AFANDI
NIM : 2017141016
KASUS 1
AH adalah sarjana farmasi yang lulus dari salah satu universitas swasta tahun
2008. AH ingin bekerja sebagai tenaga teknik kefarmasian (TTK).
1. Jelaskan pertanyaan yang menerangkan bahwa sarjana farmasi dapat
bekerja sebagai TTK !
Pasal 47
(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib
memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek;
c. memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
d. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
(2) STRTTK dikeluarkan oleh Menteri.
(3) Menteri dapat mendelegasikan pemberian STRTTK kepada pejabat
kesehatan yang berwenang pada pemerintah daerah provinsi.
Pasal 48
STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1).
Pasal 49
STRA, STRA Khusus, dan STRTTK tidak berlaku karena:
a. habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh yang bersangkutan
atau tidak memenuhi persyaratan untuk diperpanjang;
b. dicabut atas dasar ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. permohonan yang bersangkutan;
d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. dicabut oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang berwenang.
Pasal 50
(1) Apoteker yang telah memiliki STRA, atau STRA Khusus, serta Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK harus melakukan
Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang
dimiliki.
(2) Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK mempunyai
wewenang untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan
dan pengawasan Apoteker yang telah memiliki STRA sesuai dengan
pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang Tenaga
Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 51
(1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker.
(2) Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki STRA.
(3) Dalam melaksanakan tugas Pelayanan
Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Apoteker dapat
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK.
KASUS 2
Apoteker B bekerjasama dengan dokter praktek. Dokter tersebut sering
menuliskan resep obat narkotika. Penggunaan obat narkotik di apotek B
termasuk banyak. Saat pelaporan obat narkotika , jumlah stok sering tidak
sesuai.
8. Terkait standar pelayanan kefarmasian , sumpah dan kode etik tenagan
teknis kefarmasian (TTK) disektor pelayanan, apa yang seharusnya
dilakukan sebagai TTK diapotek tersebut ?
9. Dalam perjalananya apotek tersebut kedapatan menjual obat narkotika
secara bebas. Apabila anda sebagai PSA (pemilik sarana apotek)
sekaligus TTK di apotek tersebut langkah kongkrit apa yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan masalah diatas ?
10. Bagaimana tatacara kelola obat narkotika yang benar ?
PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN
1. Pengadaan
1.1. Pengadaan Narkotika oleh Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus
bersumber dari Pedagang Besar Farmasi yang memiliki Izin Khusus
menyalurkan Narkotika.
1.2. Pengadaan Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi oleh Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian harus bersumber dari Pedagang Besar Farmasi.
1.3. Dikecualikan dari ketentuan angka 1.1 dan angka 1.2, pengadaan
Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasioleh Puskesmas
harus bersumber dari Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah.
1.4. Pengadaan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi oleh
Puskesmas, selain sesuai dengan ketentuan angka 1.3, dapat juga
bersumber dari Puskesmas lain dalam satu kabupaten/kota dengan
stempel sarana;
lengkap;
penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari Obat yang
dipesan;
yang jelas;
diterima .
1.9. Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka Surat Pesanan
harus:
arsip;
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Praktik Tenaga Teknis
stempel sarana;
lengkap;
terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari Obat yang dipesan;
yang jelas;
g. Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika, Surat
hal, maka Surat Pesanan tersebut harus diberi tanda pembatalan yang
lainnya.
1.11. Apabila Surat Pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian atau
pemasok;
pemerintah;
Pesanan.
Narkotika.
Psikotropika.
1.21. Seluruh arsip harus mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat
diperlukan.
2. Penerimaan
Penanggung Jawab.
pemeriksaan:
nama, kekuatan sediaan Obat, jumlah atau kondisi kemasan tidak baik,
Apoteker Penanggungjawab.
Pekerjaan.
3. Penyimpanan
d. terpisah dari produk lain dan terlindung dari dampak yang tidak
Narkotika.
3.3. Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan
Psikotropika.
analisis risiko.
Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang
dikuasakan.
Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain
3.9. Pegawai lain sebagaimana dimaksud angka 3.6, angka 3.7, dan angka
3.10. Pemberian kuasa sebagaimana dimaksud angka 3.6, angka 3.7, dan
tahun.
harus dilengkapi dengan kartu stok, dapat berbentuk kartu stok manual
maupun elektronik.
dan
diperlukan;
secara aman dan terpisah dari Prekursor Farmasi yang layak guna serta
3.20. Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stok
opname
rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat, harus tercatat pada
kartu stok dengan disertai bukti serah terima obat dari instalasi farmasi
Formulir 8.
4. Penyerahan
Farmasi.
dokter.
4.3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan Narkotika,
Psikotropika
4.4. Resep yang dilayani harus asli; ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak
blanko resep.
4.5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas hanya dapat melayani
a. Nama, Surat Izin Praktik (SIP), alamat, dan nomor telepon dokter;
kepada:
a. Apotek lainnya,
b. Puskesmas,
e. Dokter
Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat dilakukan untuk
Penanggung Jawab.
4.12. Kelangkaan stok sebagaimana dimaksud pada angka 4.9 dan angka
4.11
Kefarmasian.
suntikan; dan/atau
perundang-undangan.
atas dasar resep yang diulang (iter) apabila resep aslinya mengandung
Narkotika.
4.20. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang menyerahkan Narkotika
racikan obat.
ditulis oleh dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek
tersebut.
4.25. Salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani oleh
dari resep asli. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang
c. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda
e. Stempel sarana.
alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang
mengambil obat.
4.27. Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Narkotika harus disimpan
4.29. Resep dan/ atau surat permintaan tertulis Prekursor Farmasi harus
lainnya.
Narkotika lainnya.
4.32. Resep dan/ atau surat permintaan tertulis harus mampu telusur dan
4.34. Resep dan/ atau surat permintaan tertulis yang telah disimpan
melebihi
4.35. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara
lain yang sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh
5. Pengembalian
mampu telusur.
6. Pemusnahan
7. Pelaporan