Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN

 Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular,


disebabkan oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai
pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok
dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim
sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak
dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal.
337)
 Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber
dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini
menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang
terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan
demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu
yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com)
PENYEBAB

Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae.


Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi
oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau
disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan
menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini
menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-
rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60oc
selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu
dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
GEJALA

• Panas lebih dari 38 °C


• Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil
• Sakit waktu menelan
• Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan
karena pembengkakan kelenjar leher.
KLASIFIKASI

Diphtheria Hidung Diphtheria Laring


• Pada permulaan mirip common cold, • Pada diphtheria laring primer gejala
yaitu pilek ringan tanpa atau disertai toksik kurang nyata, tetapi lebih
gejala sistemik ringan. Sekret hidung berupa gejala obstruksi saluran
berangsur menjadi serosanguinous nafas atas.
dan kemudian mukopurulen
mengadakan lecet pada nares dan
bibir atas. Pada pemeriksaan tampak Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga
membran putih pada daerah septum • Diphtheria kulit berupa tukak di
nasi. kulit, tepi jelas dan terdapat
Diphtheria Tonsil-Faring membran pada dasarnya. Kelainan
• Gejala anoroksia, malaise, demam cenderung menahun. Diphtheria
ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 pada mata dengan lesi pada
hari timbul membran yang melekat, konjungtiva berupa kemerahan,
berwarna putih-kelabu dapat edema dan membran pada
menutup tonsil dan dinding faring, konjungtiva palpebra. Pada telinga
meluas ke uvula dan palatum molle berupa otitis eksterna dengan sekret
atau ke distal ke laring dan trachea. purulen dan berbau
DIAGNOSA

Pada penyakit difteri ini diagnosis dini sangat penting.


Keterlambatan pemberianantitoksin sangat mempengaruhi
prognosa. Diagnosa harus ditegakakkan berdasarkan gejala
klinik.
Test yang digunakan untuk mendeteksi penyakit Difteri boleh
meliputi:
A. Gram Noda kultur kerongkongan atau selaput untuk
mengidentifikasi Corynebacterium diphtheriae.
B. Untuk melihat ada tidaknya myocarditis (peradangan dinding
otot jantung) dapat di lakuka
dengan Electrocardiogram (ECG).
PENCEGAHAN

 Solasi Penderita
Penderita difteria harus di isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah
pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat
lagi Corynebacterium diphtheriae.
 Imunisasi
Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT (difteria,
pertusis, dan tetanus) pada bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) pada
anak-anak usia sekolah dasar.
 Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria
Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif (mungkin
penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus diiakukan
hapusan tenggorok. Jika ternyata ditemukan Corynebacterium diphtheriae,
penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
PENGOBATAN

Tujuan pengobatan penderita difteria adalah menginaktivasi toksin


yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar
penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C. diptheriae untuk
mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit
difteria.
A. Pengobata Umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan
tenggorok negatif 2 kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap
diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring selama kurang
lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat.
Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta
dijaga kelembaban udara dengan menggunakan humidifier.
B.Pengobatan Khusus
1. Antitoksin : Anti Diptheriar Serum (ADS)
Antitoksin harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria. Dengan pemberian antitoksin
pada hari pertama, angka kematian pada penderita kurang dari 1%.
2. Antibiotik
Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan untuk membunuh bakteri dan
menghentikan produksi toksin. Pengobatan untuk difteria digunakan eritromisin , Penisilin, kristal
aqueous pensilin G, atau Penisilin prokain.
3. Kortikosteroid
Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala.
c. Pengobatan Penyulit
Pengobatan terutama ditujukan untuk menjaga agar hemodinamika tetap baik. Penyulit yang
disebabkan oleh toksin umumnya reversibel.
d. Pengobatan Kontak
Pada anak yang kontak dengan pasien sebaiknya diisolasi sampai tindakan berikut terlaksana, yaitu
biakan hidung dan tenggorok serta gejala klinis diikuti setiap hari sampai masa tunas terlampaui,
pemeriksaan serologi dan observasi harian. Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan
booster toksoid difteria.
e. Pengobatan Karier
Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan, mempunyai uji Schick negatif tetapi
mengandung basil difteria dalam nasofaringnya.

Anda mungkin juga menyukai