Anda di halaman 1dari 35

FARMAKOLOGI OBAT VASOAKTIF

A. Pendahuluan
Syok sirkulasi didefinisikan sebagai tidak adekuatnya oxygen delivery ke
jaringan, terutama pada situasi pasien dengan hipotensi. Definisi terkini dari hipotensi
bervariasi, tetapi tekanan darah sitolik < 90 mmHg dan atau Mean arterial blood pressure
(MAP) <60- 70 mmHg merupakan definisi yang dapat diterima. Jika syok sirkulasi tidak
dikoreksi dengan cepat, maka hipoksia jaringan dan kematian sel akan terjadi. Mortality
yang berkaitan dengan syok sirkulasi di perawatan intensif bervariasi antara 16% pada
trauma/syok hipovolemik, 48% pada syok kardiogenik dan hingga 60% pada syok sepsis.
Tujuan resusitasi untuk mempertahankan delivery oxygen ke organ pada semua tipe syok
sirkulasi dibagi menjadi 2 tahapan meliputi:
 Resusitasi primer: tujuan adalah secara cepat mengembalikan tekanan perfusi organ
secara normal dengan MAP> 60-65 mmHg
 Resusitasi sekunder: secara cepat mengembalikan delivery oksigen ke jaringan.
MAP >60- 65 mmHg harus dicapai pada resusitasi primer untuk mempertahankan perfusi
serebral dan koroner, MAP adalah produk dari Cardiac Output dan SVR, sehingga secara
transient meningkatkan SVR dengan vasopresor untuk mencapai MAP >60-65 mmHg dapat
diterima sambil resusitasi sekunder dilakukan termasuk memastikan status volume yang
adekuat. MAP <5O mmHg pada pasien dengan komorbid dapat menyebabkan dengan cepat
terjadinya henti jantung. Keberhasilan terapi dengan penggunaan obat - obatan vasoaktif
sangat tergantung dengan kemampuan secara cepat untuk menentukan diagnosis etiologi dan
patofisiologi dari syok sirkulasi dan farmakologi agent vasoaktif.

DO₂ = (SaO₂ X Hb X 1,34 + (0,03 X PaO₂)) X CO


DO₂ = Oxygen Delivery (ml/min)
SaO₂ = % Saturation of Hb in the blood
Hb = Hemoglobin concentration (g/dl)
PaO₂ = Partial Pressure of Oxygen in the blood (kPa)
CO = Cardiac output (l/min)
Cardiac Output = Stroke Volume X Heart Rate

DO₂ = (SaO₂ X Hb X 1,34 + (0,03 X PaO₂)) X Stroke Volume X Heart Rate

1
Delvi
Abnormalitas pada komponen variabel di atas dapat menyebabkan hipoksia jika terjadi
kegagalan mekanisme kompensasi tubuh.
Stroke volume: ditentukan oleh, preload, afterload dan kontraktilitas
 Kontraktilitas adalah kemampuan jantung untuk berkontraksi independen
dengan preload dan afterload (kontraksi jantung dapat menurun akibat, asidosis,
hipoksia atau hipokalsemia, dan dapat ditingkatkan dengan pemberian inotropik
posistif seperti dobutamin).
 Afterload adalah tekanan yang melawan kontraksi jantung, hal ini ditentukan
oleh tonus simpatis, volum dan tekanan ventrikel, sistem renin-angiotensi-
aldosteron dan aktifitas baroreseptor.
 Preload dihubungkan dengan volume saat akhir diastolik juga tekanan vena central

B. Mekanisme Aksi
Obat vasoaktif digunakan untuk meningkatkan perfusi dan oksigenasi jaringan.
Obat vasoaktif bekerja pada berbagai reseptor pada tubuh untuk menghasilkan efeknya.
Beberapa obat bekerja pada lebih dari satu reseptor untuk menghasilkan efek yang
multipel. Obat vasoaktif meliputi inotropik dan vasopressor. Sangat sedikit obat -
obatan yang bersifat inotropik murni atau vasopressor murni.
 Inotropik berefek pada reseptor β1 bersifat lnotropik positif meningkatkan
kontraktilitas jantung.
 Vasopressors menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah (kebanyakan bekerja
pada aktivasi reseptor α1) sehingga meningkatkan tekanan arteri rerata (Mean
Arterial Pressure-MAP) dan tekanan sistemik vaskuler (Systemic Vascular
Resistance-SVR).

Alpha-1 (α1) receptors


Reseptor terdapat pada otot polos vaskular. Stimulasi pada reseptor α1 di otot polos
vaskular akan mengaktivasi phospholipase C melalui Gq proteins untuk meningkatkan
inositol triphosphate. Hal ini akan meningkatkan kalsium intraseluler yang menyebabkan
vasokonstriki.
Contoh obat dengan aktivitas di reseptor α1 adalah fenilefrin dan norepinefrin.

2
Delvi
Beta (β1 and β2) receptors
Stimulasi reseptor β1 and β2 melalui Gs proteins akan mengaktifkan adenylate cyclase, yang
akan meningkatkan cyclic AMP (cAMP).
 Beta-1 (β1) receptors: Reseptor ini terdapat pada miokardium. Stimulasi β1 akan
meningkatkan cAMP dan selanjutnya konsentrasi kalsium intraseluler yang
meningkatkan kontraktilitas miokard dan heart rate. Reseptor β1 juga akan
mengaktifkan renin dari juxtaglomerular di ginjal, dan melepaskan aldosteron dan
meningkatkan reabsorpsi natrium dan air.
 Beta-2 (β2) receptors: Reseptor ini terdapat pada vaskuler dan otot polos
bronkhial. Aktivasi reseptor β2 akan menstimulasi dilatasi dari otot polos
bronkhial dan vasodilatasi pada pembuluh darah pada otot skelet dan menurunkan
vaskular sistemik.

Dopaminergic (D1 and D2) receptors


 D1 receptors: bekerja melalui Gs-coupled adenylate cyclase meningkatkan
cAMP dan menyebabkan vasodilatatsi dari vaskuler dan otot polos. Di sentral,
stimulasi D1 stimulation akan memodulasi aktifitas extrapyramidal.
 D2 receptors: bekerja melalui Gi-coupled adenlyate cyclase akan menurunkan cAMP
dan terlokalisasi di pre sinaps. Reseptor ini mempunyai fungsi utama memodulasi
fungsi dan regulasi neurotranmisis melalui mekanisme feedback yang akan
mempengaruhi sintesis, penyimpanan dan pelepasan dopam in dan norepinefrine
ke dalah celah snaps. Pada sistem sentral, stimulasi reseptor D2 akan mengurangi
outptut dari hormon pituitary.

Indikasi
Jika optimalisasi resusitasi cairan, oksigen dan ventilasi gagal untuk mengembalikan
cardiac output maka tatalaksana menggunakan obat vasoaktif harus dipertimbangkan.
Dalam penggunaan obat vasoaktif, efek samping pada perfusi myokardial, kebutuhan
oksigen dan perfusi organ harus dipertimbangkan. Perfusi organ terminal dapat terganggu
akibat pemberian agen vasoaktif terlalu banyak. Kebutuhan oksigen myokardial
meningkat akibat takikardia yang terjadi untuk mengkompensasi cardiac output.
Memulai terapi menggunakan obat vasoaktif pada pasien dengan penurunan volume
(hipovolemia absolut atau relatif) tanpa diikuti resusitasi cairan yang adekuat memiliki

3
Delvi
konsekuensi yang fatal pada pasien. Pada dosis tinggi, efek yang merugikan akan muncul
sehingga kombinasi dari obat vasoaktif dengan sifat farmakologi yang berbeda munkgin
diperlukan untuk mendapatkan efek yang optimal.

Evaluasi dan Monitoring


Parameter respon klinis dan variabel terukur harus digunakan untuk memonitor respon dan
efek samping penggunaan obat-obatan vasoaktif, seperti EKG, ABP, Cardiac Output, SV
(stroke volume) dan produksi urin. Terapi dapat dimulai dengan penilaian respon pasien dari
menit ke menit. Respon pada obat vasoaktif seringkali tidak dapat diprediksi dan tergantung
dari etiologi syok dan status basal sirkulasi.
Penggunaan obat vasoaktif yang efektif dapat dinilai dari hal di bawah ini:
 Perbaikan parameter, sepert i MAP, SV dan frekuensi nadi
 Perbaikan termoregulator (contohnya pasien syok kardiogenik yang mulai hangat)
 Perbaikan produksi urin
 Perbaikan nilai PaO₂
 Perbaikan defisit basa
 Perbaikan serum laktat
 kembalinya saturasi mix veins (ScV02) ke nilai normal
Komplikasi dan Pertimbangan Obat Vasoaktif
 Stimulasi berlebih pada reseptor α1 berujung pada vasokonstriksi ekstrim dan dapat
mengganggu perfusi jaringan.
 Peningkatan afterload dapat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Stimulasi yang
berlebihan pada reseptor β1 dapat berujung pada takikardia dan aritmia. Takikardia
mengurangi diastole dimana merupakan waktu untuk perfusi koroner. Hal ini dapat
menimbulkan iskemia.
 Takikardia dan aritrmia juga rneningkatkan kebutuhan oksigen myocardium. Pada
pasien yang rentan, hal ini dapat rnenimbulkan iskemia atau infark myocardium.
 Inotropik dapat menyebabkan vasokonstriksi dari pembuluh darah pulmonal dan
memperburuk Ventilation-Perfusion Mismatch dan penghantaran oksigen.
 Akses vena sentral diperlukan untuk memberikan obat vasoaktif dan cairan resusitasi.
Namun pasien juga beresiko untuk terjadi komplikasi pemasangan CVP.
 Ekstravasasi obat vasoaktif dapat menimbulkan nekrosis.

4
Delvi
1. EPINEFRIN
Mekanisme Aksi
Epinefrin mengaktifkan seluruh reseptor adrenergic: α1, α2, β1, β2 dan β3. Meningkatan
kontraktilitas dan HR pada semua dosis, tetapi SVR dapat turun, stabil atau meningkat
secara dramatis tergantung dosis. CO biasanya meningkat tetapi pada peningkatan dosis
tinggi, aktivasi α1 reseptor dapat menyebabkan vasokonstriksi hebat dapat menyebabkan
penurunan SV karena afterload yang tinggi.
Indikasi
 Epinefrin digunakan secara intravena dalam keadaan yang mengancam jiwa,
termasuk pengobatan henti jantung, kolaps pembuluh darah dan anafilaksis.
 Bronkospasme juga dapat diobati dengan pemberian subkutan. Selain memiliki
efek langsung pada saluran pernafasan, epinefrin dapat menurunkan pelepasan
antigen yang diinduksi zat bronchospastic endogen dari sel mast dan sangat
berguna dalam reaksi anafilaksis.
 Pemilihan dosis dan rute pemberian ditentukan oleh indikasi penggunaan dan
kegawatdaruratan
Cara Pemberian
 IV (vena sentral); melalui pipa endotrakeal (cepat diserap oleh mukosa trakea), SC.
Penggunaan Klinis
 SC (subcutaneous): 10 mcg / kg (maksimal 400 mcg atau 0,4 ml 1: 1000) untuk
pengobatan ringan sampai sedang, reaksi alergi atau bronkospasme.
 IV: Dosis rendah sampai sedang (untuk shock, hipotensi): 0,03-0,2 mcg / kg bolus
(IV), kemudian infus di 0,01-0,30 mcg /kg/ menit.
 Dosis tinggi (untuk serangan jantung, resusitasi): 0.5- 1,0 mg IV bolus; pediatrik: 5
sampai 15 ug / kg
 Dosis yang lebih besar digunakan ketika dosis awal tidak adekuat
 Dosis resusitasi epinefrin dapat menyebabkan hipertensi, stroke, atau infark miokard.
Pemberian awal epinefrin melebihi dosis 150 ng/kg (nano gram/kg) atau (10 mcg pada
dewasa} IV sebaiknya hanya diberikan pada pasien dengan hipotensi berat
 Perhatikan tanda-tanda vasokonstriksi berlebihan. Memonitor SVR, urine dan perfusi
ekstremitas.
 Sangat tepat memberikan dosis 1 mg epinefrin IV / 10 setiap 3 sampai 5 menit
selama henti jantung pada pasien dewasa (Kelas IIb). Dosis tinggi dapat diindikasikan

5
Delvi
untuk mengobati masalah tertentu, seperti overdosis beta-blocker atau calcium
channel blocker. Jika akses IV / 10 tertunda atau tidak dapat dipasang, epinefrin
dapat diberikan melalui rute endotrakeal dengan dosis 2 sampai 2,5 mg.
Keuntungan Efek yang tidak diinginkan
1. Obat ini langsung bekerja; efeknya tidak 1. Takikardia dan aritmia
tergantung pada peelepasan NE 2. Iskemia organ, terutama ginjal, dapat
Endogen mengakibatkan vasokontriksi sekunder.
2. Kemampuan stimulasi α dan β Urine output harus diawasi secara ketat.
adrenergic menghasilkan efek maksimal 3. Bisa terjadi vasokontriksi paru yang
yang besar dan memberikan menyebabkan hipertensi pulmonal dan
peningkatan setara dalam SV, mungkin gagal jantung kanan;
mengurangi Takikardi setelah operasi pemberian vasodilator dapat mencegah
jantung dibandingkan dopamine atau keadaan ini.
dobutamine. 4. Resiko iskemia miokard. Inotropic
3. Merupakan inotropic kuat dengan positif dan takikardia meningkatkan
variable (dan dapat disesuaikan) α- kebutuhan oksigen miokard dan
adrenergik efek. Efek Lusitropic (β1) mengurangi suplai oksigen.
meningkatkan relaksasi laju ventrikel 5. Ekstravasasi dari IV kanula perifer
relaksasi. dapat menyebabkan nekrosis; dengan
4. Jika BP naik, takikardia dapat demikian, vena sentral lebih baik.
berkurang karena stimulasi vagal 6. Dapat menyebabkan peningkatan
refleks. glukosa darah dan laktat. Hal ini
5. Merupakan bronkodilator yang efektif ditekankan pada penderita diabetes.
dan stabilizier sel mast, berguna untuk 7. Terjadi peningkatan K+ dalam plasma
terapi utama bronkospasme berat, karena hepatic release diikuti oleh
anafilaksis atau reaksi anafilaksis. penurunan K+ karena pengambilan otot
skeletal.

Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif meliputi usia lanjut, takikardi, hipertensi, dan penyakit koroner.
Absorpsi epinefrin subkutan sangat lambat karena vasokonstriksi intens lokal, dan efek
dari dosis subkutan yang sangat besar dari 0,5 sampai 1,5 mg kira-kira setara dengan
infus intravena 10 sampai 30 mg / menit. lnjeksi epinefrin intravena dalam dosis yang
sesuai pada pemberian subkutan dapat mengakibatkan aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa, hipertensi, dan pendarahan otak.

6
Delvi
2. EPHEDRINE
Mekanisme Aksi
Ephedrine menstimulasi reseptor α dan reseptor β dengan aksi langsung dan tidak langsung.
Hal ini terutama sebuah aksi pressor tidak langsung yang menghasilkan efek dengan
menyebabkan pelepasan NE. Tachyphylaxis berkembang pesat dan mungkin terkait dengan
berkurangnya penyimpanan NE dengan injeksi berulang.
Ephedrine
Hr Sedikit meningkat
Contractility Meningkat
CO Meningkat
BP Meningkat
SVR Sedikit meningkat
Preload Meningkat (memobilisasi dari organ visceral dan bagian bawah tubuh)

Pertimbangan Klinis
Efek kard iovaskul ar efedrin serup a dengan epinefrin: peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, kontraktilitas, dan cardiac output. Demikian juga, efedrin juga golongan
bronkodilator.
 Sifat agonis tak langsung efedrin mungkin karena stimulasi pusat, pelepasan perifer
postsynaptic norepinefrin, atau penghambatan reuptake norepinefrin.
 Efedrin umumnya digunakan sebagai vasopressor selama anestesi. Dengan demikian,
administrasi harus dilihat sebagai ukuran sementara dan penyebab hipotensi
ditentukan dan diperbaiki.

Indikasi
 Hipotensi karena SVR rendah atau CO rendah, terutama jika HR rendah, dan
terutama dengan anestesi spinal atau epidural.
 Terapi Sementara hipovolemia sampai volume sirkulasi darah dipulihkan,
meskipun, seperti disebutkan sebelumnya, pada vasokonstriktor umum tidak
menggantikan pengobatan definitive hypovolemia.
 Depresi miokard transient dari overdosis anestesi umum

7
Delvi
Rute Pemberian: IV, IM, Subkutan (SC), melalui mulut (PO)
Dosis
Pada orang dewasa, efedrin diberikan sebagai bolus 2,5-10 mg; pada anak-anak
diberikan sebagai bolus 0,1 mg / kg. Dosis berikutnya meningkat untuk mengimbangi
perkembangan tachyphylaxis, yang mungkin karena berkurangnya penyimpanan
norepinefrin. Efedrin tersedia dalam 1 ml ampul yang mengandung 25 atau 50 mg.

Keuntungan Efek yang tidak diinginkan


1. Mudah dititrasi pressor dan inotrope 1. Khasiat berkurang ketika penyimpanan
yang jarang menghasilkan respon NE yang habis.
berlebihan yang tak terduga. 2. Risiko hipertensi ganas dengan MAO
2. Durasi pendek Tindakan dengan inhibitor
pemberian IV (3-10 menit); berlangsung 3. Tachyphylaxis dengan dosis berulang
hingga 1 jam debgan pemberian IM.
3. Terbatas kecenderungan untuk
menghasilkan takikardia
4. Tidak mengurangi aliran darah ke
plasenta; aman dalam kehamilan.

3. DOBUTAMINE
Mekanisme Aksi
Dobutamine merupakan beta agonis, memiliki efek pada sistem kardiovaskular dengan
meningkatkan kontraktitas jantung sehingga dapat meningkatkan cardiac output. Terjadi
penurunan pada tekanan pembuluh darah perifer disebabkan oleh aktivasi dari beta-2
dan biasanya mencegah peningkatan tekanan darah arteri yang berlebihan. Tidak terjadi
peningkatan denyut jantung yang signifikan dibanding beta agonis lainnya. Efek
menguntungkan pada keseimbangan oksigen miokard membuat dobutamin merupakan
pilihan yang baik untuk pasien dengan kombinasi gagal jantung kongestif dan penyakit
arteri koroner, terutama jika tekanan pembuluh darah perifer dan denyut jantung
mengalami peningkatan sebelumnya.

Indikasi
 Cardiac Output yang rendah (shock kardiogenik), terutama dengan peningkatan SVR
atau PVR
 Masalah pompa jantung (CHF, kongestif pulmonal), dengan tekanan darah
sistolik >100 mmHg dan tidak ada gejala shock

8
Delvi
Dosis
 Dosis Dobutamin: intravena 2-20µg/kg/min. Pada beberapa pasien berespon dengan
dosis initial 0,5µg/kg/min dan pada dosis yang rendah tidak terjadi peningkatan nadi.
 Pemberian hanya secara intravena.

Keuntungan Efek yang tidak diinginkan


1. Pada dosis yang rendah tidak 1. Takikardi dan aritmia tergantung pada
menyebabkan takikardia dibandingkan dosis dan bisa berbahaya.
dengan dosis yang sama pada 2. Hipotensi bisa terjadi bila terjadi
pemberian isoproterenol atau dopamine. pengurangan dari SVR dan tidak selalu
2. Pengurangan afterload (SVR dan PVR) diimbangi dengan peningkatan CO.
bisa meningkatkan fungsi sistolik dari dobutamine adalah inotropic dan bukan
LV dan RV yang memiliki manfaat vasopressor.
pada gagal ventrikel. 3. Kemungkinan terjadinya proses coronary
3. Bisa meningkatkan aliran darah renal steal.
(efek B2) 4. Obat ini adalah vasodilator non-selektif
aliran darah dapat terjadi perpindahan
dari ginjal dan splanik ke otot skeletal.
5. Takifilkasis bisa terjadi jika penggunaan
lebih dari 72 jam.

Kontraindikasi: Hindari tekanan darah < 100 mmhg dan tanda shok

4. DOPAMIN
Aksi
Dopamin adalah prekursor katekolamin untuk NE dan epinefrin ditemukan di saraf
terminal dan medula adrenal. Dopamin bekerja pada α - adrenergik , β - adrenergik , dan
reseptor dopaminergik. Dopamin juga melepaskan norephinephrine yang memiliki efek
kerja baik direk dan indirek. Efek klinis dopamin (DA), merupakan direk dan indirek
adrenegic agonis non selektif, sangat tergantung pada dosis.

Indikasi
 Hipotensi karena CO rendah atau SVR rendah dengan tekanan darah Systolic 70-100
mmHg dengan tanda dan gejala syok.
 Terapi sementara hipovolemia sampai volume sirkulasi darah dipulihkan
(tetapi dopamin tidak menggantikan atau menunda pengobatan utama hipovolemia)
 Gagal ginjal atau insufficiensi (secara luas digunakan untuk tujuan tersebut tetapi
sedikit evidance base).
 Obat lini kedua untuk symptomatic bradycardia (setelah atropine).

9
Delvi
Dosis & Kemasan
DA digunakan sebagai infus kontinyu (400 mg 1000 ml D5W; 400 mcg/ml) dengan
kecepatan 1-20 mcg/kg/min. Secara umum diproduksi dalam kemasan 5-ml ampules
berisi 200 or 400 mg DA (Morgan, 2006)

Dopamine
Dosis Receptor teraktivasi Efek
(mcg/Kg/min)
1-3 Dopamainergic (DA₁) Increased renal and mesenteric blood flow
3-10 β₁ + β₂ (plus DA₁) Meningkatkan Hr, kontraktilitas, dan CO;
menurunkan SVR; PVR mungkin meningkat
pada awal yang disebabkan vasokontriksi
>10 α (plus β plus DA₁) Meningkatkan SVR, PVR; menurunkan renal
blood flow; meningkatkan HR, aritmia.
Meningkatkan afterload yang menurunkan
CO

Keuntungan Efek yang tidak diinginkan


1. Meningkatkan perfusi ginjal dan urine 1. Memiliki efek indirek yang signifikan;
output pada dosis rendah sampai respon berkurang ketika neuronal NE
moderat (Sebagian disebabkan oleh efek habis (misalnya pada pasien CHF atau
DA₁ agonist). selam penobatan reserpine).
2. Aliran darah bergeser dari otot skeletal 2. Dapat terjadi sinus, atrial, or ventricular
ke ginjal dan lien tacicardi (VT) dan aritmia
3. Tekanan darah mudah untuk di titrasi 3. Efek maksimal inotropic lebih rendah
karena pengaruh inotropic dan dari epinefrin.
vasokontriksi. 4. Dapat terjadi nekrosis kulit akibat
ekstravasasi
5. Efek vasodilatasi ginjal yang dimediasi
oleh α – vasokontriksi pada dosis lebih
dari 10 mg/kgbb/min dengan resiko
nekrosis ginjal, lien dan kulit.
Monitoring urin output.
6. Dapat terjadi vasokontriksi pulmonal
7. Mvo₂ meningkat dan myocardial iskemia
dapat terjadi jika aliran darah coroner
tidak meningkat.
8. Meningkatkan tekanan darah pada dosis
lebih tinggi menyebabkan gagal jantung,
yang perlu tambahan vasodilator.

10
Delvi
5. NOREPINEFRIN
Mekanisme Aksi
 Bekerja langsung pada reseptor α1 dan α 2 adrenergik, dan merupakan β1 agonis.
 Stimulasi langsung reseptor α1 disertai tidak adanya aktifitas β2 akan mencetuskan
vasokonstriksi arteri dan vena, aktifitas β1 akan meningkatkan kontraktilitas myokard
sehingga akan meningkatakan tekanan darah. Namun peningkatan after load dan reflek
bradikardi dapat mencegah peningkatan cardiac output. Venous return ditingkatkan
oleh konstriksi vena.

Indikasi
 Kolaps nya vaskuler perifer sehingga perlu meningkatkan SVR (syok septic,
vasoplegia pada pasien post cardiopulmoner bypass.
 Kondisi dimana diperlukan penigkatan SVR bersamaan dengan stimulasi cardiac.

Cara pemberian: Hanya untuk akses IV jalur sentral

Dosis:
 lnfus kontiniu 2-20mcg/min atau 0,4-4mcg/kg/min.
 Batasi penggunaan pada oliguria dan asisdosis metabolik

Keuntungan Efek yang tidak diinginkan


1. Agonis adrenergic direk, sama potensi 1. Menurunkan perfusi organ beresiko
nya dengan epinefrin terhadap β1 iskemia organ.
reseptor 2. Dapat terjadi iskemia miokard oleh
2. Mendistribusikan aliran darah ke otak karena peningkatan afterload, HR dan
dan jantung. kontraktilitas.
3. Memiliki efek yang kuat terhadap α1 3. Vasokontriktor pulmoner
dan α2. Yang dapat berperan sevagai 4. Aritmia
vasokontriktor poten jika fenilefrin 5. Jika ekstravasasi dapat menyebabkan
tidak respon nekrosis jaringan sekitar.

11
Delvi
RUMUS PEMBERIAN OBAT
MELALUI SYRINGE PUMP

1. DOPAMIN
Misalnya : Doperba dan Dopamain Guilini
Sediaan 1 Ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg
INDIKASI
Shock yang berhubungan dengan CRF,
INFARK MIOCARD, RENAL FAILURE
DOSIS
I. RINGAN : 3-5 µg/kgBB/menit
Fungsinya : Mengsktifksn reseptor dopamine
dan vasodilator ginjal.
II. SEDANG : 5-10 µg/kgBB/menit
Fungsinya : Meningkatkan Blood Presure,
mengaktifkan β reseptor, meningkatkan
kontraktilitas dan meningkatkan Cardiac
Output.
III. BERAT : 10-20 µg/kgBB/menit
Fungsinya : Vasokonstriksi vena dan arteri
dan mengaktifkan reseptor α
EFEK SAMPING
Mual, muntah, Aritmia dan Diare
Observasi vital sign dan intake output

12
Delvi
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS YANG DIMINTA X 60


JUMLAH PENGENCERAN

CONTOH : Berikan 1 µg/kgBB/menit dengan BB :


50 kg dan dosis sediaan Dopamin 200 mg dalam
50cc Nacl ?
1 mg = 1000 µg
Cara : Jumlah Pengenceran = 200 mg = 4 mg/cc
50 cc Nacl
= 4000 µg/cc
Jadi : 1 µg x 50 kg x 60 = 0,75 cc/jam
4000 µg/cc

2. DOBUTAMIN
Misalnya : Dobutrec, Dobujeck dan Dobutel
INDIKASI
CHF DAN SHOCK
FUNGSI
Bekerja pada β 1 dan meningkatkan
kontraktilitas
DOSIS
2-20 µG/kgBB/menit

13
Delvi
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60


JUMLAH PENGENCERAN

CONTOH : Berikan 1 µg/kgBB/menit dengan BB :


50 kg dengan dosis sediaan 250 mg dalam 50 cc
Nacl ?
1 mg = 1000 µg
Cara : Jumlah Pengenceran = 250 mg = 5 mg/cc
50 cc Nacl
= 5000 µg/cc
Jadi : 1 µg x 50 kg x 60 = 0,6 cc
5000 µg/cc

3. NITROGLISERIN (NTG)
SEDIAAN 1 Ampul = 10 mg
DOSIS = 5-200 µg/menit
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA X 60
JUMLAH PENGENCERAN

CONTOH : Berikan 5 µg/menit dengan sediaan


NTG 10 mg dalam 50 cc Nacl ?
1 mg = 1000 µg
14
Delvi
Cara : Jumlah Pengenceran = 10 mg = 0,2 mg/cc
50 cc
= 200 µg/cc
Jadi : 5 µg x 60 = 1,5 cc/ jam
200 µg/cc

15
Delvi
4. HEPARIN
SEDIIAN : 1 Flacon/Vial = 25000 unit = 5 cc
Jadi 1 cc = 5000 unit
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA
JUMLAH PENGENCERAN

CONTOH : Berikan 500 unit/jam heparin dengan


sediaan heparin 20000 unit dalam 50 cc Nacl ?
Cara : Jumlah Pengenceran = 20000 unit = 400 ui/cc
50 cc
Jadi : 500 unit/jam = 1,25 cc/jam
400 unit/cc

5. ADRENALIN
Misalnya : Epineprin
SEDIAAN : 1 Ampul = 1 mg
INDIKASI
CARDIAC ARREST, VF halus dan VT tanpa nadi.
FUNGSI
Sebagai Stimulus Reseptor Adrenergic.
DOSIS
0,05 µg/kgBB/menit (4-8 Ampul dalam 50 cc Nacl)
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60


JUMLAH PENGENCERAN
16
Delvi
CONTOH : Berikan 0,1 µg/kgBB/menit dengan BB
50 kg dan sediaan Adrenalin 1 mg dalam 50 cc
Nacl ?
Cara : Jumlah pengenceran = 1 mg = 0,02 mg/cc
50 cc
= 20 µg/cc
Jadi : 0,1 µg x 50 kgx 60 = 15 cc/jam
20 µg/cc

6. NORADRENALIN
Misalnya : Levoped, Levosol dan Vascon
SEDIAAN
1 cc = 1 mg
INDIKASI
Hipotensi berat dengan tahanan perifer total
yang menurunkan dosis.
FUNGSI
Vasokonstriktor yang meningkatkan BP dan
Inotropik yang kuat (Stimulator reseptor β)
DOSIS
0,05 µg/kgBB/menit
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60


JUMLAH PENGENCERAN

17
Delvi
CONTOH : Berikan 0,01 µg/kgBB/menit dengan
sediaan vascon 4 ml (4 mg) dalam 50 cc Nacl
dengan BB 40 kg ?
Cara : Jumlah Pengenceran = 4 mg = 0,08 mg
50 cc
= 80 µg/cc
Jadi : 0,01 µg x 40 kg x60 = 0,3 cc/jam
80 µg/cc

Konversi Nano ke mcg


1 Nanogram
10 Nanogram = 0.01 Mikrogram 2500 Nanogram = 2.5 Mikrogram
= 0.001 Mikrogram
2 Nanogram
20 Nanogram = 0.02 Mikrogram 5000 Nanogram = 5 Mikrogram
= 0.002 Mikrogram
3 Nanogram
30 Nanogram = 0.03 Mikrogram 10000 Nanogram = 10 Mikrogram
= 0.003 Mikrogram
4 Nanogram
40 Nanogram = 0.04 Mikrogram 25000 Nanogram = 25 Mikrogram
= 0.004 Mikrogram
5 Nanogram
50 Nanogram = 0.05 Mikrogram 50000 Nanogram = 50 Mikrogram
= 0.005 Mikrogram
6 Nanogram
100 Nanogram = 0.1 Mikrogram 100000 Nanogram = 100 Mikrogram
= 0.006 Mikrogram
7 Nanogram 250 Nanogram
250000 Nanogram = 250 Mikrogram
= 0.007 Mikrogram = 0.25 Mikrogram
8 Nanogram
500 Nanogram = 0.5 Mikrogram 500000 Nanogram = 500 Mikrogram
= 0.008 Mikrogram
9 Nanogram 1000000 Nanogram
1000 Nanogram = 1 Mikrogram
= 0.009 Mikrogram = 1000 Mikrogram

18
Delvi
7. CORDARONE
Misalnya : Amiodarone
INDIKASI
Antiaritmia
SEDIAAN
1 Ampul = 3 cc = 150 mg
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA
JUMLAH PENGENCERAN X JAM PEMBERIAN

CONTOH :
1. Jika dosis sediaan Cordarone 600 mg dalam 50
cc Nacl dan dosis permintaan 300 mg/20 jam ?
Cara : Jumlah Pengenceran = 600 mg = 12 mg/cc
50 cc
Jadi : 300 mg = 1,25 cc/jam
12 mg/cc x 20 jam
2. Jika sediaan Cordarone 300 mg dalam 50 cc
Nacl dan dosis permintaan 300 mg/20 jam ?
Cara : Jumlah Pengenceran = 300 mg = 6 mg/cc
50 cc
Jadi : 300 mg = 2,5 cc/jam
12 mg/cc x 20 jam

19
Delvi
8. LASIK
Misalnya : Furosemide dan Farsix
SEDIAAN
1 Ampul Lasix =20 mg = 2 cc
1 cc = 10 mg
12 Ampul = 240 mg dioplos dengan 50 cc Nacl
RUMUS PEMBERIAN

DOSIS DIMINTA
JUMLAH PENGENCERAN

CONTOH : Berapa jumlah dosis Lasix 30 mg/jam


jika sediaan lasix 12 Ampul (240 mg) dalam 50 cc
Nacl ?
Cara : Jumlah Pengenceran : 240 mg = 4,8/cc atau 5
mg/cc 50cc
Jadi : 30 mg = 6cc/jam
5 mg/cc

20
Delvi
KOREKSI HASIL LABORATORIUM

A. KOREKSI ALBUMIN
Volume darah untuk anak-anak : BB x 85 cc
Volume darah untuk dewasa : BB x 75 cc
Albumin yang normal dalam tubuh 3,2-4,5 dalam 100 cc darah,
ambil rata-rata 3,2

RUMUS :
(ALBUMIN NORMAL (3,2) – ALBUMIN PASIEN) X (BB X VOL.DARAH)
100

Contoh :
Albumin pasien 2,5 gr dengan BB 50 kg
Jawab: 3,2 – 2,5 x ( 50 x 75 ) = 26 gr
100
Fungsinya : untuk menarik cairan yang ada di extravascular
ke intravascular
Komposisi :
Dalam 100 cc albumin 25 % mengandung 25 gr albumin
Dalam 100 cc albumin 20 % mengandung 26,5 gr albumin
Dalam 50cc albumin mengandung 12,5 gr albumin

B. KOREKSI HEMAGLOBIN

RUMUS :
1. WHOLE BLOOD (WB) : ∆ Hb X BB X 6
2. PACKED CELL (PRC) : ∆ Hb X BB X 3

Ket : ∆ Hb = jumlah Hb yang diinginkan – nilai Hb hasil lab

21
Delvi
Contoh :
Hb yang diinginkan 10 dan Hb hasil lab 7 jadi ∆ Hb = 10 – 7 =
3 dan BB 60 kg.
Untuk WB : 3 x 60 x 6 = 1040 cc
Untuk PRC : 3 x 60 x 3 = 540 cc

C. KOREKSI BICNAT/MEYLON
INDIKASI
 Asidosis Metabolic
 Acid Intoksikasi
 Mostion Sickness
 Vomiting Inpregnancy
DOSIS
1. Secara Blind tanpa ada hasil ASTRUP/AGD
1 Meq/kgBB, dimulai 50 Meg lalu 25 Meq tiap 10 menit.
2. Ditentukan dengan hasil BE pada hasil lab Analisa Gas
Darah

RUMUS :
A) BE X kgBB
6
B) HCO3 NORMAL- HCO3 PASIEN X kgBB X 0,4

D. RUMUS PEMBERIAN DEXTROSE 40%


( Sesuai hasil gula darah )
RUMUS 3-2-1 NILAI GDS MAX 126 mg/dl
NILAI GDS 90-60 mg/dl I VIAL DEX 40%
SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG
NILAI GDS 60-30 mg/dl II VIAL DEX 40 %
SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG

NILAI GDS < 30 mg/dl III VIAL DEX 40 %


SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG

22
Delvi
E. KOREKSI HIPOKALEMI
NILAI KALIUM NORMAL = 4,5 Meq/dl

RUMUS :
NILAI KALIUM NORMAL – NILAI KALIUM PASIEN X kgBB
3
CONTOH :
Nilai Kalium pasien = 2,5 Meq/dl bb pasien 50 kg
Jawab : 4,5 – 2,5 x 50 = 33,3 Meq KCL
3
Artinya : pasien diber Kalium ( Pottasium ) sebanyak 33,3
Meq diberikan dengan drip selama 2-4 jam dalam 100-250
Nacl 0,9 % atau D5%W. periksa ulang Elektrolit setelah 1-2
jam pemberian.

F. KOREKSI HIPERKALEMIA
A. DEX 5 % + ACTRAPID 20 UNIT DIBERIKAN SELAMA 6
JAM PERIKSA ULANG GDS.
B. BICNAT 1 Meq/kgBB/JAM
C. THERAPI LASIX 1 ATAU 2 AMPUL DAN LIHAT
KONDISI PASIEN

G. KOREKSI HIPONATREMIA

RUMUS : Na NORMAL – Na PASIEN X kgBB X 0,6

Koreksi dilakukan bila hasil Natrium pasien < 120 Meq/dl


Natrium normal : 135 – 145 ( 140 )
Kenaikan natrium max 12 – 16 Meq/24 jam
KOREKSI DENGAN Nacl 3% pro IVFD diberikan dalam 24
Jam Periksa Elektrolit 24 jam kemudian.

23
Delvi
H. KOREKSI HIPERNATREMIA
Cairan yang dibutuhkan tubuh = kgBB x 0,6 = …… Liter
Natrium yang normal x cairan yang dibutuhkan =… Liter
Natrium pasien
Hasil I – Hasil II = ……….. Liter
Diberikan setengahnya habis dalam 10 jam
Bisa memakai cairan NS, Dex 5 % atau RL
Bila memakai Dex 5 % cek gula darah tiap 4 jam
Elektrolit di cek tiap 4 jam
Contoh :
BB pasien 60 kg, Natrium 170
Jawab :
I. Cairan yang dibutuhkan tubuh = 60 x 0,6 = 36 Liter
II. 140 x 36 Liter = 29,6 Liter
170
III. 36 Liter – 29,6 Liter = 6,4 Liter
Diberikan setengahnya.
I. SEDASI-RELAXAN
1. Sedasi
Midazolam : Hipnos, Miloz, Dormicum, Anasfar.
Golongan Benzodiazepam yang larut dalam air
dan mempunyai masa kerja yang pendek yang
menjadi senyawa lipolitik didalam darah dan
dapat menembus susunan syaraf pusat. Untuk
pemakaian jangka pendek.
Sediaan : 1 amp = 3cc = 5 mg/cc
1 amp = 5cc = 1 mg/cc
Indikasi : Anastesi
Fungsi : Melemaskan otot-otot pernafasan
Dosis : 1-5 mg/jam
Saat pemberian / drip sediaan tidak
diencerkan
2. Relaxan
Notrixum : Atracurium besylate
Sediaan : 1 amp = 5cc = 10 mg/cc

24
Delvi
Indikasi : Biasanya diberikan pada pasien
yang menggunakan ventilator
( knock down ) diberikan saat
fighting
Fungsi : Untuk melumpuhkan otot
Pernafasan
Dosis : Bolus = 25 mg/2,5 cc bila pasien
fighting
Drip : 10-20 mg/1-2 cc/jam sesuai
kebutuhan
J. HYPERTENSI
1. Catapres
Sediaan : 1 amp = 150 mcg = 1cc
Indikasi : Semua bentuk hipertensi kecuali
Peokromositomatik
Dosis : 1 µg/kgBB/jam
2. Nitrogliserin
Sediaan : 1 amp = 10 mg = 10 cc
Indikasi
Dosis : 5-200 µg/kgBB/mnt
Rumus : DOSIS X 60
PENGENCERAN
3. Lidocain : Lidocain, Xylocard
Sediaan : Lidocain : 1 amp = 2cc = 40 mg
Xylocard : 1 amp = 5cc = 100 mg
1 amp = 5 cc = 500 mg
Indikasi :
Dosis : Bolus 1 mg/kg BB
Rumus : Maintenance 1 X 60
PENGENCERAN
4. Amiodaron : Cordaron
Sediaan : 1 amp = 3 cc = 150 mg
Indikasi : Anti aritma
Dosis :
Rumus : Keb/24 jam

25
Delvi
DRUGS EMERGENCY

NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS


1 ADENOSIN Takikardia stabil dengan 6 mg IV sebagai bolus pada vena
QRS sempit (SVT) besar (contohnya antecubital) diikuti
Takikardia tidak stabil dgn 20 ml saline di bolus cepat. Jika
QRS sempit teratur ritme tidak berubah dalam 1-2
menit, berikan 12 mg IV cepat
dengan metode yang sama
2 ALBUTEROL Asma ekaserbasi sedang 2,5 - 10 mg setiap jam. lnhalasi
SABA setiap 60 menit
Asma ekaserbasi berat Gunakan albuterol 2.5 - 10 mg/jam
atau 10 - 15 mg/jam secara
kontinyu dan ipratropium 0.5 mg
PPOK eksaserbasi akut 2,5 - 5 mg (nebulisasi)
3 AMIODARONE Takikardia tidak stabil Dosis pertama 150 mg selama 10
dengan QRS lebar menit, ulangi jika dibutuhkan.
Lanjutkan dengan infus
pemeliharaan 1 mg/menit selama 6
jam pertama, dilanjutkan 0.5
mg/menit pada 18 jam berikutnya
VF/VT pulseless menetap Dosis awal bolus 300 mg (anak 5
mg/kg), dilanjutkan 150 mg
4 AMLODIPINE Hipertensi Urgensi 5-10 mg PO
5 ASAM Perdarahan Masif 1 gram dalam 10 menit, lanjutkan
TRANEKSAMAT dengan infus 1 gram dalam 8 jam
6 ASPIRIN Antiplatelet pada Sindrom 160-320 mg PO
Koroner Akut
7 ATROPIN SULFAT Bradikardi tidak stabil 0,5 mg bolus IV dapat diulang tiap
3-5 menit, maksimal total dosis 3
mg
Profilaksis untuk 0,02 mg/KgBB IV
mencagah bradikardi pada
penggunaan suksinilkolin
8 CALCIUM Hipokalsemia 1 gram IV
CHLORIDE 10% Proteksi jantung pada 10 ml IV, berikan dalam 5-10 menit,
hyperkalemia ulang ECG dan pertimbangkan
dosis lanjutan jika dalam 5 menit
ECG menetap
9 CALCIUM Proteksi jantung pada 30 ml IV, berikan dalam 5-10 menit,
GLUCONAS 10% hyperkalemia ulang ECG dan pertimbangkan
dosis lanjutan jika dalam 5 menit
ECG menetap
Toksisitas Magnesium 1 gram IV dalam lebih dari 10 menit

10 CAPTOPRIL Hipertensi Urgensi 12,5 - 25 mg PO

26
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
11 CLONAZEPAM Terapi anti kejang Terapi antikejang 0.01 - 0.02 mg/kg IV
dengan kecepatan 0.5 mg/menit sampai
dosis total suhu 4 mg
12 CLONIDINE Hipertensi Urgensi 0,1 - 0,2 mg PO
13 DANTROLEN Hipertermia Malignant Dosis awal 2,5 mg/kgBB bolus IV. Dosis
lanjutan titrasi sesuai heart rate, rigiditas
otot dan temperatur hingga maksimal 10
mg/kg. Tiap vial berisi 20 mg, setiap vial
harus dilarutkan dengan 60 cc air steril.
Pasca komplikasi: ulangi pemberian
dantrolene, 4 mg/kg/hari dengan dosis
terbagi selama 48 jam, hentikan jika tidak
terjadi rekurensi.

14 DEXAMETHASONE Thyroid storm (mengurangi 4 mg / 6 jam IV


konversi T4 ke T3)
15 DEXTROSE 50% Hipoglikemia 1 mL/kgBB bolus IV, sementara
menunggu hasil laboratorium. Lanjutkan
berikan dextrose 10% infus IV 1 - 2
mL/kgBB/jam, target GDS > 100 mg/dl

16 DIAZEPAM Terapi anti kejang Perectal: 0.5 mg/KgBB, maksimal 20 mg

5-10 mg IV
lntravena: 0.2 mg / kg i.v. dengan
kecepatan 5 mg / menit sampai dengan
dosis maksimal 20mg
17 DIPENHIDRAMIN Terapi lanjutan reaksi 1 mg/KgBB, maksimal dosis 50 mg
anafilaksis
18 DILTIAZEM Aritmia 0,15-0,25 mg/kgBB bolus diikuti infus 5-
15 mg/jam

Manajemen Hipertensi Loading dose 0,25 mg/kgBB IV dalam 2


menit, jika diperlukan infus 10-25 mg/jam
setelah IV bolus dose
19 DOBUTAMINE Hipotensi (Syok 2-20 mcq/KgBB/menit
Kardiogenik): TD sistolik -
100 mmHg dengan tanda
syok (-) sebagai
inotropik

20 DOPAMIN Bradikardi tidak stabil Infus IV 2-10 mcq/KgBB/menit


Hipotensi refrakter pada Infus IV 2,5 - 20 mcq/KgBB/menit
reaksi anafilaksis dan dosis
epinefrine > 8 mcg/kgBB/
menit

Hipotensi (Syok Infus IV 2,5 - 20 mcq/KgBB/menit


Kardiogenik): TD sistolik 70 -
100 mmHg dengan tanda
syok (+)

21 EPHEDRINE Bradikardi dan Hipotensi 5-10 mg IV, naikkan dosis sesuai


hemodinamik pasien

27
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
22 EPINEFRIN Anafilaksis 0,1-1 mcg/kgBB bolus IV (1:10.000)
titrasi dan ulangi dosis tiap 5 menit
sesuai dengan hemodinamik jika
pasien hipotensi. Jika tidak respon
atau hemodinamik tidak stabil,
berikan infus inisiasi 10-20 mcg/menit
untuk mempertahankan tekanan
darah (1 mg adrenalin 1: 1000 dalam
100 ml normal saline, tetesan 60-120
ml/jam) titrasi sesuai respon pasien
Bradikardi tidak stabil, 10-100 mcg bolus IV dan eskalasi
hipotensi berat dosis sesuai respon pada kondisi
yang mengancam jiwa. lnfu s IV 2 -
10 mcg/menit bila respon tidak efektif
Bronkopasme berat 10-100 mcg titrasi sesuai respon dan
hemodinamik, dilanjutkan dengan
infus 0.1 mcg/kgBB/menit
Bronkopasme yang 5 mg (5 ml) 1:1000 nebulizer
menetap pada reaksi
anafilaksis
Henti jantung Dewasa: 1mg IV, anak: 0,01 mg/kg
(0,1 ml / kg konsentrasi 1:10.000).
Ulangi setiap 3-5 menit.

Terapi tambahan pada 0.5 mg secara SC atau IM dapat


status asmatikus diberikan pada keadaan refrakter
23 ESMOLOL Blok respon simpatis pada 250-500 mcg/kgBB bolus IV
Thyroid Storm dilanjutkan 50-100 mcg/kgBB/menit
infus

Hipertensi Emergensi 500 mcg/kg IV bolus dapat diulang


setelah 5 menit. lnfus : 5 - 200
mcg/kg/menit

24 FENOBARBITAL Refractory status bolus pelan 20 mg/KgBB, dengan


epilepticus kecepatan 50-75 mg/menit
25 FENOLDOPAM Hipertensi Emergensi 0,1 mcg/kg/min IV infusion, titrasi
bertingkat setiap 15 menit sampai
maksimal 0,8 mcg/kg/menit

26 FLUMAZENIL Reversal efek 0,1-0,2 mg IV diberikan lebih dari 15


Benzodiazepine detik, diulang tiap 1 menit hingga
tercapai efek yang diinginkan
(maksimal dosis 1 mg dalam 5 menit,
3 mg dalam 1 jam)

28
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
27 FOSFOFENITOIN Status epilepticus 15 - 20 fenitoin setara (PE) mg/kg
IV (Dewasa ≤ 150 mg/in; anak ≤ 3
mg/kg per menit). (dosis
tambahan 5 mg/kg IV, dengan
dosis maksimum 30 mg/kg dapat
diberikan untuk kejang persisten).

28 FUROSEMIDE Loop diuretik pada 5-20 mg IV (efek dalam 15 menit,


hyperkalemia dan bertahan dalam beberapa
jam)

Memicu venodilatasi dan 20-40 mg IV dalam 2 menit. Dosis


diuresis pada preeklamsia diulang 40-60 mg setelah 30 menit
jika respon tidak adekuat (max
dosis 120 mg/jam).
Oliguria 5-10 mg bolus IV, 10-50 mg jika
sebelumnya telah mendapatkan
terapi diuretik
Overload cairan 5-10 mg IV (0,5-1mg/kgBB)

Edema pulmo akut Dosis awal 20-40 mg IV dapat


diulang dengan dosis yang sama
atau ditambah dosis 20 mg 1-2
jam berikutnya
Toksisitas magnesium 20 mg IV
(meningkatkan ekskresi
magnesium)
Reaksi hemolitik pada 0.5 mg/kg bb IV
reaksi transfusi

29 HEPARIN Antikoagulan pada 5.000 Unit bolus IV diikuti infus


tromboemboli 1.000 Unit/jam. Target aPTT 2x
normal
30 HIDROKORTISON Thyroid storm (mengurangi 100 mg/8 jam IV
konversi T4 ke T3)

31 HYDRALAZINE Hipertensi pada 5- 10 mg IV; ulangi dosis (10 mg)


preeklamsia setelah interval 20 menit
berat/eklamsia

Hipertensi Emergeni 10 - 20 mg IV bolus dapat diulang


setiap 30 menit sampai sasaran
tekanan darah tercapai

29
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

32 INSULIN Hiperkalemia 10 Unit IV


REGULER Ketoasidosis diabetika 0,1 Unit/kgBB bolus IV diikuti infus
0,1 Unit/kgBB/jam

33 IPRATROPIUM Bronkospasme 4-6 MDI


BROMIDA PPOK eksaserbasi akut 0,5 mg atau 2,5 ml (nebulisasi)
34 KALIUM Hipokalemia lnfus dengan kecepatan 10-20
mEq/jam. ECG monitoring secara
kontinyu selama koreksi. Pemberian
Hipokalemia berat dan kalium yang tidak diencerkan dengan
terjadi ancaman henti infus intravena cepat dapat
jantung akibat aritmia menyebabkan ventrikel fibrilasi dan
(malignant ventricular henti jantung.
aritmia)
Penceg ahan hipokalemi Berikan 10 - 40 mEq/jam untuk
pada ketoasidosis mencegah hip okalemia jika asidosis
diabetika teratasi.

35 KETAMINE Refractory status Bolus pelan 5 mg/KgBB, dengan


epilepticus kecepatan 5 mg/KgBB/jam
Terapi tambahan pada 0.2 mg/kg bolus IV diikuti infus 0.5
status asmatikus mg/kg/jam terkadang digunakan.
Namun penelitian RCT tentang
efikasi ketamin dalam terapi asma
akut berat masih kurang.
36 LABETOLOL Hipertensi pada 20 mg IV ditingkatkan sampai 40 mg
preeklamsia berat/ dalam 10 menit jika diperlukan, dan
eklamsia 80 mg setelah 10 menit selanjutn ya
jika masih diperlukan.
Hipertensi urgensi 200 - 400 mg PO
Hipertensi emergency 10 - 80 mg IV bolus setiap 10 menit
sampai dosis maksimal 300 mg.
lnfus : 0,5 - 2 mg/menit

37 LARUTAN LUGOL Thyroid storm (mengurangi 8 tetes PO


release hormon thyroid)
38 LIDOKAIN VT pulseless dan VF, 1-1,5 mg/kgBB IV bolu s. Jika tidak
refrakter respon berikan 0.5 -0.75 mg/kg IV
bolus, diulang dalam 5 -10 minutes;
maksimal 3 dosis atau total 3
mg/kgBB
VT monomorfik (lini kedua) 1-1,5 mg/kgBB IV bolus. lnfus
rumatan 1-4 mg/menit (30-50
mcg/kgBB/menit)

30
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

39 LORAZEPAM Terapi antikejang


lntranasal/lntraoral: 0.1 mg/KgBB,
maksimal 2-4 mg lntravena : 0.1
mg/kg IV dengan kecepatan 2
mg/menit sampai dengan dosis
maksimal 10mg
40 MAGNESIUM Bronkospasme berat 5O mg/kgBB dalam 20 menit
SULFATE maksimal dosis 2 gram

Kejang pada Preeklamsia 2 gram sebagai bolus, dosis kedua


berat/eklamsia lebih dari 3 sampai 5 menit
Monitor terhadap kemungkinan
terjadinya toksisitas magnesium,
periksa respiratory rate, reflek
tendon, urin output dan ECG monitor.
Efek samping magnesium meliputi
flushing, nyeri dada, palpitasi, mual,
muntah, hipotensi dan depresi
respirasi, penurunan kesadaran,
pada level > 20 mEq/L dapat
menyebabkan henti jantung.
Neuroprofilaksis pada 4-6 gram IV, dalam > 20 menit,
preeklamsia dilanjutkan infus kontinyu 1-2
gram/jam, sesuaikan dosis hingga
tercapai kadar terapetik 4-7 mEq/L.
Monitoring kadar magnesium tiap 4-6
jam.

Terapi tambahan pada IV 1 - 2 gram yang diberikan bolus


status asmatikus lambat selama 30 menit diindikasikan
untuk manajemen serangan asma
akut yang sangat berat (FEVl <25%
prediksi). Nebulisasi 95 mg MgSO4
dalam 4 dosis terbagi setiap 20 menit
juga efektif pada asma berat jika
diberikan setelah beta agonis agresif
dan steroid. Refleks tendon dalam
dan tekanan darah harus dimonitor.

41 MANITOL 25% Force diuresis 0,5 gram / KgBB (dalam 5-15 menit

Peningkatan TIK 0,5-1gram/kgBB IV

Reaksi hemolitik pada 0.5-1g/kg iv (5-15 menit)


reaksi transfusi

31
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

42 METHIMAZOLE Thyroid storm (mengurangi 30 mg Per Oral atau Per Rectal /6


sintesis hormon thyroid) jam

43 METIL Bronkospasme 125 mg IV (1-2 mg/kgBB)


PREDNISOLON
Terapi lanjutan reaksi 1-2 mg/kgBB IV
anafilaksis
44 METOPROLOL Aritmia 22,5 mg IV

Blok respon simpatis pada 1-5 mg IV, titrasi sesuai respon


thyroid storm
45 MIDAZOLAM Terapi antikejang Intranasal: 0.2 mg/KgBB, maksimal
10 mg; Buccal: 0.5 mg/KgBB,
maksimal 10 mg; lntraoral: 0.2
mg/KgBB, maksimal 4 mg lntravena:
0.1 - 0.2 mg/kg IV dengan kecepatan
5 mg/menit sampai dengan dosis
maksimal 10 mg

Refractory status Bolus pelan 0.1 - 0.2 mg kg, diikuti


epilepticus dengan infus 0.1 - 1.0 mg/kg per jam

Kejang pada Preeklamsia 1-2 mg IV


berat/eklamsia

46 MORFIN Mengurangi kecemasan 5-10 mg IV


dan menurunkan work of
breathing
Venodilator dan anxiolytic 2-3 mg IV
pada preeklamsia berat

Edema Pulmo akut 5-10 mg iv untuk mengurangi


kecemasan dan menurunkan work of
breathing

47 NALOXONE Reversal efek opioid 20-40 mg IV incremental, titrasi


hingga efek yang diinginkan

Opioid overdosis 0,8 - 2 mg IV

32
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

48 NATRIUM Asidosis (pH< 7,1) Direkomendasikan 50% dari total


BIKARBONAT deficit diberikan 3-4 jam, dan
sisanya diberikan dalam 8-24 jam.

Target awal HCO3 adalah


konsentrasi 10-12 mEq/L untuk
menaikkan pH sekitar 7, 2
1 ampul NaHCO3 8,4% berisi 25
mEq, untuk menghindari
hiperosmolar itas dan
hypernatremia, encerkan 3 ampul
NaHCO3 8,4% dalam dekstrose 5%
1 L, berikan infus 1-1,5 L/Jam
dalam jam pertama.

Hipervolemia merupakan
konsekuensi dari terapi alkaline,
berikan loop diuretik

Terapi lanjutan pada Bikarbonat diberikan jika pH<6.9


ketoasdosis diabetika, bila (terutama pasien dengan instabilitas
Ph<6,9 hemodinamik, vasodilatasi perifer,
hiperkalemia berat dan koma).
Berikan 100 meq Na Bicarbonat
dalam 400 cc air dengan 20 mEq
KCL dengan tetesan 200 cc/jam
selama 2 jam hingga Ph> 7

49 NEOSTIGMINE Reversal efek relaksan Hingga maksimal dosis 70 mcg/


otot kgBB, dosis maksimal 5 mg

50 NICARDIPINE Hipertensi Emergensi 5 g/jam IV infusion; titrasi bertingkat


muai dari 2,5 mg/jam setiap 20
menit meningkat sampai maksimal
dosis 15 mg/jam
Hipertensi pada preek Dosis inisiasi 3 - 5 mg/jam selama
lamsia berat/ eklamsia 15 menit, dosis dapat ditingkatkan
0,5 - 1 mg setiap menit. Dosis tidak
melebihi 15 mg/jam

51 NIFEDIPINE Hipertensi uregensi 10-20 mg PO

33
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

52 NITROGLISERIN Edema pulmo (tanpa 0,25-1mcg/ kgBB/ menit jika tidak


(NTG) hipotensi) dijumpai hipotensi.

Hipertensipulmo dengan 0,25-1 mcg/kgBB/menit


gagal jantung kanan

Vasodilator koroner 0,5-1 mcg/kg/menit Dengan catatan


tekanan darah > 100 mm Hg

Hipertensi Emergensi 0,25 - 10 mcg/Kg/min IV infusion

53 NITROPRUSSIDE Hipertensi Emergensi 0,25 - 10 mcg/Kg/min IV infusion

54 NOREPINEFRIN Hipotensi refrakter pada Titrasi dosis mulai 0,05


reaksi anafilaksis dan mcg/kgBB/menit
dosis epinefrine > 8
mcg/kgBB/ menit

Hipotensi (Syok 0,5-30 mcg/menit. Target TD systole


Kardiogenik}, TD sistolik < 100 -120, MAP> 75 mmHg.
70 mmHg dengan tanda
syok (+)

Vasopressor pada sepsis 2-20 mcg/menit

55 PETHIDIN Hipotermia 12,5-25 mg

56 PHENITOIN Status epilepticus 15-20 mg/ kg (dewasa S50 mg/ min;


anak anak Sl mg/ kg/ min). Dapat
menyebabkan hipotensi.

57 PREDNISONE Asma ekaserbasi sedang Kortikosteroid sistemik oral: 40 - 80


mg per hari dalam 1-2 dosis
terbagi.

Asma ekaserbasi berat Kor ti kosteroid sistemik oral:


prednisone 40 - 80 mg per hari dalam
1-2 dosis terbagi.

58 PROPANOLOL Blok respon simpatis 10 -40 mg PO tiap 4-6 jam


pada thyroid storm

59 PROPILTIOURASIL Thyroid storm Per Oral/NGT atau Per Rectal 1000


(PTU) (mengurangi sintesis mg, dilanjutkan 200-250/4 jam
hormo n thyroid)

34
Delvi
NO NAMA OBAT INDIKASI DOSIS

60 PROPOFOL bronkospasme 0,5-1 mg/kgBB IV, titrasi dosis


sesuai hemodinamik pasien
Refreactory status bolus pelan 1 - 2 mg/kg IV,
epilepticus diikuti dengan infus 2-5 mg/kg
per jam.
Kejang pada Preeklamsia 20-40 mg IV (incremental dosis
berat/eklamsia hingga kejang teratasi)

Status epilepticus 1-2 mg/kgBB IV diikuti 1-15


mg/kgBB/jam
61 ROKURONIUM Relaksan otot pada 0,9-1,2 mg/kgBB
laringospasme dan
terdapat kontraindikasi
suksinilkolin
62 rtPA (recombinant Terapi fibrinolitik pada IV 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg),
tissue plasminogen stroke 10% diberikan sebagai bolus
activator) awal selama 1 menit, diikuti infus
IV kontinyu sisanya selama 60
menit.
63 SALBUTAMOL Bronkospasme 6-8 puff atau nebulasi 5 mg (1
cc, 0,5%) , melalui sirkuit
pernapasan, dapat diulang tiap
20 menit jika diperlukan.
Bronkospasme pada MDI 5-10 puff atau nebulized
anafilaksis melalui sirkuit breathing
Hiperkalemia 10-20 mg nebulasi atau MDI 6-
10 puff
64 SODIUM IODIDA Thyroid storm PO atau IV 250 mg/6 jam
(mengurangi release (diberikan > 2-3 jam setelah
hormon thyroid) pemberian PTU atau
methimazole).
65 SODIUM NITRITE lntoksikasi sianida pada 4 - 6 mg/kgBB IV, dalam 3 menit
pemberian Na nitroprusid diikuti dengan sodium thiosulfate
150-200 mg/kgBB IV, dalam 10
menit.
66 SUKSINILKOLIN Relaksan otot pada 0,5 mg/KgBB IV
laringospasme
Relaksan otot pada RSI 1,5 mg/KgBB

67 THIAMIN Withdrawal alkohol 100 mg IV


Ensefalopati wernicke 50-100 mg IV

35
Delvi

Anda mungkin juga menyukai