Sempro Monica Ayu-3
Sempro Monica Ayu-3
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
2
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Oleh:
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................
ii
3.2. Latar Penelitian.............................................................................................34
3.3. Metode dan Prosedur Penelitian...................................................................34
3.4. Data dan Sumber Data..................................................................................36
3.5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data......................................................36
3.6. Prosedur Analisis Data..................................................................................37
3.7. Pemeriksaan Keabsahan Data.......................................................................38
3.8 Instrument Wawancara.................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
diri. Terlebih dalam penerapan Pendidikan Agama Kristen, proses pembelajaran
maupun metode-metode pembelajaran yang efektif tidak sekedar mengikuti
teori-teori pembelajaran yang cenderung menekankan pengetahuan dan
keterampilan seorang guru, kurikulum dan bahan pelajaran yang canggih serta
fasilitas belajar yang memadai melainkan penting sekali dasar-dasar firman
Tuhan menjadi motivasi pelayanan seorang guru serta pelaksanaan proses
mengajar dan belajar yang dilaksanakan dalam jalan, ajaran dan nasihat Firman
Tuhan seperti yang telah tertulis dalam Alkitab (Hura dan Mawikere, 2020:28).
Berbicara mengenai pendidikan tentu di dalamnya terdapat elemen atau
komponen guru dan siswa, bagaimana mungkin pendidikan bisa berjalan tanpa
adanya pendidik (guru) dan sasaran yang di didik (siswa). Oleh karena itu,
untuk mencapai suatu tujuan dari Pendidikan, guru dan siswa menjadi salah
satu bagian penting dalam proses pendidikan, karena pendidik dan siswa
merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam terlaksananya
pendidikan karena kedua komponen ini memiliki perannya masing-masing
dalam proses pembelajaran berlangsung, di mana proses pembelajaran
merupakan inti dari proses pendidikan secara menyeluruh.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah hubungan komunikasi
antara Guru dengan siswa,yaitu proses penyampaian pesan melalui media
tertentu kepada penerima pesan dalam hal ini adalah siswa. Pesan yang di
komunikasikan yang dimaksud adalah isi materi berdasarkan Kurikulum yang
bermuara pada Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran (Syaputra, 2020:8).
Oleh karena itu, sebagai pendidik yang profesional harus memiliki
kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik, harus lebih
memperhatikan sarana atau media yang digunakan dalam belajar kreatif
merancang materi pembelajaran dengan menarik, gaya mengajar dan
keterampilan yang profesional, memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan yang menjadi pusat
perhatian dalam belajar adalah siswa, ketika seorang guru mampu mengelola
2
kelas dengan baik maka ini juga berpengaruh terhadap minat belajar dari siswa.
Minat belajar ditandai dengan rasa lebih suka belajar daripada yang lain dan
rasa keterkaitan terhadap kegiatan belajar. Dalam usaha untuk mencapai sesuatu
perlu adanya minat, karena besar kecilnya minat berpengaruh terhadap hasil
yang diperoleh.
Penerapan metode ceramah menurut puput & sobry (2007:61) metode
ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian
mengenai topik tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu.
Minat belajar merupakan keterlibatan sepenuhnya orang siswa dengan
segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah yang dituntut disekolah (Syaputra, 2020:14-15). Dengan
demikian, seseorang yang memiliki gairah yang tinggi terhadap suatu hal akan
menimbulkan ketertarikan terhadap suatu hal tersebut sehingga seseorang akan
lebih memberikan perhatian yang besar terhadap apa yang di minatinya. Tidak
semua siswa memiliki minat yang sama untuk belajar. Ada yang ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran hanya sebagai formalitas tetapi ada siswa
yang benar-benar merasa bahwa belajar itu penting.
Faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan proses pembelajaran di
kelas cukup banyak, seperti: 1) kondisi manajemen sekolah, dalam hal ini
terutama faktor kepemimpinan kepala sekolah. 2) Ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan terutama yang ada keterkaitannya secara langsung dengan
proses pembelajaran di dalam kelas, seperti; ketersediaan alat peraga, dan lain-
lain. 3) Kondisi siswa, setiap sekolah memiliki kondisi masukan siswa baru
yang berbeda-beda ada di sekolah yang masukan siswa barunya memiliki rata-
rata kecerdasan/ kepandaian yang tinggi, ada yang sedang, dan ada pula sekolah
yang memperoleh masukan siswa baru yang rata-rata tingkat kecerdasan yang
rendah. Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh perbedaan citra sekolah
3
bersangkutan di mata masyarakat. 4) Kondisi guru setiap sekolah memiliki guru
yang kualitas kemampuannya dalam memfasilitasi pembelajaran dikelas
berbeda-beda.
Pada pengamatan observasi sebelumnya di SMK 2 Bhakti penulis melihat
kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran agama Kristen. Siswa
banyak menganggap dalam belajar agama Kristen sangat membosankan,
sehingga siswa kurang berkonsentrasi dan lebih banyak diam. Adapun dari
semua siswa, hanya beberapa siswa yang ingin bertanya kepada guru, sisanya
siswa melakukan hal yang tidak memiliki kaitan dengan pelajaran, seperti
bercerita dengan teman sebangku, menggambar di buku tulis pada akhirnya
menimbulkan kurangnya minat dalam pembelajaran agama Kristen. Guru pada
mata pelajaran tersebut menggunakan metode ceramah. Metode ceramah
merupakan salah satu metode pengajaran yang umum digunakan dalam proses
pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan, termasuk di tingkat sekolah
menengah kejuruan (SMK). Namun, meskipun metode ini populer, belum tentu
metode ini selalu efektif dalam membangkitkan minat belajar siswa, terutama
pada mata pelajaran yang mungkin dianggap kurang menarik oleh sebagian
siswa.
Metode ceramah cenderung bersifat satu arah, di mana guru memberikan
informasi kepada siswa tanpa banyak interaksi. Hal ini dapat membuat siswa
merasa kurang terlibat dalam pembelajaran dan kurang memiliki kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan atau berdiskusi. Siswa memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda-beda terhadap materi yang disampaikan melalui
metode ceramah. Beberapa siswa kesulitan memahami konsep-konsep abstrak
hanya dengan penjelasan lisan. Terutama pada mata pelajaran seperti
Pendidikan Agama Kristen, di mana aspek spiritual dan nilai-nilai mungkin
lebih sulit untuk disampaikan melalui metode ceramah, minat dan motivasi
siswa dapat menjadi faktor penting dalam pembelajaran efektif. Metode
4
ceramah yang kurang interaktif dan kurang menarik bisa berdampak negatif
pada minat siswa terhadap mata pelajaran ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian serta yang berjudul “Pelaksanaan metode ceramah terhadap
kurangnya minat belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen di SMK Bhakti 2 Jakarta ”.
5
2. Apa dampak kurangnya minat belajar siswa pada mata pelajaran agama
kristen?
3. Apa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa pada mata
pelajaran agama Kristen?
1. Manfaat Teoritis
a. Membantu memperluas wawasan dalam berpikir dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada perkembangan pendidikan
6
b. Dapat menjadi referensi atau masukan bagi peneliti yang akan meneliti
terkait masalah tentang pengaruh metode ceramah terhadap kurangnya
minat belajar siswa kelas XI.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dijadikan tolok ukur sejauh mana penulis
mengadakan pendekatan dalam menyusun, menganalisis, menyimpulkan.
b. Sebagai bahan informasi serta menambah ilmu dan wawasan kepada guru
Pendidikan Agama Kristen tentang metode ceramah agar tercapainya
tujuan pendidikan dalam meningkatkan minat belajar siswa
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman menjadi seorang guru yaitu menjadi guru profesional
yang bisa mengetahui dan mengatasi kesulitan belajar siswa serta
menumbuhkan minat belajar siswa dalam belajar
7
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR
8
menyuruh”. Sedangkan menurut Crow & crow (dalam Djaali, 2008:
121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang
mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
benda.
Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih
yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.
9
optimal. Menurut Syaiful dan Aswan (2014:5) “Belajar adalah
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme
atau pribadi.
Tirtarahardja dan Sulo (2015:129) mengemukakan Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman
(interaksi individu dengan lingkungannya). Selanjutnya Sary (2015:180)
mendeskripsikan “Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku yang
didasari oleh pengalaman dan berdampak relatif permanen.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka peneliti berpendapat
bahwa belajar adalah suatu kejadian dalam diri ataupun setiap proses
yang harus dilalui untuk mencapai perubahan di dalam diri untuk
menjadi perilaku yang lebih baik ataupun perubahan tingkah laku,
adapun tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku bersifat positif
atau lebih baik dari sebelumnya.
10
yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi,
memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas dan lain-lain.
Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hasil belajar
sebelumnya.
b. Faktor-faktor lingkungan.
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang
berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
11
adalah minat yang dimiliki siswa yang dapat diekspresikan sebagai
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
sesuatu hal daripada hal lainnya, dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas. siswa yang memiliki minat terhadap subyek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap subyek tertentu.
Kesenangan adalah pusat hubungan antara minat, nilai dan
pengetahuan, dan keterlibatan siswa merupakan pendapat Mary & John
(2011: 4). Hubungan antara minat dan pembelajaran sangat erat,
semakin menarik minat seorang siswa dalam suatu topik tertentu,
semakin ingin dia belajar tentang topik itu, (Rotgans & Schmidt,
2014:1). Untuk membangkitkan minat belajar guru harus
menginvestasikan sebagian besar usaha, usaha yang harus dilakukan
misalnya menetapkan tujuan tugas yang jelas, menggunakan beragam
topik dan tugas, menggunakan visual menyediakan hiburan serta
menggunakan simulasi (Daskalovska et al., 2012: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah suatu rasa ketertarikan dan keinginan terhadap
suatu hal yang bangkit karena adanya suatu kebutuhan. Minat belajar
menjadi penting bagi siswa karena dengan memiliki minat belajar maka
siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu pelajaran dan akan
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya.
12
1. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity),
merupakan sebuah perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak
setuju terhadap suatu aktivitas. Umumnya terhadap sikap positif atau
menyukai aktivitas.
2.Kesadaran spesifik untuk menyukai aktvitas (spesifik conciused for or
living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai aktivitas atau
objek.
3.Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment the activity), yaitu
individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan
aktivitas yang diminatinya.
4. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu,
merupakan bahwa aktivitas yang dilakukan seseorang secara intens
dan terus menerus dilakukan karena aktivitas tersebut memiliki kesan
positif dan sangat penting untuk kehidupan orang yang
menjalankannya. Biasanya jika aktivitas ini tidak dilakukan maka
orang tersebut akan merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam
kesehariannya.
Menurut Syahputra (dalam Nila, 2019: 22) aspek minat belajar
terdapat tiga jenis yaitu :
1. Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa kanak-
kanak mengenai hal-hal yang menghubunginya dengan minat.
2. Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang
menampakkan aspek kognitif dan minat yang ditampilkan dalam
sikap terhadap aktivitas yang diminatinya.
3. Aspek psikomotorik lebih mengorientasikan pada proses tingkah
laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat
melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif
sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata
melalui aspek psikomotorik.
13
Menurut Djamarah (dalam Nila, 2019: 23) mengungkapkan bahwa
minat dapat diekspresikan anak didik melalui :
1. Menyukai sesuatu daripada yang lainnya.
2. Berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan
3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain.
Berdasarkan uraian aspek di atas, disimpulkan bahwa minat belajar
didasari oleh aspek sikap terhadap aktivitas, kesadaran spesifik terhadap
aktivitas, merasa senang terhadap aktivitas, aktivitas memiliki arti
penting bagi seseorang yang melakukannya, serta berpartisipasi dalam
aktivitas. Berdasarkan aspek di atas diketahui bahwa minat belajar
seseorang merupakan reaksi yang berbentuk perasaan terhadap suatu
aktivitas yang dilakukan. Perasaan ini dapat berbentuk rasa suka ataupun
tidak suka, minat atau tidak minat terhadap aktivitas yang dilakukan.
Perasaan minat belajar tersebut harus didasari dengan kesadaran penuh
dalam melakukan aktivitas yang intens dilakukan oleh seseorang yang
intens dilakukan oleh seseorang.
14
berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan
potensi-potensi jasmani serta rohaninya telah matang untuk
menerima hal yang baru.
b. Latihan dan Ulangan, oleh karena telah terlatih dan sering
mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang
dimiliki siswa dapat menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa
latihan dan pengalaman yang telah dimiliki dapat hilang atau
berkurang. Oleh karena latihan dan sering kali mengalami
sesuatu, maka seseorang dapat timbul minatnya pada sesuatu.
c. Motivasi, sebagai pendorong bagi siswa untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang, sehingga
akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak
mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan
dicapai dari belajarnya bagi dirinya
2. Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa,
antara lain:
a. Faktor Guru
Seorang guru harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan
minat diri siswa. Segala penampilan seorang guru yang tersurat
dalam kompetensi guru sangat mempengaruhi sikap guru sendiri
dan siswa.
b. Faktor Metode
Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran yang
digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi pelajaran
tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan metode
15
yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk
memperhatikan dan tertarik untuk belajar.
c. Faktor Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna
bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa
yang akan datang menumbuhkan minat yang besar dalam
belajar.
Menurut Djamarah & Suryabrata (dalam Alawiyah, 2020: 10)
Faktor minat belajar yaitu :
2. Faktor Eksternal
Faktor sekolah mempengaruhi minat belajar siswa mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam
mengajar.
b. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran.
c. Pekerjaan rumah yang terlalu banyak dibebankan oleh guru
kepada siswa untuk dikerjakan di rumah merupakan momok
penghambat dalam kegiatan belajar karena membuat siswa cepat
16
bosan dan siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan
kegiatan lain.
Berdasarkan uraian faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah berasal dari internal dan
eksternal diri seseorang. Di dalam faktor internal, minat belajar
dipengaruhi oleh kematangan, latihan, serta motivasi. Ketiga hal tersebut
saling mempengaruhi terwujudnya faktor minat belajar, orang harus
memiliki kematangan diri atau kedewasaan agar dirinya mampu
menerima hal-hal baru. Tidak hanya soal kematangan, melainkan orang
juga setelah matang harus melakukan latihan secara terus menerus agar
dirinya menguasai dan mampu mengembangkan minat dalam belajarnya.
Selain itu, motivasi juga harus ditumbuhkan karena minat dalam belajar
harus memiliki motivasi yang kuat. Motivasi ini mampu mendorong
seseorang untuk menumbuhkan perasaan minat terhadap suatu aktivitas.
Di dalam faktor eksternal, minat belajar ini dipengaruhi secara
besar berdasarkan kinerja guru. Faktor tersebut diantaranya faktor guru,
faktor metode, dan faktor materi pelajaran. Faktor guru mempengaruhi
minat belajar dikarenakan guru yang memimpin atau memberikan
pelajaran secara langsung kepada siswa, sehingga di saat kinerja guru
dalam memberikan pengajaran itu baik dan mudah dimengerti pasti
siswa akan memiliki rasa minat terhadap pelajaran yang disampaikan. Di
dalam menyampaikan pengajarannya, seorang guru juga harus
memberikan metode pengajaran yang mudah kepada siswa. Metode
belajar ini harus menarik dan memunculkan minat belajar siswa
dikarenakan ketika metode yang digunakan mudah dimengerti oleh
siswa, maka siswa mempunyai rasa minat yang tinggi terhadap
pembelajaran yang disampaikan. Metode pengajaran tidak akan dapat
tersampaikan secara jelas dan mudah jika materi pelajaran kurang
menarik untuk siswa. Sebagai guru, materi pelajaran yang akan
17
disampaikan kepada siswa harus disukai oleh siswa. Jika materi
pelajaran disukai, maka metode dan kinerja dalam pengajaran akan
mengikuti dengan mudah untuk menumbuhkan minat belajar.
18
Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu
komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode
pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa
murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.
Murid atau anak didik menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama
dalam pendidikan setiap saat. Sedangkan menurut Daradjat (dalam
Djamarah, 2011) murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang
mempunyai potensi dan mengalami berkembang. Dalam proses
berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan
coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam
suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa siswa adalah siswa, dimana siswa
merupakan makhluk individu yang mengalami proses perkembangan
dan pertumbuhan, perubahan fisik dan psikis sehingga siswa dapat
berfikir secara baik untuk menjadi seseorang yang intelektual agar
kedepannya dapat menjadi generasi penerus bangsa.
19
memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakan metode ceramah
dalam proses belajar di kelas. Hal tersebut diungkapkan oleh Dimyati
dkk (1999:28) bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh
personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran,
kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan penjelasan
yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
Metode ceramah juga cara mengajar paling tradisional dan telah
lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan
ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya
pada siswa, ialah cara lisan atau ceramah. Cara ini kadang-kadang
membosankan karena suasana kelas yang monoton, maka dalam
pelaksanaannya memerlukan keterampilan tertentu, agar gaya
penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian siswa.
Menurut para ahli dikemukakan metode ceramah: Sumantri M dkk
(2000:136) mendefinisikan metode ceramah sebagai penyajian pelajaran
oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada
siswa. Sedangkan Winarno Surakhmad (1980:98) mengartikan metode
ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan secara lisan oleh seorang terhadap sekelompok pendengar.
Alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar adalah bahasa
lisan.
Dimyati dkk (1991:29) mengungkapkan bahwa metode ceramah
adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui
penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok
siswa. Selanjutnya, metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan
ajar atau cara mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan
oleh guru kepada siswa (PS Widi Rahardjo, 2002: 52).
Menurut M Basyiruddin Usman (2002), metode ceramah adalah
teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan
20
oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan.
Muhibbin Syah (2000), metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau
rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Enklaar dan Homrighausen (2009:80) mengatakan: metode
ceramah adalah menguraikan serta menjelaskan pokok pelajaran itu,
sedangkan pelajar-pelajarnya menerima saja, mereka berusaha
memperhatikan apa yang dihadapkan kepadanya sambil membuat
catatan atau dengan mengikuti pelajaran itu dengan kitab atau diktat
pelajaran mereka.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang disebut
dengan metode ceramah adalah salah satu cara belajar mengajar yang
menekankan pada pemberitahuan satu arah dari seorang pengajar kepada
para pelajar. Natalia Winda dalam makalahnya metode ceramah (2017)
menyimpulkan bahwa ceramah diartikan secara umum dengan mengajar
sebagai guru yang menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku
dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku yang kemudian
menjadi lecture method atau metode ceramah. Menurut Suryano metode
ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana
dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar
untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid- muridnya.
Dari berbagi macam definisi yang dipaparkan tentang metode
ceramah, inti metode ceramah ada pada penyampaian secara lisan.
Artinya dalam metode ini kemampuan bahasa memiliki suatu urgensitas
yang sangat besar dalam keberhasilannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran dari zaman ke-zamannya. Hanya saja, seiring dengan
perkembangan zaman, kecanggihan teknologi dan kemajuan alat
21
komunikasi serta media informasi. Ceramah yang dulu hanya bisa
dilakukan di ruangan atau tempat terbatas namun saat ini jangkauannya
semakin lebih luas dan bahkan tak terbatas.
22
2.1.2.3 Alat Pengajaran dalam metode ceramah
Guru harus menggunakan metode yang dapat mendukung kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran. Setiap tugas maupun kerja, manusia
selalu menggunakan alat-alat, untuk menyukseskan atau mencapai
tujuan pada tugas dan kerjanya. Demikian pula dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran sekolah. Setiap metode mengajar perlu
menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu proses
pengajaran agar tujuan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Court dan
Orijns (dalam Suryosubroto 2009:164) menyebutkan bahwa Penggunaan
dari alat-alat pengajaran ini dapat secara klasikal (sekelas) atau
perorangan. Yang penggunanya secara klasikal disebut alat pengajaran
klasikal, sedangkan yang digunakan secara seseorang disebut alat
pengajaran perseorangan. Alat-alat pengajaran klasikal misalnya
gambar-gambar dinding, peta-peta, papan tulis, spidol/kapur tulis dan
lain-lain, sedangkan alat pengajaran perseorangan misalnya buku
bacaan, buku pelajaran, Alkitab gambar, alat-alat tulis dan sebagainya.
Maka hal ini, guru diminta perhatiannya untuk memeriksa dan
menyediakan alat-alat pengajaran apa yang perlu dan sesuai dengan
pelajarannya yang diberikan di sekolah.
Maka dalam hal ini, guru diminta perhatiannya untuk memeriksa
dan menyediakan alat-alat pengajaran apa yang perlu dan sesuai dengan
pelajarannya yang diberikan di sekolah. Dapat juga guru bersama siswa
membuat alat-alat pengajaran itu sendiri seperti media audio, media
visual, media audiovisual, dan sebagainya. Yang di mana cara yang
lebih mudah dan murah untuk memperoleh alat-alat pengajaran sekolah.
23
Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah akan membuat
siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru
yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan
efektif. Apabila metode ceramah tetap harus dipakai, maka haruslah
diambil langkah-langkah dan usaha-usaha bagaimana agar hasilnya nanti
sebagai metode pengajaran tidak mengecewakan.
24
Setelah penggunaan metode ceramah, siswa diminta menunjukkan
contoh-contoh khusus yang sesuai dengan yang diceramahkan, maka
akan tampak sampai di mana jelasnya pengertian siswa.
Djamarah dan Zain mengatakan “Efektivitas penggunaan metode
ceramah yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan”. Jika siswa
mendengarkan ceramah terus menerus, maka akan mengantuk dan bosan
Lama kelamaan perhatiannya menurun, apalagi bila si penceramah suara
dan ucapan kata-katanya tidak menarik cukup banyak bahan pelajaran
yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode
menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas,
serta situasi kelas. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat
terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran, sebagai
persiapan tertulis.
Agar tercapainya efektivitas metode ceramah, maka guru PAK
harus memperhatikan dan mampu menerapkan metode yang Tuhan
Yesus pakai saat mengajar di dunia.
25
khususnya pada permulaan pekerjaan-Nya ketika ia berbicara di hadapan
orang banyak. Ceramah itu disampaikan di bait Allah dan Rumah
Sembahyang, di gunung-gunung dan di tepi danau. Pokok ceramah-Nya
meliputi banyak segi kehidupan, dari soal kekayaan dan perceraian
sampai kepada hari sabat dan pengutusan Injil.
Jika Tuhan Yesus berceramah, orang mendengarkan dan belajar,
memperoleh pengetahuan dan digerakkan, dan hidupnya menjadi
berkelimpahan. Ceramahnya meliputi akal budi, emosi (perasaan) dan
kemauan. Ada baiknya jika membaca kembali riwayat hidup dan
pekerjaan Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru, dipandang dari sudut
Metode, supaya dapat belajar daripada-Nya, bagaimana harus mengajar
orang dalam PAK.
26
menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang
memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan
sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, Firman
tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu
melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil
bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
Menurut Calvin dalam Boehlke (2018:413) Pendidikan Agama
Kristen adalah pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka
dengan firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah
pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja. Sehingga dalam diri mereka
dihasilkan pertumbuhan rohani yang bersinambungan yang semakin
mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus
berupa tindakan- tindakan kasih terhadap sesamanya khususnya yang muda,
dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka
serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka,
disamping memperlengkapi mereka dengan sumber iman khususnya
pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan
sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan
negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam
persekutuan Kristen, yaitu gereja.
PAK di sekolah-sekolah formal maupun di gereja, sudah sepatutnya
memperhatikan aspek afektif.Perlu diingat bahwa sumber utama PAK
adalah Alkitab sebagai dasar kehidupan iman Kristen. Aspek afektif dalam
PAK berarti usaha menanamkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan ke
dalam kehidupan siswa. siswa yang memiliki kompetensi afektif ditandai
dengan perubahan tingkah laku, hidup menurut kebenaran Firman Tuhan.
Untuk mewujudkan tujuan belajar yang optimal, yaitu setiap siswa
memiliki perubahan tingkah laku, memerlukan sebuah strategi pembelajaran
yang tepat. Penerapan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan
27
belajar membuat perubahan pada siswa tidak dapat diukur dengan baik. Jika
yang akan ditanamkan adalah nilai-nilai, maka strategi pembelajaran yang
dipilih adalah strategi pembelajaran afektif, yang memang pada dasarnya
memberikan penekanan kepada penanaman, dan pengindoktrinasian nilai-
nilai kebenaran Firman Tuhan.
Pendidikan Agama Kristen adalah proses pendidikan yang bertujuan
untuk mengajarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama Kristen kepada
individu. Pendidikan ini meliputi pengajaran mengenai ajaran-ajaran
Kristen, sejarah gereja, praktik ibadah, moralitas Kristen, serta
pengembangan iman dan spiritualitas.
Pendidikan Agama Kristen adalah suatu proses pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, pengetahuan, dan nilai-nilai
Kristen kepada individu yang mengikuti pendidikan tersebut. Pendidikan
Agama Kristen bertujuan untuk membentuk karakter, moral, dan sikap
hidup berdasarkan ajaran dan nilai-nilai Kristen.
28
ceramah dalam pembelajaran. Ada variable lain yang mempengaruhi
mahasiswa dalam belajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yanti, Y. E., & Aprianif, A. (2023) yang
berjudul Penggunaan Metode Ceramah Terhadap Minat Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil pengujian dengan
menggunakan analisis regresi linier sederhana didapatkan nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan t hitung 4,405 > 2,006 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya metode ceramah memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas IX di SMPN 2 Kelapa Dua.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati, R., & Rozin, M. (2020) yang
berjudul Peningkatan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode
Ceramah di Sekolah Dasar Islam Bandar Kidul Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah digunakan
oleh guru dengan alasan metode ceramah efisien digunakan dalam
menyampaikan banyaknya materi dengan kurun waktu tertentu. Walaupun
beberapa kalangan mengatakan metode ceramah kurang tepat tapi
penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran perlu dikaji secara
berulang. Hal ini akan memeberikan gambaran dari suatu metode dapat
berjalan dengan baik apabila dilakukan sesuai dengan aturan. Penggunaan
metode ini tidak ceramah penuh, akan tetapi diselingi dengan pengkaitan
dengan keadaan di kehidupan sehari-hari. Sehingga terbentuk kombinasi
metode ceramah-kontekstual.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Masturina, A., Hapipih, L. M., Maulid, R.,
Uzma, T., & Utami, E. P. (2021) yang berjudul Kegiatan Bimbingan
Belajar Menggunakan Metode Ceramah Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Dalam Menghadapi Covid-19. Masalah-masalah belajar
sering kali membawa ketimpangan sosiopsikologis pada diri siswa.
Masalah yang terjadi di SDN 03 Curug adalah kurang efektifnya metode
29
pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan siswa
kurang mampu dalam memahami dan menguasai materi membaca, menulis
dan menghitung yang telah diberikan. Metode ceramah menjadi alternatif
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Hasil dari metode ceramah
membuktikan bahwa metode ini cukup efektif dalam proses belajar
mengajar di SDN 03 Curug yang bertepatan di Kp. Barangbang, Desa
Wirajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Amiati, C. N. (2021) yang berjudul
Penerapan Metode Pembelajaran Ceramah Meningkatkan Minat Belajar
pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kasus Siswa Kelas IX F di SMP Negeri 1
Balong Ponorogo). Penggunaan metode pembelajaran ceramah berhasil
dalam pembelajaran IPS, karena siswa akan bekerja secara kelompok dan
saling membantu satu sama lainnya serta menyelesaikan permasalahan.
Merujuk dari hasil wawancara siswa kelas IX F pada metode pembelajaran
ceramah sangat senang dan tidak jenuh. (2) Adapun kelebihannya, yaitu
guru mampu menguasai materi, karena penjelasan yang disampaikan guru
dikaitkan dengan fenomena yang ada. Sehingga meningkatkan daya tarik
siswa terhadap materi yang disampaikan.Ada siswa yang sulit di bilangi
dijadikan contoh yang tidak baik dan membiasakan siswa berfikir kritis
terhadap fenomena yang ada disekitarnya. Adapun kekurangan dari metode
ceramah yaitu guru menjelaskan materi hanya di depan saja.
Dari penelitian relevan yang penulis ambil bahwa secara umum, meskipun
terdapat beberapa catatan dan variabilitas dalam hasil penelitian, metode
ceramah tampaknya memiliki potensi untuk meningkatkan minat belajar dan
hasil belajar siswa, terutama ketika dikombinasikan dengan pendekatan yang
kontekstual dan interaktif. Untuk itu, saya mengambil judul pelaksanaan
Metode Ceramah Terhadap Kurangnya Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Di SMK Bhakti 2 Jakarta karena
ingin meneliti apakah metode ceramah dalam studi kasus Pendidikan Agama
30
Kristen yang akan dikaji secara kualitatif berdasarkan kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada metode ceramah tersebut yang menjadi faktor yang
berdampak terhadap kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
yang diteliti.
Siswa Kelas XI
Mata Pelajaran
Pendidikan
Agama Kristen
31
faktor yang mempengaruhi kurangnya minat
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
32
Kristen. Dampak ini bisa mencakup pencapaian akademis yang rendah, tingkat
kehadiran yang buruk, atau perilaku belajar yang kurang produktif. Terakhir,
penelitian akan menggali lebih dalam faktor-faktor yang mungkin menjadi
penyebab kurangnya minat belajar siswa. Ini termasuk menganalisis kurikulum,
gaya pengajaran guru, motivasi siswa, dan faktor lingkungan lain yang dapat
memengaruhi minat belajar siswa.
Dengan menggunakan kerangka berpikir ini, penelitian akan dirancang
dan dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam setiap elemen
tersebut. Tujuan akhirnya adalah menyusun sebuah skripsi yang komprehensif
mengenai topik ini, sambil memberikan rekomendasi yang relevan untuk
meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen di SMK Bhakti 2 Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
33
1.6. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian di SMK Bhakti 2 Jakarta yang bertempat
Jl. Perindustrian No 7 RT 07 RW 07, Kebon Pala, Kec. Makasar, Kota Jakarta
Timur. Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan selama
1 bulan dimulai sejak pengesahan proposal penelitian skripsi.
34
mengenaik kurangnya minat siswa dalam pembelajaran agama kristen secara
terperinci memperoleh hasil penelitian:
a. Tahap Pra lapangan.
a. Menghubungi kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Kristen
untuk mendapatkan izin dan dukungan untuk penelitian.
b. Mensurvei tempat pelaksanaan di SMK Bhakti 2 Jakarta.
c. Membuat surat ijin penelitian dari kampus yang ditunjukkan kepada
Sekolah SMK Bhakti 2 jakarta
d. Menyusun instrumen penelitian, seperti angket minat belajar siswa.
35
sumber yang telah tersedia sehingga peneliti dapat disebut sebagai tangan kedua
(Mulyadi, 2016: 144). Fokus penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh
metode ceramah terhadap kurangnya minat siswa dalam belajar agama kristen.
Sumber data dalam penelitian ini merujuk kepada data primer dan data
sekunder sebagai berikut:
a. Data primer
Sumber data ini dalam penelitian di SMK Bhakti 2 Jakarta dilakukan dalam
mempersiapkan sebuah pengamatan langsung di lapangan dan juga dalam
bentuk wawancara kepada siswa Kelas XI SMK Bhakti 2 Jakarta dan guru
Pendidikan Agama Kristen.
b. Data sekunder
Sumber data ini dalam meneliti di SMK Bhakti 2 Jakarta yaitu guru
pendidikan agama Kristen, sumber data ini harus di dapatkan melalui
dengan memberikan kuisoner kepada guru serta foto.
36
langsung terhadap 13 orang siswa dan 1 guru agama kristen. Penelitian ini
juga di tujukan untuk melihat dan menggambarkan dari keadaan di kelas XI
SMK Bhakti 2 Jakarta yang sedang terjadi.
2. Wawancara
Suatu percakapan yang memiliki suatu tujuan tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara dan narasumber yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit.
3. Dokumentasi
Dalam tahap ini dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai
penyempurnaan dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
Dokumen dari sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian,
sebagai karya monumental dari semuanya dalam memberikan informasi
bagi peroses penelitian bagaimana proses pembelajaran di sekolah
berlangsung.
37
ke lapangan (Sugiono, 2016). Dalam suatu penelitian menggunakan analisis
data sebagai berikut:
1. Reduksi data
Dapat diartikan dalam hal secara sempit dengan cara proses pengurangan
suatu data namun dalam pandangan arti luas adalah suatu proses dalam
penyempurnaan data. Data yang diperoleh dari jumlah yang cukup banyak
perlu dicatat dengan rinci dan teliti. Reduksi data dapat berlangsung secara
terus menerus selama penelitian itu berlangsung. Tahap reduksi data dalam
penelitian ini di SMK Bhakti 2 Jakarta untuk merangkum semua data yang
ada dan berfokus kepada hal yang relevan dan juga memuat data
penyempurnaan dalam menarik sebuah makna dalam penelitian.
2. Penyajian data
Dasar dari penyajian data adalah membagikan suatu pemahaman dari
penelitian tentang suatu hal kepada orang lain. Hal dalam penelitian
kualitatif dimana penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat.
Untuk penyajian data di SMK Bhakti 2 Jakarta terhadap siswa dan guru ini
untuk menyaji pengumpulan dari kumpulan informasi secara teknisnya yaitu
dengan cara mendeskripsikan dengan tersusun rapi dalam bentuk teks
naratif, tabel, dan sebagainya.
38
2007:320). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk
menguji data yang diperoleh.
3.7.1. Kredibilitas
Uji Kredibikitas meruoakan uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif (Prastowo,2012) menyatakan bahwa uji kredibilitas
ini memiliki dua fungsi yaitu: 1) Untuk melaksanakan pemeriksaan data
sedemikian rupa tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai. 2)
Untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil penemuan kita
dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Peneliti memilih menguji keabsahan data dengan menggunakan uji
kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan dan menggunakan bahan
referensi.
39
Terhadap pelajaran Pendidikan
Kurangnya Minat Agama Kristen?
Belajar Siswa
2 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Apakah metode
Pembelajaran ceramah ini
Metode Ceramah membuatmu tertarik
dalam Pendidikan dan antusias dalam
Agama Kristen belajar tentang
Terhadap Pendidikan Agama
Kurangnya Minat Kristen? Mengapa
Belajar Siswa atau mengapa tidak?
3 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Apakah ada saat-saat
Pembelajaran ketika kamu merasa
Metode Ceramah sulit untuk tetap
dalam Pendidikan fokus atau tertarik
Agama Kristen selama sesi ceramah?
Terhadap Bisa kamu beri
Kurangnya Minat contohnya?
Belajar Siswa
4 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Apakah kamu
Pembelajaran memiliki saran atau
Metode Ceramah ide untuk membuat
dalam Pendidikan metode ceramah ini
Agama Kristen lebih menarik bagi
Terhadap siswa, sehingga
Kurangnya Minat minat belajar dapat
Belajar Siswa meningkat?
5 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Bagaimana kamu
Kurangnya Minat melihat pengaruh
Belajar Siswa pada kurangnya minat
Mata Pelajaran belajar pada hasil
Pendidikan Agama akademikmu dalam
Kristen Pendidikan Agama
Kristen?
6 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Apakah kamu merasa
Kurangnya Minat bahwa kurangnya
Belajar Siswa pada minat belajar
Mata Pelajaran mempengaruhi
Pendidikan Agama pemahamanmu
Kristen tentang nilai-nilai
dan konsep-konsep
Kristen? Bisa kamu
jelaskan?
7 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Apakah ada mata
Kurangnya Minat pelajaran lain di
Belajar Siswa pada mana kamu lebih
40
Mata Pelajaran bersemangat belajar
Pendidikan Agama daripada Pendidikan
Kristen Agama Kristen?
Apakah ada
keterkaitan antara
minat belajar pada
mata pelajaran lain
dengan Pendidikan
Agama Kristen?
8 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Menurutmu, apa
Mempengaruhi yang menjadi
Kurangnya Minat penyebab utama dari
Belajar Siswa pada kurangnya minat
Mata Pelajaran belajar dalam
Pendidikan Agama Pendidikan Agama
Kristen Kristen?
9 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Bagaimana peran
Mempengaruhi keluarga atau
Kurangnya Minat lingkungan di rumah
Belajar Siswa pada dalam memengaruhi
Mata Pelajaran minat belajarmu
Pendidikan Agama terhadap mata
Kristen pelajaran agama?
10 Siswa SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Apakah ada hal-hal
Mempengaruhi tertentu dalam cara
Kurangnya Minat pembelajaran
Belajar Siswa pada Pendidikan Agama
Mata Pelajaran Kristen yang
Pendidikan Agama membuatmu merasa
Kristen kurang tertarik?
Apakah ada cara
yang menurutmu
lebih baik untuk
mempelajari mata
pelajaran ini?
41
Pendidikan terapkan dalam
Agama Kristen pelajaran Pendidikan
Terhadap Agama Kristen?
Kurangnya
Minat Belajar
Siswa
2 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Apakah Anda
Pembelajaran melihat adanya
Metode tanda-tanda atau
Ceramah dalam indikasi bahwa siswa
Pendidikan kurang berminat atau
Agama Kristen kurang terlibat dalam
Terhadap pembelajaran dengan
Kurangnya metode ceramah?
Minat Belajar Jika ya, bisa Anda
Siswa jelaskan?
3 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Apakah Anda
Pembelajaran memiliki strategi
Metode tambahan selain
Ceramah dalam metode ceramah
Pendidikan untuk meningkatkan
Agama Kristen minat belajar siswa
Terhadap dalam pelajaran
Kurangnya Pendidikan Agama
Minat Belajar Kristen?
Siswa
4 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Pelaksanaan Bagaimana Anda
Pembelajaran mengevaluasi
Metode efektivitas metode
Ceramah dalam ceramah dalam
Pendidikan mendorong minat
Agama Kristen belajar siswa dalam
Terhadap mata pelajaran ini?
Kurangnya
Minat Belajar
Siswa
5 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Dalam pengalaman
Kurangnya Anda, apa dampak
Minat Belajar utama dari
Siswa pada kurangnya minat
Mata Pelajaran belajar siswa
Pendidikan terhadap hasil
Agama Kristen akademik mereka
dalam Pendidikan
Agama Kristen?
6 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Bagaimana
42
Kurangnya kurangnya minat
Minat Belajar belajar siswa dalam
Siswa pada mata pelajaran ini
Mata Pelajaran dapat mempengaruhi
Pendidikan pemahaman mereka
Agama Kristen terhadap konsep-
konsep agama dan
nilai-nilai Kristen?
7 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Dampak Apakah Anda
Kurangnya melihat keterkaitan
Minat Belajar antara kurangnya
Siswa pada minat belajar dalam
Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Pendidikan Kristen dengan minat
Agama Kristen belajar mereka dalam
mata pelajaran
agama lain atau mata
pelajaran lainnya?
8 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Menurut pengamatan
Mempengaruhi Anda, apa faktor-
Kurangnya faktor yang
Minat Belajar berkontribusi pada
Siswa pada kurangnya minat
Mata Pelajaran belajar siswa dalam
Pendidikan Pendidikan Agama
Agama Kristen Kristen?
9 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Bagaimana peran
Mempengaruhi lingkungan keluarga
Kurangnya dalam memengaruhi
Minat Belajar minat belajar siswa
Siswa pada terhadap mata
Mata Pelajaran pelajaran agama?
Pendidikan
Agama Kristen
10 Guru SMK Bhakti 2 Jakarta Faktor yang Apakah ada
Mempengaruhi tantangan khusus
Kurangnya dalam pembelajaran
Minat Belajar Pendidikan Agama
Siswa pada Kristen yang
Mata Pelajaran mungkin
Pendidikan memengaruhi minat
Agama Kristen belajar siswa?
Bagaimana Anda
menghadapinya?
43
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogykarta: Ar-Ruzz Media
Effendi, Ismail.2013.” Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Motivasi Belajar PAI
Siswa Kelas XI MAN 5 Sleman”,Yogyakarta,UII.
Ni’ma A. S., et al. (2018). Peningkatan Minat Belajar Siswa Dengan. Jurnal Factor
M. 1 (1), 43–56.
Febby P., A. (2021). Pengaruh Penggunaan Metode Ceramah Dan Metode Diskusi
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas Vii Di Smp
Negeri 1 Punggur.Metro Lampung : Fakultas Tarbiyah dan KeguruanCarter, L.
(1995). Reflecting the Character of Christ.
44
Pradana, D. P. (2021). Perbandingan Metode Ceramah Dan Cerita Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
siswa Sekolah Dasar Katolik Di Kota Madiun. SkrIPSi. Madiun : Program studi
ilmu Pendidikan Teologi.Emmons, R. A. (2020). Apakah Spiritualitas adalah
Kecerdasan? Motivasi, Kognisi, dan Psikologi Kepedulian Tertinggi.
Ngalimun.2016.Stratergi dan Model Pembelajaran,Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Rusman.2013.model-model pembelajaran.Yogyakarta: Rajawali Press
Sistantri Wijaya, Devilia.2016. “Penerpan metode STAD dan Metode Ceramah
terhadap Peningkatan Prestasi Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri
Rajabasa Raya Bandar Lampung”,Skripsi,Lampung, UNILA.
Slameto.2015.”Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.Jakarta: Rineka
Cipta.
Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian.
Sugiyono.2015.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: CV.
Alfabeta.
Tanzeh, Ahmad.2009.Pengantar Metode Penelitian.Yogyakarta: Teras.
Suseno, Dwi.2013. “Pengaruh Penggunaan Metode Ceramah dan Metode Dialog
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di
SMA Negeri 1 Kaliworo Kabupaten Wonosobo”.Skripsi. Purworejo. Universitas
Muhammadiyah.
Budiwibowo, S. (2016). Hubungan Minat Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS di
SMP Negeri 14 Kota Madiun. Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 1(1), 60-68.
Tambak, S. (2014). Metode Ceramah: Konsep dan Aplikasi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Tarbiyah, 21(2).
“Metode Ceramah, Metode Pembelajaran Paling Banyak Digunakan Oleh Guru”
(2021). https://www.gurusukses.com/metode-ceramah-sebagai-metode-
pembelajaranpaling-populer.
Ina. “20 Macam Macam Metode Pembelajaran Lengkap.”
45
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. 6th ed. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2013.
Supendi, Hermawan. “Faktor Internal Dan Eksternal Dalam Belajar.” Last modified
2020. Accessed October 23, 2021. https://www.kajianbk.com/2020/04/faktor-
internal-daneksternal-dalam.html.
Hamzah, H., & Alfiat, D. (2020). Penerapan Metode Ceramah Dengan Media Audio
Visual Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal
Kajian Ilmu Pendidikan (JKIP), 1(1), 42-50.
Lontoh, F., & Sihombing, M. (2022). Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah
Dalam Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Mahasiswa.
Yanti, Y. E., & Aprianif, A. (2023). PENGGUNAAN METODE CERAMAH
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. JM2PI: Jurnal Mediakarya Mahasiswa
Pendidikan Islam, 4(1), 34-45.
Fatmawati, R., & Rozin, M. (2020). Peningkatan Minat Belajar Siswa dengan
Menggunakan Metode Ceramah di Sekolah Dasar Islam Bandar Kidul
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Journal Focus Action of Research
Mathematic (Factor M), 2(2), 115-126.
Masturina, A., Hapipih, L. M., Maulid, R., Uzma, T., & Utami, E. P. (2021).
Kegiatan Bimbingan Belajar Menggunakan Metode Ceramah Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Menghadapi Covid-
19. PROCEEDINGS UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG, 1(7), 62-70.
Amiati, C. N. (2021). Penerapan Metode Pembelajaran Ceramah Meningkatkan
Minat Belajar pada Mata Pelajaran IPS (Studi Kasus Siswa Kelas IX F di SMP
Negeri 1 Balong Ponorogo) (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).
46
47