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan
dimana batubara berada dan tujuannya yaitu, Pit sampling, Production
sampling, dan Loading Sampling
a) Pit Sampling
Pit sampling sampling dilakukan setelah explorasi bahkan bisa
hampir bersamaan dengan progress tambang didalam satu pit
atau block penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data
yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini dilakukan
oleh pit control untuk mengetahui kualitas batubara yang segera
akan ditambang, jadi lebih ditu!ukan untuk mengkontrol kualitas
batubara yang akan ditambang dalam jangka waktu short term.
b) Production sampling
Production sampling dilakukan setelah batubara di prosesing
plant dimana proses imana prosesini dapat merupakan
penggilingan, pencucian, washing, penyetokan dan lain lain
Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara
yang akan dijual atau dikirim ke pembeli supaya kualitasnya
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan ditentukan dan telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas
batubara di stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat
menentukan batubara yang mana yang cocok untuk dikirim ke
buyer tertentu dengan spesifikasi batubara tertentu pula. baik

58
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dengan cara mencampur batubara yang ada di stockpile atau pun
dengan single source dengan memilih kualitas yang sesuai.

c) Loading Sampling
Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke pembeli
baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya
dilakukan oleh independent company karena kualitas yang
ditentukan harus diakui dan dipercaya oleh penjual dan pembeli
tujuannya adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang
dijual yang nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri
karena ada beberapa parameter yang sifatnya fleksibel sehingga
harganya sehingga harganya pun fleksibel pun fleksibel
tergantung kualitas actual pada saat batubara dikapalkan

Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai


tu!uan seperti telah dijelaskan di atas,dilakukan dengan menggunakan
standar yang telah ada. Dimana pemilihannya tergantung
keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon
pembeli batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan
tersebut ASTM (American Society for Testing and Materials), AS
(Austrailan Standard), ISO / International Organization for
Standardization, dan banyak lagi yang lainnya yang berlaku baik di
kawasan regional maupun internasional.
Sampling batubara merupakan sampling yang tersulit dari semua
sampling solid Material. Hal ini dikarenakan batubara merupakan
heterogen solid material. Selain itu parameter yang ditentukan dari
batubara batubara memiliki sifat penyebaran yang bervariasi. Oleh
karena itu dalam melakukan sampling batubara harus betul-betul
mengikuti kaidah atau standard. Ada 2 faktor yang menentukan bahwa
suatu sample dapat dikatakan representative atau tidak, yaitu:

59
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
a) Teknik Pengambilan dan Alat yang digunakan
Teknik pengambilan sample harus ditentukan dan disesuaikan
dengan kondisi material yang akan diambil dan alat yang digunakan
akan menyebabkan hasil dari sample tersebut bias. Teknik sampling
harus betul betul diperhatikan terutama pada sampling secara manual.
Sebagai contoh, dalam pengambilan sample dari falling stream,
shovel atau ladle yang digunakan harus masuk ke seluruh stream
batubara. apabila hanya sebagian stream yangdiambil maka sample
yang diperoleh akan bias.
Selain teknik pengambilan sample, yang tak kalah pentingnya yang
harus diperhatikan adalah alat yang digunakan untuk mengambil
sample tersebut. alat yang digunakan untuk melakukan sampling
memiliki ukuran dan bentuk yang ditentukan oleh standard.
Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standard, akan
mengakibatkan bias pada sample yang diperoleh dan akan
menyebabkan kesalahan pada hasil analisanya.
b) Massa atau Jumlah Sample
Massa atau jumlah sample yang diambil tergantung dari ukuran
butir atau particle sample dari batubara tersebut.

3.3 Preparasi Batubara


Kebanyakan pengujian tidak dapat dilakukan pada contoh dalam
kondisi seutuhnya saat diterima (as-received ), dengan alasan
keterbatasan kemampuan alat uji serta sifat dan kondisi contoh yang
akan diuji, maka pengujian pun dilakukan pada contoh yang sudah
dikeringkan dan dihaluskan pada kondisi tertentu.
Preparasi contoh adalah proses untuk mendapatkan contoh yang
baik masa dan kondisinya (kekeringan serta ukuran partikelnya)
sesuai untuk pengujian tersebut dan yang terpenting adalah tetap
mewakili seluruh gross sample yang diterima laboratorium
(representative).
Beberapa pengujian dilakukan pada contoh seutuhnya saat

60
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
diterima, diantaranya bulk density , size analysis, dsb. Pengujian total
moisture dilakukan pada cotoh seutuhnya saat diterima namun saat
melakukannya tetap memerlukan proses penggilingan (salah satu
bagian dari proses preparasi contoh).
Masa dan ukuran partikel contoh yang diperlukan untuk suatu
pengujian berbeda-beda, tergantung dari jenis pengujiannya. Ukuran
dan masa contoh untuk pengujian pengujian general analysis
( proximate, total sulphur, calorific value), berbeda dengan ukuran dan
masa contoh untuk pengujian HGI atau total moisture. Maka proses
preparasi contoh harus dilakukan dengan hati-hati agar parameter
yang diukur tidak berubah, terutama pada contoh untuk penetapan
total moisture dan size analysis.
Banyaknya tahapan proses preparasi contoh mengacu pada
banyaknya pembagian contoh yang dilakukan, padahal pembagian
contoh merupakan kegiatan yang paling signifikan menimbulkan
kesalahan, oleh karena itu semakin banyak tahap yang dipergunakan
semakin besar kemungkinan kesalahan yang akan timbul.
Misalnya, proses preparasi dua tahap, artinya dalam preparasi
contoh tersebut dilakukan dua kali pembagian contoh; proses
preparasi tiga tahap, artinya dalam proses dilakukan tiga kali
pembagian contoh, dst.
Untuk memperkecil kesalahan, jumlah contoh yang diambil pada
setiap tahap harus diperbesar. Untuk proses preparasi contoh tiga
tahap, masa contoh yang diambil pada setiap tahap hendaknya 1½
kali berat minimum yang telah ditentukan.
Proses preparasi contoh selalu melibatkan kegiatan dibawah ini:
1) Penimbangan
2) Penggilingan
3) Pengadukan
4) Pembagian
5) Pengeringan
6) Penggerusan

61
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
7) Penyimpanan contoh

3.3.1 Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk memeriksa apakah masa
contoh mencapai paling tidak berat minimum yang telah
ditetapkan.
3.3.2 Penggilingan
Tujuan utama proses penggilingan adalah memenuhi
persyaratan ukuran partikel yang diperlukan oleh pengujian
tertentu, namun begitu penggilingan pun dilakukan untuk
mendapatkan ukuran partikel antara sebelum dilakukannya
proses pembagian.
Pada contoh batubara, ukuran partikel 11.2 mm
dipergunakan untuk mengantisipasi kemungkinan pengujian
float / shrink , sedangkan pada contoh produksi atau
pengapalan sebagai ukuran antara sebelum dilakukan
proses pembagian. Ukuran partikel artikel antara contoh
produksi atau pengapalan, Internasional Standard (ISO)
mempergunakan ukuran 10 mm.
Ukuran partikel 4.75 mm, diperlukan untuk pengujian HGI,
oleh karena itu banyak orang mempergunakan contoh
berukuran 4.75 mm sebagai contoh alternatif yang disimpan,
di samping contoh berukuran 11.2mm.
Alat-alat penggiling contoh batubara yang biasa
dipergunakan antara lain, jaw crusher, Roll crusher, Plate
mill, Ring mill, Hammer mill (impact pulveruzer).
Penggunaan alat penggiling yang menggunakan daya
impact , seperti Hammer mill, Ring mill dan Plate mill, tidak
terlalu disukai, karena setelah beberapa saat dipergunakan,
menimbulkan panas sehingga dapat mengurangi nilai kalori
contoh tersebut, padahal alat penggiling ini mempunyai daya
giling yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jaw crusher .

62
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 3. 11 Crusher

3.3.3 Pengadukan
Pengadukan contoh sering dilupakan orang, padahal
merupakan faktor yang sangat penting dalam preparasi
contoh, terutama pada pembuatan contoh komposit dari
beberapa batubara berbeda.
Kesalahan dalam proses pembagian dapat dikurangi
secara signifikan melalui proses pengadukan sebelum
dilakukan pembagian.
Jika proses pembagian dilakukan secara manual, proses
pengadukan harus dilakukan sebaik mungkin, jika tidak,
justru akan menaikkan tingkat kesalahan.
Pada proses pengambilan sub-sample contoh total
moisture dari gross sample (common sample) dengan cara
incremental division, ISO melarang dilakukannya proses
pengadukan sebelum incremental division dilakukan, karena
jika dilakukan ISO mengkawatirkan akan terjadi penguapan
selama pengadukan sehingga hasil pengujian total
moisture menjadi tidak benar.
Proses pengadukan dapat dilakukan baik secara mekanis
maupun secara manual. Alat pengaduk mekanis antara lain

63
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
double cone mixer , vee mixer dan rotary sample
divider (melewatkan contoh ke RSD sebanyak tiga kali, dan
menggabungkannya kembali setelah setiap melewatkannya).
Alat pengaduk semen bukan alat yang cocok untuk
mengaduk contoh batubara.
3.3.4 Pembagian
Proses pembagian dapat dilakukan baik secara manual
maupun secara mekanis. Proses pembagian dapat dilakukan
dalam beberapa tahap sampai diperoleh berat yang
diinginkan, misalnya jika menggunakan riffle, diperlukan tiga
tahap pembagian untuk mendapatkan 1/8 bagian.
Contoh batubara yang masih basah dapat menghambat
proses pembagian, oleh karena itu disarankan untuk
mengeringkannya terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pembagian.
Proses pembagian secara mekanis mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan proses pembagian secara manual,
antara lain,
Contoh diperoleh dengan mengumpulkan lebih banyak
inkremen, sehingga presisi akan lebih baik.
Rasio pembagian lebih besar.
Pengaruh kesalahan manusia tidak ada sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya bias.
Umumnya alat pembagi mekanis on-ine dapat juga
dipergunakan di laboratorium. Alat yang paling umum
dipergunakan di lab adalah rotary sample divider . Alat ini
terdiri dari alat penampung (canister ) yang terdiri dari
beberapa segmen (biasanya delapan), bagian alat ini
berputar dengan mempergunakan motor penggerak;
vibrator yang memacu aliran contoh yang dibagi; alat
pengatur jumlah contoh yang mengalir (slide gate) dan
hopper penampung contoh yang akan dibagi.

64
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 3. 12 Rotary Sample Divider

Untuk mendapatkan contoh yang representative, tentu


ada berat minimum contoh yang harus terambil. Berat
minimum contoh ini tergantung dari ukuran partikel contoh
tersebut (top size).
3.3.5 Pengeringan
Berikut ini ada beberapa faktor penting yang sangat
mempengaruhi hasil pengeringan contoh batubara (air
drying ), yang umumnya kurang dipahami sehingga
menimbulkan pertentangan karena adanya perbedaan hasil
pengujian dalam air-dried basis.
a) Suhu pengeringan (temperature)
b) Waktu pengeringan (time)
c) Aliran udara (air flow )
d) Kelembapan udara ruang dilakukannya pengeringan
(humidity )
e) Tebalnya contoh yang dikeringkan (sample thickness)
Pada umumnya, pengeringan contoh batubara untuk
penetapan total moisture dan untuk penetapan general
analysis dilakukan secara terpisah pada sub-contoh yang
berbeda.
Pengeringan sub-contoh untuk penetapan total moisture
dilakukan sampai diperoleh berat konstan, sedangkan

65
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

pengeringan sub-contoh untuk penetapan general analysis


dilakukan pada kondisi tertentu, dengan alasan
tertentu. Alasan tersebut antara lain :
a) Suhu pengeringan harus selalu dijaga selalu tidak terlalu
tinggi agar oksidasi yang mungkin terjadi terhadap contoh
batubara tersebut sekecil mungkin. Semakin tinggi suhu
pengeringan, semakin besar juga tingkat oksidasi yang
akan terjadi terhadap contoh batubara yang sedang
dikeringkan tersebut, sehingga nilai kalorinya akan
berkurang, terutama terhadap contoh batu bara low rank
coal . Para ahli menyatakan bahwa setiap kenaikan 10 oC
suhu pengeringan, tingkat oksidasi terhadap contoh
meningkat dua kali lipat.
b) Dalam usaha untuk mengurangi proses oksidasi
terhadap contoh batubara yang sedang dikeringkan,
sekecil mungkin waktu pengeringan pun dibatasi.
c) Proses pengeringan sub-contoh untuk general
analysis ASTM agak berbeda dengan proses
pengeringan ISO. ASTM mensyaratkan pengeringan
contoh dilakukan sampai dicapai berat konstan (berat
penimbangan terakhir harus ± 0.1% per jam dari berat
penimbangan sebelumnya).
d) Aliran udara sangat berperan dalam mempercepat
pengeringan, bahkan dalam beberapa metode standar
ditetapkan jumlah perubahan udara yang terjadi.
Biasanya sekitar 1 s/d 4 volume per menit.
e) Kelembapan udara ruangan dimana kita melakukan
pengeringan tentu sangat berpengaruh terhadap
pengeringan itu sendiri. Jika kelembapannya tinggi tentu
pengeringannya pun tidak akan semaksimal saat
pengeringan tersebut dilakukan dalam ruangan yang

66
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

kelembapannya rendah. Misal: kelembapan di Bandung


90% sedangkan kelembapan di Balikpapan 75%,
kemudian suatu contoh batubara dibagi dua. Sebagian
dikeringkan di udara terbuka di Bandung dan sebagian
lagi dikeringkan di udara terbuka di Balikpapan dengan
suhu dan lama pengeringan yang sama, maka contoh
barubara yang dikeringkan di Balikpapan akan lebih
kering. Artinya %ADL di Balikpapan akan lebih besar dari
%ADL di Bandung atau %M (air-dried moisture) di
Balikpapan akan lebih kecil dari pada %M di Bandung.
f) Apabila tebal contoh yang dikeringkan terlalu tebal,
pengeringan tidak akan sempurna, oleh karena itu tebal
contoh yang dikeringkan tidak boleh lebih dari 2.5 kali top
size contoh batubara itu sendiri. Untuk membantu
pengeringan, sebaiknya contoh yang sedang dikeringkan,
sesekali diaduk dengan spatula.
Kondisi Pengeringan Sampel Untuk General Analysis
Waktu pengeringan
Suhu ASTM BISA 1017:
ISO 1988 AS 2646:6
D2013 Part 1
15o di atas
suhu Lebih baik
ruangan, tidak > 24 jam
tapi tidak > 24 jam
25oC
25oC < 24 jam
30oC 6 jam 6 jam ≤ 6 jam
40oC ≤ 3 jam
45oC 3 jam 3 jam
105oC 1 jam

67
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
(hanya
untuk high
rank coal
10o -15oC
diatas suhu
ruangan,
tapi tidak >
Sampai
40oC,
konstan
kecuali
suhu
ruangan >
40oC

Tabel 3. 5 Kondisi Pengeringan Sampel untuk General Analysis

Acuan kondisi pengeringan contoh untuk penetapan total moisture:


a) ISO 1988 (Sampling and Sample Preparation): pengeringan
harus dilakukan pada suhu 10 atau 15 oC diatas suhu
ruangan tapi tidak lebih dari 45oC, dengan sirkulasi udara
yang cukup, sampai diperoleh berat konstan.
b) BS 1017: part 1 (Sampling and Sample prearation):
pengeringan harus dilakukan pada suhu tidak lebih dari
30oC, dengan sirkulasi udara yang cukup, sampai dicapai
berat konstan. AS 2646 .6 (Sample Preparation):
pengeringan dilakukan dengan suhu yang tertera pada tabel
di atas, dengan sirkulasi udara yang cukup , sampai dicapai
berat konstan.
c) ASTM D2013 (Sample (Sample Preparation) Preparation):
pengeringan harus dilakukan pada suhu 10 atau 15 oC diatas
suhu ruang tapi tidak lebih dari 40oC (apabila suhu ruangan
diatas 45oC, maka pergunakan suhu ruangan tersebut),
sirkulasi udara yang cukup, sampai dicapai berat konstan.

68
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
d) AS 2434.1 (Determination of total moisture contentt of brown

coal): contoh dikeringkan pada suhu 38 ± 2 oC selama 5 jam,


kemudian pada suhu ruangan selama 2 hari.
3.3.6 Penggerusan
Pada dasarnya penggerusan juga merupakan proses
penggilingan, hanya saja produk penggilingannya sangat
halus. Kehalusan contoh yang disyaratkan oleh ISO, BS, dan
AS ialah 99% lolos ayakan 0.212 mm sedangkan ASTM
mensyaratkan 99% lolos ayakan 0.250 mm.
Ukuran partikel 2.8 mm, diperlukan baik untuk penetapan
residual moisture (bagaikan dari penetapan total
moisture ISO) maupun untuk contoh yang akan dihaluskan
ke ukuran 0.212 mm atau 0.250 mm atau 0.250 mm dengan
mempergunakan dengan mempergunakan Raymond mill

3.3.7 Penyimpanan Contoh


Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah:
Ukuran partikel :
a) Untuk mencegah terjadinya oksidasi, contoh sebaiknya
disimpan pada ukuran partikel yang tidak terlalu halus.
b) Ukuran partikel dan berat contoh harus disesuaikan

dengan kemungkinan pengujian tambahan yang akan


muncul. Misalnya, pengujian float / sink , biasanya
contoh borecore, tentunya berukuran 11.2 mm (top size)
yang harus disimpan.
Waktu penyimpanan contoh:
a) Untuk contoh batubara, karena untuk mendapatkan
contoh ini tidak hanya memerlukan waktu yang lama
tetapi juga memerlukan biaya yang besar, waktu
penyimpanan contoh ini tidak terbatas. Namun perlu

69
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
diperhatikan akan kemungkinan terjadinya oksidasi
selama penyimpanan tersebut, sehingga perlu dipikirkan
perihal pengujian yang masih layak dilakukan terhadap
contoh tersebut. Misalnya, pengujian calorific
value terhadap contoh yang telah disimpan selama 6
bulan, masih layakkah dilakukan? Itu tergantung dari
jenis contohnya. Kalau jenisnya lower rank
coal mungkin sudah tidak layak dilakukannya pengujian
calorific value, tapi jika untuk high rank coal mungkin
masih layak untuk dilakukan.
b) Tidak ada mode standar yang menyatakan secara tegas
dan jelas mengenai waktu penyimpanan ini.
c) Untuk contoh pengapalan, ada dua waktu penyimpanan
yang umumnya dipergunakan. Pertama untuk contoh
total moisture (top size 50 mm) disimpan selama 6
minggu, sedangkan yang lainnya untuk cotoh general
analysis, contoh disimpan selama 3 bulan.
d) Untuk mencegah oksidasi, pengaliran gas nitrogen
kedalam kantong (biasanya terbuat dari plastik) terutama
yang berisi contoh untuk pengujian caking & cooking
properties. Upaya ini kadang tidak efektif karena
memerlukan kantong plastik yang cukup tebal serta

perekatan kantong pada saat menutupnya pun harus


dilakukan dengan baik, jika tidak akan bocor.
e) Untuk contoh caking & cooking properties yang
jumlahnya tidak terlalu banyak, contoh biasanya
disimpan dalam lemari pendingin.
f) Penyimpanan contoh untuk pengujian tambahan :

70
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Jumlah contoh yang
Pengujian Top size (mm)
disimpan
Untuk borecore, ¼
bagian dari contoh
borecore yang
diterima. Contoh ini
untuk pembuatan
Float and sink test 11.2
contoh komposit, yang
kemudain
dipergunakan untuk
pengujian float & sink
test
Untuk contoh yang
banyak seperti
pengapalan, minimum
1Kg. Untuk contoh
borecore, ¼ bagian
dari contoh
HGI 4.75 borecore yang
diterima. Contoh ini
untuk pembuatan
contoh komposit, yang
kemudain
dipergunakan untuk
pengujian HGI
Untuk contoh
pengapalan, 10
inkremen Untuk contoh
Total moisture 50
pengapalan, 10
inkremen dari contoh
gros (minimum 15Kg)

71
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Untuk contoh yang
banyak seperti contoh
pengapalan, diperlukan
minimum 1.5Kg Untuk
General analysis 4.75/2.80
contoh borecore, ¼
bagian dari contoh
borecore yang
diterima.
Tabel 3. 6 Peyimpanan Contoh untuk Pengujian Tambahan

3.4 Berbagai Metode Standar Analisis Batubara


Metode standar adalah suatu cara atau metode analisis dan
pengujian (testing and analysis) yang telah diuji dengan seksama baik
dari segi baik dari segi ketelitiannya, kesederhanaan peralatannya,
maupun dari aspek-aspek lainnya. Metode ini kemudian dibakukan
untuk digunakan sebagai pedoman atau standar analisis dan
pengujian.
Prosedur baku ini disesuaikan dengan keadaan dan sifat batubara
di negara yang bersangkutan. Karena cara analisis dan pengujian
yang berbeda-beda, maka Internasional Standarization for
Organization (ISO) telah berusaha untuk mengembangkan cara yang
dapat dipakai di seluruh dunia. Di dunia batubara, pada dasarnya
terdapat dua jenis standar nasional dan standar internasional.
3.4.1 Standar Internasional
Standar internasional dikeluarkan oleh International
Organization for Standardization (ISO), yang tujuannya
menggantikan standar nasional yang ada. Dalam standar
ISO sudah tercantum prosedur penentuan standar tersebut,
apakah untuk hard coal, coal, brown coals and lignites, atau
untuk bahan bakar secara umum (fuel ). Sebagai contoh
judul pada standar ISO. ISO 589-1981 Hard Coal-
Determination Coal-Determination of total m total moisture

72
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
oisture ISO 501-1981 Coal-Determination of the crucible
swelling number ISO 1015-1975 Brown Coals and Lignite-
Determination of moisture content: Direct volumetric
method ISO 1928-1976 Solid mineral fuels- Determination of
grodd calorific value by the calorific value by the calorimeter
bomb method and calculation of net value.
3.4.2 SNI (Standar Indonesia)
Standar batubara nasional dibuat berdasarkan sifat-sifat
batubara di Negara bersangkutan. Batubara Indonesia
termasuk batubara perbatasan antara subbitumen dan
bitumen, malah kebanyakan adalah lignit . Jadi standar yang
cocok untuk lower rank coal . Tetapi SNI untuk batubara
dibuat dengan menerjemahkan standar-standar ISO yang
kebanyak untuk hard coal.
3.4.3 ASTM (American Society for Testing and Materials)
ASTM atau American Standard Testing and Material adalah
sebuah organisasi dunia yang mengembangkan standardisasi
teknik untuk material, produk, sistem dan jasa. Organisasi
standardisasi internasional yang bersifat sukarela ini berpusat
di kota Pennsylvania, Amerika Serikat.
Pada tahun 1902 ASTM disebut sebagai “American Society
for Testing Materials”.Kemudian nama tersebut dirubah
menjadi “ASTM International” pada tahun 2001, dengan
semboyan “Standards Worldwide”.Namun pada tahun 2014,
semboyan ini dirubah menjadi “Helping our World Work
better”.Saat ini, ASTM International sudah memiliki kantor di
Belgia, Kanada, China, Peru, dan kota Washington DC. Sudah
ada lebih dari 12.000 standar yang diterbitkan oleh ASTM.
Standar ASTM banyak digunakan di berbagai negara dalam
rangka penelitian akademisi maupun dunia industri.
Standar Standar ASTM inidipakai untuk semua rank
batubara, mulai dari lignit sampai dengan antrasit. Beberapa

73
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
standar dikeluarkan oleh dan hanya terdapat dalam standar
ASTM, misalnya dalam standar ASTM, misalnya penentuan
penentuan volatile matter pada suhu 950°C yang dikerjakan
dalam cawan platina. Beberapa standar ASTM telah pula
dianggap dianggap tidak dapat dipakai dipakai lagi atau telah
ketinggalan zaman, seperti penentuan moisture tanpa m
tanpa menggunakan enggunakan gas nitrogen.
Perbedaan yang mencolok antara standar ASTM dengan
standar lainnya serta standar internasional , yaitu dalam
penentuan volatile matter . Standar ASTM menggunakan
cawan platina suhu 950°C dan furnace vertikal, sedangkan
standar lainnya menggunakan cawan silika suhu 900°C dan
furnace horizontal. Waktu pemijaran sama, yaitu tepat 7
menit, tetapi akibatnya hasilpenentuan volatile matter dengan
menggunakan standar ASTM dengan menggunakan standar
ASTM lebihtinggi dari hasil standar lainnya
3.4.4 GB/T (Standar Guobiao)
Kelompok spesifikasi standar Cina (GB) pekerja besi dan
karbon serta baja memiliki paduan dalam kondisi pengiriman
yang berbeda seperti pelat, strip, kotoran, batangan, kabel,
tuang, tempa, dll. Semua standar rangkaian karakter yang
berasal dari RRC memiliki sebutan yang dimulai dengan "GB".
GB adalah singkatan dari Guojia Biaozhun, yang berarti
"standar nasional".
Standar GB adalah standar nasional China yang dikeluarkan
oleh Standardization Administration of China (SAC), Komite
Nasional China dari ISO dan IEC. Semua ini berasal dari RRC
memiliki sebutan yang dimulai dengan "GB". GB adalah
singkatan dari Guojia Biaozhun, yang berarti "standar nasional".
Untuk Standar wajib ditulis "GB". Sedangkan untuk Standar
yang disarankan ditulis "GB/T" (T dari bahasa Mandarin 推荐,
tuījiàn, berarti: "disarankan"). Nomor standar produksi ditulis

74
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
setelah "GB" atau "GB/T". Standar GB adalah dasar untuk
pengujian produk yang harus dijalani untuk mendapatkan
Sertifikat Wajib Tiongkok.
Jika tidak ada Standar GB yang sesuai, maka Sertifikat
Wajib Tiongkok tidak diperlukan.Kode tahun dalam Standar GB
hingga 1994 menggunakan dua digit, sejak 1995 menggunakan
empat digit untuk penulisan tahun

3.5 Parameter Analisis Batubara


Dalam analisa batubara, terdapat beberapa parameter yang dapat
di tentukan, di laboratorium PT. Asiatrust Technovima Qualiti
parameter-parameter ini di golongkan menjadi analisa umum dan
analisa tambahan.
3.5.1 Analisis Proksimat
Hasil dari analisis proksimat memberikan gambaran
banyaknya senyawa organik ringan (volatilematter ) secara
relatif, karbon dalam bentuk padatan (fixed carbon), kadar
moisture, dan zat anorganik (ash), sehingga mencakup
keseluruhan komponen batubara, yakni batubara murni
ditambah bahan-bahan pengotornya (impurities).
3.5.2 Inherent Moisture (Kandungan Air Lembab)
Kandungan air batubara sangat tergantung dengan
kondisi batubara yang dianalisis. Kandungan air
berhubungan erat dengan derajat sampel batubara asal.
Untuk menentukan kadar air dalam batubara dapat
dilaksanakan dengan dua metoda yaitu dengan standar
ASTM yang menggunakan udara kering dan juga standar
ISO yang menggunakan gas nitrogen.
Dalam hal ini yang dihitung adalah kadar air lembab yang
didefinisikan sebagai persentase berat yang hilang jika
sampel batubara dipanaskan pada kondisi temperatur
standar yakni 105oC. Air yang terkandung dalam batubara

75
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
menyebabkan penurunan mutu batubara karena :
a) Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor
untuk penguapan.
b) Menurunkan titik nyala.
c) Memperlambat proses pembakaran, dan
d) Memperlambat proses pembakaran, dan menambah gas
buang. Keadaan tersebut menyebabkan :
- Pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi
motor bakar.
- Penambahan biaya perawatan ketel.
- Menambah biaya transportasi, merusak saluran
bahan bakar cair (fuel line) dan ruang bakar.
Prosedur analisa inherent moisture ISO 11722:2013 ,
memasukan cawan dan tutup cawan kosong lalu ditimbang
kemudian ditimbang sampel batubara sebanyak 1 gram ke
dalam cawan. Untuk mengetahui moisture content batubara
digunakan rata-rata moisture content dry basis setiap sampel
batubara.

Gambar 3. 13 Minimum Free Space (MFS) Oven

3.5.3 Total Moisture (TM)


Total moisture (TM) menunjukan suatu pengukuran
semua air yang tidak terikat secara kimia, yaitu air yang

76
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
teradsorpsi pada permukaan, air yang ada dalam kapiler
(pori-pori) batubara dan air terlarut dalam batubara.
Penentuan TM ada dua cara, yaitu cara satu tahap dan
cara dua tahap. Pada cara satu tahap, semua
moisture dalam batubara langsung ditentukan ,sedangkan
pada cara dua tahap, pertamatama ditentukan moisture yang
hilang bila batubara dikeringkan di udara terbuka
(freemoisture), kemudian sampel yang kering udara ini
diperkecil ukuran butirannya dan diambil sebagian untuk
penentuan moisture yang tersisa dalam sampel kering udara
(residual moisture).
Total moisture adalah penjumlahan dari kedua jenis
moisture ini. Cara penentuan total moisture secara langsung
atau cara satu tahap adalah TM ditentukan pada batubara
yang telah digerus sampai ukuran -10 mm dan -3 mm.
Dalam ISO 589-1974 dikemukakan ada tiga cara
penentuan TM dalam hard coal.
Cara pertama ialah destilasi dengan toluen (Dean and
Stark method ), air yang terkumpul dari hasil destilasi
dihitung terhadap berat sampel, yaitu persen TM. Cara ini
disebut juga cara volumetric yang termasuk pada cara
langsung.
Cara kedua adalah cara gravimetri langsung dimana
sampel dipanaskan pada suhu 105-110°C dalam oven yang
dialiri gas nitrogen dan moisture yang menguap ditampung
dalam absorbans,misalnya Magnesium Perklorat.
Pertambahan berat dari absorbans menyatakan berat TM.
Cara ketiga sama dengan cara kedua, tetapi tanpa
mengaliri gas nitrogen. kedua, tetapi tanpa mengaliri gas
nitrogen. Cara pertama dan kedua dapat dipakai dalam
penentuan TM untuk semua hard coal , maka yang ketiga
hanya untuk hard coal yang tahan terhadap oksidasi saja.

77
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3.5.4 Ash Content (AC)
Ash didefinisikan sebagai zat anorganik yang tertinggal
setelah sampel batubara dibakar (incineration) dalam kondisi
standar sampai diperoleh berat yang tetap. Selama
pembakaran batubara, zat mineral mengalami perubahan,
karena itu banyaknya ash umumnya lebih kecil
dibandingkan dengan banyaknya zat mineral yang semula
ada dalam batubara.
Hal ini karena menguapnya air konstitusi (hidratasi) dari
lempung, karbon dioksida dari karbonat, teroksidasinya pirit
menjadi besi oksida, serta tejadinya fiksasi (berhentinya
perkembangan suatu bagian) belerang oksida.
Ash batubara, disamping ditentukan kandungannya
(ashcontent ), ditentukan pula susunan (komposisi) kimianya
dalam analisis ash dan suhu lelehnya dalam penentuan suhu
leleh ash. Abu dalam batubara dapat menurunkan mutu
bahan bakar karena menurunkan nilai dari kalori batubara
tersebut. Di dalam generator gas, abu dapat meleleh pada
suhu tinggi, menghasilkan massa yang disebut slag. Kalau
abu meleleh pada suhu t <1300oC, maka abu bertitik leleh
rendah, kalau abu meleleh pada 1300oC < t < 1425oC maka
abu bertitik leleh sedang, jika meleleh pada suhu t > 1425oC
maka abu bertitik leleh tinggi.
Sejumlah perubahan kimia terjadi apabila suatu sampel
batubara dipanaskan. Zat yang pertama menguap pada suhu
100°C adalah moisture. Karbon dioksida lepas dari karbonat
dan besi sulfida teroksidasi menjadi besi oksida pada suhu
sekitar 500°C. Oksida sulfur bertambat pada suhu yang lebih
tinggi dari 800°C.
Supaya perubahan ini dapat terkendali, penentuan
ash dilakukan dengan cara pemanasan dua tahap :
sampel ditempatkan dalam suatu muffle furnace dan

78
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dipanaskan sampai suhu 500°C selama 30 menit kemudian
suhu dinaikkan sampai mencapai 815°C dalam waktu 60
menit lagi.
Dalam standar ISO untuk prosedur hard coal (ISO 1171-
2010) menyarankan menimbang 1 gram sampel batubara
halus, menyebarkan di dalam cawan silica, porselen, atau
platina sampai kepadatan permukaan maksimal 0,15g/cm2.
Kemudian sampel dalam cawan dipanaskan sampai suhu
500°C selama 30 menit, dari suhu 500°C sampai 815°C
selama 30-60 menit, dan terakhir membiarkannya pada suhu
815°C selama 60 menit.

Gambar 3. 14 Furnace Ash

Untuk brown coal dan lignit, pemanasan dilakukan


dengan, suhu dinaikkan sampai 250°C dalam waktu 30
menit, dari 250-500°C dalam waktu 30 menit, kemudian dari
500-815°C selama 60 menit. Terakhir pada suhu 815°C
selama 60 menit lagi. Dalam standar BS dan AS, tempat
sampel untuk untuk penentuan ash dipakai cawan silika,
furnace harus diberi ventilasi sebanyak 4 kali perubahan
udara menit dan sampel dipanaskan 30 menit sampai suhu

79
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
500°C, 60 menit sampai suhu 815°C, kemudian 60 menit lagi
pada suhu yang tetap sampai diperoleh berat
konstan.Standar ASTM D 3174-77 menyarankan
pemanasan dari suhu kamar sampai suhu 500°C.
Pemakaian data kandungan ash
Untuk menentukan cara pencucian yang terbaik dalam
batu bara ROM, persentase kandungan ash juga digunakan
untuk menentukan ketelitian dari sampling dan parameter
ash selalu dispesifikasikan dalam kontrak. Dalam
pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara,
semakin rendah panas yang diperoleh dari batubara
tersebut.
3.5.5 Volatile Matter
Volatile matter (VM) adalah banyaknya zat yang hilang
bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang
telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar moisture).
Suhunya adalah 900°C, dengan waktu pemanasan 7 menit
tepat.
Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar gas-
gas yang mudah terbakar, seperti hidrogen, karbon
monoksida, dan metana, serta sebagian kecil uap yang
dapat mengembun seperti tar, hasil pemecahan termis
seperti karbon dioksida dari karbonat,sulfur dari pirit, dan air
dari lempung. Yang mempengaruhi VM yaitu
moisture,suhu,waktu,kecepatan pemanasan,penyebaran
butir,dan ukuran partikel.
Prosedur penentuan VM untuk hard coal menurut ISO
562- 2010 adalah 1 gram sampel dimasukkan ke dalam
cawan silika dengan tutup yang rapat. Cawan diletakkan
pada stand yang terbuat dari kawat nikelkrom, kemudian
dalam muffle furnace bersuhu 900°C. Pemanasan tanpa
udara ini dilakukan selama tujuh menit tepat.

80
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Standar ISO untuk batubara kelas rendah digunakan dua
tahap (AS 2434.2-1983). Mula-mula sampel dipanaskan
pada suhu 400°C selama 7 menit, kemudian dilanjutkan lagi
pada suhu 900°C selama 7 menit lagi.
Standar ASTM D 3175-77 digunakan tungku pembakar
vertikal, cawan yang digunakan adalah cawan platina dan
suhu pemanasannya sebesar 950°C. Umumnya cara ASTM
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan
cara ISO,AS dan BS.

Gambar 3. 15 Furnace Volatile Matter

Pemakaian data Volatile Matter


VM yang ditentukan dengan cara-cara ini dapat digunakan
untuk menentukan kelas suatu batubara, klasifikasi,dan
proporsinya dalam pencampuran. Selain itu, berguna untuk
menaksir yield dari kokas dan hasil sampingnya. Dalam
gasifikasi dan likuifikasi, VM juga digunakan untuk memilih
proses dan kondisi kedua proses tersebut.

3.5.6 Fixed Carbon (FC)


Fixed carbon (FC) menyatakan banyaknya carbon yang

81
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
terdapat menyatakan banyaknya carbon yang terdapat
dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC
ini mewakili sisa penguraian dari komponen organik batu
bara ditambahsedikit senyawa nitrogen, belerang, hidrogen,
dan mungkin oksigen yang terserap atau berat secara
kimiawi. Apabila ash atau zat mineral telah dikoreksi, maka
kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank batubara
dan parameter untuk mengklasifikasikan batubara.

Fixed Carbon (FC) merupakan kandungan utama dari


batubara. Hal tersebut dikarenakan kandungan fixed carbon
paling dalam menentukan besarnya heating value suatu
batubara. Kandungan fixed carbon yang semakin banyak,
maka akan memperbesar heating value-nya. Nilai kadar
karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan
jumlah kadar moisture (kelembaban), kadar abu, dan jumlah
zat terbang. Nilai kadar karbon semakin bertambah seiring
dengan tingkat pembatubaraan. Nilai kadar karbon dan
jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk
menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio.
Kadar Karbon Tetap (FC) adalah karbon yang terdapat
dalam batubara yang berupa zat padat/ karbon yang
tertinggal sesudah penentuan nilai zat terbang (VM). Melalui
pengeluaran zat terbang dan kadar air, maka karbon
tertambat secara otomatis sehingga akan naik. Dengan
begitu makin tinggi nilai karbonnya, maka peringkat batubara
meningkat

3.5.7 Total Sulfur (TS)


Sulfur adalah salah satu komponen dalam batubara, yang
terdapat sebagai sulfur organik maupun anorganik.
Umumnya komponen sulfur dalam batubara terdapat

82
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
sebagai sulfur syngenetik yang erat hubungannya dengan
proses fisika dan kimia selama proses penggambutan dan
dapat juga sebagai sulfur epygenetik yang dapat diamati
sebagai pirit pengisi cleat pada batubara akibat proses
presipitasi kimia pada akhir proses pembatubaraan . Berikut
adalah skema yang menunjukkan urutan proses
pembentukan sulfur

Gambar 3. 16 Prose Pembentukan Sulfur

Setiap senyawa, kecuali senyawa dipolar seperti N2, H2,


dan O2 dapat menyerap energi infra merah. Karena semua
molekul mempunyai spektrum infra merah yang karakteristik,
maka metoda spektrofotometer infra merah dapat digunakan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Belerang atau sulfur dalam batubara dapat terjadi
dalambeberapa bentuk
a) Sebagai organic sulphur , dimana sulfur terikat pada
senyawa hidrokarbon dalam coalmatter
b) Sebagai mineral sul Sebagai mineral sulfida, sulfur ada
dalam fida, sulfur ada dalam fraksi anorganik, misal fraksi
anorganik, misal dalam pirit
c) Sebagai mineral sulfat yang dihasilkan dari oksidasi

83
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
mineral sulfida dengan bantuan udara
d) Sampel batu bara yang mengandung sulfur, setelah
dibakar menghasilkan gas SO2, dan gas-gas hasil
pembakaran lainnya.Gas hasil pembakaran kemudian
dialirkan melalui dua buah silinder berisi senyawa
anhidrat untuk menyerap uap air. Kemudian gas hasil
pembakaran dialirkan menuju sel infra merah. Dalam sel
Dalam sel infra merah, energi diemisikan oleh sebuah
kawat nikrom yang dipanaskan pada suhu 850oC. Energi
radian yang akan memasuki sel melewati sebuah jaring
kalsium florida dan kemudian terproyeksi melalui sel
pengukur yang berisi terproyeksi melalui sel pengukur
yang berisi gas hasil pembakaran sil pembakaran
sampel. Gas-gas yang mengabsorpsi sinar infra merah
tadi, menghasilkan sebuah spektrum. Energi infra merah
yang akan keluar dari sel pengukur dilewatkan pada
jaring kalsium fluorida yang kedua yang berfungsi
sebagai penyaring gelombang yang sensitif untuk
menghalau semua gelombang kecuali gelombang yang
dihasilkan oleh gas SO2. gelombang SO2 kemudian
diteruskan ke detektor. Detektor kemudian mendeteksi
perubahan energi sinar infra merah antara gas pembawa
dan gas yang dihasilkan sampel. Dan akhirnya
menetapkan konsentrasi dari sulfur.
Kadar S dalam batubara bervariasi, mulai dari jumlah
yang sangat kecil hingga lebih dari 4%. Unsur S mudah
bereaksi dengan unsur H atau O membentuk senyawa asam
(pH < 5), yang dimana senyawa asam tersebut merupakan
pemicu polusi. Sulfur anorganik dalam batubara dapat
dikurangi dengan proses pencucian yang dimana terbentuk
dari reaksi reduksi sulfur primer oleh bakteri
desulfovibrio/desulfotomaculum dan air tanah yang

84
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
mengandung ion Fe2+.

Gambar 3. 17 Furnace Total Sulfur Infra red

Sulfur organik berikatan dengan senyawa hidrokarbon di


batubara, yang terbentuk dari reduksi sulfat oleh material
organik dibantu dengan bakteri menjadi hidrogen sulfida
(H2S) pada lingkungan kering dan minim kandungan Fe,
sehingga tidak dapat dikurangi dengan proses pembersihan.
Sedangkan sulfur sulfat biasa dijumpai dalam bentuk sulfat
besi, sulfat barium dan kalsium sulfat dan tidak terlibat dalam
pembentukan SOX (oksida sulfur). Kandungan S terbesar
terdapat pada bagian ujung-ujung lapisan batubara serta
kandungan S terkecil (< 1%) didominasi oleh sulfur organik.
Jika dibakar akan menghasilkan gas SO2, bila teremisi di
udara akan teroksidasi menjadi SO3. Apabila SO3 berkontak
dengan uap air, maka akan membentuk kabut asam yang
akhirnya menjadi hujan asamyang dapat menyebabkan
korosi pada alat yang berkontakdengan cairan asam tersebut

3.5.8 Calorivic Value (CV)


Nilai Kalor (CV) adalah penjumlahan dari harga-harga

85
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
panas pembakaran unsur-unsur pembentuk batubara. Nilai
kalor sangat berpengaruh terhadap pengoperasian
pulverizer/ mill pipa batubara, dan windbox, serta burner.
Nilai CV yang semakin tinggi maka aliran batubara setiap
jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder
harus disesuaikan. Sedangkan batubara dengan kadar
kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama, maka
dengan CV yang tinggi menyebabkan pulverizer akan
beroperasi di bawah kapasitas normalnya atau dengan kata
lain operating ratio-nya menjadi lebih rendah.
Panas yang dilepaskan oleh batubara bila dibakar di
udara merupakan besaran yang penting dalam menganalisis
batubara. Energi yang dibesarkan ini Energi yang dibesarkan
ini berasal dari adanya inte berasal dari adanya interaksi
eksotermis raksi eksotermis senyawa hidrokarbon dengan
oksigen. Meterial lainnya seperti moisture, nitrogen, sulfur,
dan zat mineral juga mengalami perubahan kimia, tetapi
kebanyakan reaksinya endotermis dan akan mengurangi
energi yang sebenarnya ada dalam batubara. Dalam praktik
pembakaran, moisture ini menyebabkanhilangnya panas
yang digunakan untuk penguapan. Mineral juga umumnya
merupakan sumber hilangnya panas, karena untuk
memecahkan mineral seperti lempug dan karbonat-karbonat
diperlukan panas. Tetapi mineral sulfur, seperti pirit dan
markasit,malah menyumbang panas pembakaran untuk
panas total dari sampel.

86

Gambar 3. 18 Kalorimeter
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Pada furnace kerja, pembakaran sifatnya terbuka. Uap air


kerja, pembakaran sifatnya terbuka. Uap air dan gas-gas
pembentuk asam langsung keluar ke udara tanpa mengalami
pengembunan. Di laboratorium, mengalami pengembunan.
Di laboratorium, pembakaran pembakaran dilakukan
dilakukan di ruang tertutup, yaitu dalam bomb, dan setelah
pembakaran selesai kebanyakan produknya mengembun.
Hal ini selesai kebanyakan produknya mengembun. Hal ini
menghasilkan ghasilkan energi yang dibebaskan oleh
batubara menjadi lebih tinggi karena ada tambahan latent
heat yang keluar karena proses kondensasi.

Gambar 3. 19 Bomb Vessel


Energi yang diukur dengan cara ini disebut gross calorific
value. Panas yang dibebaskan per satuan berat batu bara
dalam kondisi terbuka disebut net caloriific value. Besaran ini
berbeda nyata dengan gross calorific value, terutama dalam
batubara browncoal atau lignite yang mengandung moisture
tinggi.

87
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Semua standar memberikan prosedur untuk pengukuran
gross calorific value (GCV) pada volume yang konstan, jadi
untuk mengubahnya ke net calorific value (NCV) pada
tekanan yang konstan diperlukan perhitungan. Cara
perhitungan tersebut telah dimuat dalam standar ISO 1928,
ASTM D 2015, dan D5686 juga dalam standar BISA 1016
dan AS dalam standar BISA 1016 dan AS 1038, yang dimuat
da 1038, yang dimuat dalam Part 16 dengan judul
“Assessment and Reporting of Results ent and Reporting of
Results”.
Penentuan calorific value merupakan penentuan yang sangat
penting dalam batubara, karena merupakan dasar dari spesifikasi
di dalam kontrak. Sering diminta untuk menyatakan hasil
penentuan dalam basis as received . Sehingga bila ada kesalahan
dalam penentuan moisture akan menyebabkan kesalahan pula
dalam calorific value as received itu. Nilai CV sering digunakan
dalam penaksiran sumber energi dan cadangan energi, dan dalam
beberapa sistem klasifikasi batubara digunakan sebagai
parameter untuk menggolongkan batubara bitumen berdasarkan
rank.
Nilai CV yang ditentukan adalah “gross” yang didefinisikan
sebagai panas yang dihasilkan dengan jalan membakar sejumlah
tertentu batubara pada volume konstan. Didalam bomb
calorimeter dengan oksigen di bawah kondisi yang telah
ditentukan, sehingga hasil pembakaran pada akhir penentuan ada
dalam bentuk ash, air yang mengembun, gas karbon dioksida,
sulfur dioksida, dan nitrogen.
Nilai kalori adalah jumlah panas (kalor) yang dihasilkan oleh
pembakaran sempurna sampel batubara di laboratorium. Nilai .
Nilai kalori dari sampel batubara ditetapkan dengan cara
membakar sampel dalam lingkungan berisi gas oksigen dengan
tekanan 30 atm. Panas yang dilepaskan oleh pembakaran
setimbang dengan nilai kalori sampel. Nilai kalori biasanya
dinyatakan dalam satuan MJ/Kg, yang konsisten dengan system

88
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
matrik. Nilai kalori biasanya dilaporkan sebagai gross calorific
value, tetapi dapat pula dilaporkan sebagai net calorific value.
Istilah ini kadang mengacu pada nilai-nilai pemanasan tinggi dan
rendah. Terdapat beberapa satuan nilai kalori, yaitu :
- 1 MJ/Kg = 238,846 kkal/Kg
- 1 BTU/Lb = 1,8 kkal/Kg

3.5.9 Ash Fusion Temperature (AFT)


Ash Fusion Temperature Temperature (AFT) adalah
analisis yang dapat menggambarkan sifat pelelehan abu
batu bara yang diukur dengan mengamati perubahan bentuk
contoh abu yang telah dicetak berupa kerucut, selama
pemanasan bertahap. Analisis biasanya dilakukan pada dua
kondisi peman n pada dua kondisi pemanasan, yaitu asan,
yaitu kondisi oksidasi dan kondisi agak reduksi. Pada kondisi
reduksi, pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran
yang dialiri oleh campuran 50% gas hydrogen dan 50% gas
karbon dioksida,sedangkan pada kondisi oksidasi,
pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran yang dialiri
oleh 100% gas karbon dioksida.
Pengamatan sifat pelelehan ini umunya dilakukan pada
suhu 900°C sampai dengan 1600°C. Pengamatan dicatat
dan dilaporkan pada saat contoh abu batu bara meleleh dan
berubah menyerupai profil standar yang telah tersedia (lihat
lampiran). Analisis yang dilakukan pada kondisi oksidasi
umumnya mendapatkan hasil yang lebih tinggi lebih tinggi
daripada yang dilakukan pada kondisi reduksi. Hal ini
tergantung dari kandungan komponen tertentu dalam abu
tersebut, sebagai contoh komponen besi oksida yang
mempunyai efek pelelehan yang berbeda pada kondisi
oksidasi dengan pada kondisi berbeda pada kondisi oksidasi
dengan pada kondisi reduksi.
Apakah itu AFT oksida atau reduksi reduksi yang dapat

89
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dipakai dipakai untuk memprediksi permasalahan yang
mungkin timbul pada suatu instalasi,tergantung dari bentuk
operasi itu sendiri. Sebagai contoh, dalam kasus pabrik
penghasil gas, dimana kondisi reduksi terjadi di ruang
pembakaran maka AFT reduksilah yang cocok untuk
dilakukan, sebaliknya pada dasar fixed bed furnace, dimana
udara pembakaran mengalir dari bawah ke atas, kondisinya
ialah oksidasi, sehingga AFT oksidasilah yang cocok. Dalam
kasus pembakaran pulverized fuel, keadaannya berbeda dan
tidak menentu. Pada nyala pembakaran, sebagian besar
kondisinya reduksi, sedangkan diluar nyala pembakaran
kondisinya agak oksidasi tergantung dari banyaknya
kelebihan udara yang dialirkan.
Abu batubara biasanya akan meleleh pada saat harga
AFT-nya lebih rendah dari temperatur boiler tepatnya furnace
exit gas temperature (FEGT) yang ditetapkan. Akibatnya,
abu batubara berpotensi membentuk slagging yang
menyebabkan penurunan 40 efisiensi boiler. Penurunan ini
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi industri. Oleh
karena itu, dibutuhkan nilai AFT batubara yang tinggi
melebihi temperatur FEGT. Pengukuran temperatur leleh
abu dilakukan dengan memanaskan abu batubara yang
dibentuk kerucut di dalam suatu tungku. Temperatur
pelelehan abu ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1) Temperatur deformasi awal (initial temperatur, IT)
Temperatur dimana pembulatan pada ujung kerucut terjadi.
2) Temperatur pelunakan (softening temperatur, ST)
Temperatur dimana kerucut telah meleleh menjadi bulat
dengan ketinggian sama dengan lebarnya.
3) Temperatur hemispherical (HT)
Temperatur dimana kerucut telah meleleh menjadi bentuk
hemispherical dengan ketinggian menjadi setengah lebar

90
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dasarnya.
4) Temperatur Fluida (FT)
Temperatur dimana seluruh abu telah meleleh dengan
ketinggian maksimal 1/16 inci

Gambar 3. 20 Temperatur Pelelehan Abu dan Bentuknya

3.6 Kalibrasi, Validasi, dan Verifikasi


3.6.1 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi
alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa
dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan
bahan-bahan acuan tersertifikasi. Tujuan kalibrasi adalah untuk
mencapai ketertelusuran pengukuran. Sedangkan manfaat
kalibrasi adalah sebagai berikut
- Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai
industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang
dimiliki.
- Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh

91
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Pada kegiatan industri dan penelitian peranan kalibrasi
merupakan salah satu tolok ukur jaminan mutu suatu
produk/penelitian, sehingga semua alat ukut (instrumentasi)
dan bahan ukur harus dilakukan kalibrasi secara periodik,
sesuai dengan persyaratan standar atau spesifikasi teknis yang
berlaku.
Penentuan kebenaran tersebut dilakukan dengan cara
membandingkan nilai tersebut dengan standar ukur yang bisa
ditelusuri menggunakan standar nasional maupun
internasional. Beberapa peralatan yang digunakan untuk
kalibrasi di antaranya adalah stell ruler atau penggaris hingga
coordinate measuring machine. Kalibrasi perlu dilakukan,
mengingat hasil pengukuran yang tidak konsisten dapat
berpengaruh pada kualitas produk. Oleh karena itu, industri-
industri besar kerap kali melakukan kalibrasi demi menjaga
kualitas produk dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan.
Di Indonesia, kalibrasi terdiri atas:
- Kalibrasi Teknis, yakni kalibrasi alat ukur yang tidak memiliki
hubungan langsung dengan perniagaan. Kalibrasi ini
dikerjakan oleh laboratorium kalibrasi yang telah diakreditasi
KAN.
- Kalibrasi Legal, yakni kalibrasi alat ukur yang erat kaitannya
dengan dunia perdagangan. Kalibrasi ini dikerjakan oleh
Direktorat Metrologi Deperindag.
Selain prinsip dasar, melakukan kalibrasi juga harus
memenuhi persyaratan berikut ini.
- Standar acuan harus bisa ditelusuri sampai ke standar
nasional/internasional
- Metode yang dipakai dalam kalibrasi telah diakui baik
secara nasional maupun internasional

92
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
- Personil kalibrasi harus terlatih, dibuktikan dengan sertifikasi
dari laboratorium terakreditasi
- Ruangan tempat berlangsungnya kalibrasi harus
terkondisikan, mulai dari suhu, tekanan udara, kelembaban,
aliran udara, serta kedap terhadap getaran
- Alat kalibrasi berfungsi dengan baik atau tidak rusak.
Kegiatan kalibrasi perlu dilaksanakan terhadap beberapa hal,
yakni:
- Perangkat baru
- Perangkat yang harus dikalibrasi setiap waktu tertentu
- Perangkat yang harus dikalibrasi dalam periode waktu
penggunaan / jam operasi tertentu
- Saat perangkat bertumbukan atau mengalami getaran
dengan potensi mengubah kalibrasi
- Saat hasil pengamatan masih dipertanyakan
Berdasarkan karakteristik dan tujuan pemakaiannya, waktu
kalibrasi suatu alat ukur berbeda-beda. Misalnya, jika dilihat
dari segi karakteristiknya, tingginya kualitas metrologis
sebanding dengan panjang selang kalibrasinya. Adapun jika
dilihat dari tujuan pemakaiannya, semakin kritis pemakaian dan
kecil dampak hasil ukurnya, maka selang kalibrasinya semakin
pendek.
Waktu-waktu pelaksanaan kalibrasi dilakukan dengan
beberapa cara, seperti:
- Dinyatakan dalam waktu menurut kalender, contohnya
setahun sekali, setengah tahun sekali, dan lain sebagainya.
- Dinyatakan dalam waktu pemakaiannya, contohnya 1000
jam pakai, 5000 jam pakai, dan lain sebagainya.
- Kombinasi waktu menurut kalender dan pemakaiannya,
contohnya setengah tahun sekali atau 1000 jam pakai.
Saat melakukan kalibrasi akan memperoleh hasil berupa:
- Nilai obyek ukur

93
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
- Nilai koreksi atau penyimpangan
- Nilai ketidakpastian pengukuran, berupa besaran kesalahan
yang mungkin ada dalam kegiatan pengukuran
- Sifat metrologi lainnya, seperti kurva kalibrasi dan faktor
kalibrasi
Dari hasil di atas nantinya akan dapat diketahui bahwa suatu
instrumen atau alat ukur, sistem pengukuran, atau bahan ukur
memiliki kesalahan penunjukan. Adapun suatu alat kesehatan
dapat dinyatakan lulus kalibrasi jika tidak terjadi penyimpangan
hasil pengukur dengan nilai pada alat kesehatan yang melebihi
angka yang diizinkan.
3.6.2 Validasi
Validasi suatu metoda (uji/kalibrasi, ISO 17025 : adalah
pembuktian dengan studi laboratorium yang sistematis bahwa
metoda tersebut sesuai untuk keperluannya/ tujuannya misal
karakeristik kinerja lab akan mampu menghasilkan hasil yang
akurat atau memecahkan masalah. Karakteristik kinerja yang
penting termasuk : Selektifitas dan Spesifitas, deskripsi
measurand, rentang ukur, kalibrasi dan ketertelusuran, bias,
linieritas, limit deteksi, limit kuantifikasi, kehandalan
(ruggedness), akurasi dan presisi
Karakteristik satu dan yang lain saling terkait dan sebagian
besar diantaranya memberikan ketidak pastian
pengukuran/pengujian. Metoda-metoda validasi dapat diperoleh
dari organisasi resmi spt AOAC, ASTM dsb. Validasi dilakukan
bila :
a) metoda uji/ kalibrasi adalah bukan metoda yang ofisial
(resmi) yang dikeluarkan oleh badan/organisasi resmi dan
diakui secara internasional.
b) Metoda uji/kalibrasi yang dimodifikasi dari metoda ofisial.
c) Validasi metoda uji/ kalibrasi adalah yang diadopsi dari
literatur atau produsen alat/bahan kimia tertentu atau

94
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
sumber lain dan belum divalidasi oleh badanresmi.
d) Metoda uji yang dikembangkan sendiri oleh lab.
Parameter pada Validasi yaitu:
- Sensitivitas
- Spesifitas atau Selektifitas
- Akurasi
- Limit Deteksi (LoD)
- Limit Kuantifikasi (LoQ)
- Linieritas
- Ketangguhan Metoda (Ruggedness)/ Robustness
- Presisi
3.6.3 Verifikasi
Verifikasi adalah konfirmasi melalui penyediaan bukti
obyektif bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.
Dalam prosedurnya dilakukan terhadap suatu metoda baku
(official/resmi) yang dikeluarkan oleh Badan/lembaga resmi
sebelum diterapkan di lab pengguna. Bertujuan untuk
membuktikan bahwa metoda tsb “ applicable “ (sesuai dengan
peruntukkannya) Hasil verifikasi dapat dipakai untuk
menunjukkan kinerja lab.Yang termasuk verifikasi : akurasi
(termasuk recovery), presisi (termasuk repeatability dan
reproducibility).

3.6.4 Kesalahan dalam Verifikasi


1) Kesalahan penggunaan metoda
Itu sebabnya ada konsep validasi dan verifikasi metoda
analisa yang harus dilakukan di laboratorium. Menurut
ISO/IEC 17025 :2017, kita harus melakukan verifikasi
metoda untuk memastikan bahwa metoda yang kita pilih
bisa digunakan dilaboratorium kita, menggunakan peralatan
dan bahan laboratorium kita dan dilakukan oleh staff
laboratorium kita.
Metoda analisa standard internasional

95
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
seperti International Organization for Standardization (ISO);
Standar Nasional Indonesia (SNI); United States
Pharmacopeia (USP); Food and Drug Administration,
Bacteriological Analytical Manual (BAM); American Public
Health Association (APHA), dan American System for
Teting Material (ASTM) harus diverifikasi sebelum
digunakan di laboratorium.
2) Praktisi Laboratorium tidak mengetahui meode yang
digunakan.
Pada banyak kasus kami menemukan banyak analis atau
tenaga laboratorium yang tidak mengetahui metoda yang
digunakan. Walaupun tidak mengetahui metoda analisa,
analis tersebut tetap melaksanakan analisa sehari hari di
laboratorium.
Mereka melakukan analisa hanya berdasarkan
pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh senior atau
pengalaman di laboratorium terdahulu.
3) Praktisi Laboratorium menggunakan metode yang sudah
tidak update.
Setiap metoda analisa hampir dipastikan terupdate
secara reguler, disebabkan oleh adaptasi terhadap
perubahan. Mari kita ambil dua contoh yang menarik, Satu,
Pada analisa Bromate dengan sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK), SNI terbaru mensyaratkan penggunaan
Ion Chromatography. kedua, Pada analisa arsenik di
Industri pharmasi, Unites Stated Pharmacopeia (USP)
mensyaratkan penggunaan Liquid Chromatography Mass
Spectrophotometer (LC-MS MS)
Keduanya berubah terkait limit deteksi dari parameter
yang makin kecil. Kalo kita lihat kondisi sekarang, masih
banyak laboratorium yang menggunakan metoda yang
sebetulnya sudah obselete karena sudah digantikan

96
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
dengan metoda revisi terbaru.
4) Praktisi Laboratorium mengubah atau memodifikasi langkah
langkah analisa
Langkah langkah analisa yang sudah ditulis pada suatu
metoda standar harus diikuti dengan benar dan tepat.Kita
tidak diperkenankan untuk mengubah langkah tersebut.
Perubahan langkah langkah pada suatu analisa mungkin
mengharuskan kita untuk melakukan validasi terhadap
metoda analisa tersebut.
Di Indonesia, kasus ini terjadi karena beberapa
laboratorium kesulitan dalam memenuhi kebutuhan salah
satu jenis reagen atau salah satu peralatan laboratorium
sehingga harus memodifikasi langkah langkah analisa.

3.6.5 Uji Akurasi


Akurasi dapat dinyatakan sebagai ukuran seberapa dekat
nilai hasil ukur rata rata yang diperoleh dari sejumlah
pengukuran berulang terhadap nilai sesungguhnya.
1) Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil pengukuran denga kadar analit yang
sebenarnya (standar). Akurasi dinyatakan dengan %
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan
(spiked).
2) Recovery (Perolehan kembali) Adalah kemampuan metode
untuk mendapatkan kembali konsentrasi analit yang
ditambahkan ke dalam matriks sample
% Recovery =

Dimana
Ca = konsentrasi analit yang ditambahkan
Cb = konsentrasi analit hasil uji /analisis
Keberterimaan recovery 80 – 120 % banyak dipakai.

97
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Results Accuracy :

T Hitung :

T Tabel (nilai untuk tingkat kepercayaan 95% dan distribusi


dua sisi) :

Results Of Accuracy For Sample :

3.6.6 Uji Presisi


Presisi adalah ukuran derajat kesesuaian/ kedekatan antara
hasil uji individual satu dengan lainnya. Diukur dengan
penyebaran (variance) hasil individual dari rataan jika metode
diaplikasikan secara berulang pada sampel-sampel yang
diambil dari cuplikan yang homogen. Presisi diindikasikan
dengan nilai simpangan baku (Standar deviasi) relatif (koefisien
variasi). Presisi dinyatakan sebagai :
- Repeatability
- Reproducibility

1) Repeatability
Adalah keseksamaan metoda jika dilakukan berulang kali
oleh analis yang sama pada kondisi dan lab yang sama dan
dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dihitung
sedikitnya dari 10 data ulangan pada setiap konsentrasi.
Batas keberterimaan suatu uji repeatabilitas menggunakan
persamaan Horwitz : RSDr < 2 (1-0,5logC) x 0,67
RSDr dihitung dari RSDr =

98
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Dimana:
C = konsentrasi CRM sample yang diuji
RSDr = Standar Deviasi Relatif
S = Standard Deviasi
̅ = rata rata hasil uji
2) Reproducibility (ketertiruan)
Standar Deviasi :
̅
S=√

Dimana :
S = Standar Deviasi
= Jumlah seluruh
Xi = Nilai x (analisis)
̅ = Nilai rata rata
Adalah keseksamaan metoda bila dikerjakan pada kondisi
yang berbeda. Biasanya analisis dilakukan pada sampel yang
sama di lab yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi,
pelarut dan analis yang berbeda. Keterterimaan bila nilai RSD
atau (CV) ≤ 5% atau ≤ 2%

99
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB IV
DATA PENGAMATAN ANALISIS BATUBARA

4.1 Metode Analisis


Dalam pengujian di PT.Asiatrust Technovima Qualiti menggunakan
metode yang telah dipatenkan secara internasional dan digunakan
diseluruh dunia. Metode tersebut antara lain Internasional Standard
Organization (ISO), dan American Society for Testing and
Materials (ASTM).
Tetapi umumnya pada pengerjaan di laboratorium metode yang
sering digunakan adalah Internasional Standard Organization (ISO)
dan Amarican Society For Testing and Materials (ASTM), ini
dimungkinkan karena berdasarkan permintaan konsumen yang
menggunakan jasa PT.Asiatrust Technovima Qualiti Divisi
Laboratorium Batubara.

4.2 General Analysis

4.2.1 Analisis Proksimat


Analisis Proksimat yaitu analisa dasar untuk mengetahui
kandungan batubara yang menunjukkan kualitas batubara
tersebut. Macam-macam Analisa Proksimat antara lain,
moisture, ash content, volatile matter, dan fixed carbon.
A. Moisture in The Analysis Sample (MIAS)
1. Metode Acuan
ASTM D3173-2017 : Moisture in the Analysis Sample
of Coal and Coke
2. Prinsip Percobaan
Sejumlah berat tertentu dari contoh batubara
dipanaskan pada temperatur 105-110°C dalam oven
dalam kondisi dan waktu tertentu.Persentase
moisture didapat dari kehilangan berat contoh

100
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
batubara tersebut setelah dipanaskan
3. Alat Bahan
Alat :
1) Aluminium tray
2) Deksikator
3) Neraca analitik
4) Dish moisture
5) Spatula
6) Oven
Bahan :
1) Sampel batubara
2) Gas kering
3) Gas tekan
4. Prosedur Kerja
1) Naikkan suhu oven sampai 105°C
2) Cawan dan tutupnya terlebih dahulu di keringkan
di dalam Oven pada suhu 105°C selama 15 menit
3) Setelah itu masukkan kedalam deksikator selama
5 menit dan timbang cawan + tutupnya – sebagai
(m1)
4) Segera masukkan 1 g batubara ke dalam cawan.
Catat beratnya (cawan + tutupnya + batubara) -
sebagai (m2)
5) Masukkan cawan + batubara ke dalam oven yang
sudah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu
105°C.
6) Panaskan di bawah aliran udara kering selama 1
jam. (Suhu oven harus dalam rentang 104 sampai
110°C).
7) Keluarkan cawan + batubara dari oven. Tutup,
kemudian dinginkan di dalam desikator selama 5
menit.

101
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
8) Setelah dingin, segera ditimbang kembali cawan +
tutupnya + batubara - sebagai (m3)
9) Kembalikan peralatan gelas ke tempatnya dan
bersihkan tempat kerja.
10) Laporkan hasil.
11) Simpan sisa contoh untuk analisis lebih lanjut jika
diperlukan.
5. Data Perhitungan
Perhitungan :

Keterangan :
M ad = moisture in the analysis sample (air dried)
(%)
m1 = berat awal dish + tutupnya (g)
m2 = berat dish + tutupnya + batubara (g)
m3 = berat dish + tutupnya + batubara setelah
dipanaskan (g)

Rentang Repeatability (r) Reproducibility (R)


(%)

Coal : 0.09 + 0.01 x 0.23 + 0.02 x


1.0 – 21.9%
Coke 0.08 0.24
0.18 – 1.87%
Tabel 4. 1 Repeatibility dan Reproducibility MIAS

Perhitungan pada Uji Akurasi dan Presisi


1) Bias = hasil uji akurasi – rata rata hasil analisis
ACIRS

2) SD (Standar Deviasi) =

Ket :
X = hasil analisa
= rata rata hasil analisa

102
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
n = jumlah data analisis

3) RSD / Simpangan Baku Relatif =

4) Certificate = Ketetapan nilai standar ACIRS


5) % Recovery =

6) THitung =

6. Pengerjaan Analisis
No Gambar Keterangan
Standar ACIRS G8-2019
yang digunakan untuk
anlisis verifikasi metode

103
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2 Neraca analitik yang
digunakan untuk analisis
karena memiliki ketelitian
tinggi yiatu 4 angka
dibelakang koma,
dipastikan neraca dalam
kondisi bersih dan
waterpass berada tepat di
tengah

104
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3 Dish pada penentuan
Inherent Moisture (IM).
Pengerjaan saat
penimbangan
menggunakan neraca
analitik, sampel ditimbang
secara teliti sebanyak
1,0000 gram.
Setelah ditimbang, sampel
dimasukkan kedalam MFS
Oven.
Setelah keluar dari oven,
didinginkan lalu ditimbang
sehingga hasil nya bisa
didapatkan

Tabel 4. 2 Pengerjaan Analisis MIAS


7. Data Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis pada tanggal 07 Januari
2022 terhadap standar ACIRS-G8-2019 untuk
verifikasi metode ASTM D3172-2017, didapat hasil:

105
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
DETERMINATION OF PRECISION

Date of IM Diff from


d2
No Analysis % (db) average
(d)
1 7-Jan-22 1,89 0,01 0,00
2 7-Jan-22 1,88 0,02 0,00
3 7-Jan-22 1,92 -0,02 0,00
4 7-Jan-22 1,94 -0,04 0,00
5 7-Jan-22 1,87 0,03 0,00
6 7-Jan-22 1,89 0,01 0,00
7 7-Jan-22 1,90 0,00 0,00
8 7-Jan-22 1,89 0,01 0,00
9 7-Jan-22 1,94 -0,04 0,00
10 7-Jan-22 1,91 -0,01 0,00
Sum : 19,03 0,00 0,01
n: 10 10 10
Mean : 1,90 0,0000
Sd 0,0241 0,0241
RSD 1,2643
Tabel 4. 3 Penentuan Presisi MIAS
Dari data tersebut, hasil analisis diukur untuk uji presisi,
berikut hasil data uji presisi.

Statistic Paired Comparison

Results
Formula Remarks
Precision

CV Horwitz 2 1-0.5 log C


Kons 1,90
C 0,0190
log C -17206
0.5 log C -0,8603
1-0.5 log C 1,8603 2/3 RSDHorwitz 2,4205
2 1-0.5 log C 3,6308
RSD Horwitz 3,6308
2/3 RSD Horwitz 2,4205

Results of Precision for Sample RSD <


Acirs 2/3RSDHorwitz
Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS
Tabel 4. 4 Hasil Presisi MIAS

106
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar
Inherent Moisture (IM) yang menunjukkan standar memiliki
presisi yang baik karena tidak menunjukkan bias dari
presisi yang signifikan dari standar ACIRS yang sudah
tervalidasi.

B. Ash Content (AC)


1. Metode Acuan
ASTM D3174-2012: Ash in the Analysis Sample of
Coal and Coke From Coal
2. Prinsip Percobaan
Sejumlah tertentu berat contoh dipanasakan secara
bertahap sampai mencapai suhu 950°C dalam waktu
tertentu sampai didapat berat yang konstan. Kadar
abu dihitung sebagai berat residu setelah pemanasan.
3. Alat Bahan
Alat :
1) Furnace Ash – AAF atau Furnace Ash – OAF
2) Dish Ash
3) Tray
4) Sarung tangan tahan panas
5) Pelindung wajah tahan panas
6) Neraca analitik
7) Eksikator
8) Plate Aluminium
Bahan :
1) Sampel batubara
4. Prosedur Kerja
1) Cawan dan tutupnya terlebih dahulu di keringkan di
dalam Oven pada suhu 105°C selama 15 menit
setelah itu dinginkan dalam desikator selama 5

107
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
menit untuk siap dipakai. Kemudian timbang cawan
beserta tutupnya dan catat beratnya, sebagai (m1)
2) Timbang 1 g batubara ke dalam cawan + tutupnya
dan catat sebagai (m2).
3) Masukkan cawan + batubara ke dalam tungku
dingin (tutupnya dibuka)
4) Panas secara bertahap sampai suhu mencapai 450-
500 °C dalam waktu 1 jam dan lanjutkan
memanaskan contoh batubara sehingga suhu 700
sampai 750 °C tercapai pada akhir jam kedua.
Untuk contoh kokas panaskan hingga suhu akhir
950°C dicapai oleh akhir jam kedua. Terus
memanaskan pada suhu akhir untuk tambahan 2
jam. (contoh kokas tertentu dan batubara non
reactive mungkin memerlukan waktu tambahan. Jika
tidak terbakar sempurna amati partikel karbon, kalau
masih terlihat partikel karbon maka contoh harus
dikembalikan ke tungku untuk dipanaskan kembali
untuk waktu yang cukup sampai mencapai berat
konstan (±0,001 g).
5) Setelah waktunya cukup buka tungku dan biarkan
selama 2 menit contoh berada di dalam tungku.
6) Keluarkan cawan dari tungku, tempatkan di atas
plate aluminium dan pasang tutupnya dinginkan
selama 3 menit.
7) Kemudian di lanjutkan pendinginan selama 5 menit
di masukkan kedalam ke desikator.
8) Timbang cawan + tutupnya + abu dan catat
beratnya ,sebagai (m3)
9) Laporkan hasil
10) Simpan contoh sisa untuk analisa lebih lanjut jika di
perlukan

108
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

5. Data Perhitungan
Perhitungan :

Keterangan :
m1 = berat cawan + tutupnya (g)
m2 = berat cawan + tutupnya + batubara (g)
m3 = berat cawan + tutupnya + abu (g)

Repeatability Reproducibility
(%) (%)
Coal (2.68-17.86%) 0.22 0.32
Coke (5.73-11.75%) 0.10 0.20
Bituminous (5.0-15.0%) 0.30 0.49
Sub-bituminous dan lignite 0.33 0.47
(4.5-30%)
Tabel 4. 5 Repeatibility dan Reproducibility Ash Content

Perhitungan pada Uji Akurasi dan Presisi


1) Bias = hasil uji akurasi – rata rata hasil analisis
ACIRS

2) SD (Standar Deviasi) =

Ket :
X = hasil analisa
= rata rata hasil analisa
n = jumlah data analisis

3) RSD / Simpangan Baku Relatif =

4) Certificate = Ketetapan nilai standar ACIRS

5) % Recovery =

6) THitung =

109
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

6. Pengerjaan Analisis
No Gambar Keterangan
1 Dish yang digunakan
pada penentuan kadar
abu / Ash Content.
Dialasi juga dengan plat
besi untuk memudahkan
saat memasukkan
kedalam furnace

110
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2 Standar ACIRS ditimbang
sebanyak 1,0000 gram
menggunakan neraca
analitik. Penimbangan
dilakukan secara teliti
dan dipastikan neraca
dalam keadaan baik dan
bersih, tidak lupa juga
waterpass dalam
keadaan seimbang

3 Keadaan standar ACIRS


saat setelah ditimbang,
sebelum dipanaskan
dalam furnace, dish yang
telah berisi standar
disimpan pada plat besi
agar memudahkan
memasukkan kedalam
furnace

111
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
4 Standar dipanaskan
dalam furnace,
dimasukkan
mengguanakan
penyangga agar tangan
tidak panas saat dekat
furnace

5 Keadaan saat standar


telah dipanaskan didalam
furnace, bentuknya
sudah berubah menjadi
abu. Setelah didinginkan,
standar ditimbang
sehingga hasilnya bisa
dihitung

Tabel 4. 6Pengerjaan Analisis Ash Content

7. Data Hasil Analisis


Setelah dilakukan analisis pada tanggal 07 Januari
2022 terhadap standar ACIRS-G8-2019 untuk
verifikasi metode ASTM D3174-2018, didapat hasil
sebagai berikut.

112
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DETERMINATION OF PRECISION
Date of M ASH ASH Diff from
2
No Analysis % (adb) % (adb) % (db) average d
(d)
1 7-Jan-22 1,89 9,91 10,10 0,05 0,003
2 7-Jan-22 1,88 9,92 10,11 0,04 0,002
3 7-Jan-22 1,92 10,01 10,21 -0,05 0,003
4 7-Jan-22 1,94 9,89 10,09 0,07 0,005
5 7-Jan-22 1,87 10,00 10,19 -0,04 0,001
6 7-Jan-22 1,89 9,86 10,05 0,10 0,011
7 7-Jan-22 1,90 9,96 10,15 0,00 0,000
8 7-Jan-22 1,89 9,99 10,18 -0,03 0,001
9 7-Jan-22 1,94 10,10 10,30 -0,15 0,021
10 7-Jan-22 1,91 9,97 10,16 -0,01 0,000
Sum : 101,54 0,00 0,05
n: 10 10 10
Mean : 10,15 0,0000
Sd 0,0718 0,0718
RSD 0,7076
Tabel 4. 7 Penentuan Presisi Ash Content

Dari data tersebut, hasil analisis diukur untuk uji presisi,


berikut hasil data uji presisi.

Results
Formula Remarks
Precision
CV Horwitz 2 1-0.5 log C
Kons 10,15
C 0,1015424
log C -0,09933526
0.5 log C -0,49667628
1-0.5 log C 1,49667628 2/3 RSD Horwitz 1,8813
2 1-0.5 log C 2,82191841
RSD Horwitz 2,82191841
2/3 RSD Horwitz 1,88127894

Results of Precision for Sample Acirs RSD < 2/3RSDHorwitz

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 8 Hasil Presisi Ash Content

113
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Rata-rata 10,15
Sd 0,0718
Bias 0,01
Recovery 100,14 95-105%

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar


abu yang menunjukkan standar memiliki presisi yang baik
karena tidak menunjukkan bias dari presisi yang signifikan
dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

DETERMINATION OF ACCURACY
Diff from
Date of ACIRS 2
value d
Analysis VALUE
(d)

7-Jan-22 10,14 -0,04 0,002


7-Jan-22 10,14 -0,03 0,001
7-Jan-22 10,14 0,07 0,004
7-Jan-22 10,14 -0,05 0,003
7-Jan-22 10,14 0,05 0,003
7-Jan-22 10,14 -0,09 0,008
7-Jan-22 10,14 0,01 0,000
7-Jan-22 10,14 0,04 0,002
7-Jan-22 10,14 0,16 0,026
7-Jan-22 10,14 0,02 0,001
Sum : 101,40 0,142 0,05
n: 10 10 10
Mean : 10,14 0,0142
Sd 0,0718
Tabel 4. 9 Penentuan Akurasi Ash Content

Dari data tersebut, hasil analisis diukur untuk uji akurasi,


berikut hasil data uji akurasi.

114
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Results
Formula Remarks
Accuracy

3,1623

Thitung 0,6268

2,2622
Value for a 95% confidence level and two-
sided distribution (ttabel)

Results of Accuracy for Sample Acirs thitung < ttabel

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 10 Hasil Akurasi Ash Content

Certificate 10,14
Akurasi 0,6268 Th < Tt
RSD <
RSD/Presisi 0,7076 2/3RSDHorwitz

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar


abu yang menunjukkan standar memiliki akurasi yang baik
karena tidak menunjukkan bias dari akurasi yang signifikan
dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

C. Volatile Matter (VM)


1. Metode Acuan
ISO 562 : 2010 – Hard Coal and Coke –
Determination of Volatile Matter Content
2. Prinsip Percobaan
Sejumlah tertentu berat sampel dipijarkan pada
suhu 900°C tanpa kontak dengan udara dalam waktu
tertentu. Zat terbang dihitung dari komponen yang
hilang dikurangi kadar airnya

115
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3. Alat Bahan
Alat :
1) Cawan VM
2) Rak cawan
3) Penyangga rak kawat
4) Sarung tangan tahan panas
5) Pelindung wajah tahan panas
6) Neraca analitik
7) Eksikator
Bahan :
1) Sampel batubara
4. Prosedur Kerja
1) Cawan beserta tutupnya ditimbang terlebih dahulu,
dinyatakan sebagai (m1)
2) Sampel ditimbang sebanyak 1 g, cawan diketuk
ketuk agar sasmpel merata didalam caawan,
dinyatakan sebagai (m2)
3) Cawan ditaruh pada rak dan disimpan diatas
penyangga kawat
4) Sampel dipanaskan didalam tungku pada suhu
900°C (±5°C) selama 7 menit tepat
5) Penyangga beserta rak dan cawan dikeluarkan
kemudian cawan dimasukkan kedalam eksikator
jika sudah dingin selama 8 menit. Cawan berisi
sampel ditimbang dan dinyatakan sebagai (m3)
6) Hasil analisa dihtiung dan dilaporkan
7) Pengujian dilakukan kembali jika duplo tidak dalam
batas toleransi

116
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
5. Data Perhitungan
Perhitungan :

Keterangan :
m1 = berat cawan + tutup kosong sebelum dipanaskan (g)
m2 = berat cawan + tutupnya + batubara sebelum
dipanaskan (g)
m3 = berat cawan + tutupnya + residu setelah dipanaskan
(g)

Volatile Matter Repeatability Reproducibility

Hard coal < 10% 0,30% absolute 0,50% absolute

Hard Coal  10% 3% dari hasil rata-rata 0.5% absolute 4% dari hasil rata-rata

Coke 0.2% Absolute 0.3% Absolute

Tabel 4. 11 Repeatibility dan Reproducibility Volatile Matter

Perhitungan pada Uji Akurasi dan Presisi


1) Bias = hasil uji akurasi – rata rata hasil analisis
ACIRS

2) SD (Standar Deviasi) =

Ket :
X = hasil analisa
= rata rata hasil analisa
n = jumlah data analisis

3) RSD / Simpangan Baku Relatif =

4) Certificate = Ketetapan nilai standar ACIRS

5) % Recovery =

6) THitung =

117
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
6. Pengerjaan Analisis
No Gambar Keterangan
1 Dish yang
digunakan pada
analisis Zat
Terbang / Volatile
Matter. Dish
tersebut disimpan
pada rak kemudian
disimpan diatas
plat jaring besi agar
panas nya
terhantarkan
2 Standar ditimbang
sebanyak 1,0000
gram, ditimbang
secara teliti dan
dipastikan neraca
dalam keadaan
baik dan bersih.
Setelah semua
diitmbang, baru
dish disimpan pada
rak nya dan siap
untuk dimasukkan
kedalam furnace

118
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3 Standar
dipanaskan
didalam furnace
yang telah diset
suhu nya sesuai
prosedur analisis,
standar
dimasukkan
kedalam furnace
menggunakan
penjepit cawan
agar tangan tidak
panas saat dekat
furnace.
Setelah keluar dari
furnace standar
didinginkan lalu
ditimbang kembali
sehingga hasil
analisis bisa
didiapat

Tabel 4. 12 Pengerjaan Analisis Volatile Matter

7. Data Hasil Analisis


Setelah dilakukan analisis pada tanggal 07 Januari
2022 terhadap standar ACIRS-G8-2019 untuk
verifikasi metode ISO 562:2010, didapat hasil sebagai
berikut.

119
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DETERMINATION OF PRECISION
Date of M VM VM Diff from
2
No Analysis % (adb) % (adb) % (db) average d
(d)
1 7-Jan-22 1,89 19,98 20,36 -0,07 0,004
2 7-Jan-22 1,88 19,79 20,17 0,13 0,017
3 7-Jan-22 1,92 20,01 20,40 -0,10 0,011
4 7-Jan-22 1,94 19,98 20,38 -0,08 0,006
5 7-Jan-22 1,87 19,93 20,31 -0,01 0,000
6 7-Jan-22 1,89 19,80 20,18 0,12 0,014
7 7-Jan-22 1,90 19,76 20,14 0,16 0,024
8 7-Jan-22 1,89 20,04 20,43 -0,13 0,016
9 7-Jan-22 1,94 19,87 20,26 0,04 0,001
10 7-Jan-22 1,91 19,96 20,35 -0,05 0,003
Sum : 202.98 0,00 0,10
n: 10 10 10
Mean : 20,30 0,0000
Sd 0,1032 0,1032
RSD 0,5083
Tabel 4. 13 Penentuan Presisis Volatile matter

Results
Formula Remarks
Precision
CV Horwitz 2 1-0.5 log C
Kons 20,30
C 0,20299384
log C -0,69251714
0.5 log C -0,34625857
2/3 RSD
1-0.5 log C 1,34625857 Horwitz 1,6950
2 1-0.5 log C 2,54251903
JRSD Horwitz 2,54251903
2/3 RSD Horwitz
a 1,69501268

d
RSD <
iResults of Precision for Sample Acirs 2/3RSDHorwitz

,Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 14 Hasil presisi Volatile Matter

120
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar
zat terbang yang menunjukkan standar memiliki presisi
yang baik karena tidak menunjukkan bias dari presisi yang
signifikan dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

Rata-rata 20,30
Sd 0,1032
Bias 0,07
Recovery 100,34 95-105%

DETERMINATION OF ACCURACY
Date of Diff from
ACIRS 2
Analysis value d
VALUE
(d)

7-Jan-22 20,23 0,13 0,018


7-Jan-22 20,23 -0,06 0,004
7-Jan-22 20,23 0,17 0,029
7-Jan-22 20,23 0,15 0,021
7-Jan-22 20,23 0,08 0,006
7-Jan-22 20,23 -0,05 0,002
7-Jan-22 20,23 -0,09 0,008
7-Jan-22 20,23 0,20 0,038
7-Jan-22 20,23 0,03 0,001
7-Jan-22 20,23 0,12 0,014
Sum : 202,30 0,683 0,14
n: 10 10 10
Mean : 20,23 0,0683
Sd 0,1032
Tabel 4. 15 Penentuan Akurasi Volatile Matter

121
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Results
Formula Remarks
Accuracy

3,1623

Thitung 2,0926

2,2622
Value for a 95% confidence level and two-sided
distribution (ttabel)

Results of Accuracy for Sample Acirs thitung < ttabel

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 16 Hasil Akurasi Volatile Matter

Certificate 20,23
Akurasi 2,0926 Th < Tt
RSD <
RSD/Presisi 0,5083 2/3RSDHorwitz

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar


zat terbang yang menunjukkan standar memiliki akurasi
yang baik karena tidak menunjukkan bias dari akurasi yang
signifikan dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

4.2.2 Calorific Value (CV)


1. Metode Acuan
1) ISO 1928 : 2009 – Solid mineral fuels - Determination
of Gross Calorific Value by The Calorimeter Bomb
Method, And Calculation of Net Calorific Value
2) ASTM D5865-2013 D5865-2013 : Gross Calorific
Calorific Value of Coal and Coke by The Isoperibol
Bomb Calorimeter

122
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2. Prinsip Percobaan
Sejumlah sampel batu bara Sejumlah sampel batu bara
yang di ketahui beratnya yang di ketahui beratnya dibakar
dibakar dalam sebuah ruang bomb calorimeter pada kondisi
tertentu.
Gross Calorific Value akan dihasilkan dari perbedaan
suhu sebelumpembakaran dan sesudah pembakaran.
Satuan untuk calorific value ini adalah kcal/kg atau ini
adalah kcal/kg atau cal/mg,MJ/kg dan cal/mg,MJ/kg dan
Btu/Ib
- 1 cal/g = 4.1868 j/g
- 1 Btu/Ib = 2.326 J/g
- 1 cal/g = 1.8 Btu/Ib
3. Prosedur Kerja
1) Massa contoh batu bara yang digunakan tidak lebih
dari 1 gram
2) Tekanan oksigen di dalam bom tidak lebih dari 30
atm
3) Periksa keausan Screw cap bomb vessel calorimeter
secara teratur sebelum mulai bekerja
4) Periksa pengatur tekanan (regulator gas) untuk
memastikan ketepatan ukuran tekanan gas yang
dibutuhkan untuk analisa
5) Periksa pengatur tekanan setiap kali tekanan bomb
vessel secara kebetulan melebihi 30 atmosfir

Petunjuk Pengerjaan Calorific Value menggunakan


6200 parr
1) Diimbang 1.0000 g ± 0.001g contoh kedalam kedalam
cawan.
2) Dipasang cawan pada penyangga contoh di antara
terminal bomb vessel

123
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3) Dihubungkan kawat pembakar dengan panjang
standar yang melintasi terminal bomb vessel dengan
mengenai contoh pada cawan contoh.
4) Dipasang bomb dan isi dan isi dengan oksigen
oksigen dengan tekanan::
ASTM = 2 s/d 3 Mpa (20 s/d 30 atmosphere)
ISO = (3.0 ± 0.2) Mpa (30 atmosphere)
5) Diisi bejana calorimeter dengan volume air (atau
masa) standar. Suhu air ini kira-kira 2 derajat Celsius
dibawah suhu jaket calorimeter
6) Dimasukan bom yang telah dipasang kdalam bejana
calorimeter .Periksa tidak ada udara yang bocor. Jika
terjadi kebocoranudara, hentikan pengujian
7) Dihubungkan elektroda, dan pasang tutup pada
posisinya. Hal ini akan menempatkan pengaduk dan
alat sensor dengan tepat.
8) Masukkan data berikut ini kedalam mikroprosessor::
No. Sample :
Bomb No.:
Sample mass :
Koreksi acid sample batu bara yang telah ditentukan
hasilnya setelah di verifikasi dari beberapa customer
dalam 1 bulan
9) Calorivic Value ditetapkan secara otomatis, dan pada
akhir pengujian, hasil diperlihatkan dan dicetak.
10) Dicatat hasilnya. Ingat, hasil ini harus dikoreksi
dengan faktor belerang sebelum pembuatan hasil
akhir.
11) Dimatikan calorimeter, angkat tutupnya, dan
keluarkan terminal pembakar
12) Dikeluarkan dan dibukalah bom. Periksa residu
karbon yang tidak terbakar dan kesempurnaan

124
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
pembakaran. Tindakan tersebut akan mencegah karat
yang disebabkan gas asam yang terbentuk selama
pembakaran
13) Diperiksa, beri tanggal dan tanggal dan tanda tangani
lembar kerja dan serahkan ke supervisor laboratorium
untuk disetujui

4. Data Perhitungan
Kalori = (Temp . Rise × EE Value) – Kalori Acid – Kalori
Fuse Kalori – TS
Perhitungan pada Uji Akurasi dan Presisi
1) Bias = hasil uji akurasi – rata rata hasil analisis
ACIRS

2) SD (Standar Deviasi) =

Ket :
X = hasil analisa
= rata rata hasil analisa
n = jumlah data analisis

3) RSD / Simpangan Baku Relatif =

4) Certificate = Ketetapan nilai standar ACIRS


5) % Recovery =

6) THitung =

125
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

5. Pengerjaan Analisis
No Gambar Keterangan
1 Standar untuk
penentuan Calorific
Calue (CV) ditimbang
terlebih dahulu pada
crusible menggunakan
neraca analitik digital
secara teliti sebanyak
1,0000 gram, lalu
disimpan pada rak
agar memudahkan
menyimpannya

126
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
2 Crusible yang berisi
standar disimpan
didalam bomb vessel
dengan cara dirakit
berdasarkan prosedur
analisis.

3 Setelah dirakit, bomb


vessel diberi gas
oksigen sebagai gas
pembakar pada saat
analisis berlangsung
didalam kalorimeter.
Perlu diperhatikan saat
mengisi gas, harus
berhati hati agar tidak
terjadi loncatan akibat
tekanan dari gas

127
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
4 Bomb yang sudah
berisi standar dan gas
oksigen dimasukkan
kedalam kalorimeter,
dengan menggunakan
penjepit bomb agar
aman.
Semua operasi pada
alat kalorimeter berada
pada komputer yang
telah dihubungkan.
Dengan aplikasi
calorimeter yang
sudah terinstal di
komputer, analisis bisa
dilakukan dan dipantau
lebih lanjut
5 Sebelum analisis
dimulai, standar diberi
identitas terlebih
dahulu agar
memudahkan
mengolah data hasil
analisis

128
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
6 Setelah diberi
identitas, baru analisis
dimulai. Tetapi
sebelum dimulai, alat
melakukan
pengecekan terlebih
dahulu, memanaskan
suhu agar alat siap
diapakai untuk
analisis.
7 Pada saat analisis,
terdapat grafik yang
menunjukkan suhu
dan waktu analisis.
Jika grafik naik berarti
pembakaran terjadi.

8 Saat analisis telah


selesai, maka hasil
nya langsung muncul
dan menunjukkan data
pendukung lainnya

9 Hasil yang telah kita


analisis bisa dilihat
kembali rekapannya
pada aplikasi tersebut,
hal ini memudahkan
untuk melihat data
Tabel 4. 17 Pengerjaan Analisis Caloific Value

129
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
6. Data Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis pada tanggal 07 Januari 2022
terhadap standar ACIRS-G8-2019 untuk verifikasi
metode ASTM D5865-19, didapat hasil sebagai berikut.
DETERMINATION OF PRECISION
M CV CV CV
Date of CV Diff from
% % % % 2
No Analysis % (db) value d
(adb) (adb) (adb) (adb)
(d)
Simplo Duplo mean
1 7-Jan-22 1,89 31,56 31,49 31,53 32,13 0,17 0,030
2 7-Jan-22 1,88 31,66 31,76 31,71 32,32 -0,01 0,000
3 7-Jan-22 1,92 31,62 31,61 31,62 32,23 0,07 0,005
4 7-Jan-22 1,94 31,88 31,95 31,91 32,54 -0,24 0,056
5 7-Jan-22 1,87 31,67 31,62 31,65 32,25 0,06 0,003
6 7-Jan-22 1,89 31,70 31,63 31,67 32,27 0,03 0,001
7 7-Jan-22 1,90 31,68 31,74 31,71 32,32 -0,02 0,000
8 7-Jan-22 1,89 31,77 31,69 31,73 32,34 -0,03 0,001
9 7-Jan-22 1,94 31,61 31,55 31,58 32,20 0,10 0,010
10 7-Jan-22 1,91 31,80 31,85 31,83 32,44 -0,14 -0,14
Sum : 323,07 0,00
n: 10 10
Mean : 32,31 0,0000
Sd 0,1189 0,1189
RSD 0,3680
Tabel 4. 18 Penentuan Presisi Calorific value

Results
Formula Remarks
Precision
CV Horwitz 2 1-0.5 log C
Kons 32,31
C 0,32306501
log C -0,4907101
0.5 log C -0,245355
1-0.5 log C 1,24535504 2/3 RSD Horwitz 1,5805
2 1-0.5 log C 2,3707689
RSD Horwitz 2,3707689
2/3 RSD Horwitz 1,5805126

Results of Precision for Sample Acirs RSD < 2/3RSDHorwitz

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 19 Hasil Presisi Calorific Value

130
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Rata-rata 32,31
Sd 0,1189
Bias 0,05
Recovery 99,84 95-105%
Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki hasil
yang menunjukkan standar memiliki presisi yang baik
karena tidak menunjukkan bias dari presisi yang signifikan
dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

DETERMINATION OF ACCURACY
Diff from
Date of ACIRS 2
value d
Analysis VALUE
(d)

7-Jan-22 32,36 -0,22 0,050


7-Jan-22 32,36 -0,04 0,002
7-Jan-22 32,36 -0,12 0,015
7-Jan-22 32,36 0,19 0,035
7-Jan-22 32,36 -0,11 0,012
7-Jan-22 32,36 -0,08 0,007
7-Jan-22 32,36 -0,03 0,001
7-Jan-22 32,36 -0,02 0,000
7-Jan-22 32,36 -0,15 0,023
7-Jan-22 32,36 0,09 0,008
Sum : 323,57 0,505 0,15
n: 10 10 10
Mean : 32,36 0,505
Sd 0,1189

Tabel 4. 20 Penentuan Akurasi Calorific Value

131
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Results
Formula Remarks
Accuracy

3,1623

Thitung 1,3432

2,2622
Value for a 95% confidence level and
two-sided distribution (ttabel)
Results of Accuracy for Sample thitung <
Acirs ttabel

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 21 Hasil akurasi Calorific Value

Certificate 32,36
Akurasi 1,3432 Th < Tt
RSD <
RSD/Presisi 0,3680 2/3RSDHorwitz

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki hasil


yang menunjukkan standar memiliki akurasi yang baik
karena tidak menunjukkan bias dari akurasi yang signifikan
dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

4.2.3 Total Sulfur (TS)


Sulfur dalam batu bara dapat ditetapkan dengan cara
High Temperature Method (HTM) yang dapat menghitung
kandungan sulfur secara keseluruhan, sedangkan untuk
bagian-bagian sulfur dapat ditetapkan dengan cara
pengujian lanjutan yaitu dengan metode forms of sulphur.
namun kini cara dan metode HTM sudah tidak lagi di akui
oleh lembaga standarisasi, kini perusahaan surveyor harus

132
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
mulai mengganti metode mereka surveyor harus mulai
mengganti metode mereka menggunakan IRS, nakan IRS,
infra red Sulphur
1. Metode Acuan
ASTM D5016: 2008e1 – Total sulphur in coal and coke
combustion residues using a High-Temperature tube
furnace combustoion method with infrared absorption
2. Prinsip Percobaan
Sejumlah contoh batu bara yang diketahui beratnya
dibakar pada suhu 1300°C dalam unit instrument
kaiyuan dengan dialiri gas Oksigen hingga terbetuk
sulfur dioksida. Sulfhur dioksida yang dihasilkan diserap
oleh infrared detector pada instrument dan selanjutnya
di kalkulasi oleh instrument menjadi kandungan sulfhur
yang terdapat pada contoh dan direkam oleh komputer.

3. Prosedur Kerja
Furnace Total Sulphur Infrared Kaiyuan 5E-IRS II
1) Tekan tombol On/Off pada furnace 5E IRS II

Gambar 4. 1 Furnace Total Sulfur Infra Red

2) Isi 2 glass tube dengan Anhydron Magnesium Perhlorat


setelah itu pasang pada furnace.

133
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
3) Buka aliran gas Oksigen pada tabung dan atur pada
tekanan

Gambar 4. 2 Alur Aliran Oksigen pada Furnace Total Sulfur Infra Red

4) Nyalakan Komputer dan masuk kedalam Program 5E-


IRS dan akan muncul tanda “up dating” pada komputer
sebagai anda adanya hubungan interface dengan
furnace.

Gambar 4. 3 Display Aplikasi 5E-IRS

5) Nyalakan Komputer dan masuk kedalam Program 5E-


IRS dan akan muncul tanda “up dating” pada komputer
sebagai tanda adanya hubungan interface dengan
furnace.

134
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
6) Naikkan suhu furnace sampai mencapai 1350°C, Oven
Setup pada temperature 48°C dan Diagnose IR Cell
antara 7-8 Volt, Apabila sudah tercapai semuanya akan
muncul tanda “Start” berwarna kuning.

Gambar 4. 4 Grafik pada Display Aplikasi 5E-IRS

7) Nyalakan tombol “Valve” atur pada posisi flowmeter


oxygen mencapai 4 l/menit +/- 0.2 l/menit dan tombol
pump untuk menyalakan “pump Flow” sampai mencapai
3.0 +/- 0.1 l/menit

Gambar 4. 5 Display saat Analisis Total Sulfur pada Aplikasi 5E-IRS

135
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
8) Masuk ke Menu “Analyse” lalu ke “Standard” dan
masukkan Nama Standard dan Nilai Standard yang
diinginkan kemudian tekan “Close”
9) Kemudian masuk ke Menu “Function” lalu “Method”
(untuk menyimpan data Verifikasi standard) dan
masukkan nama method , Minimum Time (s) dan
Maximum Time (s) serta Comparison level (%)
kemudian tekan “Close”
10) Tekan tombol “add” untuk membuat membuat Lab Id
Sample. Kemudian plih “method yang akan digunakan”
dan Nama Operator
11) Timbang contoh 0.2-0.5 g ± 0.001 g dan masukkan data
penimbangan pada table “Weight”
Catatan : Dalam penetepan Sulphur infrared
analyser dapat di lakukan penetapan simplo untuk
setiap contoh dengan catatan setiap 5 contoh
penetapan simplo di sertakan dengan 1 kali
penetapan standard refference material / Daily
Check / Sample standard alat dengan penetapan
duplo dan memastikan alat Sulphur infrared
analyser dalam kondisi bagus sebelum di
pergunakan analisa agar supaya hasil di dapatkan
lebih maksimal. Data standard refference
material/daily check/ sample standard alat di
sertakan dalam pelaporan hasil dari setiap job No.
Pekerjaan analisa contoh batubara.
12) Pastikan Furnace dalam kondisi “Ready” dan tekan
Tombol “Start “ untuk memulai analisa. Akan muncul
“Push the sample boat inside and Close the Sliding boat
inside and Close the Sliding Door”

136
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Gambar 4. 6 Display saat Analisis Berlangsung pada Aplikasi 5E-IRS

13) Masukkan Boat contoh kedalam Combustion Tube


Furnace dengan membuka slide door setelah masuk,
tutup kembali slide door lalu tekan “OK” setelah itu akan
muncul “Purging please Wait”

Gambar 4. 7 Display saat akan memasukkan Boat TS

14) Pada Layar komputer akan m Pada Layar komputer


akan muncul peak graphic pembakaran SO2 sampai
akhir analisa.

Gambar 4. 8Display saat Boat TS didalam Alat

137
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

15) Setelah Setelah Selesai analisa Selesai analisa akan


muncul akan muncul pada t able Std(%) menunjukkan
hasil penetapan total sulphur. Dan Waktu yang di
butuhkan 1 kali analisa sekitar 2-3 menit.
16) Keluarkan Keluarkan Boat Contoh dalam combustion
tube dengan membuka slide door.
17) Ulangi Prosedur Nomor 13 sampai dengan Nomor 18
untuk contoh berikutnya.
18) Setiap 5 contoh analisa conto, analisa di haruskan
mengikut sertakan 1 sampai 2 standard Primer atau
standard sekunder yang mewakili dari hasil total sulphur
(Untuk mengontrol contoh tersebut dan standard yang di
pergunakan masih masuk dalam batas toleransi yang di
inginkan)
19) Setelah hasil semua di dapatkan , tutup Setelah hasil
semua di dapatkan tutup Flow oxyge Flow oxygen
dengan n dengan menekan tombol “Valve” dan matikan
flow pump dengan menekan menekan tombol “Pump”
20) Turunkan suhu Furnace secara bertahap sampai suhu
500°C setelah itu tekan tombol off pada furnace. Dan
turunkan tegangan Slide regulator sampai mencapai
angka nol.
21) Tekan tombol Exit pada menu untuk mengakhiri untuk
mengakhiri program 5E IRS II, kemudian matikan
komputer .
22) Laporkan hasil analis dengan mengisi form analisa dan
laporkan hasil kepada Supervisor Laboratorium
Perhitungan pada Uji Akurasi dan Presisi
1) Bias = hasil uji akurasi – rata rata hasil analisis
ACIRS

138
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

2) SD (Standar Deviasi) =

Ket :
X = hasil analisa
= rata rata hasil analisa
n = jumlah data analisis

3) RSD / Simpangan Baku Relatif =

4) Certificate = Ketetapan nilai standar ACIRS

5) % Recovery =

6) THitung =

4. Data Hasil Analisis


Setelah dilakukan analisis pada tanggal 07 Januari
2022 terhadap standar ACIRS-G8-2019 untuk verifikasi
metode ASTM D4239 – 18e1, didapat hasil sebagai
berikut.
DETERMINATION OF PRECISION
M TS TS TS
Date of TS Diff from
% % % % 2
No Analysis % (db) average d
(adb) (adb) (adb) (adb)
d
Simplo Duplo Mean
1 7-Jan-22 1,89 0,56 0,56 0,56 0,57 0,02 0,000
2 7-Jan-22 1,88 0,57 0,57 0,57 0,58 0,01 0,000
3 7-Jan-22 1,92 0,58 0,58 0,58 0,59 0,00 0,000
4 7-Jan-22 1,94 0,59 0,59 0,59 0,60 -0,01 0,000
5 7-Jan-22 1,87 0,59 0,58 0,58 0,59 0,00 0,000
6 7-Jan-22 1,89 0,58 0,58 0,58 0,59 0,00 0,000
7 7-Jan-22 1,90 0,57 0,57 0,57 0,58 0,01 0,000
8 7-Jan-22 1,89 0,57 0,57 0,57 0,58 0,01 0,000
9 7-Jan-22 1,94 0,61 0,60 0,60 0,61 -0,02 0,000
10 7-Jan-22 1,91 0,59 0,59 0,59 0,60 -0,01 0,000
Sum : 5,90 0,00 0,000
n: 10 10 0,10
Mean : 0,59 0,000
Sd 0,0123 0,0123
RSD 2,0853
Tabel 4. 22 Penentuan Presisi Total Sulfur

139
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Results
Formula Remarks
Precision
CV Horwitz 2 1-0.5 log C
Kons 0,59
C 0,00590234
log C -2,2289757
0.5 log C -1,1144879
2/3 RSD
1-0.5 log C 2,11448787 Horwitz 2,8969
2 1-0.5 log C 4,33032671
RSD Horwitz 4,33036271
2/3 RSD Horwitz 2,88690847

RSD <
Results of Precision for Sample Acirs
2/3RSDHorwitz

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 23 Hasil Presisi Total Sulfur

Rata-rata 0,59
Sd 0,0123
Bias 0,00
Recovery 100,04 95-105%

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar


total sulfur yang menunjukkan standar memiliki presisi yang
baik karena tidak menunjukkan bias dari presisi yang
signifikan dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

140
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DETERMINATION OF ACCURACY
Date of Diff from
2
Analysis ACIRS VALUE value d
(d)

7-Jan-22 0,59 -0,02 0,000


7-Jan-22 0,59 -0,01 0,000
7-Jan-22 0,59 0,00 0,000
7-Jan-22 0,59 0,01 0,000
7-Jan-22 0,59 0,00 0,000
7-Jan-22 0,59 0,00 0,000
7-Jan-22 0,59 -0,01 0,000
7-Jan-22 0,59 -0,01 0,000
7-Jan-22 0,59 0,02 0,000
7-Jan-22 0,59 0,01 0,000
Sum : 5,90 0,002 0,000
n: 10 10 10
Mean : 0,59 0,0002
Sd 0,0123
Tabel 4. 24 Penentuan Akurasi Total Sulfur

Results
Formula Remarks
Accuracy

3,1623

Thitung 0,0601

2,2622
Value for a 95% confidence level and two-
sided distribution (ttabel)

Results of Accuracy for Sample Acirs thitung < ttabel

Results ( PASS / CHECK / FAIL) PASS


Tabel 4. 25 Hasil Akurasi Total Sulfur

Certificate 0,59
Akurasi 0,0601 Th < Tt
RSD <
RSD/Presisi 2,0853 2/3RSDHorwitz

141
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Jadi, dari data diatas standar yang dianalisis memiliki kadar


total sulfur yang menunjukkan standar memiliki akurasi
yang baik karena tidak menunjukkan bias dari akurasi yang
signifikan dari standar ACIRS yang sudah tervalidasi.

142
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 General Analysis

5.1.1 Moisture in The Analysis Sample (MIAS)


Lingkungan oven pengering yang digunakan harus jenis
minimum free-space oven yang dialiri gas kering berdasarkan
satndar ASTM. Aliran gas harus dikeringkan dengan
mengalirkannya melalui desicant, dan kecepatannya paling
sedikit harus dua kali volume oven, suhu oven pengering harus
dikalibrasi dengan alat pengukur suhu yang berbeda dengan
yang digunakan secara rutin untuk mengontrol suhu.
Pada penentuan kadar moisture, contoh batubara
dipanaskan dipanaskan selama 1 jam. Untuk mengikat oksigen,
ke dalam oven dialirkan gas kering untuk mendorong
penguapan air pada batubara, bukan gas oksigen karena fungsi
dari gas kering tersebut adalah untuk mendorong air pada
proses penguapan batu bara agar air benar benar menguap.
Batubara memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap air,
jika pemanasan tidak dialiri gas, maka batubara akan menyerap
kembali air yang nantinya akan berpengaruh pada hasil
analisis.
Kadar moisture didapatkan dari perbandingan antara bobot
yang hilang setelah pemanasan dengan bobot sampel sebelum
pemanasan. Hubungan kadar air dengan peringkat batubara
pada umumnya semakin tua semakin kecil kadar airnya.Contoh
gambut mempunyai kadar air 40 – 60 % sedangkan bituminous
mempuny sedangkan bituminous mempunyai kadar air 10 - 20
%. Pemanasan pada moisture dilakukan pada suhu 105-110 C
karena jika dilakukan pada pemanasan suhu tinggi, yang hilang
bukan hanya air tetapi komponen lain selain air dan batu bara

143
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
akan bara akan terbakar.
Dish dimasukkan ke dalam oven tanpa tutup agar
pemanasan berjalan sempurna. Pada setiap dish sampel rutin
harus disisipkan satu atau beberapa jenis control sample daily
check untuk meyakinkan bahwa prosedur yang digunakan
menghasilkan data yang akurat. Data dari control sample ini
harus didokumentasikan dan diolah secara statistik dalam
bentuk control chart.
Data repeatability dan reproducibility yang diperoleh di
laboratorium harus secara rutin diperbaharui dan disarikan
dalam bentuk statistik serta harus jatuh dalam rentang yang
telahdisyaratkan dalam standar. Untuk kalibrasi disyaratkan
dalam standar.

5.1.2 Ash Content (AC)


Cara yang digunakan untuk menaikkan suhu furnace harus
konsisten. Pada prinsipnya kadar abu ditentukan berdasarkan
selisih berat batu bara sebelum dan sesudah pemanasan
bertahap sampai temperatur 950°C selama 3 jam. Pada kondisi
tersebut semua zat organik teroksidasi menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan zat anorganiknya menjadi abu. Proses pemanasan
dilakukan bertahap untuk mencegah terbangnya abu karena
proses pembakaran yang langsung terjadi pada suhu tinggi.
Setelah pemanasan selesai sampel di dinginkan dan ditutup
untuk mencegah kontaminasi dari luar yang dapat menambah
berat abu sehingga mempengaruhi hasil analisis.
Kadar abu dapat diperoleh dari perbandingan antara berat
abu (residu) dengan berat sampel semula. Biasanya abu
batubara dapat digunakan untuk analisis komposisi batubara
yang dinamakan “ASH ANALYSIS”. Penentuan kadar abu
sangat diperlukan dalam analisis batubara yaitu untuk
mengetahui kualitas dan jenis batubara. Abu batubara biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan pencampuran pada pembuatan

144
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
semen. Batubara yang kadar abunya tinggi akan memiliki nilai
kalori yang kecil. Pada aplikasi batubara sebagai sumber
panas, batubara dapat meninggalkan abu pada tungku
pemanasan sehingga mengganggu proses pemanasan serta
menyebabkan korosi. Didalam furnace ash terdapat lubang
udara yang berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara agar oven
tidak meledak.
Data repeatability dan reproducibility yang diperoleh di
laboratorium harus secara rutin diperbaharui dan disarikan
dalam bentuk statistik serta harus jatuh dalam daerah yang
telah dispesifikasikan. Untuk kalibrasi furnace ash dilakukan
tiap 1 tahun sekali dengan pengecekan profil temperature
furnace

5.1.3 Volatile Matter (VM)


Pada penentuan Volatile Matter analisis dilakukan
berdasarkan standar ISO yaitu dengan cara pemanasan pada
temperatur 900°C selama 7 menit tepat. Karena jika
menggunakan standar ASTM, penentuan dilakukan dengan
pemanasan menggunakan furnace yang berbeda, cawan yang
digunakanpun adalah cawan platinum dan proses pengerjaan
yang terbilang rumit.
Proses pemanasan dilakukan pada kondisi tertutup untuk
mencegah batubara menjadi abu. Pada penetapan ini
ditentukan abu. Pada penetapan ini ditentukan banyaknya zat
yang menguap pada pemanasan dengan temperatur dan waktu
seperti diatas. Zat terbang yang dimaksud biasanya
hidrokarbon yang jumlah atom C- nya rendah, misalnya CH4
perlu diperhatikan bahwa air tidak termasuk zat terbang. Kadar
volatile matter didapatkan dari perbandingan antara berat yang
hilang saat pemanasan dengan berat sampel dikurang dengan
kadar moisture. Tutup dari cawan harus cukup rapat untuk

145
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
menghindarkan adanya kelebihan udara yang dapat membakar
batubara
Kadar volatile matter suatu batubara perlu diketahui terutama
untuk penambangan bawah tanah karena jika kadar volatile
matter tinggi maka akan terjadi ledakan yang sangat
membahayakan. Pada furnace VM terdapat lubang udara yang
berfungsi agar hasil VM tidak repeat karena tidak stabilnya
keadaan di dalam furnace. Hasil VM adalah hasil yang terbilang
sering mengalami repeat karena kita tidak tahu zat terbang apa
saja yang hilang saat pemanasan. Furnace Ash tidak bisa
dipakai untuk analisa VM karena pada furnace ash tidak
standby sehingga suhunya tidak stabil.
Data repeatability dan reproducibility yang diperoleh di
laboratorium harus secara rutin diperbaharui dan disarikan
dalam bentuk statistik serta harus jatuh dalam daerah yang
telah dispesifikasikan. Untuk kalibrasi volatile matter furnace
dilakukan pengecekan selama 6 bulan sekali dengan
mengecek kecepatan recovery dan profil temperature furnace.
Sparking (keluarnya percikan bunga api) disebabkan oleh
keluarnya partikel yang pijar dari cawan selama penentuan
berangsung. Kemungkinan partikel tersebut adalah karbon
sehingga menyebabkan hasil penentuan menjadi lebih tinggi.
Moisture termasuk ke dalam penentuan VM karena itu harus
ditentukan bersamaan waktunya secara dipisah, kemudian
dilakukan koreksi terhadap hasil VM.

5.1.4 Calorific Value (CV)


Pada analisis Nilai Kalori dalam batubara, sampel di uji
dengan menggunakan alat Bomb Kalorimeter. Prinsip
pengerjaan dari metode ini adalah mengukur nilai panas atau
nilai kalori yang terkandung dalam contoh batubara dengan
cara membakar sejumlah contoh batubara didalam calorimeter

146
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
bomb dengan tekanan gas O2 sebesar 450 psi yang telah
dikalibrasi pada kondisi standar, nilai kalor kotor (Gross
Calorific Value) dihitung berdasarkan perbedaan temperatur air
di dalam bucket dengan kapasitas pemanas dari sistem bomb
dan kemudian dikoreksi dengan panas akibat kawat terbakar
dan pembentukan asam serta senyawa sulfur.
Pada bomb air dimasukkan sebanyak 10mL, air aquadest ini
berguna untuk menyerap uap-uap dan gas yang timbul saat
terjadi pembakaran di dalam kalorimeter. Untuk sampel batu
bara muda diberi paraffin berfungsi untuk membantu
pembakaran sampel.
Bomb harus diperiksa dan dikalibrasi secara rutin oleh
badan/perusahaan yang qualified dan hasil pemeriksaan harus
dicatat. Apabila pada saat pembakaran sampel tidak terbakar
terbakar sempurna atau menggumpal pengerjaan harus diulang
dan bobot sampel dikurangi. Bentuk pilihan media pemijaran
dapat dipilih, jika tidak menggunakan kawat paladium atau
kawat platina harus dilakukan koreksi terhadap heat of
combustion dari media pemijaran.
Nilai kalori suatu batubara harus diketahui untuk menentukan
kualitas dari batubara itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
batubara yang digunakan sebagai bahan bakar sesuai dengan
kebutuhan mesin sehingga dapat bekerja secara optimal dan
tahan lama. Nilai kalori suatu batubara dipengaruhi oleh
tingginya kandungan Moisture, Ash, VM dan TS. Untuk kalibrasi
alat dan mengecek alat. Untuk kalibrasi alat CV dilakukan 3
bulan sekali.
Data repeatability dan reproducibility yang diperoleh di
laboratorium harus secara rutin diperbaharui dan disarikan
dalam bentuk statistik serta harus jatuh dalam daerah yang
telah dispesifikasikan. Untuk mendapatkan nilai Gross Calorific
Value hasil sampel yang telah di bomb dikurangi dengan nilai

147
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
Total Sulfur yang telah dikalikan dengan faktor koreksi 0,0942
(sulphur correction). Nilai Gross Calorific Value yang didapat
dikonversi dari MJ/Kg ke Cal/g ( 1 MJ/Kg = 238.8461)

5.1.5 Total Sulfur (TS)


Pada alat KAIYUAN Infrared Sulfur Analyzer ,
penggunaannya bisa dikatakan cukup praktis dan efisien untuk
pengukuran sampel dalam jumlah yang banyak. Karena
pengukurannya tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
KAIYUAN Infrared Sulfur Analyzer dihubungkan pada
komputer sehingga hasil pengukurannya dapat langsung
terlihat pada komputer. Hasil pengukurannya berupa
konsentrasi kandungan sulfur. Pengukuran dilakukan pada
suhu tinggi yaitu 1350°C. Aliran gas dari oksigen (O2)
menyebabkan suhu pada furnace bisa mencapai suhu yang
sangat tinggi. Setelah katup gas dibuka dan mengaliri alat
KAIYUAN Infrared Sulfur Analyzer, maka didiamkan sampai
suhu furnace mencapai 1350°C.
Prinsip pengukuran dengan menggunakan alat KAIYUAN
Infrared Sulfur Analyzer ini adalah pengukuran gas hasil
oksidasi dari sulfur oleh sinar infra merah yang kemudian akan
membawanya ke detektor. Alat ini dilengkapi dengan dua buah
detektor yaitu detektor low sulfur dan detektor high sulfur .
Perbedaan dari kedua detektor ini terdapat pada ukurannya,
permukaannya lebih kecil. Sedangkan untuk yang high sulfur
bentuknya lebih pendek dengan luas permukaan yang besar.
Untuk hasil pengukuran, detektor low sulfur lebih banyak
memberikan hasil pengukuran. Fungsi adanya metode low dan
high untuk mempermudah pada saat pembacaan sampel
karena kerapatannya kecil.
Sampel yang dimasukkan ke dalam furnace selanjutnya
akan dibakar oleh O2 sehingga terjadilah proses oksidasi yang

148
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
akan mengubah sulfur menjadi gas SO2. Reaksi yang terjadi
adalah batubara SO2 Gas yang keluar dari hasil pembakaran
akan segera terbaca oleh sinar infra merah yang selanjutnya
akan membawa ke detektor. Detektor akan membaca sinar
infra merah tersebut dan hasilnya akan muncul pada komputer.
Selama proses pengukuran grafik pada layar komputer akan
berubah-ubah namun akan berhenti apabila seluruh sulfur telah
habis teroksidasi dan gas SO2 telah terukur semua. Dengan
demikian pada penggunaan alat tersebut akan lebih mudah
menentukan kadar sulfurnya.

5.2 Standar ACIRS dan Verifikasi Metode


Standar ACIRS (Australian Coal Industry Reference Sampless)
adalah standar yang digunakan untuk verifikasi metode, karena
standar tersebut sudah divalidasi dan memiliki sertifikat hasil analisis.
Standar ACIRS yang digunakan pada verifikasi metode kali ini yaitu
ACIRS G8-2019, dimana, setiap tahunnya standar ini diganti karena
merupakan standar untuk mengecek alat dan digunakan untuk
analisis. Standar ACIRS dilakukan pengujian setiap bulan yang
dimana hasil analisis nya direkap per tahun agar mengetahui
bagaimana hasil suatu analisis yang dilakukan dan kualitas alat yang
digunakan
Analisis pada verifikasi metode yang kami lakukan yaitu analisis
proksimat berupa Inherent Moisture, kadar abu dan zat terbang serta
analisis nilai kalor dan nilai total sulfur. Adapun metode yang kami
verifikasi yaitu metode ASTM dan satu parameter menggunakan
metode ISO. Seharusnya verifikasi metode dilakukan pada standar
ISO dan ASTM secara keseluruhan, tetapi kami tidak
melaksanakanya, karena terbatasnya alat dan waktu, contohnya pada
analisis Volatile Matter kami memverifikasi metode ISO karena pada
standar ASTM, alat yang harus digunakan tidak tersedia dan prosedur
nya terbilang rumit. Tentunya kami lebih memilih pengerjaan yang

149
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection
lebih efektif dan efisien agar meminimalisir hasil yang kami lakukan.
Analisis yang kami lakukan memiliki hasil yang baik, dibuktikan
dengan Akurasi dan Presisi pada setiap parameter, karena verifikasi
metode dinyatakan sebagai akurasi dan presisi. Dilihat juga dari
semua parameter yang kami kerjakan tidak menunjukkan bias yang
signifikan dengan nilai standar yang tertera pada sertifikat ACIRS.

150
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Batubara adalah suatu batuan sedimen organik berasal dari
penguraian sisa berbagai tumbuhan yang merupakan campuran yang
heterogen antara senyawa organik dan zat anorganik yang terbentuk
dari proses pembentukan, pengendapan, dekomposisi, geoteknik dan
erosi. Batubara pun memiliki beberapa jenis yang menunjukkan
kualitasnya, selain itu analisis yang dilakukan pun bisa menunjukkan
kualitas batubara, analisis yang umumnya dilakukan yaitu General
Analysis batubara yang terdiri dari analisis proksimat (moisture, ash
content, dan volatile matter), calorific value (CV), total sulfur (TS).
Pada analisa analisa moisture, semakin tinggi kadar moisture pada
batu bara maka semakin rendah kualitas batu bara, karena
mengandung sedikit kalori, sehingga nilai Calorific Value nya rendah.
Jika semakin tinggi kadar VM pada batu bara, maka batu bara
semakin mudah terbakar sehingga nilai Calorific Value nya tinggi.
Untuk analisa ash content semakin tinggi kadar ash pada batu bara,
maka nilai kalorinya semakin kecil yang menyebabkan batu bara sulit
terbakar dan juga semakin tinggi nilai CV maka batubara semakin
tinggi kalorinya, sehingga batu bara mudah terbakar. Kualitas
batubara bisa dilihat dair nilai Total Sulfur, kualitas baik jika nilai total
sulfur nya rendah.
Verifikasi metode yang kami lakukan yaitu pada metode ASTM dan
satu parameter dengan metode ISO. Hasil verifikasi metode
dinyatakan dengan akurasi dan presisi, setelah serangkaian analisis
dilakukan yang sesuai dengan prosedur. Standar ACIRS yang kami
gunakan menunjukkan akurasi dan presisi yang baik pada setiap
parameter nya dimana tidak menunjukkan bias yang signifikan dari
data ACIRS yang terdapat pada sertifikatnya sehingga metode yang
kami verifikasi layak digunakan untuk analisis batubara.

151
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

6.2 Saran
A. Untuk Pihak Sekolah
1) Diharapkan SMK Negeri 13 Bandung memberikan materi
pembelajaran mengenai batubara minimal secara umum karena di
SMKN 13 Bandung tidak ada materi praktikum mengenai Batubara.
2) Sebaiknya pihak sekolah mengadakan pelatihan bahasa inggris
sebelum prakerin dimulai, karena sebagian prosedur analisis yang
menggunakan standar internasional menggunakan bahasa inggris.

B. Untuk Siswa
1) Bagi siswa yang ingin melaksanakan prakerin di PT ATQ Samarinda,
diharapkan meningkatkani ataupun mempelajari kembali materi
kimia dasar dan juga materi dasar tentang batubara, karena hal itu
merupakan fundamental untuk mempelajari materi yang lebih lanjut.
2) Diharapkan siswa yang akan melaksanakan prakerin tahun
selanjutnya dapat menjaga nama baik sekolah, menjaga kedisiplinan
dan mematuhi segala aturan pada industri yang ditempatinya.
3) Diharapkan memilih perusahaan sesuai tujuan masing masing,
karena akan berpengaruh pada kinerja saat prakerin.

C. Untuk Pihak Instansi


1) Melakukan pegenalan pada setiap tempat di perusahaan, dan juga
pada laboratorium bserta alat yang akan dikerjakan oleh siswa
prakerin
2) Mengecek dan mengontrol setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
siswa prakerin untuk mengurangi kesalahan kecil dan kesalahan
fatal yang bisa saja mengakibatkan kerugian pada pihak
perusahaan.
3) Menjaga kebersihan dan kerapihan pada laboratorium terutama alat
yang dipakai untuk bekerja

152
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

DAFTAR PUSTAKA

Aladin, A.dan Mahfud, 2010. Sumber Daya Alam BATUBARA, Bandung :


CV. Lubuk Agung.
American Society for Testing and Materials (ASTM), Method Standard,
D3173-2017.
American Society for Testing and Materials (ASTM), Method Standard,
D3174-2012
American Society for Testing and Materials (ASTM), Method Standard,
D5016: 2008
American Society for Testing and Materials (ASTM), Method Standard ,
D5865-2013
Batubara, 2018, Indonesiainvesment.com, https://www.indonesia-
invesments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236? (diakses pada 12
februari 2022)
Energi, Sudut, (21 Oktober 2019), sudutenergi.com, https://sudut
energi.com/proses-terbentuknya-batu-bara/ (diakses pada 1 Februari
2022)
Geologinesia (24 April 2016), geologinesia.com,
https://geologinesia.com/2016/04/macam-macam-jenis-dan-kualitas-
batubara.html?m=1 (diakses pada 20 Januari 2022)
Muchjidin, 2006, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, Bandung :
Penerbit ITB.
Prosedur Analisis Batubara, Edisi II, PT. Asiatrust Technovima Quality,
Samarinda, Indonesia, 2016
Sukandarrumidi, 2004, Batubara dan Gambut, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
The International Organization for Standardization (ISO), Method
Standard, 562 : 2010
The International Organization for Standardization (ISO), Method
Standard, 1928 : 2009
Zhu, Qian, 2014,Coal Sampling al Sampling and Analysis Standard.
London : IEA Clean Coal Centre.

153
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

LAMPIRAN

A. Hasil Analisis Verifikasi Metode

Lampiran 1. Form Hasil Analisis Proksimat


1) Form Analisis Proksimat (MIAS, AC dan VM)

154
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

155
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

156
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

157
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

158
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 2. Hasil Verifikasi Metode Parameter MIAS


2) Hasil Verifikasi Metode Parameter Moisture In The Anaylisis
Sample (MIAS)

159
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 3. Hasil Verifikasi Metode Parameter AC


3) Hasil Verifikasi Metode Parameter Ash Content (AC)

160
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 4. Hasil Verifikasi Metode Parameter VM


4) Hasil Verifikasi Metode Parameter Volatile Matter (VM)

161
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 5. Form hasil Analisis CV


5) Form Analisis Calorific Value (CV)

162
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

163
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

164
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

165
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 6. Hasil Verifikasi Metode Parameter CV


6) Hasil Verifikasi Metode Parameter Calorific Value (CV)

166
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 7. Form Hasil Analisis Total Sulfur


7) Form Analisis Total Sulfur (TS)

167
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 8. Hasil Verifikasi Metode Parameter TS


8) Hasil Verifikasi Metode Parameter Total Sulfur (TS)

168
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

B. Jurnal dan Absensi

Lampiran 9. Absensi Prakerin


1) Absensi Prakerin Bulan Oktober – Maret Tahun 2022

169
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

170
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

171
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

172
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 10. Jurnal Prakerin Oktober-Desember


2) Jurnal Kegiatan Prakerin - Preparasi Batubara (Oktober-Desember)

173
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

174
LAPORAN PRAKERIN
PT.ASIATRUST TECHNOVIMA QUALITY
Coal Laboratory & Marine Inspection

Lampiran 11. Jurnal Prakerin Januari-Maret


3) Jurnal Kegiatan Prakerin - Laboratorium Batubara (Januari-Maret)

175

Anda mungkin juga menyukai