Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN
TB PARU

Di Susun Oleh :
Emerensiana Ratna Tika
NIM :RP23320001

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN KMB


TENTANG : TB PARU

OLEH :

Emerensiana Ratna Tika


NIM :RP23320001

Telah dilakukan pemeriksaan dihadapan pembimbing tugas individu,


Program Studi Ners Tahap Profesi
Institut Teknologi Dan Kesehatan Muhammadiyah
Kalimantan Barat
Tanggal : 20 Mei 2023
Disetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

M. Separia Russanto, S.Kep., Ns. Lestari Makmuriana, Skep.,Ns., M.Pd., M.Kep.


NIP. 197009101998031007

Mahasiswa

Emerensiana Ratna Tika


NIM :RP23320001
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang otak, kelenjar getah bening,
sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC paling sering
menyerang paru-paru (Fadhli, 2022).

B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis dapat menular lewat semburan air liur ketika pengidap
TBC batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi. Meskipun cara penularannya mirip dengan
pilek atau flu, TBC tidak menular semudah itu. Kamu perlu berkontak dekat dengan pengidap
TBC dalam waktu lama (beberapa jam) untuk bisa tertular penyakit ini. Selain itu, tidak
semua pengidap TBC bisa menularkan penyakitnya. Anak-anak yang mengidap TBC, mereka
tidak bisa menularkannya ke anak lain maupun orang dewasa (Fadhli, 2022).
Pittara (2022) mengatakan Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar ketika seseorang menghirup percikan
ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi. Meski
demikian, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama dengan
penderita. Makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TBC, makin tinggi pula
risikonya tertular. Oleh sebab itu, penularan lebih sering terjadi pada anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan penderita TBC.
Pada penderita TBC yang tidak mengalami gejala (TBC laten), bakteri TBC tetap
tinggal di dalam tubuhnya. Bakteri TBC dapat berkembang menjadi aktif jika daya tahan
tubuh penderita melemah. Namun, penderita TBC laten ini tidak menularkan bakteri
penyebab TBC ke orang lain.
Meski TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, penularan penyakit ini tidak
secepat pilek dan flu. Namun, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC,
yaitu:
 Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh
 Petugas medis yang sering merawat penderita TBC
 Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak
 Pengguna NAPZA
 Penderita penyakit ginjal stadium lanjut
 Orang yang mengalami kekurangan gizi
 Penderita kecanduan alkohol
 Perokok
 Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS,
kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ
 Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita
lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn
C. Tanda dan Gejala
Dalam Tulisan Pittara (2022), tanda gejala TBC ada dua yaitu TBC laten dan TBC
aktif. TBC laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru
menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain.
Sementara bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa:
 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)
 Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk
 Berkeringat di malam hari
 Hilang nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Demam dan menggigil
 Kelelahan
Pittara (2022) juga mengatakan, selain menyerang paru-paru, TBC juga dapat
menyerang selain paru-paru. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, misalnya penderita AIDS. Organ selain paru-paru yang dapat diserang TBC adalah
ginjal, usus, otak, atau kelenjar. Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit
TBC di luar paru-paru, menurut organ yang terkena:
 Pembengkakan kelenjar getah beningbila terkena TBC kelenjar
 Kencing berdarah pada TBC ginjal
 Nyeri punggung pada TBC tulang belakang
 Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak
 Sakit perut hebat jika mengalami TBC usus
TBC juga menyerang anak anak, tanda dan gejala Tuberkulosis pada Anak adalah
sebagai berikut :
 Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu
 Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh
 Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
 Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
 Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
 Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi
D. PathWay
E. Pemeriksaan Penunjang
Fadhli (2022), untuk menentykan diagnosa TBC haruslah dilakukan pemeriksaan
fisik, terutama dengan mendengarkan suara napas di paru-paru menggunakan stetoskop. Jika
pasien diduga mengalami TBC, pasien harus menjalani pemeriksaan dahak yang disebut
pemeriksaan BTA. Pada kasus TBC pada organ selain paru-paru, pemeriksaan BTA juga
dapat dilakukan dengan menggunakan sampel selain dahak.
Jika dokter membutuhkan hasil yang lebih spesifik, pasien akan dianjurkan untuk
menjalani tes kultur BTA. Tes ini juga menggunakan sampel dahak pasien, tetapi
memerlukan waktu yang lebih lama.
Biasanya, dokter dapat menegakkan diagnosis TBC berdasarkan tanya jawab,
pemeriksaan fisik, foto Rontgen paru, dan pemeriksaan atau tes kultur BTA. Akan tetapi, jika
belum bisa, maka dokter akan menyarankan serangkaian pemeriksaan TBC lainnya untuk
mendukung diagnosis, yaitu:
 Tes Mantoux
Tes Mantoux atau disebut juga sebagai tuberculin skin test (TST) adalah salah satu
alat diagnosis yang paling umum digunakan. Melalui tes ini, zat tuberkulin
disuntikkan tepat di bawah kulit lengan. Dalam 48 hingga 72 jam, dokter akan
memeriksa pembengkakan di tempat suntikan. Seseorang dinyatakan positif TBC
apabila timbul benjolan merah di area suntikan. Ini biasa dilakukan pada anak anak
ataupun bayi.
 Tes darah
Melalui tes ini, dokter dapat mengukur reaksi sistem kekebalan terhadap bakteri TB.
Tes darah juga bisa menentukan seseorang memiliki TB laten atau TB aktif.
 Tes pencitraan
Jika hasil tes mantoux positif, dokter kemungkinan akan merekomendasikan rontgen
dada atau CT scan. Melalui tes pencitraan tersebut, dokter dapat mendeteksi
perubahan pada paru-paru. Biasanya, infeksi TB akan menunjukan bintik-bintik putih
di paru-paru akibat tertutupnya sistem kekebalan tubuh oleh bakteri TB.
 Tes dahak
Jika rontgen dada menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis, dokter akan mengambil
sampel dahak. Sampel digunakan untuk menguji jenis TB yang resisten terhadap obat.
Hal ini bisa membantu dokter dalam memilih obat TBC yang paling efektif.

F. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pittara (2022), Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat
selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum
waktu yang disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan.
Akibatnya, TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.
Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:
 Isoniazid
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol
Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. Sama seperti obat-obat
lain, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:
 Warna urine menjadi kemerahan
 Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
 Gangguan penglihatan
 Gangguan saraf
 Gangguan fungsi hati
Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis
obat dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan
usia dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.
Pada penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat di atas, dokter akan
memberikan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama pengobatan dapat
mencapai 20–30 bulan. Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat
diperlukan. Hal ini untuk menghindari risiko gagal pengobatan, jangka pengobatan lebih
lama, atau kebal obat.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan harus disesuaikan dengan diagnosa keperawatan pada
TB Paru. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada pasien dengan TB Paru
antara lain adalah:
 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
 Pola Nafas Tidak Efektif

 Gangguan Pertukaran Gas


 Hipertermia

 Defisit Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Fadhli Rizal Makarim. 2022. Tuberkullosis (TBC). HaloDoc.


https://www.halodoc.com/kesehatan/tuberkulosis.
Pittara. 2022. TBC (Tberkulosis). AloDokter. https://www.alodokter.com/tuberkulosis.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai