Anda di halaman 1dari 13

Nama : Arifa Al Husnah

NIM : 51120003
MK : Etika Profesi dan Hukum Kesehatan

Tugas Resume

Topik 1. Peraturan Per Undang-Undangan Tentang ATLM

A. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2014


Tentang Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Menimbang :
a. bahwa tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik sebagai salah satu dari jenis
tenaga kesehatan, berwenang untuk menyelenggarakan atau menjalankan praktik di
bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Mengingat :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5607);

MEMUTUSKAN
Menetapkam :
a. Peraturan menteri kesehatan tentang izin dan penyelenggaraan praktik ATLM

BAB 1
Ketentuan Umum
Pasal 1 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan Teknologi Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau analis
medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan
jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi tentang kesehatan
perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 2 : Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan praktik ATLM di bidang pelayanan kesehatan.
BAB II
Perizinan
Bagian kesatu
( Kualifikasi ATLM )
Pasal 3 : Kualifikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik ditentukan berdasarkan
pendidikan yang terdiri atas:
a. diploma tiga sebagai Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik;
b. diploma empat sebagai Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik.

Bagian Kedua
( STR-ATLM dan STR-ATLM sementara )
Pasal 4 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik dan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
warga negara Indonesia lulusan luar negeri untuk dapat menyelenggarakan
atau menjalankan praktiknya harus memiliki STR-ATLM.

Pasal 5 : STR-ATLM Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui
evaluasi kompetensi yang . meliputi penilaian kelengkapan administrasi dan
penilaian kemampuan untuk melakukan praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. ·

Bagian Ketiga
( SIP-ATLM )
Pasal 6 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang menyelengarakan atau menjalankan
praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki SIP-ATLM.
Pasal 7 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik hanya dapat memiliki paling banyak 2
(dua) SIP-ATLM.
Pasal 8 : Untuk memperoleh SIP-ATLM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Ahli
Teknologi Laboratorium Medik harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupatenjkota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. fotokopi STR-ATLM;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
d. surat keterangan bekerja dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
bersangkutan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 em berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupatenjkota atau pejabat
yang ditunjuk;
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
Pasal 9 : Dalam keadaan tertentu berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan dan
jumlah Ahli Teknologi Laboratorium Medik, pemerintah daerah
kabupatenjkota setempat dapat memberikan SIP-ATLM kepada Ahli
Teknologi Laboratorium Medik sebagai izin menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan yang ketiga setelah
mendapat persetujuan Gubernur.
Pasal 10 : SIP-ATLM berlaku sepanjang STR-ATLM masih berlaku dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
Pasal 11 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik warga negara asing dapat mengajukan
permohonan memperoleh SIP-ATLM setelah:
a. memiliki STR-ATLM sementara;
b. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasa18; dan
c. memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB III
Penyelenggaraan Praktik ATLM
Pasal 12 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki SIP-ATLM dapat
menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bida ng pelayanan kesehatan
di Laboratorium pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 13 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam memberikan pelayanan kesehatan
hanya dapat melakukan pelayanan atas permintaan tertulis dengan keterangan
klinis yang jelas dari tenaga medis dan bidan.
Pasal 14 : Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pela.yanan kesehatan di Laboratorium pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan mempunyai kewenangan:
Pasal 15 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik dapat melaksanakan kewenangan selain
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 apabila dalam penugasan pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 16 : Dalam melakukan praktiknya, Ahli Teknologi Laboratorium Medik wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan.
Pasal 17 : Dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang pelayanan
kesehatan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik mempunyai hak;
Pasal 18 : Dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang pelayanan
kesehatan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik mempunyai kewajiban:

BAB IV
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 19 : Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, kepal.a dinas kesehatan provinsi, kepala
dinas kesehatan kabupatenjkota, ketua konsil tenaga kesehatan, dan pimpinan
Organisasi Profesi menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik sesuai tugas
dan kewenangan masing-masing.
Pasal 20 : Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Ahli Teknologi
Laboratorium Medik yang berpraktik dan berhenti berpraktik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatannya kepada kepala dinas kesehatan kabupatenjkota
dengan tembusan kepa.da Organisasi Profesi
Pasal 21 : Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, kepala dinas kesehatan provinsi,
dan/ atau kepala dinas kesehatan kabupatenjkota dapat memberikan sanksi
administratif kepada Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik pelayanan
kesehatan dalan1 Peraturan Menteri ini sesuai dengan tugas dan kewenangan
masing-masing.
Pasal 22 : Bupati/Walikota atau kepala dinas keseha.tan kabupaten/kota dapat
memberikan atau mengusulkan rekomendasi pencabutan STR-ATLM kepada
ketua konsil tenaga kesehatan terhadap Ahli Teknologi Laboratorium Medik
yang menyelenggarakan atau menjalankan praktik tanpa memiliki SIP-
ATLM.

BAB V
Ketentuan Peralihan
Pasal 23 : Ahli Teknologi Laboratorium Medik yang telah menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebelum diundangkannya Peraturan Menteri ini, dinyatakan telah
memiliki SIP-ATLM berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 24 : Semua nomenklatur tenaga analis kesehatan atau analis medis sebelum
ditetapkannya Peraturan Menteri ini harus dibaca dan dimaknai menjadi Ahli
Teknologi Laboratorium Medik.
Pasal 25 : Sebelum terbentuknya konsil tenaga kesehatan, semua tugas-tugas konsil
tenaga kesehatan dalam Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia.

BAB VI
Penutup
Pasal 26 : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan pepempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Mei 2015, MenKes RI


Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 2015, MenKum & Hak Asasi Manusia RI

Topik 2. Perundang-undangan Lab.Medik


Peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat berupa undang-undang,
peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, dan peraturan daerah. Pemahaman tentang hierarkhi peraturan perundang-
undangan akan memberikan kontribusi bagi ATLM untuk memahami peraturan
perundang-undangan yang mengatur profesi ATLM. Berbagai peraturan belum banyak
berpihak kepada ATLM mengingat berbagai peraturan tersebut selain saling bertolak
belakang juga perlu adanya perbaharuan mengingat berbagai kemajuan dan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan di laboratorium medik

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607) Pengaturan terhadap ATLM yaitu tentang
nomenklatur penyebutan profesi ahli teknologi laboratorium medik sebagai tenaga
kesehatan pada kelompok tenaga teknik biomedika. Mengatur tentang tanggung jawab,
kewenangan, hak dan kewajiban, peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, legislasi dan sertifikasi, pembinaan,
pemantauan dan pengawasan tenaga kesehatan serta perlindungan kepada tenaga
kesehatan. Mengatur pula ketentuan pidana apabila tenaga kesehatan melakukan praktik
tidak berijin, melakukan kelalaian, tidak teregistrasi

Topik 3. Kompetensi ATLM


Tenaga kesehatan merupakan suatu profesi. Profesi pada hakekatnya adalah suatu
pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada
suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan tersebut. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas profesinya, perlu berpegang pada tiga ukuran atau standar medik
umum yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian yang umum. Ahli
Teknologi Laboratorium Medik merupakan tenaga kesehatan maka dengan kualifikasi
minimum yang dipersyaratkan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, wajib memiliki izin pemerintah.

Topik 4. Kode Etik ATLM

Sesuai dengan Keputusan Musyawarah Nasional Kedelapan Persatuan Ahli


Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia (MUNAS VIII PATELKI) Nomor:
08/MUNAS VIII/5/2017 Tentang Kode Etik Ahli Teknologi Laboratorium Medik.

1. Kewajiban ATLM Terhadap Profesi


2. Kewajiban Atlm Terhadap Teman Sejawat Dan Profesi Lain
3. Kewajiban ATLM Terhadap Pasien / Pemakai Jasa
4. Kewajiban ATLM Terhadap Masyarakat
5. Kewajiban ATLM Terhadap Diri Sendiri
Topik 5. Kewajiban Rumah Ssakit dan Kewajiban Pasien

Menimbang : bahwa tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai institusi pemberi
pelayanan kesehatan dengan karakteristik dan organisasi yang kompleks
memiliki dampak hukum terhadap pasien yang menerima pelayanan
kesehatan, petugas yang bekerja di rumah sakit, dan masyarakat sekitar;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kewajiban Rumah Sakit dan


Kewajiban Pasien

BAB 1
Ketentuan Umum
Pasal 1 :
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2 :
1. Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;...
2. Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit
mempunyai kewajiban mengupayakan:
a. keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan
pengamanan khusus; dan
b. keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.
Pasal 3 :
Kewajiban Rumah Sakit memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a berupa:
a. Informasi umum tentang Rumah Sakit; dan
b. Informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada Pasien
Pasal 4 :
Informasi umum tentang Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
meliputi:
a. Status perizinan, klasifikasi dan akreditasi Rumah Sakit;
b. Jenis dan fasilitas pelayanan Rumah Sakit;
c. Jumlah, kualifikasi, dan jadwal praktik Tenaga Kesehatan;
d. Tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
e. Hak dan kewajiban Pasien;
f. Mekanisme pengaduan; dan
g. Pembiayaan.
Pasal 5 :
Informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada Pasien sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b meliputi:
a. Pemberi pelayanan;
b. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
c. Tujuan tindakan medis;
d. Alternatif tindakan;
e. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
f. Rehabilitatif;
g. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; dan
h. perkiraan pembiayaan

BAB III
Kewajibab Pasien
Pasal 26 :
Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, Pasien mempunyai kewajiban:
a. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
c. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;,...
Pasal 27 :
Imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h merupakan pembayaran
atas konsultasi, pemeriksaan medis, tindakan medis, dan pelayanan lain yang diterima,
yang didasarkan atas itikad baik Pasien sesuai dengan jasa yang diterima.

BAB IV
Pembinaan dan Pengawasan
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 28 :
Menteri, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban Rumah Sakit
dan kewajiban Pasien sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing.

Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 30 :
1. Menteri, Pemerintah Daerah provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan dapat
mengenakan sanksi administratif terhadap Rumah Sakit yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai
dengan Pasal 25.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Sanksi administratif ringan;
b. Sanksi administratif sedang; dan
c. Sanksi administratif berat.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Pasal 35 :
Laporan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
sampai dengan Pasal 25 berasal dari:
a. Pengaduan;
b. Pemberitaan media elektronik/media cetak; dan/atau
c. Hasil monitoring dan evaluasi.

BAB V
Ketentuan Penutup
Pasal 46 :
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69
Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1609), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 47 :
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Februari 2018 MenKes Republik Indonesia


Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 2018 Dr Jend. Peraturam Perundang-
undangan MenKum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
Hak pasien yaitu hak pribadi yang dimiliki setiap manusia sebagai pasien.Pasien
sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya
pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran, pasien juga
berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa
Kesehatan.
Sama halnya dengan hak, tentu saja pasien mempunyai kewajiban- kewajiban
yang harus dipenuhi, guna untuk tercapainya kesembuhan dan sebagai imbangan dari
hak-hak yang telah diperolehnya,karena pada hakekatnya keseimbangan hak dan
kewajiban merupakan tolak ukur tercapainya suatu keadilan didalam suatu tindakan,
dalam hal hubungan antara dua pihak (dokter-pasien), maka hak yang satu harus
diimbangi oleh kewajiban pihak yang lainnya,begitu juga dengan sebaliknya.

Topik 6. Informasi dan Persetujuan Tindakan


Informed consent disebut pula Persetujuan tindakan medis merupakan suatu
hubungan yang terjadi diantara dokter dan pasien pada dasarnya adalah merupakan
salah satu bentuk perjanjian, yang dapat ditinjau dari sudut hukum perdata. Pasien harus
memahami dan mempunyai informasi yang cukup untuk mengambil keputusan
mengenai perawatan terhadap dirinya dan persetujuan atas perawatan terhadapnya
diberikan oleh pasien baik secara lisan atau tertulis, secara ekspisit maupun implisit.
Informed Consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien (atau keluarga yang
berhak) kepada dokter untuk melakukan tindakan medis atas dirinya, setelah kepadanya
oleh dokter yang bersangkutan diberikan informasi atau penjelasan yang lengkap
tentang tindakan itu. Mendapat penjelasan lengkap itu adalah salah satu hak pasien yang
diakui oleh undang-undang sehingga dengan kata lain Informed consent adalah
Persetujuan Setelah Penjelasan

Topik 7. Perlindungan dan Tanggung Jawab Hukum


Secara singkat dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan
yang diberikan dengan berlandaskan hukum dan perundang-undangan. Perlindungan
hukum juga dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat
dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan
hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan
manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia
Di dalam perkembangan hukum selain terdapat 3 (tiga) hal penting yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu : subjek hukum, objek hukum, dan peristiwa
hukum, terdapat pula hal yang penting yaitu hubungan hukum. Hubungan hukum
(rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan antara dua atau lebih subyek hukum,
hubungan mana terdiri atas ikatan antara individu.
Hubungan hukum tercermin pada hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum.
Setiap manusia pasti dibebani tanggung jawab. Apabila tidak mau bertanggung jawab,
ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab. Tanggung jawab berisi kewajiban
dan hak yang harus dipenuhi, tanggung jawab muncul berkenaan dengan pemenuhan
kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai