Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA sebagai

Sistem Filsafat
V – NOP103 Pancasila
Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki!
Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta “Philosofische Grondslag”, atau
jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua
yang mulia minta suatu “Weltanschauung”, di atas mana kita mendirikan
negara Indonesia itu. (Soekarno, 1985:7)

Unit Pendidikan Karakter


Source: https://fivemedia.com/articles/the-case-for-teaching-kids-philosophy/ dan Kebangsaan (UPKK)
Terminologi
FILSAFAT (ARTI INFORMAL) FILSAFAT (ARTI KOMPREHENSIF)
Sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan,
dan alam yang biasanya diterima secara ex: Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang
tidak kritis, ex: filosofi seorang pedagang mewarnai seluruh peraturan hukum yang berlaku.
adalah keuntungan sebesar-besarnya.

FILSAFAT (ARTI FORMAL) FILSAFAT (ARTI ANALISIS


Proses kritik atau pemikiran terhadap LINGUISTIK)
kepercayaan dan sikap yang sangat Analisa logis dari bahasa serta
dijunjung tinggi, ex: sikap terbuka dan penjelasan tentang arti kata dan konsep,
toleran dan mau melihat sesuatu dari ex: memahami makna suatu ungkapan;
segala sudut persoalan tanpa prasangka. menjelaskan arti istilah dan pemakaian
bahasa dalam berbagai bidang
kehidupan.
Weltanschauung & Philosophische Grondslag
 Weltanschauung (pandangan hidup): bersifat
praktis. Belum tentu didahului oleh filsafat karena FILSAFAT (ARTI AKTUAL FUNDAMENTAL)
pada masyarakat primitif terdapat pandangan
Sekumpulan problematik yang langsung
hidup (Weltanschauung) yang tidak didahului
mendapat perhatian manusia dan dicarikan
rumusan filsafat.
jawabannya oleh ahli-ahli filsafat, ex: apakah
 Philosophische Grondslag (filsafat negara): nilai- kebenaran itu? Apakah keadilan itu?
nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum
yang berlaku di Indonesia.
Pancasila sebagai
Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
merupakan hasil perenungan yang
mendalam dari para tokoh kenegaraan
Indonesia. Hasil perenungan tersebut
merupakan suatu system filsafat karena
telah memenuhi ciri-ciri berpikir
kefilsafatan: (1) koheren; (2)
menyeluruh (komprehensif); (3)
mendasar (fundamental); (4) spekulatif
(pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu,
misalnya bangsa-negara.

Kemenristekdikti, 2016: 144

Patung Soekarno di Ende sedang memikirkan bangsa Indonesia. Hasilnya


adalah Pancasila sebagai dasar negara dan Philosofische Grondslag

Source: https://rosodaras.files.wordpress.com/2011/01/patung-soekarno.jpg
Urgensi

PENTINGNYA FILSAFAT MANFAAT FILSAFAT


 Era sains dan teknologi membawa kegelisahan  Menjajagi kemungkinan adanya pemecahan-
perihal makna, arah dan tujuan hidup pemecahan atas problem kehidupan manusia
 Filsafat menyediakan petunjuk dalam  Keyakinan yang menjadi dasar perbuatan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,  Memperluas bidang-bidang kesadaran manusia
bernegara agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat
membedakan dan lebih kritis

PENTINGNYA FILSAFAT PANCASILA PENTINGNYA FILSAFAT PANCASILA


 Pertanggungjawaban rasional dan mendasar  Dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif
mengenai sila-sila dalam Pancasila baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 Dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga  Menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan
menjadi operasional dalam bidang-bidang bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat
yang menyangkut hidup bernegara
F I L S A FAT
PAN C AS ILA

PENGERTIAN

Refleksi kritis dan rasional tentang


Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh.
Di dalamnya terdapat dasar ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Dasar Filsafat Pancasila
DASAR ONTOLOGI
Pemikiran tentang Negara
DASAR EPISTEMOLOGI Bangsa, Masyarakat dan DASAR AKSIOLOGI
Manusia
Sebagai sistem Realitas dan Idealitas;
pengetahuan; Rasio Tujuan, Cita-cita dan
individu dan wahyu; sekaligus kenyataan bagi
Berasal dari budaya dan bangsa Indonesia
sejarah bangsa

DASAR ONTOLOGI DASAR ONTOLOGI


Ada dalam realitas; Esensi Filsafat Pancasila;
Manusia sebagai dasar Esensi Negara; Subjek
adanya Pancasila Pendukung Negara;
(monopluralis); Raga dan Hubungan Negara-warga
Jiwa (Jasmani Rohani)
DASAR EPISTEMOLOGI DASAR AKSIOLOGI
Sumber Pengetahuan; Struktur nilai (sumber
Dasar kebenaran dan hakikat); etika
pengetahuan; Cara
mendapatkan
pengetahuan
Bentuk Susunan Pancasila
Sila yang di depan Hirarkis Piramidal
mendasari, meliputi
dan menjiwai sila-sila
dibelakangnya atau
sila dibelakang
didasari, diliputi, dan V V Sila 5 dijiwai Sila 1, 2, 3, 4
dijiwai sila didepannya
Sila 4 dijiwai Sila 1,2,3 dan menjiwai
IV IV Sila 5

Sila 3 dijiwai Sila 1, 2 dan menjiwai


III III Sila 4 & 5

Sila 2 dijiwai Sila 1 dan menjiwai


II II Sila 3, 4 & 5

I I Sila 1 menjiwai Sila 2, 3, 4 & 5


Bentuk Susunan Pancasila
Kesatuan Majemuk Tunggal Bersifat Organis

SILA V Masing-masing sila tidak terpisahkan satu


(Sebagai Tujuan Negara) sama lain dalam hal kesatuannya

SILA IV
Masing-masing sila mempunyai kedudukan dan fungsi
F
(Sebagai Sistem Negara) P
sendiri-sendiri, berbeda namun tidak bertentangan
N
SILA III
(Sebagai Dasar Negara)
Masing-masing sila atau bagian saling
SILA II melengkapi
(Sebagai Moral
Negara)
Masing-masing sila atau bagian tidak boleh
SILA I dilepas-pisahkan satu sama lain F
(Sebagai Moral
Negara) M
Hukum (Tuhan; Masing-masing sila atau bagian bersatu untuk terwujudnya N
Kodrat; Etik) keseluruhan, dan keseluruhan membina bagian-bagian

Fundamen Moral Negara (FMN) Fundamen Politik Negara (FPN) FMN menjiwai FPN
Bentuk Susunan Pancasila
(Saling Mengkualifikasi / Mengisi)
Masing-masing Sila Mengandung 4 Sila Lainnya
Masing-masing Sila Dikualifikasi 4 Sila Lainnya

Sila 1 juga mengandung


Sila 2,3,4,5
Sila 2 juga mengandung
Sila 1,3,4,5
Sila 3 juga mengandung
Sila 1,2,4,5
Sila 4 juga mengandung
Sila 1,2,3,5
Sila 5 juga mengandung
Sila 1,2,3,4
Kausa Manusia & Negara
TUHAN HAKIKAT NEGARA
Sebab Pertama (Kausa Prima) Negara merupakan lembaga
Segala sesuatu berasal dari kemanusiaan (kemasyarakatan)
Tuhan

MANUSIA HAKIKAT MANUSIA


Manusia berasal dari Hakikat kodrat Manusia adalah
(diciptakan oleh) Tuhan sebagai mahluk mono-pluralis

NEGARA HAKIKAT TUHAN


Negara berasal dari (diciptakan Tuhan adalah sebab dari segala
oleh) Manusia sebab & akibat
Hakikat Kodrat Manusia
AKAL
JIWA RASA
Susunan KEHENDAK
Kodrat MONO
DUALIS VEGETATIF
RAGA ANIMAL
P
L MAHLUK
M U
INDIVIDU
O R Sifat
N A Kodrat MONO
0 L DUALIS MAHLUK
I SOSIAL
S
MAHLUK
Kedudukan OTONOM
Kodrat MONO
DUALIS MAHLUK
TUHAN
Ideologi dan Manusia

LOGOS
Rasionalitas
& Penalaran ETHOS
Kesusilaan

PANDANGAN HIDUP PANDANGAN HIDUP


NEGARA BANGSA
(IDEOLOGI NEGARA) (IDEOLOGI
PANDANGAN HIDUP
NASIONAL) MASYARAKAT

PATHOS
Transformasi
Nilai-nilai PEMBUKAAN
Hukum Tuhan, UUD NRI 1945
Hukum Kodrat,
ALINEA I (Hukum Kodrat & Hukum Etis)
Hukum Etis, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
Hukum Filosofis diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

ALINEA II (Cita-cita Kemerdekaan)


"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
ALINEA III (Hukum Tuhan & Hukum Etis)
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

ALINEA IV (Hukum Filosofis & PANCASILA)


"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia … keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia."
Hubungan Pembukaan dan UUD 1945

Rangkaian peristiwa yang mendahului


ALINEA I, II, III terbentuknya Negara

Tidak mempunyai hubungan ‘kausal organis’ Dasar pemikiran / latar belakang pendorong
terwujudnya kemerdekaan RI berwujud Negara RI

ALINEA IV Mencakup segi-segi UUD yang ditentukan

Mempunyai hubungan yang bersifat ‘kausal’  Pembentukan pemerintahan negara yang


dan ‘organis’ meliputi segala aspek penyelenggaraan negara
 Negara Indonesia berbentuk republik yang
berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerohanian negara
(Pancasila)
Add Contents Title
Dijabarkan secara kongkrit dalam UUD 1945
Pemaknaan Sila-Sila
Ketuhanan Kemanusiaan Persatuan Kerakyatan Keadilan

Setiap WN wajib Pengakuan atas Menempatkan Pengarusutamaan


Pengarusutamaan
berke-Tuhan-an Harkat dan Kepentingan Rakyat dalam
Keadilan Sosial
YME Martabat Negara di atas Kekuasaan
Kemanusiaan Diri/Golongan
 Saling menghormati  Mengutamakan  Mengutamakan
 Kedudukan dan  Rela berkorban musyawarah dalam kekeluargaan dan
dan bekerjasama
derajat yang sama untuk bangsa dan mengambil gotong-royong
antar-umat
 Saling mencintai negara keputusan bersama disbanding
beragama
sesame manusia  Cinta tanah air dan  Mengedepankan individualism
 Saling menghormati  Rasa memiliki dan bangsa keputusan bersama  Menjaga
kebebasan berkorban untuk (nasionalisme) sebagai consensus keseimbangan hak
menjalankan ibadah kemanusiaan  Bangga sebagai  Mayoritas dan kewajiban
 Tidak memaksakan  Mengembangkan bangsa Indonesia mengakomodasi  Menghormati hak-
agama dan sikap tenggang rasa dan bertanah air minoritas hak orang lain
kepercayaan Indonesia  Supremasi Negara
kepada orang lain  Bhinneka Tunggal Hukum Berkeadilan
Ika
Keberadaban Demokrasi (bukan
Negara Beragama
(bukan Tirani Mayoritas)
Kebiadaban) Negara Hukum
(bukan “Negara Beragam (bukan (bukan Negara
Agama”) Seragam) Kekuasaan)
Pelacakan dan Diskusi Peristiwa Publik

 Mahasiswa diminta mendiskusikan di dalam kelompok tentang


satu peristiwa yang sangat aktual dan mencuat sebagai isu publik,
baik secara nasional maupun internasional, yang ada di media
massa nasional selama sepekan atau satu bulan terakhir;
 Diskusi kelompok difokuskan pada sejauhmana peristiwa tersebut
berkaitan dengan dinamika pemaknaan dan perwujudan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia;
 Hasil Diskusi kelompok ini nantinya akan dipresentasikan pada
pertemuan ke-6 (minggu depan);
Sapere Aude

Simple Portfolio
Presentation

Anda mungkin juga menyukai