Anda di halaman 1dari 14

Nama :

Kelas : 3ATKI

Dosen :

Mata Kuliah : Pengolahan Air Industri

Pertanyaan Pengarahan Materi Karakteristik Air (2)

1. Apa definisi Alkalinitas dalam air? Terdapat 3 parameter umum yang mewakili
Alkalinitas dalam air dari berapa banyak parameter keseluruhan?. Sebutkan!

Jawab :

Alkalinitas dari suatu badan air dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari badan air
tersebut menerima proton (ion H+ ). Alkalinitas mempunyai arti penting terutama dalam
masalah-masalah yang berkait dengan proses pengolahan air ataupun masalah-masalah
kimia dan biologi dari perairan alami. Dengan mengetahui alkalinitas suatu badan air
seringkali permasalahan jumlah zat-zat kimia yang harus ditambahkan ke dalam badan air
dapat diatasi. Begitu pula dapat diprediksikan kandungan padatan yang terlarut dalam
badan air tersebut sehingga hal ini membantu penentuan kegunaannya. Sebagai contoh
badan air yang alkalinitasnya tinggi pada umumnya mengandung padatan yang cukup
tinggi pula. Badan air seperti ini tidak baik digunakan untuk pengisi ketel uap, pengolahan
makanan ataupun sisten saluran air perkotaan.

Alkalinitas juga merupakan parameter dari kandungan karbon anorganik suatu badan
air yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ganggang dan biota
akuatik lainnya. Oleh karena itu alkalinitas sering digunakan oleh para ahli biologis sebagai
ukuran kesuburan air. Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan
indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts dan Ir. S.
Sumetri. S).

Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi total unsur
basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/L atau setara
dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3 2- ) merupakan
parameter total alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak
sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion
karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi
netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa
menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga
keadaan kembali netral. Digambarkan dalam reaksi berikut :

Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3).
Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin,
sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah
dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm.

Ada tiga parameter umum yang mewakili alkalinitas dalam air, yaitu:

• Bicarbonate ion (HCO3-): Ion bikarbonat adalah komponen utama yang menyumbang
terhadap alkalinitas dalam air. Ketika ion ini bereaksi dengan asam, ia dapat
menetralkan asam tersebut, sehingga mengurangi perubahan pH dalam air.
• Carbonate ion (CO32-): Ion karbonat juga berkontribusi terhadap alkalinitas dalam air,
terutama pada pH yang lebih tinggi. Ion karbonat memiliki kapasitas netralisasi asam
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ion bikarbonat.
• Hydroxide ion (OH-): Ion hidroksida juga dapat mempengaruhi alkalinitas dalam air,
meskipun dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan ion bikarbonat dan
karbonat. Ion hidroksida dapat bereaksi dengan asam untuk menetralkan asam tersebut.

2. Bagaimana Sdr. mengukur Alkalinitas? Hubungkan jawaban Sdr. dengan slide 4!

Jawab :

Alkalinitas dalam air dapat diukur menggunakan berbagai metode, tetapi salah satu
metode yang paling umum digunakan adalah metode titrasi. Berikut langkah-langkah
umum untuk mengukur alkalinitas menggunakan metode titrasi:

Alat dan Bahan yang Diperlukan:

- Sampel air yang akan diukur alkalinitasnya.


- Larutan standar asam (biasanya asam sulfat H2SO4) dengan konsentrasi yang
diketahui.
- Indikator alkalinitas (fenolftalein atau metil oranye).
- Buret atau alat ukur volume yang akurat.
- Labu Erlenmeyer atau gelas Kimia.
- Pipet atau alat pengukur volume yang tepat.
- Baki pengukur.
- Beaker atau gelas ukur untuk mengambil sampel air.

Langkah-langkah Pengukuran:

1. Ambil sampel air yang akan diukur alkalinitasnya dan letakkan dalam beaker atau gelas
ukur.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator alkalinitas (biasanya fenolftalein atau metil
oranye) ke dalam sampel air. Indikator ini akan memberikan perubahan warna saat
reaksi titrasi mencapai titik akhir.
3. Masukkan larutan standar asam (biasanya asam sulfat H2SO4) ke dalam buret atau alat
ukur volume yang akurat.
4. Titrasi dimulai dengan perlahan-lahan menambahkan larutan asam standar ke dalam
sampel air sambil diaduk secara merata.
5. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna yang terjadi pada indikator alkalinitas.
Fenolftalein akan berubah dari merah muda ke tak berwarna, sedangkan metil oranye
akan berubah dari merah ke kuning.
6. Catat volume larutan asam yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi. Ini adalah
volume yang dibutuhkan untuk menetralkan alkalinitas dalam sampel air.
7. Hitung alkalinitas dalam air dengan menggunakan faktor konversi yang sesuai.
Biasanya, hasil titrasi dinyatakan dalam ppm (mg/L) sebagai konsentrasi ion bikarbonat
ekivalen.

Penting untuk menggunakan larutan standar asam yang tepat dan indikator yang sesuai,
serta menjalankan kontrol kualitas yang ketat dalam pengukuran alkalinitas. Langkah-
langkah ini penting untuk mendapatkan hasil yang akurat. Juga, pastikan bahwa peralatan
yang digunakan telah dikalibrasi dengan benar sebelum pengukuran.

3. Apa yang dimaksud dengan asiditas? Bagaimana hubungan asiditas dengan pH?
Sebutkan pH beberapa material! Apakah lime water pH nya asam?
Jawab :

Asiditas suatu perairan alami dapat didefinisikan sebagai kapasitas badan air tersebut
untuk menetralkan OH- . Dibandingkan dengan alkalinitas, istilah asiditas agak jarang
digunakan kecuali pada kasus-kasus pencemaran badan air yang cukup berat. Asiditas suatu
badan air umumnya dikarenakan adanya asam-asam lemah terutama CO2 dan dapat juga
dari spesies-spesies asam lainnya, seperti HPO4 -, H2S, protein-protein dan asam-asam
lemak serta ion-ion logam yang bersifat asam terutama Fe-3 .

Penentuan asiditas lebih sukar dari alkalinitas karena adanya gas CO2 dan H2S yang
keduanya mudah menguap dan mudah hilang dari sampel yang diukur. Pada pengolahan
air limbah, penentuan asiditas menjadi penting untuk memperhitungkan jumlah kapur atau
zat-zat lain yang harus ditambahkan dalam proses penentuan kadar asiditas dalam air
limbah. Bila dikaitkan dengan masalah pencemaran, maka adanya "asam-asam mineral
bebas" seperti H2SO4 dan HCl di dalam air memberikan kontribusi yang penting terhadap
asiditas perairan. Di dalam hal asiditas ini disamping istilah asam mineral bebas juga
dikenal istilah "asiditas total".

Asiditas total ditetapkan dengan cara titrasi dengan basa menggunakan fenolftalin
sebagai indikator. Titik akhir dari titrasi ini adalah pada pH 8,3. Asam mineral bebas
ditetapkan dengan cara titrasi dengan basa menggunakan indikator metil jingga yang titik
akhirnya sekitar pH 4,3. Penetapan asiditas ini pada umumnya lebih sukar dari penetapan
alkalinitasnya karena beberapa spesies asam yang terutama seperti CO2 dan H2S bersifat
mudah menguap.

Hubungan asiditas dengan pH

pH adalah sebuah parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau
kebasaan dalam suatu larutan. Hubungan antara pH dan asiditas adalah sebagai berikut:

1) Skala pH:

pH mengukur tingkat keasaman atau kebasaan larutan dalam skala numerik dari 0
hingga 14. Nilai pH 7 adalah netral, menunjukkan bahwa larutan tersebut tidak bersifat
asam atau basa. Nilai pH di bawah 7 menunjukkan larutan bersifat asam, sedangkan nilai
pH di atas 7 menunjukkan larutan bersifat basa.

2) Asiditas:
Asiditas adalah ukuran sejauh mana suatu larutan bersifat asam. Semakin rendah nilai
pH suatu larutan, semakin besar asiditasnya. Dalam larutan asam, konsentrasi ion hidrogen
(H+) meningkat, dan ini mengakibatkan penurunan pH.

Contoh:

- Larutan dengan pH 1 adalah larutan yang sangat asam dengan tingkat asiditas yang
tinggi.
- Larutan dengan pH 4 adalah larutan yang asam dengan tingkat asiditas yang lebih
rendah daripada pH 1, tetapi masih bersifat asam.
3) Perhitungan Asiditas:

Asiditas larutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai pH larutan dan konstanta
asiditas. Konstanta asiditas, yang juga dikenal sebagai konstanta ionisasi air (Kw), untuk
air murni pada suhu 25°C adalah sekitar 1.0 x 10-14 M2. Rumus untuk menghitung
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam larutan adalah:

[H+] = 10^(-pH)

Semakin rendah nilai pH, semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen (H+), dan semakin besar
asiditas larutan tersebut.

Jadi, secara umum, semakin rendah nilai pH suatu larutan, semakin tinggi asiditasnya,
dan semakin tinggi nilai pH suatu larutan, semakin tinggi kebasaannya. pH adalah cara
yang berguna untuk mengukur dan menggambarkan sifat asam-basa dari suatu larutan.

Berikut adalah nilai pH beberapa material umum:

- Air Murni (pH 7): Air murni pada suhu 25°C memiliki pH sekitar 7, yang dianggap
sebagai netral. Namun, perlu diingat bahwa air dapat menjadi asam atau basa jika
terkontaminasi oleh senyawa-senyawa tertentu.
- Larutan Asam Baterai (pH < 1): Larutan asam dalam baterai, seperti asam sulfat
(H2SO4) atau asam hidroklorida (HCl), memiliki pH sangat rendah, biasanya kurang
dari 1.
- Limau (pH sekitar 2): Buah-buahan seperti jeruk dan lemon memiliki pH sekitar 2,
menjadikannya asam.
- Coca-Cola (pH sekitar 2.5): Minuman bersoda seperti Coca-Cola juga bersifat asam
dengan pH sekitar 2.5.
- Susu (pH sekitar 6.5 - 7): Susu sapi umumnya memiliki pH antara 6.5 dan 7, yang
mendekati nilai pH netral.
- Air Laut (pH sekitar 8): Air laut cenderung bersifat sedikit basa dengan pH sekitar 8.
- Air Kran (pH bervariasi): pH air kran dapat bervariasi tergantung pada sumber air dan
pengolahan airnya. Biasanya, pH air kran berada dalam rentang 6 hingga 8.
- Soda Kue (pH sekitar 9): Soda kue (baking soda) adalah senyawa basa dan memiliki
pH sekitar 9.
- Ammonia (NH3) (pH sekitar 11-12): Ammonia adalah bahan kimia yang bersifat basa
dengan pH sekitar 11-12 dalam larutan air.
- Air Pencuci Tangan (pH bervariasi): Berbagai merek air pencuci tangan dapat memiliki
pH yang berbeda-beda, tergantung pada formulasi kimianya. Banyak yang dirancang
untuk memiliki pH yang mendekati pH kulit manusia, yaitu sekitar 5-6.

4. Perhatikan pengaruh alkalinitas/asiditas terhadap kelarutan! Perhatikan pengaruh suhu


terhadap kelarutan!

Jawab :

Pengaruh alkalinitas terhadap kelarutan

Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air atau larutan untuk menetralkan asam. Ini
biasanya diukur dalam satuan ppm (parts per million) atau konsentrasi karbonat (CO3^2-)
dan bikarbonat (HCO3-) dalam air. Alkalinitas dapat mempengaruhi kelarutan zat-zat
dalam air dalam beberapa cara:

- Pengaruh Terhadap Kelarutan Senyawa Asam: Alkalinitas yang tinggi dalam air dapat
menetralkan asam, yang kemudian dapat meningkatkan kelarutan senyawa-senyawa
yang kurang larut dalam air. Ini terutama berlaku untuk senyawa-senyawa yang bersifat
asam atau senyawa yang membentuk asam ketika mereka larut dalam air.
- Pembentukan Endapan Senyawa Basa: Alkalinitas dalam air dapat bereaksi dengan
senyawa-senyawa logam yang bersifat asam (misalnya, logam-logam berat seperti besi
atau mangan) dan membentuk endapan senyawa basa. Ini dapat mengurangi kelarutan
logam-logam tersebut dalam air.
- Pembentukan Karbonat: Alkalinitas dapat menghasilkan ion karbonat (CO3^2-) dan
bikarbonat (HCO3-). Senyawa-senyawa yang memiliki afinitas tinggi terhadap ion-ion
ini, seperti kalsium (Ca^2+) dan magnesium (Mg^2+), dapat membentuk endapan
dengan ion-ion tersebut. Hal ini dapat mengurangi konsentrasi ion-ion tersebut dalam
larutan, sehingga mempengaruhi kelarutan senyawa yang berkaitan.
- Kelarutan Senyawa yang Bersifat Asam atau Basa: Beberapa senyawa memiliki sifat
asam atau basa, dan kelarutan mereka dapat dipengaruhi oleh tingkat alkalinitas air.
Penambahan alkalinitas dapat mengubah kelarutan senyawa-senyawa ini.
- Pengaruh Terhadap pH: Alkalinitas dapat berkontribusi pada menjaga stabilitas pH
larutan. Perubahan pH dapat mempengaruhi kelarutan senyawa dalam air. Sebagai
contoh, penambahan ion karbonat dari alkalinitas dapat meningkatkan pH dan
mempengaruhi kelarutan beberapa senyawa.

Namun, penting untuk diingat bahwa efek alkalinitas terhadap kelarutan dapat
bervariasi tergantung pada senyawa yang sedang dipertimbangkan. Terdapat banyak faktor
lain yang juga dapat memengaruhi kelarutan, seperti suhu, tekanan, dan komposisi kimia
lengkap larutan. Oleh karena itu, analisis kelarutan dan reaksi kimia spesifik harus
dipertimbangkan untuk setiap kasus tertentu.

Pengaruh asiditas terhadap kelarutan

Asiditas dalam larutan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelarutan
senyawa-senyawa dalam air. Pengaruh asiditas terhadap kelarutan dapat berbeda
tergantung pada jenis senyawa yang sedang dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa
contoh pengaruh asiditas terhadap kelarutan:

1. Senyawa Ionik:
- Asam dapat meningkatkan kelarutan senyawa ionik yang memiliki ion-ion yang
bersifat basa dalam strukturnya. Misalnya, asam dapat meningkatkan kelarutan garam
logam alkali seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH).
- Sebaliknya, asam dapat mengurangi kelarutan senyawa ionik yang memiliki ion-ion
yang bersifat asam dalam strukturnya. Misalnya, asam dapat mengurangi kelarutan
garam-garam karbonat seperti kalsium karbonat (CaCO3).
2. Senyawa yang Bersifat Asam atau Basa:
- Asiditas tinggi dapat meningkatkan kelarutan senyawa asam. Ini terjadi karena ion
asam (H+) dari asam dapat berinteraksi dengan senyawa asam tersebut, membantu
melarutkannya lebih baik dalam air. Contohnya adalah asam asetat yang lebih mudah
larut dalam air asam.
- Asiditas tinggi dapat mengurangi kelarutan senyawa basa. Ini terjadi karena ion asam
(H+) dapat bereaksi dengan ion basa dalam senyawa basa tersebut, membentuk
senyawa netral yang kurang larut dalam air. Misalnya, logam logam berat seperti besi
(Fe) dan mangan (Mn) yang berada dalam bentuk ion besi (Fe^2+ atau Fe^3+) atau ion
mangan (Mn^2+) akan membentuk endapan saat pH air menjadi lebih asam.
3. Senyawa Terkelarut:
Asiditas dapat mempengaruhi kelarutan senyawa terkelarut. Beberapa senyawa
terkelarut dapat mengendap sebagai garam yang kurang larut jika larutan menjadi
terlalu asam.
4. Senyawa Amfoter:
Senyawa amfoter adalah senyawa yang dapat berperilaku sebagai asam atau basa
tergantung pada kondisi. Pengaruh asiditas terhadap kelarutan senyawa amfoter dapat
bervariasi. Misalnya, zinc hidroksida (Zn(OH)2) lebih larut dalam larutan basa daripada
dalam larutan asam.

Pengaruh suhu terhadap kelarutan

Suhu memiliki pengaruh signifikan terhadap kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu.
Prinsip dasar yang menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan adalah hukum Henry
dan hukum Le Chatelier. Berikut adalah beberapa poin penting terkait pengaruh suhu
terhadap kelarutan:

- Kenaikan Suhu dan Kelarutan: Secara umum, ketika suhu dinaikkan, kelarutan zat
padat dalam pelarut cairan akan meningkat. Ini berlaku untuk banyak jenis zat, terutama
untuk senyawa-senyawa yang bersifat endotermis (memerlukan penyerapan panas).
Ketika suhu naik, partikel dalam pelarut menjadi lebih bergerak, sehingga lebih banyak
zat dapat terlarut dalam pelarut.
- Penurunan Suhu dan Kelarutan: Sebaliknya, jika suhu diturunkan, kelarutan zat dalam
pelarut biasanya akan berkurang. Ketika suhu turun, partikel dalam pelarut menjadi
kurang bergerak, sehingga kurang banyak zat dapat terlarut dalam pelarut.
- Hukum Henry: Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan
meningkat dengan meningkatnya tekanan gas di atas larutan. Namun, hukum Henry
juga menunjukkan bahwa kelarutan gas dalam cairan akan meningkat seiring dengan
peningkatan suhu. Ini berarti bahwa ketika suhu naik, larutan gas cenderung
mengandung lebih banyak gas terlarut.
- Hukum Le Chatelier: Hukum ini menyatakan bahwa jika suatu reaksi berada dalam
kesetimbangan, peningkatan suhu akan menggeser kesetimbangan reaksi ke arah reaksi
endotermis (reaksi yang memerlukan penyerapan panas) untuk menyeimbangkan
perubahan suhu. Ini dapat mempengaruhi kelarutan suatu senyawa dalam reaksi
kesetimbangan.
5. Perhatikan:
a) rumus konversi satuan!
[g/ekivalen]B
(g/l)A x ------------------ = (g/l)A dinyatakan sebagai B
[g/ekivalen]A

b) tabel konversi satuan!


c) bagaimana 117 mg/L NaCl = 100 mg/L sebagai CaCO3?
Dengan menyatakan NaCl sebagai CaCO3 menggunakan rumus konversi satuan
117 mg/l x 100/2 (g/ekivalen) = 100 mg/l NaCl sebagai CaCO3
58,5/1 (g/ekivalen)

6. a) Apa yg dimaksud dengan Kesetimbangan Ion?


Jumlah kesetimbangan ion dalam sebuah senyawa maupun campuran terjadi,
atau dapat diartikan juga jumlah ekivalen ion positif (Kation) dan jumlah ion negative
(anion) sama
b) Perhatikan perhitungan kesetimbangan ion (slide 11) dan jika air dinyatakan layak
berarti % error nya < 10%.
Pada Slide 11 terdapat contoh analisis kandungan ion dalam air, hasilnya
sebagai berikut:
Kation: Anion:
Ca2+ = 55 mg/L HCO3- = 250 mg/L
Mg2+ = 18 mg/L SO42- = 60 mg/L
Na+ = 98 mg/L Cl- = 89 mg/L
%Error = [(8,49-7,86)/7,86 ]*100%= 8,02% < 10%
Karena kurang dari 10%, maka, hasilnya masih layak
7. Perhatikan pengotor dalam air dari sisi dampak yang ditimbulkannya dan bagaimana
cara pengolahannya!
8. Kerjakan tugas perhitungan:
a) soal kesadahan di slide 10
Sampel Air dengan kandungan sebagai berikut:
-Ca(HCO3)2 : 100 mg/L
-MgCl2 : 15 mg/L
- CaSO4 : 40 mg/L
- CO2 : 5 mg/L
- Mg(HCO3)2: 25 mg/L
- CaCO3 : 100 mg/L
- CaCl2 : 20 mg/L
Hitung nilai parameter berikut dalam satuan mg/L CaCO3:
• Carbonat hardness
- Ca(HCO3)2
(100÷2) 𝑚𝑔
100𝑚𝑔/𝐿 × (162÷2) = 61,73 Ca(HCO3)2 sebagai CaCO3
𝐿

- Mg(HCO3)2
(100÷2) 𝑚𝑔
25 𝑚𝑔/𝐿 × (146÷2) = 17,12 Mg(HCO3)2 sebagai CaCO3
𝐿

- CaCO3 : 100 mg/L


• Non carbonat hardness
- MgCl2
(100÷2)
15𝑚𝑔/𝐿 (95÷2)
= 15,79𝑚𝑔/𝐿 MgCl2 sebagai CaCO3

- CaSO4
(100÷2) 𝑚𝑔
40𝑚𝑔/𝐿 × (136÷2) = 29,41 CaSO4 sebagai CaCO3
𝐿

- CO2
(100÷2) 𝑚𝑔
5𝑚𝑔/𝐿 × (44÷2)
= 11,36 Ca(HCO3)2 sebagai CaCO3
𝐿

- CaCl2
(100÷2) 𝑚𝑔
20𝑚𝑔/𝐿 × (110÷2) = 18,20 Ca(HCO3)2 sebagai CaCO3
𝐿

• Total hardness = Carbonates Hardness + non Carbonates Hardness


= 178,85+ 74,76 =253,61 mg/L CaCO3
Apakah air tersebut termasuk air sadah?
Berdasarkan Tabel klasifikasi air sadah dibawah, maka sampel air tersebut termasuk
air sangat sadah karena melebihi 180 ppm
Jelaskan kenapa kesadahan dinyatakan dalam mg/L sebagai CaCO3
Dipilih CaCO3 karena CaCO3 paling tidak larut dalam air dan berat molekulnya
= 100. Dengan demikian perhitungan menjadi mudah, karena valensinya = 2, maka
berat ekivalennya = 50 (berat ekivalen = berat atom/valensi). Untuk suatu konstituen
dengan konsentrasi X mg/l, maka jumlah ekivalen CaCO3 = 50 X / ekivalen
konstituen.
b) soal kesetimbangan ion di slide 12.
Cek Apakah hasil analisis lab tersebut valid dan buat diagram ionnya

Kation mg/L mg/meg meg/L Anion mg/L me/meg meg/L


Ca 2+ 190 20 9,5 HCO3 - 260 61 4,262295
Mg 2+ 84 12,15 6,91358 SO3 2- 64 48 1,333333
Na+ 75 23,00 3,26087 CO3 2- 30 30 1
Fe 3+ 0,1 18,67 0,005356 Cl - 440 35,5 12,39437
Cd 2+ 0,2 112,2 0,001783 NO3 - 35 62 0,564516
Total 19,68159 Total 19,55451

(19,68159−19,55451)
%Error = × 100% = 0,65% < 10%
19,55451

Air dinyatakan layak karena error kurang dari 10%

Anda mungkin juga menyukai