Disusun Oleh :
1. Ajiguna Wijaya (19031010200)
2. Nabilla Balini Putri (19031010201)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
PG. MERITJAN KEDIRI
Periode : 1 September – 30 November 2022
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Praktek Kerja Lapangan
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
PG. MERITJAN KEDIRI
Periode : 1 September – 30 November 2022
Menyetujui
Mengetahui,
General Manager
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Perkebunan Nusantara X, Pabrik Gula Meritjan, Kediri, Jawa Timur.
Tujuan Kerja Prektek ini untuk mengetahui dan memahami proses produksi
gula secara langsung dalam skala industri dengan segala perlengkapan yang ada
pada pabrik dan juga untuk memenuhi salah satu syarat yang harus di tempuh dalam
penyelesaian Pendidikan Strata Satu (S-1) Program Studi Teknik Kimia UPN
“Veteran” Jawa Timur.
Terbentuknya proposal berikut dengan baik, tidak terlewat dari jasa baik
sarana, prasarana, pemikiran maupun kritik dan saran. Sehingga, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direksi PTPN X atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan Prkatik
Kerja lapangan di PG. Meritjan
2. Bapak Bambang Widjanarko, SP. Selaku pembimbing magang di PG. Meritjan
yang telah banyak membantu selama melaksanakan praktik kerja lapangan
3. Semua staf dan karyawan di PG. Meritjan yang juga telah banyak membantu
selama melaksanakan praktik kerja lapangan
4. Ibu Dr. Jariyah, MP selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Ibu Dr. Ir. Sintha Soraya Santi, MT. Selaku Koordinator Progam Studi Teknik
Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
6. Bapak Ir. Ketut Sumada, MT. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing kami dalam penyelesaian laporan magang ini
Kami menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari sepurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami perlukan. Akhir kata
semoga dengan tersusunnya laporan magang ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, penyusun dan para pembaca dalam menambah wawasan mengenai Pabrik
Gula Meritjan.
Kediri, 2022
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II ..........................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................12
BAB III.........................................................................................................17
BAB IV ........................................................................................................37
BAB V ..........................................................................................................53
V.1.5 Analisa Kadar Kapur (CaO) pada Nira dan Tetes ......................57
V.1.12 Analisa Kadar Gula Reduksi Nira Mentah menurut Eynon dan
Lane ............................................................................................63
BAB VI ........................................................................................................74
UTILITAS ....................................................................................................74
BAB IX ......................................................................................................113
BAB X ........................................................................................................131
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan Brix nira dengan Berat Jenis pada suhu 27,5ºC .....................63
Tabel 2. Parameter SPT Stasiun Gilingan..............................................................68
Tabel 3. Parameter SPT Stasiun Pemurnian ..........................................................69
Tabel 4. Parameter SPT Stasiun Penguapan ..........................................................70
Tabel 5. Parameter SPT Stasiun Masakan .............................................................70
Tabel 6. Batasan Angka di Stasiun Masakan .........................................................71
Tabel 7. SNI Gula Kristal Putih .............................................................................72
Tabel 8. Neraca Massa pada Stasiun Gilingan .....................................................116
Tabel 9. Neraca massa pada stasiun pemurnian ...................................................122
Tabel 10. Neraca Massa pada Stasiun Masakan dan Puteran ..............................129
BAB I
PENDAHULUAN
Agraria tahun 1870 yang melarang bangsa asing membeli tanah negara. Hal ini
membuka peluang berkembangnya perkebunan swasta di Indonesia.Setelah
ditetapkannya Undang-Undang Agraria, ditetapkan pula Undang-Undang Budidaya
Tebu (wet of de zuiker cultuur) yang mengganti tanam paksa dengan tanam bebas.
Pada masa kedudukan Jepang (1942-1945) penanaman tebu dibatasi. Banyak
pabrik gula yang diubah fungsinya pada saat produksi gula mengalami penurunan.
Pada masa awal kemerdekaansistem perekonomian di Indonesia belum stabil.
Pada tahun 1957 pemerintah Republik Indonesia melalui menteri
pertahanan RI melaporkan pengambil alihan semua perusahaan milik Belanda yang
ada di Indonesia. Pendirian pabrik gula di suatu wilayah sebagai penggerak roda
perekonomian dan mempengaruhi lingkungan sekitar. Pengaruh yang ditimbulkan
dapat berupa pengaruh negatif dan pengaruh positif. Alasan pemilihan Jawa sebagai
tempat didirikannya pabrik gula pada masa Hindia-Belanda adalah terdapatnya
tenaga kerja yang murah dan biaya produksi yang rendah. Sejarah pabrik gula
memang tidak tercatat secara terperinci dan sempurna, tetapi terdapat bagian yang
perlu untuk diketahui masyarakat agar menjaga, merawat dan menghargai keadaan
pabrik gula.
Pabrik Gula Meritjan termasuk ke dalam Prae Unit gula A namun setelah
tanggal 26 April 1961 bentuk Prae Unit diubah menjadi bentuk Kesatuan sehingga
Pabrik Gula Meritjan tergabung dalam Kesatuan Jawa Timur II yang berlangsung
selama 2 tahun hingga 1963.
Pabrik Gula Meritjan dikuasai oleh BPU-PPN yang berkedudukan di
Surabaya. BPU-PPN diganti dengan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) di
Surabaya dan badan hukum beralih pada Direksi PNP XXI pada tahun 1968.
Selanjutnya diubah menjadi perusahaan Perseroan yang dikenal dengan nama PT
Perkebunan XXI-XXII (Persero) yang terdiri dari 12 unit pabrik gula, 2 rumah sakit,
dan satu kantor pusat. Pada tanggal 14 Februari 1996, diadakan peleburan PTP yaitu
diantaranya PTP XXI-XXII, PTP XIX, dan PTP XXVII menjadi satu yaitu PT.
Perkebunan Nusantara X (persero) Jalan Jembatan Merah 3-9 Surabaya.
Pada tahun 2014, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, meresmikan Holding
BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX,
X, XI, XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk holding BUMN Perkebunan.
Dasar hukum perubahan PTPN X (Persero) menjadi PTPN X adalah Keputusan
Para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT Perkebunan Nusantara X Nomor:
PTPN X/RUPS/01/X/2014 dan Nomor SK-57/D1.MBU/10/2014 tentang
Perubahan Anggaran Dana
Pabrik Gula Meritjan adalah salah satu dari 11 unit usaha industri dibawah
naungan PT Perkebunan Nusantara X yang memiliki kegiatan mengolah bahan
baku tebu menjadi produk gula putih dengan kualitas SHS (Superior High Sugar).
Pabrik Gula Meritjan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional atau
dalam negeri serta menyongsong tercapainya program swasembada gula melalui
akselerasi peningkatan produktifitas. Disamping itu, Pabrik Gula Meritjan PT
Perkebunan Nusantara X Kota Kediri juga menghasilkan produk samping berupa
tetes tebu yang merupakan bahan baku pembuatan penyedap rasa dan alkohol atau
a. Karyawan tetap
Karyawan tetap adalah karyawan yang harus bekerja secara terus-
menerus. Karyawan tetap merupakan karyawan yang terikat dengan
perjanjian kerja bersama (PKB) PT. Perkebunan Nusantara X
b. Karyawan tidak tetap
Untuk karyawan tidak tetap terdiri 2 macam, yaitu : PKWT LMG dan
PKWT DMG
1) PKWT LMG
Karyawan PKWT LMG adalah karyawan perjanjian kerja waktu
tertentu luar masa giling
2) PKWT DMG
Karyawan PKWT DMG adalah karyawan perjanjian kerja waktu
tertentu dalam masa giling
3. Transportasi
Lokasi Pabrik Gula Merijan yang terletak di pinggit jalan raya dimana akan
memudahkan transportasi bahan baku menuju pabrik
4. Dekat dengan Sumber Air
Lokasi Pabrik Gula Meritjan yang berada dekat dengan aliran sungai
Brantas yang dapat memenuhi kebutuhan air untuk pabrik sebagai air
pengisi ketel uap dan proses produksi sehingga proses produksi dapat
berjalan lancar.
berkualitas tinggi yang dapat bersaing di pasar Nasional maupun internasional, serta
menjadi penyedia gula pasir dalam negri. Dengan demikian, PT. Pabrik Gula
Meritjan tidak hanya sekedar perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, tetapi
juga memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi kepada masyarakat.
B. Manajer Tanaman
Manajer Tanaman bertugas untuk menyediakan bahan baku tebu
yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhan giling minimum sesuai
sasaran RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dan berorientasi
pada profit. Selain itu Manajer Tanaman juga mempunyai wewenang
mengajukan dana untuk optimalisasi bahan baku dan produktivitas lahan.
Manajer Tanaman juga mempunyai tugas:
1. Mengoptimalkan produktivitas lahan TS dan TR dengan
memperhatikan konservasi lahan dan menjaga kelestarian dan
kesuburannya.
2. Memberikan pelayanan yang baik kepada petani.
3. Menyediakan bibit unggul dan bermutu dalam jumlah cukup sesuai
dengan kebutuhan petani dan Pabrik Gula.
4. Merencanakan, menggunakan serta mengendalikan biaya tanaman
secara efektif dan efisien.
C. Manajer Instalasi
Manajer Teknik Pengolahan memiliki tugas untuk mengolah tebu
hingga menjadi gula pasir sesuai dengan standar mutu serta bekerja sama
dengan bagian instalasi dalam proses pembuatan gula. Berwenang
memberikan otorisasi atas rencana biaya bagian pengolahan, atas bukti kas
keluar biaya prosuksi, atas laporan prosuksi gula dan dokumen yang
menjadi tanggung jawab bagian pengolahan. Dalam menjalankan tugas,
Manajer Pengolahan dibantu oleh :
1) Asisten Manajer Stasiun Pemurnian,
2) Asisten Manajer Stasiun Penguapan
3) Asisten Manajer Stasiun Masakan
4) Asisten Manajer Stasiun Puteran
Memliki tugas untuk melakukan pemeliharaan mesin pabrik untuk
persiapan giling dan menyususn rencana instalasi serta mengadakan kerja
sama dengan bidang pengolahan khususnya penanganan mesin dalam
pemrosesan gula menjadi nira. Manajer Instalasi juga berwenang untuk
memberikan otorisasi atas rencana biaya bagian instalasi, atas bukti kas
keluar biaya instalasi, masuk keluarnya mesin dan peralatan pabrik, serta
semua dokumen yang menjadi tanggung jawab bidang instalasi.Dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stasiun persiapan bertujuan untuk mempersiapkan tebu hingga tebu siap untuk
digiling. Pada tahap ini, tebu (cane) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat
kebersihan dan potensi kandungan gula (rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi
kuantitas, di lihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah
gula yang akan dihasilkan. Pada stasiun perisapan terdapat tiga pos, yaitu :
1. Pos Penerimaan
Pada pos penerimaan dilakukan pemeriksaan kadar gula (brix) tebu
menggunakan refraktometer dan pemeriksaan pH tebu menggunakan pH
meter. Setelah tebu ditebang di kebun, kemudian tebu diantar kepabrik
secepat mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk
menjaga kualitas tebu, karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan
berkurang dikarenakan penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh
mikroorganisme sehingga kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu
akan terasa asam. Tebu yang berasal dari kebun diangkut dengan truk
menuju emplacement tebu
2. Pos Penimbangan
Truk yang bermuatan tebu di timbang terlebih dahulu di pos penimbangan.
Berat muatan yang diperoleh merupakan selisih dari berat truk bermuatan
dan berat truk kosong.
3. Pos Pembongkaran
Pada proses pembongkaran, tebu dari truk dipindahkan ke lori tebu
menggunakan cane crane kemudian kemudian dipindahkan ke meja tebu
sebelum masuk ke dalam stasiun gilingan. Tempat antrian tebu yang akan
digiling disebut dengan emplacement tebu. Pengambilan pada emplacement
ini menggunakan sistem First In First Out (FIFO)
Nira tebu yang diperoleh dari gilingan akan ditampung dalam tangki
penampung dan dipanaskan dengan menggunakan uap panas dari boiler. Nira yang
dihasilkan dari proses ini masih merupakan nira yang kotor karena masih
mengandung sisa-sisa tanah yang ada pada tebu, serat-serat tebu, serta ekstrak dari
daun dan kulit tanaman.
bahkan diharapkan tidak mengandung gula lagi. Proses kristalisasi dibagi dalam
beberapa tingkat masakan, yaitu :
a. Sistem masak 4 tingkat : masakan A,B,C,D
b. Sistem masak 3 tingkat : masakan A,B,D atau ACD
c. Sistem masak 2 tingkat : masakan A,D
Tujuan pada stasiun ini adalah untuk memisahkan antara kristal gula dengan
larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Pemisahan ini
memanfaatkan gaya sentrifugal atau putaran sehingga kristal gula akan tertahan
pada saringan sedangkan mollase akan menembus saringan. Gula yang tertinggal
inilah yang akan diproses lebih lanjut ke proses drying-cooling.
Prinsip dasar dari proses ini adalah mengeringkan gula dengan mengurangi
kadar air pada kristal gula dengan menggunakan dryer. Pengeringan dilakukan
dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70 oC, kemudian didinginkan
kembali karena gula tidak tahan pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan
ini adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh
microorganisme, agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum
disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan
disaring pada saringan vibrating screen. Kristal gula yang diturunkan dari putaran
SHS (Superior Hoofd Suiker) melalui grasshoper conveyor menuju Tangga
Yacoob. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer dan cooler untuk dikeringkan
karena gula hasil putaran hasil SHS (Superior Hoofd Suiker) masih basah, selain
itu menghindari kerusakan gula oleh jamur agar bisa disimpan lebih lama.
Pengeringan dilakukan dengan cara penghembusan udara panas dengan temperatur
75 ⁰C. Kemudian gula tersebut diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua
macam ukuran yang berbeda. Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi standar
akan dilebur kembali. Gula yang memenuhi standar akan melewati saringan yang
Gula yang sudah bersih selanjutnya akan masuk ke dalam sugar bin dan
dikemas dalam karung dengan berat 50 kg secara otomatis lalu dijahit. Setelah
dikemas, karung gula akan disimpan di dalam gudang penyimpanan gula dan siap
dipasarkan.
BAB III
PROSES PRODUKSI
pengawasan yang lebih intensif pada proses tanam di kebun. Rendemen diciptakan
di kebun melalui proses fotosintesis sehingga terbentuk kandungan gula dalam
batang tebu. Rendemen diciptakan di kebun melalui proses fotosintesis sehingga
terbentuk kandungan gula dalam batang tebu. Tebu yang sudah siap ditebang sesuai
dengan kemasakannya dapat diolah di pabrik dengan hasil yang optimal. Sedangkan
tebu yang belum masak cenderung merugikan pabrik, karena kandungan gulanya
belum optimal. Pabrik hanya dapat meminimalkan kehilangan gula selama proses
pengolahannya sehingga pabrik harus mengupayakan semaksimal mungkin pada
bahan baku dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya. Sehingga pabrik melakukan
beberapa tindakan sebagai berikut :
1. Optimalisasi stasium pemurnian nira dengan mengawasi dan
mengoreksi kondisi operasi defakator, sulfitir, pemanas nira dan filter
vacuum sehingga mutu nira jernih terjaga. Dengan demikian kehilangan
gula dalam blotong dan kehilangan tak diketahui bisa diminimalkan
2. Menjaga kondisi operasi stasiun evaporator sesuai standar, yaitu
kekuatan vacuum badan akhir minimal 65 cmHg, tekanan uap bekas 0,5
kg/cm2 sehingga dicapai kecepatan penguapan minimal 24 L/m2 jam dan
briks nira kental minimal 65, serta warna nira yang ringan (jernih)
3. Optimalisasi stasiun masakan dengan menjaga vacuum pada setiap pan
sesuai dengan yang diperlukan. Sistem masak disesuaikan dengan
kondisi masing-masing bahan yang masuk ke pabrik gula
4. Optimalisasi kristalisasi lanjut masakan D dengan memberi waktu dan
pendinginan yang cukup untuk pemerahan gula D yang optimal
5. Menjaga kondisi mesin sentrifugal terutama untuk low grade agar gula
yang lolos ke dalam tetes seminimal mungkin
Tanaman Tebu yang digunakan oleh PG. Meritjan dikelompokkan menjadi
2 bagian, yaitu Tebu Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Tebu Sendiri
(TS) merupakan tebu yang ditanam oleh pabrik sendiri dengan biaya sewa lahan
dan semua biaya penanaman sampai penebangan tebu ditanggung oleh pabrik. Hasil
dari penebangan tebu tersebut 100% milik pabrik. Sedangkan Tebu Rakyat Mandiri
(TRM) merupakan tebu yang dikelola oleh petani dan semua biaya penanaman dan
perawatan tanaman ditanggung oleh petani dengan sistem bagi hasil yaitu 34%
milik pabrik dan 66% milik petani. Secara umum tebu terdiri atas nira dan sabut.
Nira terbagi lagi menjadi brix dan pol. Pol disebut juga kadar sukrosa dalam industri
gula. Artinya jika ingin mengetahui kadar sukrosa dalam larutan gula maka yang
dilihat adalah kadar polnya. Sedangkan brix larutan gula menunjukkan kandungan
zar kering total yang terdiri dari sukrosa dan zat bukan gula. Perbedaan antara brix
dan pol adalah kandungan zat bukan gula yang terdapat dalam larutan. Makin kecil
jumlah zat bukan gulanya, makin murni sifat fisis larutan tersebut. Dengan
demikian, kandungan kadar sukrosa tiap 100% brix merupakan angka parameter
kemurnian larutan gula, yang dalam perhitungan disebut HK atau hasil bagi
kemurnian. HK (hasil bagi kemurnian) adalah ukuran kemurnian nira, dimana
semakin besar nilai pol maka semakin murni nira dalam tebu, dan sebaliknya.
Minimal HK nira adalah 74-84%. Parameter tanaman tebu adalah kadar polnya.
Komposisi tebu bermacam-macam tergantung dari jenis tebu, keadaab tanaman,
cara pemeliharaan, tingkat keamsakan tebu, dan banyaknya dekstran yang
terkandung. Komposisi tersebut akan mempengaruhi kandungan gula yang ada
didalam tebu.
susu kapur ini dimasukkan pada defakator dengan kekentalan 6 oBe. Susu
kapur dibuat dengan memasukkan kapur dalam tangki lalu ditambah dengan
air panas. Hal ini dilakukan agar diperoleh tingkat dispersitas yang tinggi
sehingga kapur menjadi lebih larut membentuk susu kapur. Reaksi yang
terjadi adalah : CaO + H2O → Ca(OH)2 + Panas
2. Asam Phosphat (H3PO4)
Tujuan ditambahkan Asam Phosphat (H3PO4) adalah phosphat akan
berikatan dengan kalsium dari susu kapur (Ca(OH)2) membentuk kalsium
phsphat lalu menjadi inti endapan. Sehingga proses pemisahan antara gula
dan bukan gula ada stasiun pemurnian nira lebih cepat
3. Belerang (SO2)
Belerang digunakan sebagai bahan pembuatan gas SO2. selain itu
penambahan belerang juga bertujuan untuk menetralkan pH menjadi 7,1-7,2
yang diakibatkan kelebihan susu kapur dan membentuk endapan Calsium
Sulfite (Ca(SO3)2). Gas SO2 digunakan untuk proses pemurnian secara
sulfitasi. Proses sulfitasi dilakukan terhadap nira tebu ditambah dengan
kapur yang berlebih dan selanjutnya kapur dinetralkan dengan gas belerang
dioksida (SO2), maka akan diperoleh garam dapur yang mudah mengendap.
Pada proses ini nira mentah diberi susu kapur yang berlebihan dan kemudian
kelebihannya dinetralkan oleh sulfur dioksida (SO2). Gas ini di dapat
dengan cara membakar belerang pada tobong belerang yang mempunyai
kapasitas berkisar 165 kg/8 jam. Gas SO2 mempunyai sifat dapat
memucatkan warna, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kristal
dengan warna yang lebih terang, khususnya pada nira kental penguapan
4. Flokulan
Tujuan dari penambahan flokulan adalah untuk menyaring endapan yang
sudah terbentuk dari proses defikasi dan sulfitasi yang melayang sehingga
berat jenisnya lebih besar dari nira sehingga dapat mempercepat proses
pengendapan kotoran pada nira mentah dengan membentuk gumpalan-
gumpalan yang kemudian nantinya dapat dijadikan sebagai blotong
(pupuk). Jenis flokulan yang digunakan adalah amifloc. Flokulan diberikan
pada clarifier atau bejana pengendapan atau snow boiling tank. Penggunaan
flokulan tidak boleh terlalu sedikit ataupun terlalu banyak karena bila terlalu
sedikit akan mengakibatkan partikel-partikel koloid dan kotoran yang bukan
nira tidak mengendap sedangkan bila terlalu banyak akan mengakibatkan
flokulan yang digunakan akan terakumulasi di dalam nira dan penyaringan
antara gula dengan yang bukan gula menjadi rendah
5. Air imbibisi
Penambahan air imbibisi bertujuan untuk meminimalkan kehilangan gula
yang terbawa ampas sehingga sekitar 98,5% sukrosa tebu akan masuk ke
dalam nira mentah dan hanya sedikit yang terangkut ampas. Air imbibisi
diberikan pada gilingan kedua hingga gilingan keempat agar ampas yang
masih mengandung gula dapat diperas lagi. Air imbibisi ditambahkan
sebanyak 25-30% dari berat tebu. Selain itu, air imbibisi dapat berfungsi
sebagai pelicin atau memperkecil gesekan antar roll gilingan serta dapat
berfungsi sebagai proses pre-heating nira mentah agar diperoleh efisiensi
energi pada pemanas pendahuluan (PP) I. Air imbibisi yang digunakan
merupakan campuran air kondensat dari evaporator, juice heater (pemanas
pendahuluan), dan pan masakan yang mengandung gula dengan air
treatment
6. Foundant
Foundant berfungsi sebagai bibit gula yang berukuran 0,005 mm yang
kemudian diubah menjadi 0,2-0,3 mm. foundant diberikan pada proses
masakan D yang berfungsi sebagai bahan bibitan utama pada gula D dan
sebagai bahan utama pada proses kristalisasi
III.2.1 Emplacement
First Out (FIFO), yaitu tebu yang datang lebih awal akan digiling lebih dahulu.
Tebu yang berada di emplasemen tidak boleh lebih dari 48 jam karena akan
mempengaruhi kesegaran tebu, sehingga tebu harus segera digiling. Dimana antara
waktu penebangan dan penggilingan harus sependek mungkin, sehingga sukrosa
dalam tebu tidak mengalami kerusakan yang semakin parah dan akan menurunkan
rendemen tebu. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka di emplasemen di tanami
pohon. Tujuannya adalah untuk melindungi tebu agar tidak terkena sinar matahari
langsung, karena tebu yang terkena sinar matahari langsung akan mengalami reaksi
hidrolisa yang membentuk kandungan gula dalam tebu di serang mikroba sehingga
pH yang sudah netral menjadi asam. Jumlah lori di PG. Meritjan kira-kira 200 buah
dengan kapasitas masing-masing lori maksimal 7-8 ton.
PG. Meritjan mempunyai 2 emplacement, yaitu :
1. Emplacement Luar
Emplacement Luar terletak di halaman luar PG. Meritjan yang digunakan
sebagai tempat pembongkaran tebu dari truk ke lori setelah ditimbang
dengan digital crane
2. Emplacement Dalam
Emplacement Dalam bertujuan untuk memeriksa ulang tebu yang masuk
pada emplacement dalam yang telah ditimbang di emplacement luar. Setelah
dicek, tebu pada lori dipindahkan oleh cane crane untuk selanjutnya
diangkut ke cane table. Kemudian masuk krepyak melewati perata tebu dan
masuk unigrator dan mengalami proses pemerahan di stasiun gilingan. Tebu
yang berada di truk juga dilakukan pemindahan langsung menuju cane table
menggunakan crane. Crane yang digunakan memiliki kapasitas maks. 8 ton
serta digerakkan menggunakan motor listrik.
ke tangki. Setelah melewati alat tersebut, nira akan mengalir menuju ke Stasiun
Pemurnian.
Ampas dari gilingan II diangkut oleh Intermediate Cane Carrier (IMC)
menuju gilingan III. Dari gilingan III akan diperoleh nira III yang kemudian
dicampur dengan ampas I dan masuk ke gilingan II. Sedangkan ampas dari gilingan
III akan disiram dengan air imbibisi bersuhu 80-90 0C sebanyak 25–30% tebu. jika
suhu air imbibisi lebih tinggi dari range suhu tersebut, maka unsur-unsur bukan gula
akan ikut terlarut serta menyebabkan slip pada gilingan. Sementara jika suhunya
terlalu rendah, maka akan ada banyak gula yang tidak larut. Oleh karena itu, suhu
air imbibisi harus dijaga dalam range 80-90 0C. hasil ampas dari gilingan III akan
diangkut ke gilingan IV menggunakan Intermediate Cane Carrier (IMC). Dari
gilingan IV, ampas dibasahi dengan air imbibisi lagi. Lalu pada gilingan IV akan
diperoleh nira IV yang ditambahkan dengan NaHPO4 (disinfektan) yang berfungsi
untuk membunuh mikroorganisme atau bakteri yang ada dan kemudian dicampur
dengan ampas II lalu dialirkan masuk ke gilingan III. Sedangkan ampas dari
gilingan IV akan diangkut oleh bucket elevator menuju ke Stasiun Boiler untuk
digunakan sebagai bahan pembakaran di ketel dan kelebihan ampasnya disimpan
sebagai bahan bakar cadangan atau sisa ampas di saring pada bagassilo separator
untuk mendapatkan ampas halus (bagassilo). Ampas ini diarahkan ke dalam stasiun
permurnian untuk disaring penyaringan nira kotornya (blotong) pada rotary vacuum
filter (RVF).
adalah uap bekas (exhaust steam) dengan temperature 120° dan tekanan 0,6 atm.
Bahan pemanas lain adalah uap nira dari badan penguapan namun bahan ini jarang
digunakan karena suhu dan tekanannya kurang besar, sehingga bila digunakan
untuk memasak perlu waktu lama
Proses kristalisasi pada PG. Meritjan Kediri menggunakan system masakan
A-C-D/ A-D. Proses kristalisasi dengan system masakan A-C-D ini dimulai dari
pan masakan A. pada masakan A dimulai dari pan masakan A4 dilakukan dengan
menambah nira kental, klare SHS, dan leburan gula D2 sedikit demi sedikit. Nira
masukan A4 dibagi lagi ke dalam pan masakan A1. Pembagian nira masakan A pada
pan masakan tergantung dari nilai HK nira kental yang belum mencapai standart.
Masakan A1 ditambah nira kental, klare SHS dan leburan D2 sedikit demi sedikit
untuk mendapatkan ukuran Kristal yang diinginkan. Setelah ukuran Kristal
tercapai, dan HK mencapai ± 80, mascuite diturunkan pendingin A selama ± 1-3
jam. Mascuite dipompa masuk ke dalam putaran A (putaran HGF). Pada putaran
HGF ini, mascuite diputar dua kali. Pemutaran pertama menghasilkan gula A dan
Stroop A. Stroop A digunakan sebagai bahan masakan C dan masakan D (pada pan
D1). Sedangkan gula A mengalami proses pemutaran lagi dalam putaran HGF. Pada
pemutaran kedua ini dihasilkan gula SHS dan klare SHS. Klare SHS digunakan
sebagai bahan masakan A sedangkan gula SHS masuk ke stasiun penyelesaian.
Pada masakan C digunakan Stroop A dan gula D2 sebagai inti Kristal gula.
Pada proses masakan C, pembesaran Kristal dilakukan dengan menambah Stroop
A sedikit demi sedikit. Setelah diperoleh ukuran Kristal yang diinginkan dan HK
72-74% maka mascuite turunkan ke palung pendingin C selama 1-2 sampai
temperaturnya 55 0C. Masciute dia alirkan ke putaran C (putaran LGF) sehingga
diperoleh gula C dan Stroop C. Gula C digunakan sebagai bibit masakan A (dalam
pan A4) dan Stroop C digunakan sebagai bahan masakan D ( dalam pan D1).
Pan masakan D dan 2 macam yaitu masakan pan masakan D1 dan pan
masakan D2. Proses pertama kali dilakukan pada masakan D2. Bahan masakan ini
adalah Stroop A ditambahkan fondan dari P3GI sebanyak 250 ml. fondan
merupakan bibit Kristal (gula halus) yang berfungsi sebagai inti Kristal gula D.
Fondan ditambahkan agar pengambilan sukrosa dari larutan lebih cepat sehingga
pembesaran inti Kristal gula juga lebih cepat. Bahan-bahan tersebut (Stroop A dan
Fondan) dimasak sampai memperoleh ukuran Kristal dan HK masakan yang sesuai
ketentuan. Hal tersebut dilakukan dengan cara menambahkan stroop A sedikit demi
sedikit. Pada awal proses belum diperoleh stroop A sehingga pada pertama kali
proses digunakan nira kental.
Nira kental juga dapat ditambahkan jika HK kurang. Setelah mencapai
volume yang diinginkan nira masakan dengan menambahkan stroop C sedikit demi
sedikit dan malase klare (klare D). Hal tersebut dilakukan sampai ukuran Kristal
yang diinginkan dan HK 56-59% dengan banyaknya volume dalam pan masak. Jika
ukuran Kristal dan HK tercapai, mascuite diturunkan ke dalam palung pendingin D
selama ± 28-30 jam. Pendinginan dalam palung dilakukan untuk menurunkan
temperature mascuite sampai mencapai 55 0C. Pendingin mascuite bertujuan agar
molekul gula yang masih larut dapat mengkristal atau menempel pada Kristal lain
dan viskositas gula rendah sehingga dapat dilakukan proses pemutaran. Masciute
D1 di alirkan ke putaran D1 (putaran LGF) sehingga diperoleh gula D1 dan tetes.
Nilai HK tetes yang diperoleh <30% dan kadar brix ≥90%. Tetes keluar sebagai
hasil samping yang dapat digunakan sebagai campur pakan ternak dan bahan
pembuatan MSG (Monosodium Glutamat). Sedangkan gula D1 diputar kembali
dalam putaran D2 (putaran LGF) sehingga diperoleh gula D2 dan klare D. Gula D2
dipakai sebagai bibitan masakan C dan klare D digunakan kembali untuk masakan
D (dalam pan D1).
anatra lain viskositas larutan, kecepatan puteran, pencucian serta kerataan kristal.
Di PG. Meritjan mempunyai dua jenis puteran yaitu putaran High Grade Fugal
(HGF) untuk pemutar gula A1 dan A2. Putaran Low Grade Fugal (LGF) untuk
pemutar gula C, D1 dan D2.
Proses pemisahan kristal dengan stroopnya pelaksanaannya dilakukan 3 tahap
yaitu :
1. Stroop diantara gula/kristal akan keluar terlebih dahulu dengan gaya
sentrifugal
2. Stroop yang masih tertinggal diantara kristal akan keluar melalui sela-sela
kristal dan menerobos keluar saringan
3. Stroop yang masih menempel dan melapisi kristal dipisahkan dengan
penyemprotan air/pembilasan
Proses yang terjadi di dalam stasiun puteran dilakukan untuk memisahkan
antara kristal gula dan sedikit sisa larutan induknya, kemudian ditampung didalam
palung pendingin dengan harapan akan terjadi kristalisasi lanjut.
Untuk memisahkan antara kristal – kristal gula dan larutan sisa tersebut
digunakan alat pemisah atau saringan berbentuk basket yang diputar pada porosnya
dengan gaya sentrifugal. Karena gaya sentrifugal pada saat diputar, maka larutan
stroop atau klare akan terpisah kemudian dikembalikan ke stasiun masakan untuk
dikristalkan kembali pada tingkat masak berikutnya. Larutan yang sudah tidak bisa
dikristalkan kembali disebut tetes. Tetes merupakan hasil samping di PG. Meritjan,
tetes yang dihasilkan dikumpulkan dan dijual sebagai bahan pembuatan msg.
Kristal gula dan sisa larutan induknya diputar dua kali dalam alat pemisah
ini. Puteran pertama pertama ditambah air untuk melarutkn stroop yang menempel
pada kristal gula. Kemudian pada puteran kedua, dihembuskan uap untuk
mengeringkan kristal gula tersebut. Masakan A diputar di high grade sentrifugal
sedangkan masakan D diputar di low grade sentrifugal. Masakan A diputar akan
menghasilkan gula A dan stroop A, gula A diputar akan menghasilkan gula GKP
dan klare GKP. Gula GKP ini adalah gula produk. Masakan D diputar menghasilkan
gula D dan tetes. Gula D diputar menghasilkan gula D2 dan klare D2.
BAB IV
SPESIFIKASI ALAT
Type :
Ukuran : 22 x 18 ft
Jumlah : 1 unit
Daya : 1,5 kWh
Kecepatan putaran : 1430 rpm
Putaran pengaduk : 8 menit
Kapasitas : 2000 HL
8. Snow Blowing Tank
Jumlah : 1 unit
Putaran : 1 menit
Luas penampang : 0,123 m2
Kapasitas : 0,25 m3/dtk
9. Vacuum Filter
Type : Jord
Jumlah screen : 28 buah
Diameter : 8 x 12 ft
10. Pompa Vacuum Rotary Filter
Type : GEC
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 13 m3/mnt
Daya : 30 kWh
Putaran : 1450 rpm
11. Pompa Nira Kotor
Type : Centrifugal
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 0,5 m3/mnt
Daya : 5,5 kWh
Putaran : 1460 rpm
12. Pompa Nira Encer atau Tapis
Type : Centrifugal
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 90 m3/jam
Untuk Evaporator I C, II, dan III
Daya : 22 Kw
Jumlah : 2 buah
Putaran : 1435 rpm
Kapasitas : 6,5 lt/dtk
Untuk evaporator IV
Daya : 30 Kw
Jumlah : 2 buah
Putaran : 1450 rpm
Kapasitas : 14 lt/dtk
3. Pompa air injeksi
Turbine Uap
Jenis : Centrifugal
Penggerak : mesin uap
Daya : 44 iHp
Jumlah : 1 unit
Penggerak : ELMO
Daya : 55 kW
Putaran : 970 rpm
Kapasitas : 365 lt/dtk
4. Vacuum pump
Penggerak : mesin uap
Putaran : 60 rpm
Daya : 114 Hp
Kapasitas : 43 lt/dtk
Jumlah : 1 unit
Type : tromol
Ǿ steam pipe in : 300 mm
Ǿ tube : 96 / 100 mm
High of tubes : 1000 mm
Number of tubes : 502 pcs
Ǿ down take : 1500 mm
Heating surface : 157,6 m2
Volume efektif : 250 HL
Vacuum Pan V
Type : tromol
Ǿ steam pipe in : 300 mm
Ǿ tube : 96 / 100 mm
High of tubes : 1000 mm
Number of tubes : 594 pcs
Ǿ down take : 1200 mm
Heating surface : 184 m2
Volume efektif : 250 HL
Vacuum Pan VI dan VII
Type : tromol
Ǿ steam pipe in : 300 mm
Ǿ tube : 96 / 100 mm
High of tubes : 1100 mm
Number of tubes : 456 pcs
Ǿ down take : 600 mm
Heating surface : 157,5 m2
Volume efektif : 220 HL
Vacuum Pan VIII
Type : tromol
Ǿ steam pipe in : 300 mm
Ǿ tube : 96 / 100 mm
High of tubes : 1300 mm
Jumlah : 2 unit
Tinggi as STIRRER dari dasar : R 500 mm
Tinggi as STIRRER dari atas : 1060 mm
Panjang mixer : 3360 mm
Lebar mixer : 1000 mm
Volume mixer : 6,0354 m3
Putaran shaft stirer : 4 rpm
Pengubah putaran (Gear box)
Daya : 11 kWh
Rasio : 1 : 30
5. Pompa Tetes
Type : gear pump
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 1,2 m3/menit
Motor Penggerak
Type : AEG
Daya : 11 kWh
Tegangan : 380 volt
Putaran : 1450 rpm
Gear Box
Type : Flender
Daya : 6 kW
Input rpm : 1450 rpm
Output rpm : 154 rpm
6. Pompa Leburan
Type : AEG
Jumlah : 2 buah
Kapasitas : 1,2 m3/menit
Daya : 22 kW
Kecepatan : 1470 rpm
7. Screw Conveyor
Jumlah : 1 buah
Jarak as screw dengan dasar : R 262,5 mm
Jarak as screw dengan atas : 500 mm
Tebal plat : 4,5 mm
Tinggi efektif : 764,2 mm
Panjang : 6775 mm
Lebar : 750 mm
Daya : 3,7 kW
Putaran : 1440 rpm
8. Magma Mixer
Jumlah : 2 buah
Daya : 11 kW
Putaran : 1440 rpm
9. Magma Pump
Type : ECGHI
Kapasitas : 25 m3/jam
Head : 20 m
Daya : 22 kW
Putaran : 35 rpm
10. Grass Hopper Conveyor
Type : HEC
Jumlah : 1 buah
Vibration : 560 VPM
Kapasitas : 19,8 ton/jam
11. Molasses Pump
Type : DAIDO
Kapasitas : 15 m3/jam
Jumlah : 3 buah
Putaran : 270 rpm
Daya : 7,5 kW
12. Wash Water Pump
BAB V
LABORATORIUM DAN PENGENDALIAN MUTU
V.1 Laboratorium
Laboratorium merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pengawasan
proses di pabrik gula yang sangat memerlukan data-data analisa guna memahami
proses yang terjadi dan langkah proses yang diterapkan, sehingga dapat
memperoleh hasil semaksimal mungkin. Laboratorium berfungsi untuk
menganalisa proses produksi mulai gilingan hingga putaran secara kuantitatif
maupun kualitatif dari bahan baku yang akan diproses sampai produk yang
dihasilkan. Data yang dihasilkan diperlukan untuk memantau kinerja di masing-
masing stasiun proses pembuatan gula. Dari data tersebut dapat dijadikan dasar
didalam mengambil perencanaan, strategi dan kebijakan dalam melaksanakan
proses produksi selanjutnya.
Data – data analisis untuk larutan gula teknis, diantaranya adalah : % brix,
% pol, kadar sakarosa, kadar gula reduksi, pH dan kadar zat kering. Dari data
tersebut dipakai sebagai dasar perhitungan–perhitungan mengenai mutu bahan,
mutu hasil dan mutu limbah. Dengan adanya informasi tersebut, dapat dipakai
sebagai angka–angka pengawasan terhadap jalannya proses, sehingga kita dapat
segera mengambil langkah–langkah yang dianggap perlu
Tujuan dari Analisa ini adalah untuk mengetahui apakah proses yang
dilakukan sudah memenuhi ketentuan, sehingga apabila terjadi penyimpangan
dapat segera diketahui, kemudian segera menentukan langkah untuk mengatasi
serta untuk menjaga kualitas produksi agar sesuai dengan yang diinginkan,
sehingga dari analisa tersebut akan diketehui efektifitas dari alat yang beroperasi.
Macam analisa yang dilakukan di PG. Meritjan antara lain :
Persiapan :
a) Larutan standart.
1. 1 ampul Titrisol phospat 0,1 N diencerkan dengan aquadest menjadi
1000 ml dalam labu takar.
2. Kadar yang diperoleh adalah 1000 ppm PO4 = 1494,7 ppm P2O5
3. Pipet 1/2 ml larutan standart tersebut.
4. Encerkan lagi dengan aquadest menjadi 1000 ml
Kadar yang diperoleh adalah : 0,74735 = 0,75 ppm P2O5
b) Nira encer atau nira mentah
1. Nira 50 ml + Kiezelghur 1 gr aduk hingga homogen
2. Saringlah dengan kertas saring putih (kertas jepang)
3. Pipet 1 ml nira, tambahkan aquades hingga 100 ml dalam labu takar
(pengenceran).
Pengukuran :
a) Larutan Standart
1. Pipet 5 ml larutan standart 0,75 ppm.
2. Masukkan dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan 5 tetes PO4-1 dan 1 sendok mikro (pada tutup botol) PO4-
2.
4. Kocok hingga homogen.
5. Biarkan selama 5 menit.
6. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 650 mm.
7. Catat hasil pembacaan absorbansinya, misalkan diperoleh nilai A1.
b) Larutan Contoh
1. Pipet 5 ml larutan Nira dari labu takar 100 ml.
2. Masukan ke dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan 5 tetes PO4-1 dan 1 sendok mikro (pada tutup botol) PO4-
2
4. Kocok hingga homogen.
5. Biarkan selama 5 menit.
6. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 650 nm.
1. Susun ayakan dengan ukuran lubang yang terbesar paling atas berurutan ke
bawah (12 mesh) 1.700 mm; (16 mesh) 1.180 mm; (20 mesh) 0.850 mm; (30
mesh) 0.600 mm; (50 mesh) 0.300 mm dan baki paling bawah.
2. Timbang 60 gr sampai 70 gr contoh kemudian dimasukkan pada ayakan paling
atas
3. Hidupkan Sieve Shaker selama 10 menit
4. Timbang contoh yang ada pada setiap fraksi ayakan (ada 6 fraksi) kemudian
hitung presentasenya
Perhitungan :
Fraksi 1 (12 mesh) = K gr
Fraksi 2 (16 mesh) = L gr
Fraksi 3 (20 mesh) = M gr
Fraksi 4 (30 mesh) = N gr
Fraksi 5 (50 mesh) = O gr
Fraksi 6 (Baki) = P gr
Jumlah = Y gr
𝐾 𝑥 100
Fraksi 1 = 𝑥 4,8 = …..Q
𝑌
𝐿 𝑥 100
Fraksi 2 = 𝑥 7,1 = …..R
𝑌
𝑀 𝑥 100
Fraksi 3 = 𝑥 10,0 = …..S
𝑌
𝑁 𝑥 100
Fraksi 4 = 𝑥 14,1 = …..T
𝑌
𝑂 𝑥 100
Fraksi 5 = 𝑥 24,0 = …..U
𝑌
𝑃 𝑥 100
Fraksi 6 = 𝑥 48,0 = …..V
𝑌
100
Maka Bjb = 𝑥 10 = …. (Z = Q,R,S,T,U,V)
𝑧
Tabel 1. Hubungan Brix nira dengan Berat Jenis pada suhu 27,5ºC
V.1.12 Analisa Kadar Gula Reduksi Nira Mentah menurut Eynon dan Lane
1. Timbang 12,50 g nira dimasukkan labu takar ditambah air sampai garis
tanda 250ml.
2. Ambil contoh dengan pipet volume sebanyak 50 ml + 15 ml EDTA 4 % +
aquades s/d 250 ml dikocok sampai homogen. Larutan dicatat sebagai L
(larutan untuk titran)
3. Ambil 5 ml Fehling A (Cu++) dan 5 ml Fehling B (basa) dimasukkan ke
Erlenmeyer tambahkan beberapa batu apung/didih
4. Elemeyer yang terisi Fehling A dan Fehling B ditambahkan 15 ml larutan L
kemudian dididihkan diatas hot plate sampai berubah warna menjadi merah
bata.
5. Tambahkan larutan indicator Methylene Blue sebanyak ± 3 tetes sampai
berubah warna menjadi biru, kemudian di titrasi dengan larutan L sampai
terjadi perubahan warna dari biru merah bata. Catat volume titran yang
digunakan.
Perhitungan :
Dengan menggunakan table konversi ml titran dengan Gured (mg/100ml) dan
Sukrosa (g/100ml) ketemu = b mg Gured per 100 ml titran
12,5 50
Setiap 100 ml titran terdapat 1000 mg ( = 𝑥 250 𝑥 100 )
250
𝑏
Kadar gula reduksi = 1000 𝑥 100
a) Analisa COD
1. Pipet 2 ml air limbah, masukkan kedalam kuvet COD reactor
b) Analisa BOD
1. Pipet 25 ml limbah cair dan netralkan pH = 7,0 masukkan kedalam labu
takar 1000 ml, tambah air sintetis, gojog.
2. Isikan pada 3 botol BOD sampai penuh, dijaga jangan sampai ada
gelembung udara.
3. 2 botol di inkubasi pada suhu 20°C selama 5 hari, untuk blangko 2 botol
di inkubasi pada suhu 20°C selama 5 hari
4. 1 botol diinkubasi untuk mendapatkan oksigen terlarut (DO) sebelum
inkubasi, untuk blangko perlakuan sama.
5. Untuk sampel limbah dan pengencer (blangko) ditambah 2 ml Mn SO₄
dan ditambah 2 ml alkaliazida.
1. Buka valve tap-tapan untuk mengosongkan isi tabung contoh Nira Kental,
lalu tutup kembali.
2. Buka valve input tabung contoh Nira Kental sampai dengan overflow.
3. Tutup valve input tabung contoh :Nira kental tersebut, diamkan sesaat
hingga buih menipis (± 15 detik).
4. Masukkan baume wager kedalam tabung contoh dan baca penunjukan alat
tersebut.
5. Penunjukkan angka skala = ˚ Be Nira Kental. (˚ Be x 2 = ˚ Brix)
hasil keluaran produk sesuai dengan standart mutu yang diharapkan oleh costumer.
Pengendalian mutu pada PG. Meritjan, Kediri dilakukan mulai dari bahan baku
sampai pengendalian mutu produk.
Bahan baku pada PG. Meritjan berasal dari lahan-lahan petani tebu. Setelah
bahan baku memasuki proses emplacement, pengendalian mutu dilakukan dengan
menerapkan first in first out dengan melakukan pengondisian di emplacement
dengan cepat. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir kehilangan kadar
sukrosa tebu yang disebabkan oleh penumpukan bahan baku di emplacement.
Pengendalian bahan baku dapat juga dilakukan dengan menyemprotkan dengan alat
steam blazer. Penyemprotan dilakukan pada tebu yang terbakar agar meminimalisir
kehilangan kandungan sukrosa.
HK pol, % ± 99,5
Brix, % ± 99,95
B. Hasil
Rendemen, % ≥ 10
(sumber : Quality Assurance PG Meritjan)
Tabel 6. Batasan Angka di Stasiun Masakan
BAB VI
UTILITAS
4. Operasi pada ketel menjadi tidak maksimal karena terjadi priming dan
foaming
5. Biaya pembersihan, perbaikan, pemeriksaan, peralatan, dan penyediaan
suku cadang bertambah
6. Kerugian peralatan pada turbin dan pompa piston akibat penggunaan uap
yang kotor
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
• Mudah Meledak
• Pengoksidasi
• Sangat mudah sekali menyala
• Sangat mudah menyala
• Menyala
• Amat sangat beracun
• Sangat beracun
• Beracun
• Berbahaya
• Korosif
• Bersifat iritasi
• Beebahaya bagi lingkungan
• Karsinogenik
• Teratogenic
• Mutagenic
d. MSDS adalah Material Safety Data Sheet atau dikenal pula sebagai
lembar data keselamatan bahan, yaitu berisi informasi atas sifat kimia
dan fisika dari bahan kimia tersebut, termasuk berisi informasi mengenai
Kesehatan dan Kesalamatan, penyimpangan danpembuangan limbah dan
kemasan sehubungan dengan penggunaan bahan tersebut.
e. Limbah adalah barang yang dihasilkan oleh sebuah proses dan dapat
dikategorikan sebagai bahan yang sudah tidak terpakai.
f. Limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat B3, adalah setiiaplimbah
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yangkarena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
6. Uraian Prosedur
A. Penerimaan Bahan
a. Panitia pemeriksa barang dan jasa memeriksa setiap bahan yang dating
dan melakukan pemeriksaan terhadap jumlah, spesifikasi
dan kualitas serta kelengkapan dokumen seperti MSDS. Bila telah
sesuai dengan persyaratan pada kontrak, maka bahan diterima
b. Asisten Manajer masing masing bagian menentukan tempat
penyimpanan bahan, berdasarkan lay out dan daftar bahan yang telah
ada.
c. Asisten manajer masing masing bagian bertanggungbjawab untuk
mendata Bahan dan Bahan Kimia Berbahaya di area yang menjadi
tanggung jawabnya serta mendaftarkan pada formulir Daftar bahan
kimia berbahaya.
sehingga tidak tercampur antara jenis yang satu dengan yang lain,
terutama antar jenis yang tidak sesuai. Jenis bahan tersebut
dikelompokan dan diberi penandaan sifat : korosif, flammable,
beracun dll.
• Diberi tanda berupa label dan papan ketentuan untuk bahan B3 yang
mewakili kelompok bahan tersebut dan memuat informasi :
a) Nama Bahan / produk
b) Ukuran / warna / sifat khusus bahan
c) MSDS untuk seluruh bahan kimia
d) Status inpeksi dan tes nya ( jika ada )
b. Bahan B3 yang disimpan di stock yard, termasuk milik Kontraktor,
diberi ketentuan dengam cara sebagai berikut :
• Penyimpangan bahan B3 sesuai standar, berdasarkan pedoman
petunjuk dari MSDS nya
• Bahan B3 dikelompokan sesuai dengan jenis dan ukuranya
• Diberi pelindung terhadap pengaruh cuaca ( plastic atauterpal)
dan menjaga kebutuhan sirkulasi dari bahan B3. Khususnya B3
yang sensitive terhadap perubahan temperature harus dipastikan
disimpan pada temperature yang di ijinkan selama penyimpanan
(sesuai dengan MSDS)
• Diberi tanda label atau papan ketentuan yang mewakilikelompok
bahan tersebut dan memuat informasi tentang :
a) Nama di pasang / ditempel pada penutup atau bahan /
produk
b) Ukuran / arna / sifat khusus bahan / produk
c) Status inspeksi dan tesnya ( jika ada )
• Bagian Gudang dibantu dengan Supervisor / Koordinator membuat
Gamba Denah Stock Yard yang menginformasikan lokasi
Prosedur ini dibuat sebagai panduan untuk penanganan Alat Pelindung Diri
(APD ) yang memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini untuk pemilihan, penggunaan, penggantian, perawatan dan
permintaan terhadap Alat Pelindung Diri yang digunakan pada proseskerja
di PT Perkebunan Nusantara X PG Meritjan
3. Referensi
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No. PER 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
4. Definisi
a. APD adalah alat pelindungan diri yang digunakan oleh pekerja dalam
menimimalkan potensi bahaya yang mereka hadapi dalam bekerja
b. Risiko adalah kesempatan untuk terjadi kecelakaan / kerugian.
5. Uraian Prosedur
a. Identifikasi kebutuhan
Melakukan identifikasi kebutuhan APD berdasarkan manajemen risiko
yang telah dilaksanakan dan memaastikan bahwa APD adalah alternative
terakhir dalam meminimalkan risiko di tempat kerja.
b. Penetapan Spesifikasi
Spesifikasi APD :
• Harus sesuai dengan persyaratan, peraturan, standar dan atau
panduanstandar industry serta persyaratan user / klien
• Diberikan kepada user / pemakai berdasarkan spesifikasi yang
diberikanoleh HSE dan prosedur pekerjaan
• Harus digunakan dengan sempurna dan disimpan dengan baik jika
selesaidigunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya
• Dilakukan penggantian segera jika sudah tidak layak sebagai proteksi
pelindung diri
• Hendaknya memiliki stok pengadaan dan dilakukan
pemantauanpengamanan oleh orang-orang yang berwenang
Standar APD
Sesuai Persyaratan Umum, pada pekerjaan operasional yang berada di lokasi
/ siteseluruh pekerja minimum diberikan APD yang sesuai sbb :
• Baju kerja ( one piece atau two piece ) dengan logo yang sesuai
denganPedoman Penggunaan Logo
• Sepatu Safety atau Safety Shoes / boots
• Safety helmet dengan tali dagu ( chinstrap )
• Saryn tangan / gloves
• Kacamata safety
Dengan catatan, jika ada ketentuan yang di persyaratkan oleh klien maka akan
diverifikasi ulang oleh user sesuai persyaratan yang berlaku.
yangdijalankan.
2. Ruang lingkup
Prosedur ini mencakup sistem pelaporan sumber bahaya atau potensi bahaya
dan penanganannya di tempat kerja di lingkungan PT. Perkebunan
Nusantara X PG Meritjan.
3. Referensi
• Undang – undang no.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Undang – undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
• Peraturan pemerintah no.50 tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
• Permenaker no.05/Men/1996 elemen 8 tentang pelaporan dan
perbaikan kekurangan.
a. Definisi
• Pegawai adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja.
• Sumber bahaya adalah kondisi dan tindakan berbahaya yang ada di
tempatkerja
Tanggung Jawab menemukan sumber bahaya :
a. Apabila pegawai menemukan sumber bahaya, maka lakukan
pengamanan terhadap lokasi tersebut agar tidak kontak dengan
pegawai lainnya.
b. Melaporkan via telepon atau langsung kepada penanggung jawab
lokasi.
c. Seluruh pegawai melakukan pencatatan pada formulir permintaan
LKS - PTKP. Seluruh pegawai menyampaikan formulir
permintaan tindakan perbaikan kepada sekretaris P2K3 untuk di
registrasi.
4. Prosedur
a. Sekretaris P2K3 menetapkan penanggung jawab tindakan perbaikan
dan mendistribusikannya kepada fungsi terkain sesuai jenis
masalahnya.
b. Menindak lanjuti permintaan tindakan perbaikan dengan melihat lokasi
sumber bahaya serta melakukan analisa penyebab dan alternative solusi
tindakan perbaikan dan pencegahan.
c. Bagian terkain menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan dan
apabila diperlukan dapat berkonsultasi dengan pihak lainnya yang
terkain.
d. Bagian terkait menyampaikan tindakan perbaikan dan pencegahan yang
diperlukan kepada sekretaris P2K3.
e. Bagian terkait menjalankan tindakan perbaikan dan pencegahan.
BAB VIII
PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK
Pada PG. Meritjan ini, juga dihasilkan limbah gas, dimana limbah tersebut
berupa sisa reaktan gas SO2 dan hasil reaksi berupa gas CO2 yang dibuang ke udara
melalui cerobong. Gas sisa pembakaran pada stasiun ketel tidak langsung dibuang
ke udara bebas melainkan diproses terlebih dahulu melalui dust collector yakni
dengan menyemprotkan air pada uap hasil pembakaran. Hal ini bertujuan agar zat
padat atau abu dapat jatuh ke bawah sehingga tidak mencemari udara. Setelah
melalui dust collector, diharapkan gas yang dibuang tidak mengandung abu lagi.
Abu yang berasal dari dust collector akan dikumpulkan dan dibawa ke tempat
pembuangan dan airnya akan dialirkan ke kolam limbah.
Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat
menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan
pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan sebagainya. Untuk
menanggulanginya dibutuhkan pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan
pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode
yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas
yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
Gas sisa pembakaran dilewatkan alat pengendali limbah udara dengan
sasaran abu ketel yang tertangkap sebanyak mungkin dan abu yang terikat bersama
gas ke udara sedikit mungkin. Gas sisa pembakaran di peti sulfitir dengan gas SO2,
diupayakan sedikit mungkin gas SO2 yang terserap oleh nira dengan jalan
menggunakan peti sulfitir dengan menghindari kebocoran pipa SO2.
Pemantauan dilakukan oleh Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja
Provinsi Jawa Timur, juga oleh BTKL provinsi Jawa Timur dan dilakukan oleh
tim pemantau PG Meritjan. Pabrik Gula Meritjan telah melakukan pengadaan dan
pemasangan satu unit Dust Collector tipe pancaran air (West Scrubber) yang
menyatu dengan cerobong ketel tekanan rendah (KTR). Sedangkan pada ketel
Yoshimine dan ketel Cheng Chen telah dilengkapi Dust Collector tipe
Multicyclone.
Penanggulangan Limbah Asap dan debu sebagai berikut :
Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi dua yaitu,
senyawa pencemar primer, dan senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar
primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber
sedangkan senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru
terbentuk akibat interaksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di
atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang
paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah karbonmonoksida (CO),
oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat
(debu).
Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik gula dapat mengelola asap
dan debu tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatnya yang berada di asap.
Nantinya partikel-partikel ini dalam jumlah yang cukup, bisa diolah menjadi
pupuk. Karenanya suatu pabrik gula dilengkapi dengan alat-alat pemisah debu
untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai
ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang
berbeda.
Gas sisa pembakaran pada stasiun ketel tidak langsung dibuang ke udara
bebas melainkan diproses terlebih dahulu melalui dust collector yakni dengan
menyemprotkan air pada uap hasil pembakaran. Hal ini bertujuan agar zat padat
atau abu dapat jatuh ke bawah sehingga tidak mencemari udara. Setelah melalui
dust collector, diharapkan gas yang dibuang tidak mengandung abu lagi. Abu yang
berasal dari dust collector akan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan
dan airnya akan dialirkan ke kolam limbah.
BAB IX
TUGAS KHUSUS
PERHITUNGAN NERACA MASSA
1. STASIUN GILINGAN
𝐼𝑚𝑏𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 % 𝑡𝑒𝑏𝑢
Jumlah air imbibisi (I) = 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
100 %
25,11 %
= 𝑥 118,73 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
100 %
= 29,81 ton/jam
𝑁𝑖𝑟𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ % 𝑡𝑒𝑏𝑢
Jumlah nira mentah (NM) = 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
100 %
99,38 %
= 𝑥 118,73 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
100 %
= 118 ton/jam
𝑏𝑁𝑀 − 𝑏𝑁2
N1 = NM x 𝑏𝑁1 − 𝑏𝑁2
11,27 − 7,63
= 118 ton/jam x 14,58 − 7,63
= 61,80 ton/jam
A1 = T – N1
= ( 118,73 – 61,80 ) ton/jam
= 180,53 ton/jam
N2 = NM – N1
= 118 ton/jam – 61,80 ton/jam
= 56,93 ton/jam
A2 = N3 + A1 – N2
= ( 40,77 + 56,93 – 56,20 ) ton/jam
= 41,50 ton/jam
𝑏1 − 𝑏2
N3 = N2 x 𝑏1 − 𝑏3
14,58 − 7,63
= 56,20 ton/jam x 14,58 − 5
= 40,77 ton/jam
A3 = N4 + A2 – N3
𝑏1 − 𝑏3
N4 = N3 x 𝑏1 − 𝑏4
14,58 − 5
= 40,77 ton/jam x 14,58 − 2,58
= 32,55 ton/jam
A4 = A3 + Imb – N4
= ( 33,28 + 29,81 – 32,55 ) ton/jam
= 30,55 ton/jam
Tabel 8. Neraca Massa pada Stasiun Gilingan
Diagram Alir :
2. STASIUN PEMURNIAN
NM = 118 ton/jam
NT = nira kotor + H2O + Ampas - blotong
= 17 + 2,37 + 3,9 – 2,84
= 20,44 ton/jam
P2O5 = P2O5 tiap 100 ton tebu x kapasitas giling
11,94 118,73
= 𝑥 ton/jam
100 1000
= 0,01 ton/jam
NM1 = NM + P2O5 + NT
= ( 118 + 0,01 + 20,41 ) ton/jam
= 138,42 ton/jam
= 0,12 ton/jam
Kemurnian CaO = kemurnian CaO x pemakaian Ca(OH)2
82
= 100 ton/jam x 0,12 ton/jam
= 0,1 ton/jam
Kebutuhan Ca(OH)2 untuk tangki defekator adalah = 6 be0 (Tabel 24.1 E.
Hugot,1986)
Kelarutan CaO dalam susu kapur = 55,6 g/l (Tabel 24.1 E. Hugot, 1986)
𝑘𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑂
Volume Ca(OH)2 = 𝑥 1000000 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑂
0,1
= 55,6 x 1000000 ton/jam
= 1751,08 L/jam
Densitas Ca(OH)2 = 2,24 kg/L
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2
Berat Ca(OH)2 = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2
1000
2,24 𝑘𝑔/𝑙
= x 1751,08 l/jam
1000
= 3,92 ton/jam
% CaO dalam Ca(OH)2 = 5,292 % (Tabel 24.1 E. Hugot, 1986)
100−% 𝐶𝑎𝑂
Berat air dalam Ca(OH)2 = x berat Ca(OH)2
100
100−5,292
= x 3,92 ton/jam
100
= 3,71 ton/jam
= 0,05 ton/jam
Dengan kemurnian belerang (S) = 100 %, maka jumlah S yang terpakai
adalah 0,05 ton/jam
𝑚𝑟 𝑆𝑂2
jumlah SO2 = x jumlah S
𝑚𝑟 𝑂2
64
= 32 x 0,05 ton/jam
= 0,1 ton/jam
Asumsi jumlah SO2 yang terserap = 70%
SO2 out = 0,3 SO2 in
= 0,3 x 0,1
= 0,03 ton/jam
NM2 + SO2 in = NM3 + SO2 out
142,34 + 0,1 = NM3 + 0,03
NM3 = 142,41
= 0,0002 ton/jam
Kadar flokulan dalam larutan adalah 0,1%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑛
Jumlah flokulan = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑛
0,0002
= x 100 ton/jam
0,1
= 0,25 ton/jam
NM4 = NM3 + flokulan
= 142,41+ 0,25
= 140,03 ton/jam
Nira Jernih = NM4 + flokulan – Nira kotor
= 140,03 + 0,25 – 17
= 123,28 ton/jam
= 2,37 ton/jam
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑙𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
Berat blotong = + kapasitas
100
2,39
= x 118,73 ton/jam
100
= 2,84 ton/jam
Nira kotor = 17 ton/jam
Nira tapis = nira kotor + H2O + Ampas - blotong
= 17 + 2,37 + 3,9 – 2,84
= 20,44 ton/jam
Tabel 9. Neraca massa pada stasiun pemurnian
No Bahan Ton/jam %tebu in out
1 Nira 118 99,38 118
Mentah
2 P2O5 0,01 0,01 0,01
3 Ca(OH)2 3,92 3,30 3,92
4 SO2 in 0,1 0,08 0,1
5 flokulan 0,25 0,21 0,25
6 Ampas 3.87 3.25 3,87
Diagram Alir :
3. STASIUN PENGUAPAN
= 99,30 ton/jam
Jumlah nira kental = nira jernih – air yang diuapkan
= (123,28 – 99,30) ton/jam
= 23,98 ton/jam
= 0,01 ton/jam
Dengan kemurnian belerang (S) = 100 %, maka jumlah S yang terpakai
adalah 0,01 ton/jam
𝑚𝑟 𝑆𝑂2
jumlah SO2 = x jumlah S
𝑚𝑟 𝑂2
64
= 32 x 0,01 ton/jam
= 0,03 ton/jam
Jumlah SO2 in (70%) = 0,7 x 0,03 ton/jam
= 0,02 ton/jam
Jumlah SO2 out (30%) = 0,3 x Jumlah SO2
= 0,3 x 0,03
= 0,01 ton/jam
Berat NKsul = (Nira jernih + SO2 in ) - uap air - SO2 out
= (123,28 + 0,02 - 98,10 - 0,01 ) ton/jam
= 23,99
Berat nira kental keluar
NKsul %tebu = x 100%
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
23,99
= x 100 %
118,73
= 20,20 %
Diagram Alir :
= 14,06
𝐻𝐾𝑆𝐻𝑆 − 𝐻𝐾𝑁𝐾
Ton brix tetes = ton brix NKsulf x (𝐻𝐾 )
𝑆𝐻𝑆 − 𝐻𝐾𝑇𝐸𝑇𝐸𝑆
99,92 −75,97
= 14,06 x ( 99,92−35,52 )
= 5,23
Ton brix SHS = ton brix NKsulf – ton brix tetes
= 14,06 – 5,23
= 8,83
𝐻𝐾 − 𝐻𝐾
Ton brix Masakan D = ton brix tetes x (𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐷1 − 𝐻𝐾𝑇𝐸𝑇𝐸𝑆 )
𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐷1 𝑀𝑆𝐾 𝐷
78,33 −35,52
= 5,23 x (78,33 − 58,44)
= 11,25
Ton brix Gula D1 = ton brix masakan D – ton brix tetes
= 11,25 – 5,23
= 6,02
𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐷2 − 𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐷1
Ton brix klare D = ton brix gula D1 x ( )
𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐷2 − 𝐻𝐾𝐾𝑙𝑟 𝐷
91,91 −78,33
= 6,02 x (91,91 − 56,72)
= 2,32
Ton brix gula D2 = ton brix gula D1 – ton brix klare D
= 6,02 – 2,32
= 3,70
𝐻𝐾𝐾𝑙𝑟.𝑆𝐻𝑆 − 𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝑆𝐻𝑆
Ton brix gula A = ton brix SHS x ( )
𝐻𝐾𝐾𝑙𝑟.𝑆𝐻𝑆 − 𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐴
88,13 −99,92
= 8,83 x (88,13 − 98,28)
= 10,26
Ton brix klare SHS = ton brix gula A – ton brix SHS
= 10,26 – 8,83
= 1,43
𝐻𝐾 − 𝐻𝐾
Ton brix masakan A = ton brix gula A x ( 𝐻𝐾𝑆𝑡𝑟 𝐴 − 𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐴)
𝑆𝑡𝑟 𝐴 𝑀𝑠𝑘 𝐴
58,08 −98,28
= 10,26 x (58,08 − 80,24)
= 18,61
Ton brix stroop A = ton brix masakan A – ton brix gula A
= 18,61 – 10,26
= 8,35
Ton brix Eiunwurf C = ton brix msk A – (ton brix klr SHS + ton brix NKsulf)
= 18,61 – ( 1,43 + 14,06 )
= 3,12
𝐻𝐾 − 𝐻𝐾𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐶
Ton brix masakan C = ton brix gula C x ( 𝐻𝐾𝑆𝑡𝑟 𝐶 )
𝑆𝑡𝑟 𝐶 − 𝐻𝐾𝑀𝑠𝑘 𝐶
45,91 −93,11
= 3,12 x (45,91 − 71,31)
= 5,79
Ton brix stroop C = ton brix masakan C – ton brix gula C
= 5,79 – 3,12
= 2,67
Ton brix stroop A untuk Msk C = ton brix Msk C – ton brix gula D2
= 5,79 – 3,70
= 2,09
Ton brix strp A untuk Msk D = ton brix strp A – ton brix strp A utk Msk C
= 8,35 – 2,09
= 6,26
Tabel 10. Neraca Massa pada Stasiun Masakan dan Puteran
No bahan %brix %pol HK Ton Ton/jam % tebu in out
brix
1 Nira kental 58,60 44,52 75,97 14,06 23,99 20,20 14,06
sulfitasi
2 Masakan A 95,1 76,31 80,24 18,61 19,57 16,48
3 Masakan C 95,83 68,39 71,37 5,79 6,04 5,09
4 Masakan D 98,98 57,84 58,44 11,25 11,36 9,57
5 Stroop A 85,11 49,43 58,08 8,35 9,81 8,26
6 Stroop A utk 85,11 49,43 58,08 2,09 2,45 2,07
Msk C
7 Stroop A utk 85,11 49,43 58,08 6,26 7,35 6,19
Msk D
8 Stroop C 84,41 38,75 45,91 2,67 3,16 2,66
9 Tetes 87,06 30,92 35,52 5,23 6 5,06 5,23
10 Klare SHS 88,73 78,20 88,13 1,43 1,61 1,36
11 Klare D 85,80 48,67 56,72 2,32 2,71 2,28
12 Gula A 98,77 97,07 98,28 10,26 10,39 8,75
13 Gula SHS 99,95 99,87 99,92 8,83 8,83 7,44 8,83
14 Gula C 97,61 90,88 93,11 3,12 3,20 2,69
Diagram Alir :
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
IX. 1 Kesimpulan
1. Produk yang dihasilkan oleh PG. Meritjan yakni berupa gula SHS (Superior
High Sugar) dengan kapasitas giling sekitar ± 2.500 TCD. Sedangkan
produk atau hasil samping dari pabrik gula ini adalah ampas tebu, tetes, dan
blotong
2. Pada stasiun persiapan, merupakan pintu awal dimana terjadi penerimaan
tebu yang telah ditebang dari kebun, dan dilakukan penimbangan untuk
menimbang tebu sebelum selanjutnya akan dikirim ke stasiun penggilingan.
3. Pada stasiun gilingan, bertujuan untuk memisahkan nira tebu dari tebu
dimana pemisahan ini menggunakan 4 buah roll gilingan, dimana semua
gilingan mempunyai prinsip kerja yang sama yakni memisahkan cairan tebu
(nira) dengan ampas yang dilakukan dengan pemerahan. Selain itu juga
diberikan penambahan air imbisisi agar nira yang diperoleh maksimal.
4. Pada stasiun pemurnian, bertujuan untuk memisahkan komponen-
komponen bukan gula baik yang terapung maupun yang larut dalam nira
mentah dengan memindahkan kehilangan gula dengan harapan nira yang
dihasilkan semurni mungkin.
5. Pada stasiun Penguapan, bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam
nira sehingga nira menjadi pekat dengan menguapkan air sekitar 75%,
penguapan air terjadi karena adanya perpindahan panas dari bahan pemanas
kepada nira.
6. Pada stasiun Masakan yang bertujuan untuk mengubah sukrosa dalam
larutan menjadi kristal dengan kemurnian tinggi dan kadar gula dalam tetes
serendah-rendahnya, yang nantinya dapat dengan mudah dipisahkan dari
larutan induktornya dan komponen-komponen bukan gula di stasiun
putaran.
7. Pada stasiun Penyelesaian, bertujuan untuk mengeringkan gula SHS
(produk) dan mengemas gula sebagai produk akhir
8. Macam analisa yang dilakukan oleh laboratorium di PG. Meritjan yakni
melingkupi snalisa Pendahuluan, analisa Rendemen, analisa Nira, analisa
Ampas, analisa Blotong, analisa Tetes, analisa Masakan dan Stroop, analisa
Gula Produksi, analisa Air Kondensat, analisa Air Boiler
9. Utilitas pada unit pengendalian steam, uap dari hasil ketel digunakan
sebagai penggerak mesin uap dan turbin uap, pemanas pendahuluan,
evaporator, pan masakan, serta pengering udara yang diperlukan untuk
kristalisasi
10. Utilitas pada unit pengendalian listrik, diperoleh dari Pembangkit tenaga
listrik yang dimiliki pabrik sendiri (Pembangkit Listrik TA dan Mesin
Generator Set) serta PLN
11. Sumber limbah pada PG. Meritjan ini melingkupi yakni limbah padat yang
terdiri dari ampas tebu, abu ketel, dan blotong. Sedangkan untuk limbah cair
yakni berasal dari air cucian skrap BP, PP, air pendingin mesin pompa, air
jatuhan kondensor pendingin gilingan dan palung. Selain cair, limbah cair
dapat berupa ceceran nira yang bocor selama proses dan oli bekas. Dan
untuk limbah gas, berupa sisa reaktan gas SO2 dan hasil reaksi berupa gas
CO2 yang dibuang ke udara melalui cerobon
IX. 2 Saran
1. Diharapkan pada pabrik gula Meritjan dapat mengolah hasil samping tetes
dan blotong dari produksi gula, dapat dijadikan alkohol dan pupuk, sehingga
meningkatkan nilai ekonomis dari hasil samping tersebut.
2. Pada proses pengolahan gula diharapkan juga meningkatkan keamanan
karyawan pabrik dengan menggunakan perlengkapan keamanan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
3. Pada proses pemurnian sulfur sebagai bahan pembantu proses sebaiknya
diganti menggunakan bahan lainnya seperti karbonat, hal itu bertujuan
untuk mengurangi bau yang ditimbulkan dan mengurangi risiko
keselamatan pada karyawan.
DAFTAR PUSTAKA