Makalah CH 4
Makalah CH 4
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
PEMBAHASAN
Manajer membutuhkan banyak waktu untuk menilai kesesuaian antara individu, tugas
pekerjaan, budaya perusahaan, dan efektivitas organisasi. Karakteristik manajer dan bawahan
biasanya mempengaruhi penilaian tersebut. Tanpa pemahaman perilaku, keputusan mengenai
siapa yang melalkukan tugas tertentu dengan cara tertentu dapat menimbulkan masalah
jangka panjang yang tidak dapat diubah. Manajer yang dapat dengan tepat mengidentifikasi
kekuatan (dan kelemahan) individu karyawannya, berada dalam posisi yang lebih baik untuk
menerapkannya dengan cara yang meningkatkan efektivitas organisasinya.
Pengamatan dan analisis manajer terhadap perilaku dan kinerja individu memerlukan
pertimbangan variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu, atau apa yang
dilakukan karyawan (misalnya menyampaikan program pelatihan, memproses permintaan
pinjaman, memelihara AC). Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar
belakang, dan variabel demografi. Perilaku seorang karyawan bersifat kompleks karena
dipengaruhi oleh sejumlah variabel lingkungan dan banyak faktor, pengalaman, dan peristiwa
individu yang berbeda. Variabel individu seperti kemampuan/keterampilan, kepribadian,
persepsi, dan pengalaman mempengaruhi perilaku.
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara dengan
manajer, mendengarkan rekan kerja, menelepon pelanggan, memperbarui situs web
perusahaan, dan merekrut karyawan baru. Kurt Lewin mendefinisikan perilaku sebagai fungsi
dari variabel indiviu dan lingkungan. Perilaku yang dihasilkan dalam pekerjaan bersifat untuk
bagi setiap individu, namun proses yang mendasarinya bersifat mendasar bagi semua orang.
Bagi seorang manajer, perilaku yang berhubungan dengan kinerja akan mencakup
tindakan seperti mengidentifikasi masalah kinerja, perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian pekerjaan pegawai, dan menciptakan motivasi bagi karyawan. Jika karyawan
tidak berkinerja baik atau konsisten, manajer harus menyelidiki masalahnya. Enam
pertanyaan berikut dapat membantu manajer untuk fokus pada masalah kinerja :
1. Apakah karyawan memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaannya?
2. Apakah karyawan memiliki sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaannya?
3. Apakah karyawan mengetahui masalah kinerjanya?
4. Apakah masalah kinerja tersebut muncul?
5. Bagaimana reaksi rekan kerja karyawan terhadap masalah kinerja?
6. Apa yang dapat daya lakukan sebagai manajer untuk mengatasi masalah kinerja?
INDIVIDUAL DIFFERENCES
Demographics
Di antara klasifikasi demografi yang paling penting adalah gender dan ras. Namun
keberagaman budaya juga dapat mempengaruhi situasi kerja.
Genfer Differences
Terdapat perdebatan mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal kinerja
kerja, tingkat ketidak hadiran, dan tingkat turnover. Perempuan memiliki tingkat
ketidakhadiran yang lebih tinggi karena mereka biasanya menjadi pengasuh utama bagi anak-
anak, orang tua lanjut usia, dan pasangan yang sakit sehingga menjadikan mereka lebih
sering absen. Dalam sebuah studi tentang gaya kepemimpinan yang disukai para pemimpin
laki-laki dan perempuan di 27 negara, dilaporkan bahwa manajer perempuan lebih menyukai
dimensi kepemimpinan partisipatif, berorientasi tim, dan karismatik dibandingkan laki-laki.
Ini adalah beberapa dari banyak contoh sehari-hari tentang bagaimana persepsi bisa
berbeda-beda. Manajer harus menyadari bahwa ada perbedaan persepsi.
Cara manajer mengkategorikan orang lain sering kali mencerminkan persepsi yang
bias. Stereotip adalah keyakinan yang digeneralisasikan, disederhanakan, dan diabadikan
secara berlebihan mengenai karakteristik pribadi seseorang. Stereotip terus berlanjut karena
cenderung memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan stereotip mereka dan tidak
memperhatikan hal-hal yang tidak sesuai. Ketidakakuratan stereotip dapat mengakibatkan
keputusan yang tidak adil terkait dengan promosi, program motivasi, desain pekerjaan, atau
evaluasi kinerja. Hal ini juga dapat mengakibatkan tidak memilih orang yang terbaik untuk
suatu posisi. Di era kekurangan talenta kerja berketerampilan tinggi, organisasi akan
mengalami stereotip yang mengakibatkan penolakan terhadap kandidat yang jumlahnya
terbatas. Stereotip usia, ras, gender, etnis, disabilitas, dan gaya hidup terbukti sangat
merugikan dalam hal hilangnya bakat, penilaian juri terhadap perusahaan, dan hilangnya niat
baik serta hilangnya penjualan dari pelanggan dalam kategori stereotip tersebut.
- Selective perception
Konsep persepsi selektif penting bagi manajer yang sering menerima informasi dan
data dalam jumlah besar dan cenderung memilih informasi yang mendukung sudut pandang
mereka.
- Situational Factors
Tekanan waktu, sikap orang-orang yang bekerja bersama manajer, dan faktor-faktor
situasional lainnya dapat mempengaruhi keakuratan persepsi. Jika seorang manajer terdesak
waktu dan harus segera memenuhi pesanan, persepsinya dipengaruhi oleh keterbatasan
waktu. Tekanan waktu benar-benar memaksa manajer untuk mengabaikan beberapa hal
secara detail, terburu-buru melakukan aktivitas tertentu, dan mengabaikan rangsangan
tertentu seperti permintaan dari manajer lain atau dari atasan.
- Needs
Persepsi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan. Dengan kata lain,
karyawan, manajer, wakil presiden, dan direktur melihat apa yang ingin mereka lihat.
- Emotions
Keadaan emosi seseorang sangat berkaitan dengan persepsi. Emosi yang kuat, seperti
ketidaksukaan terhadap kebijakan organisasi dapat membuat seseorang merasakan
karakteristik negatif di sebagian besar kebijakan dan peraturan perusahaan. Menentukan
keadaan emosi seseorang memang sulit. Karena emosi yang kuat sering kali mendistorsi
persepsi, manajer perlu membedakan isu atau praktik mana yang memicu emosi kuat dalam
diri bawahan.
Attribution
Teori atribusi memberikan wawasan tentang proses dimana kita menetapkan sebuah
penyebab sebagai motif untuk perilaku seseorang. Singkatnya mengamati perilaku dan
menggambarkan kesimpulan disebut atribusi.
Atribusi disposisional menjelaskan suatu perilaku dalam kaitannya dengan sesuatu
“di dalam” seseorang seperti agresivitas, rasa malu, arogansi, atau kecerdasan menunjukkan
atribusi disposisional. Misalnya menekankan beberapa aspek individu seperti kemampuan,
keterampilan, atau motivasi internal.
Atribusi situasional ini lebih menekankan pengaruh lingkungan terhadap perilaku.
Contoh pembuatan atribusi situsional yaitu Keterlambatan di tempat kerja dapat dijelaskan
dengan kemacetan lalu lintas atau masalah mobil. Berikut 3 Kriteria atribusi :
a) Konsensus. Akankah sebagian besar orang mengatakan atau melakukan hal yang
sama dalam situasi tersebut? Jika demikian, kita cenderung mengaitkan perilaku
tersebut (misalnya, produksi berkualitas rendah) dengan kualitas unik seseorang.
b) Kekhasan. Apakah perilaku tersebut tidak biasa atau tidak lazim bagi orang
tersebut? Jika ya (kekhasan yang tinggi), maka kita menyimpulkan bahwa ada
faktor situasional yang menjadi penyebabnya. Namun jika orang tersebut sering
berperilaku seperti ini, kita cenderung membuat atribusi pribadi.
c) Konsistensi. Apakah orang tersebut melakukan perilaku tersebut secara
konsisten? Ketika perilaku terjadi secara tidak konsisten, kita cenderung membuat
atribusi situasional.
Attribution Errors
Meskipun berusaha untuk tidak terdapat kesalahan artibusi, Sebagian besar individu
memiliki bias tertentu yang dapat menyebabkan kesalahan. Bias atribusi adalah membuat
penilaian dengan informasi yang terbatas pada satu situasi, dan tidak membuat penilaian
dengan informasi yang terbatas yang menngindikasikan itu adalah Tindakan terbaik.
Attitudes
Sikap adalah penentu perilaku seseorang karena terkait dengan persepsi, kepribadian
dan motivasi. Sikap adalah perasaan positif atau negative atau kondisi mental mengenai
kesiapan, yang di pelajari dan diorganisir melalui pengalaman, yang memberi pengaruh
khusus pada respon seseorang terhadap orang, benda dan situasi. Berikut adalah 3 komponen
dari sikap yaitu :
1) Affect. Komponen emosional, atau “perasaan”, dari suatu sikap dipelajari dari
orang lain.
2) Cognition. Komponen kognitif suatu sikap terdiri dari persepsi seseorang.
pendapat, dan keyakinan. Mengacu pada proses berpikir, dengan penekanan
khusus pada rasionalitas dan logika. Elemen penting dari kognisi adalah
keyakinan evaluatif yang dianut seseorang. Keyakinan evaluatif diwujudkan
sebagai kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek atau
orang.
3) Behavior. Komponen perilaku dari suatu sikap mengacu pada niat seseorang
untuk melakukan sesuatu bertindak terhadap seseorang atau sesuatu dengan cara
tertentu (misalnya ramah, hangat, agresif, bermusuhan, atau apatis). Niat tersebut
dapat diukur atau dinilai untuk menguji komponen perilaku dari sikap.
- Changing Attitudes
Manajer sering menghadapi tugas mengubah sikap karyawan karena sikap yang ada
menghambat kinerja pekerjaan. Meskipun banyak variabel mempengaruhi perubahan
sikap, mereka semua dapat dijelaskan dalam tiga faktor umum: kepercayaan pada
pengirim, pesan itu sendiri, dan situasi. Karyawan yang tidak mempercayai manajer
tidak akan menerima pesan manajer atau mengubah sikap. Demikian pula, jika
pesannya tidak meyakinkan, tidak ada tekanan untuk berubah.
Personality
Kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, serta faktor budaya dan sosial.
Terlepas dari definisinya, psikolog umumnya menerima prinsip-prinsip tertentu tentang
kepribadian:
1) Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisir; jika tidak, individu tersebut
tidak akan memiliki arti.
2) Kepribadian tampaknya diorganisasikan ke dalam pola-pola yang pada tingkat
tertentu dapat diamati dan diukur.
3) Meskipun kepribadian mempunyai dasar biologis, perkembangan spesifiknya juga
merupakan hasil dari lingkungan sosial dan budaya.
4) Kepribadian mempunyai aspek yang dangkal (seperti sikap menjadi pemimpin tim)
dan inti yang lebih dalam (seperti sentimen terhadap otoritas atau etos kerja
Protestan).
5) Kepribadian melibatkan karakteristik umum dan unik. Setiap orang berbeda dari
orang lain dalam beberapa hal dan serupa dengan orang lain dalam hal lain.
Theories of Personality :
Tiga pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian adalah pendekatan sifat,
pendekatan psikodinamik, dan pendekatan humanistik.
Emotional Intelligence
Daniel Goleman memperkenalkan konsep kecerdasan emosional (EQ) ke dalam
diskusi tentang kemampuan mental. EQ seseorang mengacu pada kemampuan Emosi secara
akurat yang sulit untuk dirasakan, dievaluasi, diungkapkan, dan diatur emosi dan
perasaannya. Emosi merupakan hasil reaksi terhadap suatu objek. Individu menunjukkan
emosinya ketika mereka senang dengan promosi jabatan, sedih karena kehilangan kontrak
kerja, atau sedih karena perlakuan tidak adil yang diterima dari manajer.
Frank adalah orang yang membuka pintu ke dunia seni dan kerajinan untuk
Strickland. Dia tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis dalam keramik, tetapi juga
menjadi mentor spiritual yang membimbing Strickland dalam mengejar visinya untuk
menggunakan seni sebagai alat untuk mengubah hidup orang lain. Ross juga memberikan
contoh nilai-nilai seperti dedikasi, keterampilan, dan minat yang tinggi dalam pekerjaannya.
Semua ini membentuk dasar yang kuat untuk tujuan dan nilai-nilai Strickland dalam
mengabdikan dirinya untuk membantu orang lain dan menciptakan perubahan positif dalam
komunitasnya.