Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

Pada masa ini banyak terjadi perubahan pada diri seseorang, baik perubahan

secara fisik maupun mental, dimana perubahan tersebut harus diimbangi dengan

kecukupan nutrisi. Jika tidak di imbangi maka akan terjadi beberapa permasalahan

gizi pada remaja seperti, obesitas, kekurangan energi kronik (KEK), anemia dan

lainnya. Remaja perempuan lebih banyak membutuhkan asupan gizi daripada

remaja laki–laki, dimana remaja perempuan harus mempersiapkan keadaan tubuh

yang baik untuk menjadi calon ibu dimasa yang akan datang.

Masalah umum yang terjadi pada remaja dalam kasus gizi ini adalah

anemia defisiensi zat besi, kelebihan dan kekurangan berat badan.(1)Remaja

perempuan berisiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja laki –

laki karena perempuan mengalami menstruasi setiap bulan sehingga banyak

kehilangan zat besi, dan akan kehilangan zat besi sekitar 1,4 mg per hari. Untuk

menjaga keseimbangan besi dalam tubuh, seorang wanita membutuhkan asupan

zat besi lebih tinggi di banding laki-laki. Wanita memiliki cadangan besi

tubuh.25-30% , sebanyak 20 % wanita memiliki cadangan besi tubuh sebesar 250

– 400 mg dan kurang dari 5% memiliki cadangan besi tubuh lebih dari 400 mg.

Berdasarkan hal ini, wanita sangat berisiko terkena defisiensi besi dan ADB

(Anemia Defisiensi Besi) terlebih pada saat mengalami kehamilan.(2)

1
2

Anemia zat besi merupakan masalah gizi mikro tersebesar di Indonesia,

yang terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil dan remaja.(3) Remaja

perempuan dengan anemia berisiko melahirkan bayi BBLR (<2500gram),

melahirkan bayi premature, infeksi neonatus dan kematian pada ibu dan bayi saat

proses persalinan.(2)Berbagai negara, termasuk Indonesia melaporkan angka

prevalensi ABD (Anemia Defisiensi Besi)pada wanita hamil tetap tinggi

meskipun bervariasi . ADB pada kehamilan di negara maju, yaitu rata-rata 18%,

sedangkan prevalensi rata-rata anemia pada wanita hamil di negara berkembang

sekitar 63,5%-80%.ADB akan menimbulkan intelligence quotient (IQ) rendah,

penurunann kemampuan belajar dan penurunan angka pertumbuhan pada anak

pada anak .(4)

Pemerintah mengharapkan melalui program pemberian Tablet Tambah

Darah (TTD) pada remaja putri akan menekan angka remaja putri yang

mengalami anemia. Faktor utama terlaksananya program tersebut, yaitu kepatuhan

remaja putri mengkonsumsi TTD. Kepatuhan dipengaruhi oleh pengetahuan dari

pengetahuan sikap seseorang akan berubah.Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari

tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana. Masih

banyak remaja putri yang tidak patuh mengkonsumsi Tablet Tambah Darah

(TTD) karena beberapa faktor yaitu, pengetahuan, sikap, dukungan guru dan

orangtua .

Dari data World Health Organization (WHO) tahun 2018, sekitar 1,2

miliar orang, atau 1 dari 6 populasi dunia, adalah remaja berusia 10 hingga 19

tahun lebih dari 1,1 juta remaja berusia 10-19 tahun meninggal pada tahun
3

2016,Anemia kekurangan zat besi adalah penyebab utama kedua remaja cacat dan

meninggal pada 2016. Suplemen zat besi dan asam folat adalah solusi yang juga

membantu meningkatkan kesehatan sebelum remaja menjadi orang tua.(5)

Profil Kesehatan di Indonesia tahun 2018, cakupan pemberian TTD pada

remaja putri di Indonesia pada tahun 2018 adalah 48,52%. Hal ini sudah

memenuhi target Renstra tahun 2018 yaitu 25%. Provinsi dengan persentase

tertinggi cakupan pemberian TTD pada remaja putri adalah Bali (92,61%),

sedangkan persentase terendah adalah Kalimantan Barat (9,62%). Sebanyak tujuh

provinsi belum memenuhi target Renstra (25%) tahun 2018 yaitu, Kalimantan

Barat (9,62%), Kalimantan Tengah (12,58%), Kalimantan Timur (17,01%),

Sumatera Utara (19,96%),Maluku (22,23%), Sumatera Selatan ( 23,56%) dan

Riau (23,86%).(6)

Menurut data RISKESDAS tahun 2018 terjadi peningkatan anemia pada

ibu hamil sebesar11,8% dibandingkan pada tahun 2013. Sebesar 37,1% ibu hamil

menderita anemia pada tahun 2013 dan pada tahun 2018 sebesar 48,9. Hal ini

terjadi karena tingginya prevalensi anemia pada remaja putri yaitu sebesar 25%

dan 17% pada WUS.Seorang remaja putri dikatakan patuh mengkonsumsi tablet

tambah darah apabila dalam 1 (satu) tahun remaja putri mengkonsumsi tablet

tambah darah sebanyak 52 tablet/butir. Cakupan konsumsi Tablet Tambah Darah

pada remaja putri < 52 butir yaitu 96,8% dan ≥ 52 butir 1,4%. Sedangkan remaja

putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak 76,2% dan tidak

mendapatkan sebanyak 23,8%, dari jumlah remaja putri yang mendapatkan Tablet
4

Tambah Darah 80,9% mendapatkannya di sekolah dan 19,1% tidak di seokolah.

(7)

Berdasarkan Pemantauan Status Gizi yang dilakukan Seksi Kesga & KIA

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun

2018, diperoleh cakupan pemberian TTD untuk remaja putri sebesar 19,96%. Tiga

kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah Pakpak Bharat (100%), Karo

(95,43%) dan Samosir (95,34%).Sedangkan 4 kabupaten terendah cakupannya

adalah Toba Samosir (1,75%), Padang Lawas Utara (6%) dan Deli Serdang

(8,24%) sedangkan Kabupaten Batu Bara (8,75%).(8)

Oleh karena itu pemerintah Indonesia berupaya untuk mengatasi hal

tersebut yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun 2015-2019, yang

ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor

HK.02.02/Menkes/52/2015, disebutkan bahwa salah satu acuan bagi arah

kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan pendekatan pelayanan

kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care) untuk

dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang holistik dan berkesinambungan

terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia. Hal ini berarti bahwa pelayanan

kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life

cycle), sejak masih dalam kandungan, sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi

anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif), dan

akhirnya menjadi lanjut usia. (9)

Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet


5

Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur, pemberian TTD pada

remaja putri dilakukan melalui UKS/M di institusi Pendidikan (SMP dan SMA

atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama. Dosis yang

diberikan adalah satu tablet setiap minggu selama sepanjang tahun.Pemberian

TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi para

remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang akan datang. Dengan cukupnya

asupan zat besi sejak dini, diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil,

pendarahan saat persalinan, BBLR, dan balita pendek dapat menurun.(7)

Anemia pada remaja masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian

pemerintah. Banyaknya remaja putri yang mengalami anemia pada masa remaja,

karena ketidakpatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), kepatuhan

mengkonsumsi(TTD) berhubungan dengan beberapa faktor seperti pengetahuan

remaja putri tentang anemia dan manfaat dari Tablet Tambah Darah (TTD) yang

kurang, sehingga masih banyak remaja putri yang tidak patuh mengkonsumsi 1

tablet dalam 1 minggu secara continue selama 1 tahun. Faktor lainnya seperti

sikap seorang remaja putri berhubungan erat dengan kepatuhan mengkonsumsi

TTD, persentase remaja putri di Indonesia yang mendapatkan TTD jauh berbeda

dengan persentase remaja putri yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah, dari

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja putri di Indonesia sangat berisiko

mengalami anemia pada saat menstruasi serta pada masa yang akan datang (5-10

tahun) yaitu saat kehamilan dan persalinan.

Untuk tercapainya cakupan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada

remaja putri, dukungan guru sangat berperan aktif dalam tercapainya cakupan
6

remaja putri mengkonsumsi TTD, karena guru adalah seseorang yang

berpengaruh dalam perubahan perilaku seorang siswa/i di sekolah. Selain

dukungan guru , dukungan orangtua juga memiliki hubungan yang erat dengan

kepatuhan remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja

putri. Masih banyak remaja putri yang tidak mengkonsumsi Tablet Tambah Darah

(TTD) ketika waktu libur, karena mereka hanya mengkinsumsi TTD apabila

mendapatkannya di sekolah.

Berdasarkan penelitian Retno Desita Putri,dkk pada tahun 2017 dengan

judul penelitian Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan Konsumsi Tablet

Tambah Darah dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Di MTsN 02 Kota

Bengkulu dengan 100 (100%) responden . Hasil penelitian menunjukan bahwa

37% responden mengalami anemia, kejadian anemia dengan p value 0,018 dan

0,0005 memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan remaja putri

tentang gizi dan tidak ada hubungan dengan pola makan remaja putri dengan

status anemia. Remaja putri yang memiliki pengetahuan baik 70,8% tidak

mengalami anemia.(10)

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Nelda Amir,dkk pada

tahun 2019 yang berjudul Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi

Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri di Indonesia. Hasil analisis

menunjukkan bahwa faktor faktor yang berhubungan dengan konsumsi TTD pada

remaja putri di Indonesia yaitu dukungan guru (p=0,000 OR=4,7), sikap (p=0,031

OR=2,192), budaya (0,012 OR=2,517), dukungan keluarga (p=0,029),perceived

threat (p=0,02) perceived benefit (p=0,01),pereceived barrier (p=0,02) self


7

efficacy (p=0,00). Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan remaja

putri mengkonsumsi tablet tambah darah di Indonesia yaitu dukungan guru, sikap,

budaya, dukungan keluarga, pereceived threat (ancaman yang dirasakan),

pereceived benefit (manfaat yang dirasakan), pereceived barrier ( hambatan yang

dirasakan), dan self efficacy.(11)

Progaram pembagian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan program

rutin yang dilakukan pemerintah untuk penanggulangan dan pencegahan anemia

pada remaja. MTs Negeri Batu Bara merupakan salah satu sekolah yang

menjalankan program tersebut. Dalam menjalankan program tersebut pihak

sekolah bekerjasama dengan Puskesamas Kecamatan, dimana setiap 3(tiga) bulan

pihak puskesmas mendistribusikan Tablet Tambah Darah (TTD) ke MTs Negeri

Batu Bara dan pihak sekolah melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) akan

membagikan Tablet Tambah Darah kepada siswi kelas VII, VIII dan IX setiap

hari rabu.

Survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Januari 2020 di MTs

Negeri Batu Bara. Peneliti mewawancarai 10 siswi yang mendapatkan Tablet

Tambah Darah (TTD) setiap minggunya yang dibagikan oleh guru UKS setiap

hari rabu. Dari 10 siswi 6 diantanya mengatakan bahwa mereka mengetahui

tentang manfaat TTD dan dan bahaya anemia pada remaja mereka mengatakan

bahwa selalu mengkonsumsi TTD yang dibagikan setiap minggunya. 6 sisiwi

yang selalu mengkonsusmsi TTD, 4 diantaranya langsung mengkonsusmsi TTD

setelah dibagikan, 2 siswi yang lain mengkonsumsi TTD pada saat di rumah. Dari

6 siswi yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) mengatakan bahwa


8

mereka tidak mengkonsumsi Tablet Tambah Darah tambahan ketika sedang

menstruasi dan ketika libur sekolah mereka tidak mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Remaja Putri

Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) Di MTs Negeri Batu Bara

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2020”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di uraikan di atas

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor pengetahuan remaja putri tentang Tablet Tambah Darah (TTD)

berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di

MTs Negeri Batu Bara Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2020.

2. Apakah faktor sikap remaja putri berhubungan dengan kepatuhan

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada di MTs Negeri Batu Bara

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2020.

3. Apakah faktor dukungan guru berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi

Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri Di MTs Negeri Batu Bara

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2020.

4. Apakah faktor dukungan orangtua berhubungan dengan kepatuhan

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri Di MTs

Negeri Batu Bara Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2020.

1.3. Tujuan Penelitian


9

1. Untuk mengetahui faktor hubungan pengetahuan remaja putri dengan

kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di MTs Negeri Batu

Bara Kecamatan Lima Puluh Kabupatn Batu Bara tahun 2020.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor sikap dengan kepatuhan remaja putri

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di MTs Negeri Batu Bara

Kecamatan Lima Puluh Kabupatn Batu Bara tahun 2020.

3. Untuk mengetahui hubungan faktor dukungan guru dengan kepatuhan remaja

putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di MTs Negeri Batu Bara

Kecamatan Lima Puluh Kabupatn Batu Bara tahun 2020.

4. Untuk mengetahui hubungan faktor dukungan orangtua remaja putri dengan

kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di MTs Negeri Batu

Bara Kecamatan Lima Puluh Kabupatn Batu Bara tahun 2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Peneitian ini berguna bagi pengembangan ilmu penegetahuan khususnya

tentang pentingnya Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Remaja Putri.

2. Bagi Institut Kesehatan Helvetia (Program Studi D3 Kebidanan)

Sebagai bahan bacaan yang membangun guna meningkatkan kualitas

pendidikan sebagai refrensi di Perpustakaan Institut Kesehatan Helvetia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan refrensi dalam penelitian

selanjutnya dan dapat dikembangkan kedepannya untuk variabel lainnya yang


10

berhubungan dengan Kepatuhan Remaja Putri Mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD).

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Memberikan informasi secara umum tentang anemia pada remaja serta tentang

pentingnya mengkonsumsi Tablet Tambah Darah guna pencegahan dari

anemia pada remaja.

2. Bagi Tempat Penelitian (MTs Negeri Batu Bara)

Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini di MTs Negeri Batu Baru

dapat meningkatkan kepatuhan remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan di bidang kesehatan

tentang anemia pada remaja putri dan pentingnya Tablet Tambah Darah tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Apriningsih pada tahun

2019 dengan judul Peranan Orangtua dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswi

Minum Tablet Zat Besi Folat di Kota Depok. Dimana penelitian ini dilakukan

untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap dan peran orangtua dalam

meningkatkan kepatuhan siswi, mekanisme dan jadwal suplementasi zat besi –

folat serta kepatuhan siswi mengkonsumsi tablet zat besi-folat yang di dapat di

sekolah. Dalam penelitian ini variabel yang paling besar pengaruhnya dalam

menentukan siswi minum tablet tambah darah adalah variabel adanya pengawasan

orang tua di rumah (β=0,709) , untuk pendidikan pekerjaan dan pendapatan

orangtua dengan kepatuhan remaja putri minum TTD tidak ditemukan korelasi

yang signifikan dengan pengetahuan dan kesadaran orangtua menjadi motivator,

pendamping atau pengawas putrinya untuk minum TTD. (12)

Pada tahun 2019 Rizka Angrainy,dkk melakukan penelitian yang berjudul

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Konsumsi Tablet Fe Pada Saat Menstruasi

Dengan Anemia. Hasil uji di peroleh p value, α (0,001<0,05) penelitian ini

menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja putri

tentang konsumsi tablet Fe pada saat menstruasi dengan anemia. Sebagian besar

responden 59,3% memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi tablet Fe pada saat

menstruasi dan mayoritas responden 84,3% tidak anemia. Hal tersebut

menunjukan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

11
12

mengkonsumsi makanan, penggunaan suplementasi tablet Fe saat menstruasi dan

akan berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan. (13)

Hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan Susi Irianti dan Sahiro

dengan judul penelitian Gambaran Faktor Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

Pada Remaja Putri kelas VII di SMP Negri 1 Ciruas Tahun 2019. Hasil Penelitian

remaja putri yang konsumsi tablet tambah darah 80 orang (80%) sedangkan yang

tidak mengkonsumsi sebesar 20 orang (20%). Dari 100 responden yang memiliki

sikap positif 87 orang (87%) dan sikap negatif sebanyak 13 responden (13%)

penyebab sikap remaja yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darah yaitu

kurangnya minat remaja putri dalam mengkonsumsi TTD dikarenakan tidak

merasa perubahan didalam dirinya dan rasa TTD yang berbau amis. Respondeng

yang mendapatkan dukungan guru 69 orang (69%) dukungan guru sangat

berperan penting terhadap remaja putri untuk mengkonsumsi TTD dikarenakan

sebagian besar waktu remaja putri dihabiskan di sekolah setiap harinya dan

pendekatan baik yang dilakukan oleh guru menyebabkan hanya sebagian kecil

yang tidak mengkonsumsi Tablet Tambah Darah., dan mendapatkan dukungan

orangtua 73 orang (73%) dukungan orangtua sama pentingnya dengan dukungan

guru melalui pendekatan yang baik seperti mengingatkan remaja putri untuk

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).(14)

Selain penelitian diatas adapun penelitian yang dilakukan oleh Annisa

Nuradhiani dengan judul penelitian Dukungan Guru Meningkatkan Kepatuhan

Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri Di Kota Bogor pada tahun

2017. Hasil penelitian menunjukan faktor yang paling memengaruhi tingkat


13

kepatuhan adalah adanya dukungan guru (p<0,05;OR=4,7; 95%CI:1,5-14,2).

Dapat didefiniskan bahwa dukungan guru yang berikan dengan baik menjadi

faktor yang paling mempengaruhi tingkat kepatuhan konsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD) pada remaja putri.(15)

2.2. Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Masa remaja (adolescence) merupakan masa terjadinya perubahan yang

berlangsung cepat dalam pertumbuhan fisik, kognitif, dan pisikososial. Masa ini

merupakan masa peralihan dari anak – anak menuju remaja yang ditandai dengan

banyak perubahan, diantaranya pertambahan massa otot, jaringan lemak tubuh,

dan perubahan hormon. Perubahan tersebut memengaruhi kebutuhan gizi, selain

itu kebutuhan gizi pada remaja dipengaruhi oleh faktor psikologis dan sosial.(16)

Masa remaja juga beresiko mengalami kekurangan zat besi karena proses

menstruasi dan masa pertumbuhan yang cepat. Identifikasi kekurangan besi pada

anak – anak usia pra sekolah dan usia sekolah dapat di anjurkan khususnya pada

mereka yang mengalami kelainan pada penampilan kognitif dan kemampuan

belajar.(4)

2.2.2 Pembagian Masa Remaja

Masa remaja dimulai kira- kira usia 10 -13 tahun dan berakhir antara usia

18-22 tahun. American Academy of Child and Adolescent Psycology membagi

usia remaja menjadi 3 kelompok, yaitu remaja awal (12 – 14 tahun), remaja

pertengahan (14 – 17 tahun ), dan remaja akhir ( 17 – 19 tahun ). (17) World

Health Organization (WHO) / United Nations Children’s Emergency Fund


14

(UNICEF)(2005) membaginya menjadi 3 state, yaitu remaja awal (10 -14 tahun ),

remaja pertengahan (14 – 17 tahun ), remaja akhir (17 – 21 tahun ).(16)

2.2.3 Masalah Gizi Pada Remaja

Kegiatan pada masa remaja sangat banyak, bahkan melebihi orang

dewasa.kadang kita bisa terkejut dengan pola gerak mereka, seakan tidak pernah

lelah mereka beraktivitas. Asupan yang adekuat sangat penting, jika remaja

kekurangan nutrisi akan mengalami keterlambatan pertumbuhan secara fisik, baik

tingginya ataupun hormonnya. Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada

remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat

badan,tinggi badan). Nutrisi yang adekuat sangat dibutuhkan saat remaja agar

masa transisi ke masa dewasa secara fisik bagus , tidak terganggu terutama tinggi

badan dan kesehatannya.(17) Zat gizi memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan selama masi bayi,balita hingga remaja, dengan kebutuhan gizi

pada masa remaja lebih besar dibanding kan dua masa sebelumnya. Kebutuhan

gizi pada masa remaja dipengaruhi oleh pertumbuhan pada masa pubertas.

Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat.

(growth spurt).(16)

2.3. Tablet Tambah Darah (Tablet Zat Besi/ Fe)

2.3.1. Pengertian

Tablet zat besi yang menjadi pilihan utama dalam pengobatan ADB

(Anemia Defisiensi Besi) adalah ferrous sulfat (Fe) karena penyerapan garam

ferrous sulfat tiga kali lebih baik dibandingkan dengan garam fero lainnya seperti

fumarat, suksinat, glikomat, atau garam lainnya. Perebedaan kemampuan


15

menyerap pada garam tersebut diakibatkan oleh pada masing – masing garam besi

ini mengandung persentase besi yang berbeda.Tablet zat besi yang digunakan

sebagai pengobatan ADB adalah 200mg/hari atau 2 – 3 mg/kg. Pemberian zat besi

sebesar 195mg secara oral akan diserap sebesar 18% yaitu 35mg. Oleh sebab itu,

untuk mencapai nilai hemoglobin yang diharapkan membutuhkan rata – rata

waktu 1 hingga 2 bulan dan membutuhkan waktu berbulan – bulan untuk

mengembalikan simpanan zat besi tubuh.(4)

Zat besi adalah nitrien esensial yang di perlukan oleh setiap sel manusia.

Besi dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembawa oksigen dan electron, serta

sebgai alat katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi dan proses metabolik lain

melalui kemampuannya. Adanya penurunan dan peningkatan jumlah besi dalam

tubuh mungkin menghasilkan efek yang signifikan secara klinis. Jika terdapat

sedikit besi dalam tubuh akan terjadi pembatasan sintesis komponen yang

mengandung besi aktif sehingga memengaruhi proses fungsional jaringan tubuh

lainnya dan mungkin menimbulkan ADB. Kandungan zat besi diet yang

dikonsumsi bervariasi. Jumlah zat besi yang diserap laki-laki kira-kira 1 mg/hari

untuk menjaga keseimbangan tubuh. Pada wanita absorpsi besi harus mencukupi

untuk mengganti kehilangan besi selama menstruasi. Jumlah zat besi pada

makanan yang dikonsumsi oleh penduduk di negara berkembang (Indonesia)

sangat rendah, berkisar 12-19 mg Fe/hari.(4)

2.3.2 Efek Samping

Pengobatan dengan tablet zat besi ini memiliki efek samping yang

memengaruhi respons penerimaan terhadap pengobatan tersebut termasuk


16

ketidakpatuhan populasi mengkonsumsi tablet zat besi. Beberapa faktor yang

dapat mengakibatkan respons yang tidak adekuat terhadap tablet zat besi adalah

ketidakpatuhan populasi, penyerapan besi yang buruk dan ketidakmampuan

menoleransi pemberian tablet zat besi.Kebutuhan zat besi rata - rata wanita

dewasa tidak hamil dan menstruasi adalah 1,4mg/hari. Sekitar seteangah dari zat

besi ini dibutuhkan untuk mengganti kehilangan besi akibat menstruasi. Besi akan

dikskresikan melalui sel deskuamasi kulit, mucosal cell turnover, dan kehilangan

fisiologis gastrointestinal sebesar 1mg/hari. Defiaiensi zat besi akan terjadi jika

mengalami kehilangan darah sebesar 5 – 10 ml/hari yang setara dengan 2,5 – 5 mg

besi/hari. (4)

Efek samping yang dapat timbul pada pemberian tablet zat besi adalah

1) Rasa terbakar pada dada

2) Mual

3) Rasa tidak nyaman pada lambung

4) Konstipasi

5) Diare

Dengan pemberian dosis 200mg per hari, diperkirakan efek samping timbul pada

25% populasi dan bila dosis di tingkatkan menjadi dua kali lipat maka efek

samping yang terjadi mencapai 40%. Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet

pecegahan dan pengobatan anemia defisinsi besi (ADB).(4)


17

2.3.2. Anemia dan Anemia Defisiensi Besi (ADB)

1. Pengertian

Anemia atau sering disebut dengan istilah kurang darah merupakan suatu

kondisi dangan jumlah sel darah merah berkurang dan mengakibatkan oksygen-

carrying capacity tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.

Diperkirakan 18% wanita yang tinggal di negara industry mengalami anemia,

sedangkan di negara berkembang jumlahnya meningkat hingga 56% dan

merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan pada wanita

serta kematian selama kehamilan dan persalinan. Denganberkurangnya sel darah

merah (eritrosit) pada sirkulasi darah maka massa hemoglobin (Hb) tidak mampu

membawa oksigen ke seluruh tubuh memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen ke seluruh jaringan. Menurut Bakta (2009) anemia secara labolatorik

adalah suatu keadaan apabila terjadinya penurunan kadar Hb di bawah normal,

kadar eritrosit dan hematokrit (Packedrecell) , penurunan kadar Hb darah sampai

di bawah rentang normal 13,5 g/dL (pria); 11,5g/dL (wanita); 11,0g/dL (anak-

anak) (Fraser dan Cooper,2011).(18)

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh

kurangnya besi yang diperlukan oleh sintesa hemoglobin. Anemia ini merupakan

bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di Negara yang

sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia

dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defiseinsi

lebih sering ditemukan dinegara yang sedang berkembang ini sehubungan dengan

kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah dan
18

investasi parasite merupakan masalah endemik. Untuk Indonesia anemia

defisiensi besi masih merupkan salah satu masalah gizi utama disamping

kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium.(19)

2. Kriteria Anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenias kelamin

dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO (1992) adalah:

1) Laki – laki dewasa : Kadar Hb <13g/dL

2) Wanita dewasa tidak hamil : Kadar Hb < 12g/dL

3) Wanita hamil : Kadar Hb < 11g/dL

4) Anak umur 6 – 14 : Kadar Hb < 12g/dL

5) Anak umur 6 bulan – 6 tahun : Kadar Hb < 11g/dL

Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya jika dari hasil

laboratorium didapatkan.

1) Kadar Hb < 10 g/dL

2) Hematokrit < 30g/dL

3) Eritrosit < 2,8juta/mm3 (Bakta,2009).(18)

3. Etiologi

1) Kebutuhan Yang Meningkat Secara Fisiologis

Pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja kebutuhan besi akan

meningkat, sehingga pada periode ini insiden anemia defisiensi besi

meningkat. Pada bayi umur 1 tahun berat badannya meningkat 3 kali dan

massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat disbanding saat

lahir. Untuk bayi prematur pada umur 1 tahun berat badannya akan
19

meningkat 6 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali

pada saat lahir.(19)

2) Kurangnya Besi Yang di Serap

(1) Masukkan Besi dari Makanan yang Tidak Sehat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang

berasal dari hewan. Selain banyak mengandung zat besi serapan zat besi

makanan tersebut 20% - 30%. Tetapi sebagian besar penduduk negara

berkembang belum menghadirkan makanan tersebut di rumah dan

ditambah dengan kebiasaan mereka yang mengkonsumsi makanan yang

menggangu penyerapan zat besi seperti kopi, dan teh yang di konsumsi

secara bersamaan pada waktu makan.

(2) Malabsorbsi Besi

Pada orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering

disertai dengan anemia defisiensi besi. Hal ini disebabkan berkurangnya

jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas usus

halus tempat utama penyerapan besi heme dan non heme.(19)

3) Perdarahan

Kehilangan darah akibat perdarahan merupalan penyebab utama terjadinya

anemia defisiensi besi (ADB). Kehilangan darah mempengaruhi

keseimbangan status besi. Kehilngan darah 1mL akan mengakibatkan

kehilangan besi 0,5mg, sehingga kehilngan darah 3 - 4 mL/hari sama dengan

1,5-2mg besi.(19)
20

4) Transfusi Feto-Maternal

Kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan menyebabkan

anemia defisiensi besi pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus.

5) Peningkatan Kesehatan

Kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan, masa nifas, masa

balita, anak sekolah dan masa remaja. Zat besi pada masa balita, usia sekolah

dan remaja dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang yang cepat sehingga

membutuhkan zat besi yang banyak.(19)

4. Anemia Pada Remaja

Remaja perempuan berisiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan

remaja laki – laki karena perempuan mengalami menstruasi setiap bulan sehingga

banyak kehilangan zat besi. Anemia gizi besi pada remaja perempuan menjadi

berbahaya apabila tidak di tangani dengan baik, terutama untuk persiapan

hamildan melahirkan. Remaja perempuan dengan anemia berisiko melahirkan

bayi BBLR (<2500gram), melahirkan bayi prematur, infeksi neonatus dan

kematian pada ibu dan bayi saat proses persalinan. Anemia pada remaja

perempuan yang sedang hamil juga meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit

jantung bagi bayinya (WHO,2005). Selain pemeberian zat besi, orang yang

anemia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi, seperti

daging. Pada anemia yang lebih berat, tindakan yang diambil bisa berupa transfusi

darah atau pemberian obat yang dapat merangsang produksi sel darah merah.(20)
21

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hb turun pada remaja

yaitu:

1) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi.

Remaja putri lebih banyak memerlukam zat besi untuk mengganti zat besi

yang hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah

darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20 – 25 cc, maka

kehilangan zat besi berkisar sebesar 12,5 – 15 mg/bulan atau kira – kira 0,4 –

0,5mg/hari dn apabila ditambah dengan kehilangan basal jumlah total zat besi

yan hilang sebesar 1,25mg per hari. Apabila darah yang keluar selama haid

sangat banyak maka akan terjadi anemia besi.

2) Kuranganya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi.

Gizi remaja yang tidak normal berpengaruh terhadap status zat besi didalam

tubuh sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor

penyebab anemia gizi

3) Penyakit yang kronik, misalnya TBC, Hepatitis, dsb.

4) Pola hidup remaja putri berbuah dari yang semula serba teratur menjadi

kurang teratur, misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur.

5) Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktofitas yang dilakukan remaja

tersebut (20)

5. Pemeriksaan Untuk Menentukan Anemia

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan derajat

anemia dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan pemeriksaan

laboratorium. Pemantauan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan


22

darah rutin, seperti pemeriksaan Hb, Ht, menghitung jumlah RBC, bentuk RBC,

jumlah retikulosit sementara uji defisiensi zat besi melalui pemeriksaan ferritin

serum, kejenuhan transferrin dan protoporfirin eritrosit.(18)

2.3.3 Program Pemberian Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri

Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang

menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan

komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS pada tahun

2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah Indonesia

melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja

putri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui institusi sekolah

(Kemenkes, 2016). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-

2019 menargetkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri secara bertahap

dari 10% (2015) hingga mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di

tingkat pusat dan daerah mengadakan TTD secara mandiri sehingga intervensi

efektif dengan cakupan dapat dicapai hingga 90% (Kemenkes, 2016).(21)

1. Tujuan Program

Secara umum, program ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi anemia

pada remaja putri dan WUS, dan secara khusus bertujuan untuk :

1) Meningkatkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri dan WUS

2) Meningkatkan kepatuhan mengonsumsi TTD pada remaja putri dan WUS

3) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan dalam

penanggulangan anemia pada remaja putri dan WUS

4) Meningkatkan manajemen suplementasi TTD pada remaja putri dan WUS


23

5) Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian TTD pada remaja

putri dan WUS

6) Meningkatkan komitmen pengambil kebijakan dari tingkat pusat sampai

daerah Kabupaten dan kota

7) Meningkatkan komitmen dan peran serta lintas program dan lintas sektor,

organisasi profesi, swasta, LSM, dan masyarakat. (TP UKS,

GP2SP/Perusahaan, dan KUA/tempat ibadah lainnya).(21)

2. Sasaran Program

Sasaran program ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan

Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS)

Tahun 2016 yaitu:

1) Pengelola program, terdiri dari Tenaga kesehatan, Kepala sekolah dan guru

UKS serta Pengelola klinik kesehatan di tempat kerja;

2) Penerima program, terdiri dari Remaja Putri dan WUS, Orang tua dan

masyarakat.(21)

3. Pelaksanaan Program

Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet

tambah Darah Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur menjelaskan program

ini awalnya dilakukan dengan memberikan tablet tambah darah bagi remaja putri

dengan aturan pemberian tablet 1x per minggu dan 1 tablet perhari selama masa

menstruasi 10 hari. Jadi dalam satu bulan setiap remaja putri mengkonsumsi tablet

tambah darah sebanyak 13 butir yang dilakukan selama minimal 3 bulan.(21)


24

4. Cara Pemberian

Pemberian TTD dilakukan secara blanket approach atau dalam bahasa

Indonesia berarti “pendekatan selimut”, berusaha mencakup seluruh sasaran

program dengan cara pemberian yang berpedoman pada Buku Pedoman

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur (WUS) Tahun 2016 yaitu : (21)

1) TTD Program

TTD program diberikan kepada remaja putri usia 12-18 tahun disekolah

dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. Pemberian TTD

pada remaja putri di sekolah dapat dilakukan dengan menentukan hari minum

TTD bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di masing-masing

sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan sebelum libur sekolah.(21)

2) TTD Mandiri

Pemberian TTD Mandiri dilakukan di tempat kerja dilakukan melalui klinik

perusahaan, UKBM, dan kelompok lainnya seperti karang taruna, LSM, dan

lain-lain.TTD dapat diperoleh secara mandiri dari apotek/ toko obat. TTD

dikonsumsi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.(21)

5. Penyimpanan dan Pendistribusian

Berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016, sistem

penyimpanan dan pendistribusian Tablet Tambah Darah Remaja Putri dijelaskan

sebagai berikut : (21)


25

1) Penyimpanan sebaiknya sesuai dengan standar penyimpanan obat, yaitu di

tempat yang sejuk dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dan dalam

kemasan tertutup rapat.

2) Pendistribusian

(1) TTD Program

Ditjen Kefarmasian dan Alkes mendistribusikan TTD sesuai dengan

usulan kebutuhan ke Instalasi Farmasi Provinsi.Instalasi Farmasi Provinsi

mendistribusikan ke Instalasi Farmasi Kabupaten dan Kota (IFK). IFK

mendistribusikan ke gudang farmasi puskesmas, dan selanjutnya

puskesmas mendistribusikan TTD ke sekolah melalui pengelola program

gizi. Perhitungan kebutuhan di sekolah didasarkan pada data riil yang

berasal dari Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) terbaru dari SMP dan

SMA atau yang sederajat.

(2) TTD Mandiri

Remaja putri dan WUS dapat memperoleh TTD secara mandiri melalui

UKBM, klinik perusahaan, apotek/toko obat, dan kelompok lainnya

(karang taruna, tempat ibadah, LSM, dll).(21)

6. Pencatatan dan Pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan pendistribusian Tablet Tambah Darah

Remaja Putri telah diatur dalam Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan

Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016 dengan

mekanisme sebagai berikut :


26

1) Pencatatan

Pencatatan dilakukan di institusi pendidikan melalui Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) oleh tim pelaksana UKS di sekolah (guru UKS) sesuai

dengan tugas tambahan. Pemberian TTD dicatat pada Kartu Suplementasi

Gizi dan Buku Rapor Kesehatanku.

2) Pelaporan

Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi dan

dilaporkan oleh :

(1) Sekolah, dimana data pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD

direkapitulasi oleh guru pembina UKS untuk dilaporkan ke Puskesmas,

(2) Puskesmas, selanjutnya petugas puskesmas merekap laporan dari

sekolah dan melaporkan ke dinas kesehatan Kabupaten dan kota;

(3) Dinas Kesehatan Kab/Kota, dimana Laporan dari Puskesmas direkap

oleh pengelola program gizi dan dilaporkan ke dinas kesehatan

provinsi;

(4) Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian melakukan rekapitulasi dan

analisis semua laporan dinas kesehatan kota dan Kabupaten yang ada

di wilayah kerjanya dan hasilnya dilaporkan ke Kementerian

Kesehatan;

(5) Kementrian Kesehatan, selanjutnya melakukan rekapitulasi dan

analisis semua laporan dinas kesehatan provinsi.(21)

Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima laporan berkewajiban


27

menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan

laporan dan hasil analisisnya dalam rangka penilaian dan pengembangan program

serta untuk memacu kesinambungan pelaporan. Masing-masing tingkatan

administrasi juga berkewajiban untuk memberikan umpan balik sebagai informasi

hasil pelaksanaan pemberian TTD yang telah dilakukan pada wilayah kerja.(21)

2.4. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet


Tambah Darah Pada Remaja Putri

2.4.1. Kepatuhan

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan, dalam kesehatan kepatuhan merupakan

perilaku yang dapat langsung diukur, dimana dalam penyelengaraanya petugas

kesehatan sebagai tokoh yang berwenang dan pasien sebagai konsumen yang

bersikap patuh. Dalam definisi yang lain kepatuhan sebagai akhir dari tujuan itu

sendiri, berbeda dengan faktor motivasi yang di anggap sebagai cara untuk

mencapai tunjukan. Motivasi merupakan precursor untuk tindakan yang dpat

diukur secara tidak langsung melalui konsekuensi atau hasil yang berkaitandengan

perilaku.(22)

Kepatuhan mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan program –

program yang berkaitan dengan promosi kesehatan, yang sebagian besar

ditentukan oleh penyelenggara yaitu tenaga kesehatan. Kepatuhan dalam program

kesehatan dapat ditinjau dari berbagai perspekstif teoritis ( Levanthal dan

Cameron : 1987).

1. Biomedis, yaitu yang mencakup demografi pasien,keseriusan penyakit dan

kompleksitas program pengobatan.


28

2. Teori, yaitu perilaku/pembelajaran social, yang menggunakan pendekatan

behavioristik dalam hal reward, petunjuk, kontrak, dan dukungan sosial.

3. Perputaran, yaitu umpan balik komunikasi dalam halmengirim, menerima,

memahami, menyimpan dan penerimaan.

4. Teori keyakinan rasional, yaitu menimbang manfaat pengobatan dan risiko

penyakit melalui penggunaan logika benefit.

5. Sistem pegaturan diri, yaitu pasien atau konsumen dilihat sebagai pemecah

masalah yang mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit,

keterampilan kognitif dan pengalaman masa lalu yang mempengaruhi

kemampuan mereka untuk membuat rencana dan mengatasi penyakit.

Mengukur kepatuhan pada program pengobatan yaitu dengan model

komunikasi yang ditandai sebagai aspek otoriter pada kepatuhan adanya suatu

upaya untuk mengendalikan walaupun hanya sebagian.(22)Kepatuhan seseorang

dipengaruhi oleh perilaku manusia atau seseorang tersebut. Perilaku dibentuk

melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan

lingkungannya, terbentuknya prilaku manuisa di pengaruhi oleh faktor interen dan

eksteren. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, motivasi dan

sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangakan

faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti

iklim, manusia, social ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.(23)

2.4.2. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan
29

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.(23)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat

bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non

formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang,

semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health

Organization) salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.(23)

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent beharvior). Dari pengalaman dan


30

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


31

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.(23)

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

(1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.


32

(2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah,

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri

(3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut

metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.(23)

4. Proses Perilaku “tahu”

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati

langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum

mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :
33

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan

tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik

buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus(23)

Pada penelitian selanjutnya, disimpulkan bahwa pengapdosian perilaku

yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) namun

sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka

perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku

manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang

secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan

dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

(23)

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

(1) Pendidikan
34

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan unuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikkan seseorang makin mudah menerima

informasi.

(2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

(3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari


35

orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

(1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

(2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi(23)

2.4.3. Sikap

1. Pengertian

Sikap menurut Thurstone adalah sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang

bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek – objek

psikologis. Afeksi yang positif adalah afeksi yang senang , sedangkan afeksi yang

negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Sedangkan menurut Rokeach,

sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Jadi sikap

berkaitan dengan perilaku.(24)

Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial

yang membahas unsur sikap baik sebagi individu maupun kelompok. Melalui

sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan

tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Sikap

terdiri dari kompenen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan
36

dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak

sesuai), dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten).(23)

2. Komponen dalam Sikap

Sebenarnya sikap merupakan hasil belajar dan memuat kecenderungan

untuk mengadakan penilaia terhadap suatu individu, kejadian atau situasi tertntu

dan akan bertindak sesuai dengan hasil evaluasi tersebut. Terdapat tiga komponen

dalam sikap yaitu :

(1) Komponen kognitif atau pengetahuan

(2) Komponen afektif, yang merupakan komponen yan memberikan sikap

terhadap arah perilaku atau tindakan

(3) Tindakan yang merupakan konsekuensi dari dua komponen dia atas. Jadi

sikpa mengandung komponen kognisi, afeksi dan konasi.(23)

3. Ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada di dalam diri manusia yang dapat

mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Ada beberapa ciri sikap, yaitu :

1) Sikap tidak dibawa sejak lahir. Karena sikap tidak dibawa sejak lahir. Maka

sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan, sehingga

sikap dapat dipelajari dan dapat berubah.

2) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap. Oleh karena itu skpa selalu

terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek – objek tertentu,

yaitu melalui persepsi terhadap objek tersebut.

3) Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada

sekumpulan objek – objek. Bila seseorang mempunyai kecenderungan untuk


37

menunjukan sikap yang negatif pula kepada sekolompok dimna seseorang

tersebut tergabung didalamnya. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk

menggeneralisasikan objek sikap,

4) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau suatu sikap telah terbentuk

dan telah merupkan nilai dalam kehidupan seeorang, secara relatif sikap itu

akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan

sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memerlukan waktu yang

relative lama dan sebaliknya, dan

5) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi.(23)

4. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sifat, yaitu kalimatnya

bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan seperti ini

disebut dengan pernyataan yang favourable.Sebaliknya pernyataan sikap mungkin

pula berisi hal - hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung

maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan

pernyataan yang tidak favourable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan

agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang

seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan

tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung

sama sekali obyek sikap (Azwar, 2010). (23)


38

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat / pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan –

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk

memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Menurut Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2003), perilaku manusia di tentukan oleh tiga faktor yaitu; (23)

1) Faktor predisposisi

Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik pada dirinya sendiri,

keluarga, maupun masyarakat.

2) Faktor enabling

Faktor ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan , maka

bentuk pendidikan kesehatanya adalah memberdayakan masyarakat agar

mampu mengadakan sarana dan prasarana bagi mereka.

3) Faktor reinforcing

Faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama ( toga) serta petugas kesehatan.(23)

2.4.4. Dukungan Guru


39

Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet

Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur, pemberian TTD pada

remaja putri dilakukan melalui UKS/M di institusi Pendidikan (SMP dan SMA

atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama. Pemerintah

memerlukan peran seorang guru guna terjalannya program ini dengan baik,

melalui promosi kesehatan di sekolah.(21)

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan

sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat sekolah. Sebagai institusi pendidikan sekolah mempunyai peranan dan

kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Dalam promosi kesehatan

sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu sebagai

pendukung dan juga sebagai pihak yang memperoleh manfaat. Menurut WHO

terdapat enam ciri utama dari suatu sekolah untuk dapat menjadi sekolah yang

mempromosikan/meningkatkan kesehatan yaitu:

1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah

yaitu peserta didik, orang tua an para tokoh masyarakat maupun organisasi –

organisasi di masyarakat.

2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman

3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :

1) Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik

yang positif terhadap kesehatan


40

2) Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun

orang tua.

Promosi kesehatan di lingkungan sekolah hal yang paling penting yaitu

turut aktifnya meningkatkan kesadaran para guru dan staf sekolah lebih peduli

dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan di sekolah. Karena guru adalah pihak

yang paling dipercaya oleh siswanya sehingga menjadi teladan bagi para

siswanya. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh

teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.(25)

Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan

memeganag peran penting dalam pendidikan. Pendidik atau guru merupakan

tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pemblajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi. (26)

Dukungan yang dapat diberikan oleh guru dalam hal ini adalah dukungan

sosial. Teori dukungan sosial berpengaruh terhadap status kesehatan, perilaku

kesehatan dan pelayanan kesehatan. Konsekuensi positif dari dukungan sosial

adalah perilaku peningkatan kesehatan. Dukungan sosial dapat berupa dukungan

sosial informal dan formal. Dukungan sosial informal terdiri atas hubungan

pelaku rawat ( pasien) dengan anggota keluarga, saudara, teman, tetangga, dan

masyarakat yang berinteraksi dengan pelaku rawat. Sedangakan dukungan sosial


41

formal adalah yaitu, respite service seperti day-care center, day hospital, old-age

center dan residential services serta pelayanan kesehatan.(27)

Dukungan sosial informal merupakan bantuan yang diberikan oleh

keluarga teman, masyarakat sekitar didasarkan perhatian dan tanggung jawab

personal kepada orang yang membutuhkan bantuan.mjenis dukungan sosial yaitu

dukungan informasi, emosional, penghargaan, integrasi sosial dan instrumental.

(1) Dukungan informasi

Dapat berupa nasihat, saran atau umpan balik tentang keadan atau apa yang

dikerjakan oleh individu, ditunjukan pada bimbingan dan saran yang diterima

dari orang lain.

(2) Dukungan emosional

Ditunjukan pada perilaku orang lain yang meningkatkan perasaan nyaman,

mudah dan aman.

(3) Dukungan integrasi sosial

Yaitu dukungan yang memungkinkan seseorang memperoleh perasaan

memiliki kelompok dimana mereka saling membagi perasaannya, minat,

perhatian dan melakukan kegiatan kreatif.

(4) Dukungan Instrumental

Meliputi bantuan langsung seperti buku, uang, makanan, obat – obatan atau

barang – barang yang secara langsung membantu tanggung jawab seseorang

dalam memberikan perawatan.(27)


42

2.4.5. Dukungan Orangtua

Dukungan keluarga merupakan sikap, atau tindakan yang diberikan pada

pasien (remaja putri), dimana mereka selalu siap memberikan pertolongan

bantuan dalam bentuk moril maupun materi. Keluarga atau orangtua merupakan

aspek dukungan yang penting bagi kesehatan remaja. Dukungan orangtua

merupakan suatu bantuan yang diberikan orangtua kepada anaknya, bentuk

dukungan orangtua yang diterima oleh remaja dari orangtuanya yaitu dukungan

emosional, penghargaan, instrumental, informasi, dan integrasi sosial.(28)

Beberapa dukungan yang dapat diberikan orangtua untuk tecapainya

cakupan remaja putri yang patuh mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).

1. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang tepat digunakan mengungkapkan suatu masalah, manfaat dari

dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus

pada individu. Aspek - aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, ususlan,

saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

2. Dukungan penilaian

Keluarga atau orangtua bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan dan perhatian.


43

3. Dukungan instrumental

Keluarga atau orangtua adalah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya, yaitu kesehatan anggota keluarga dengan memperhatikan asupan

makanan dan minuman, istirahat, dan menjaga pola istirahat.

4. Dukungan emosional

Orangtua atau keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu pengusaan terhadap emosi. Aspek - aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.(28)

Kepatuhan remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah sangat

bergantung dengan lingkungan sekitar, ketika seorang remaja putri berada

disekolah sangat dibutuhkan dukungan dari guru dan sebaliknya ketika remaja

putri berada dilingkuna rumah maka orangtualah yang menjadi pendukung yang

dominan dalam hal ini, dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan

emosional, informasi, penilaian dan instrumental.

2.5. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka di kemukakan hipotesis penelitian

sebagai berikut.

1. Ada hubungan faktor pengetahuan dengan kepatuhan remaja putri di MTs

Negeri Batu Bara mengkonsumsi TTD ( Tablet Tambah Darah )

2. Ada hubungan faktor sikap dengan kepatuhan remaja putri di MTs Negeri

Batu Bara mengkonsumsi TTD ( Tablet Tambah Darah )


44

3. Ada hubungan faktor dukungan guru dengan kepatuhan remaja putri di MTs

Negeri Batu Bara mengkonsumsi TTD ( Tablet Tambah Darah )

4. Ada hubungan faktor dukungan orangtua dengan kepatuhan remaja putri di

MTs Negeri Batu Bara mengkonsumsi TTD ( Tablet Tambah Darah )


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional, jenis penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidak

adanya hubungan serta apabila ada beberapa erat hubungannya serta berarti atau

tidak ada hubungan itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Remaja Putri Mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD) Di MTs Negeri Batu Bara Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu

Bara Tahun 2020.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MTs Negeri Batu Bara Kecamatan Lima

Puluh Kabupaten Batu Bara. Yang beralamat Jl. Besar Medan – Lima Puluh

Kota, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara.

Alasan saya melakukan penelitian di lokasi tersebut karena di MTs Negeri Batu

Bara sudah menjalankan program pembagian pemerintah yaitu pembagian Tablet

Tambah Darah (TTD) pada remaja putri semenjak tahun 2017 hingga sekarang.

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari survei awal dilanjutkan dengan

penulisan tinjauan kepustakaan sampai selesai hasil penelitian dari bulan Januari

sampai dengan bulan Mei 2020

45
46

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang di tetpkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya.(29) Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh remaja putri di MTs Negeri Batu Bara kelas VII, VIII, IX sebanyak 563

remaja putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD).

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.Untuk itu populasi yang diambil harus benar – benar represntatif

(mewakili). Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus slovin seperti

dibawah ini.(29)

Keterangan

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Presesi atau derajat kepercayaan yaitu (10%)


47

= 84,91 = 85 sampel

Untuk mengetahui jumlah responden setiap tingkatan kelas di MTs Negeri

Batu Bara digunakan teknik probability proportionate stratified random

sampling, untuk mengetahui jumlah responden digunakan rumus

No Kelas Jumlah Siswi per Kelas Jumlah Sampel per Kelas


1 VII 190

2 VIII 193

3 IX 180

Total 563 85

Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 85 siswi, di peroleh jumlah sampel dari kelas VII sebanyak 29 sisiwi,

kelas VIII sebanyak 29 siswi dan kelas IX 27 siswi untuk pengambilan sampel

pada setiap tingkatan kelas saya menggunakan teknik random sampling.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau kerangka berfikir adalah penjelasan sementara

terhadap gejala – gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kerangka berfikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun

kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut.(30)


48

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor yang Berhubungan


yaitu:
Kepatuhan Remaja Putri
- Pengetahuan Mengkonsumsi Tablet
- Sikap Tambah Darah
- Dukungan Guru
- Dukungan Orangtua

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai

berikut.(30)

1) Kepatuhan remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah adalah remaja

putri yang mengkonsumsi 1 tablet tambah darah dalam 1 minggu dan ketika

menstruasi mengkonsumsi tablet tambah darah tambahan, yaitu 1 tablet 1 hari

selama 10 hari atau 13 tablet tambah darah 1 bulan, dalam waktu 3 bulan

berturut – turut.

2) Pengetahuan adalah hal yang diketahui remaja putri tentang Tablet Tambah

Darah di MTs Negeri Batu Bara.


49

3) Sikap adalah respon yang diberikan oleh remaja putri tentang Tablet Tambah

Darah yang dibagikan rutin kepada mereka setiap minggu sekali di hari rabu

di MTs Negeri Batu Bara.

4) Dukungan guru adalah keikutsertaan guru untuk membuat keputusan remaja

putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah di MTs Negeri Batu Bara.

5) Dukungan orangtua motivasi yang diberikan kepada remaja putri untuk patuh

mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di MTs Negeri Batu Bara.

3.5.2. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah aturan – aturan yang meliputi cara dan alat ukur

(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunkan untuk

menilai suatu variabel.(30)

TABEL 3.1.
Aspek Pengukuran Vareiabel X dan Variabel Y

Variabel Jumlah Skala


Alat Ukur Hasil Ukur Value
Independen Pertannyan Ukur
Pengetahuan 15 Kuesioner skor 11-15 Baik (3) Ordinal
pertanyaan (76%-
100%) Cukup (2)
skor 8-10
(56%-75% Kurang (1)
skor ≤ 8
(<55%)
Sikap 10 Kuesioner Skor 26 - 50 Positif (2) Ordinal
Pernyataan
Positif
SS = 5
ST = 4
RR = 3
TS = 2
STS = 1
Pernyataan Skor 10 - 24 Negatif (1)
Negatif
50

SS = 1
ST = 2
RR = 3
TS = 4
STS = 5
Dukungan 10 Kuesioer skor > 5 Mendukung Ordinal
Guru Pertanyaan (51%- (2)
Ya = 1 100%) Tidak
Tidak = 0 skor < 5 mendukung
(<50%) (1)
Dukungan 10 Kuesioner skor > 5 Mendukung Ordinal
Orangtua Pertanyaan (51%- (2)
Ya = 1 100%) Tidak
Tidak = 0 skor < 5 mendukung
(<50%) (1)

Jumlah
Variabel Skala
pertannyaa Alat Ukur Hasil Ukur Value
Dependen ukur
n
Kepatuhan 5 Kuesioner skor 4 - 5 a. Patuh (2) Ordinal
Mengkonsums Pertanyaan (apabila
i Ya = 1 mengkonsu
TabletTambah Tidak = 0 msi 1 butir
Darah (TTD) setiap
minggu)
skor < 3 b. Tidak patuh
(1) (apabila
tidak
mengkonsu
msi 1 butir
setiap
minggu)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, tentu akan melakukan proses pengumpulan data.

Sekurang – kurang penelitian menggunakan 3 (tiga) jenis data, yaitu data primer,

data sekunder dan tersier (30)


51

a. Data Primer merupakan data karakteristik responden, data pengetahuan,

sikap, dukungan guru serta dukungan orangtua dengan kepatuhan remaja

putri di MTs Negeri Batu Bara Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)

b. Data Sekunder meliputi data deskriptif lokasi penelitian yaitu data MTs

Negeri Batu Bara termasuk profil MTs Negeri Batu Bara, yaitu jumlah remaja

putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) dan data yang

mendukung analisis data primer.

c. Data Tertier merupakan data yang di peroleh dari berbagai refrensi yang valid

yang telah dipublikasikan seperti data World Health Organization(WHO),

Profil Kesehatan Indonesia, Data Kesehatan Sumatera Utara dan berbagai

jurnal tentang kepatuhan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada

remaja putri.

3.7. Metode Pengolahan Data

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valit dan realiabel dan terhindar dari yang bias

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variable- variable

yang diteliti. Misalnya nama respondendirubah menjadi nomor 1,2,3,......24.

4. Entering
52

Data entry, yakni jawaban- jawababan dari masing- masing responden yang

masih dalam bentuk “ kode”( Angka atau huruf) dimasukan kedalam program

computer yang digunaka penelitian yaitu SPSS.

5. Data Processing

Semua data yang sudah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah sesuia

dengan kebutuhan dari penelitian.(30)

3.8. Analisis Data

Disini di uraikan langkah - langkah dalam mengolah data dan teknik-

teknik dalam menanalisis data. Alat yang digunakan untuk mengolah data, yaitu

program komputernya atau uji statistiknya. Teknik analisis dapat juga hanya

dengan presentase, tabel diagram.

3.8.1. Analisis Univariat

Analis unuvariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan

pada tiap variable dari hasil penelitian.Data disajikan dalam table distribusi

frekuensi.

3.8.2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing - masing variabel pada penelitian

ini maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan

(korelasi) antara variabel bebas ( Independent variable) dengan variabel terikat

(Dependent variable). Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan

antara variable bebas dengan variable terikat digunakan analisis chi – square,

pada batas kemaknaan perhitungan p< value = p(0,05).(30)


DAFTAR PUSTAKA

1. Mardalena I. Dasar-Dasar Ilmu gizi dalam Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press; 2017.
2. Supariasa, I, Dewa NH. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016.
3. Maryam S. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika;
2016.
4. Luh, Seri A. Anemia Defisiensi Besi; Prahamil dan Hamil. Jakarta: EGC;
2015.
5. WHO. Remaja; Resiko dan solusi Kesehatan [Internet]. 2018. Available
from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescents-
health-risks-and-solutions
6. Kementerian kesehatan Repubelik Indonesia. Data dan Informasi profil
Kesehatan Indonesia 2018. 2018;
7. Hasil Utama Riskesdas [Internet]. 2018. Available from:
https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil-utama-riskesdas-2018/
8. Utara DKS. Profil Kesehatan Sumatera Utara [Internet]. 2018. Available
from: http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/arsip-4-2018.html
9. Petunjuk Teknik Posyandu Remaja [Internet]. 2018. Available from:
kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Petunjuk Teknis Posyandu
Remaja.pdf
10. Putri RD, Simanjuntak BY, Kusdalinah K. Pengetahuan Gizi, Pola Makan,
dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia
Remaja Putri. J Kesehat. 2017;8(3):404–9.
11. Amir N, Djokosujono K. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Konsumsi Tablet Tambah Darah ( TTD ) pada Remaja Putri di Indonesia :
Literatur Review. Kedokt dan Kesehat [Internet]. 2019;15(2):119–29.
Available from: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/3865
12. Apriningsih A, Madanijah S, Dwiriani CM, Kolopaking R. PERANAN
ORANG-TUA DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN SISWI
MINUM TABLET ZAT BESI FOLAT DI KOTA-DEPOK. GIZI Indones.
2019;
13. Angrainy R, Fitri L, Wulandari V. Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Konsumsi Tablet FE Pada Saat Menstruasi Pengan Anemia. J Endur Kaji
Ilm Probl Kesehat. 2019;4(2):343–9.
14. Irianti S, Sahiroh S. Gambaran Faktor Konsumsi Tablet Tambah Darah
Pada Remaja Putri. Oksitosin J Ilm Kebidanan. 2019;6(2):92–7.
15. Nuradhiani A, Briawan D, Dwiriani CM. Dukungan guru meningkatkan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di Kota Bogor.
J Gizi dan Pangan. 2018;12(3):153–60.
16. Yohanes S. Sehat dan Cerdas untuk Remaja. Yogyakarta: Publishing; 2017.
17. Siti K. The Secret of Teens Mengatasi Masa Pubertas, Seksualitas dan
Pergaulan. Yogyakarta: Andi; 2015.
18. Astutik, Reni , Ayu; Ertiana D. Anemia dalam Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2018.
19. Nurbadriyah wiwit dwi. Anemia Defiseiensi Besi. Yogyakarta: deepublish;
2019.
20. Yuni, Natalia E. Kelainan Darah. Yogyakarta: Nuha Medika; 2018.
21. RI K. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja
Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Ditjen Kesehat Masy Bina Gizi
Masy. 2016;
22. Bastable S. perawat sebagai pendidik : prinsip - prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Jakarta: Buku Kedokteran ECG;
23. Wawan, A; Dewi M. Teori dan Pengukuran, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.
24. Setyowati E. Pendidikan Karakter FAST (Fathonah, Amanah, Siddiq,
Tablig) dan Implementasinya di Sekolah. 2019.
25. Nugraheni H. Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah.
Yogyakarta: CV. Budi Utama; 2018.
26. Dr. H. Darmadi, S.Ag., MM., MM.Pd. MS. Membangun paradigm baru
kinerja guru. Yogyakarta: Guepedia; 2018.
27. Ekasari mia fatma. Meningkat Kualitas hidup lansia. malang:
Winekamedia; 2018.
28. Handayani E. Asuhan Holistik Nasa Nifas dan Menyusui. Trans medika;
29. Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta; 2019.
30. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2015.

Anda mungkin juga menyukai