Kewarganegaraan
Dosen Pengampu
Desi Sommaliagustina, S.H., M.H.
1
Pengertian
2
Filsafat
3
y
e
k
H
u
k
u
m
Subyek Hukum: Setiap orang memiliki hak dan
kewajiban yang menimbulkan wewenang hukum.
4
a
m
K
a
j
i -Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat
a dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
n hakekat dasar dari sila-sila Pancasila.
O -Ontologis adalah ilmu yang membahas tentang
n
t yang ada, baik yang konkrit (berbentuk) maupun
o yang abstrak.
l
o -Menurut Notonagoro hakekat dasar ontologis
g Pancasila adalah manusia. Karena manusia
i
s merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila
Pancasila.
5
m
K
a
j
i
a
n Dalam kajian epistimologi , Pancasila sebagai sistem
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari
E hakekat Pancasila sebagai suatu sistem
p pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
i
s epistimologi merupakan bidang filsafat yang
t membahas hakekat ilmu pengetahuan (ilmu
i tentang ilmu). Kajian epistimologi Pancasila tidak
m dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh
o karena itu dasar epistimologis Pancasila sangat
l
o berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang
g hakekat manusia.
i
6
m
K
a
j
i
a Menurut Titus (1984: 20) terdapat tiga persoalan yang
n mendasar dalam epistimologi (pemahaman,
pengetahuan) yaitu tentang :
E 1. Sumber pengetahuan manusia, maha sumber ialah
p Tuhan yang menciptakan kepribadian manusia yang
i
s dengan martabat dan potensi unik yang tinggi;
t 2. Teori kebenaran pengetahuan manusia, Sila Ketuhanan
i Manusia memberikan landasan kebenaran pengetahuan
m manusia yang bersumber pada intuisi. Manusia pada
o hakekatnya sebagai makhluk Tuhan;
l
o 3. Tentang watak pengetahuan manusia, pengetahuan
g manusia bersumber pada ketuhanan yang
i ditransformasikan kepada diri sendiridengan fistemologi
Pancasila. 7
e
t
a
h
u
a
n
P
a
n
c Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai
a yang pada bangsa Indonesia itu sendiri.
s
i
l
a
8
Kajian aksiologi (teori atau ilmu) filsafat Pancasila pada
hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat
suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam
kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak
yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu
tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian ( Frankena, 229).
9
Dinamika Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut:
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas
rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat
sambutan yang positif dari berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama,
persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan
secara rinci, lebih merupakan adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan
bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.
Dinamika Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
13