Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“KONSEP PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK”

OLEH:
NAMA : PUTU MEGA WIDI ARDINING
NIM : 1911041027
JURUSAN : DHARMA ACARYA
PRODI : PGPAUD

STAH N MPU KUTURAN


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maya Esa, Karena karunianya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini di susun dengan bahasa yang lugas,sistematis,komperhensif dan terpadu
dengan pendekatan tersebut diharapkan pembaca makalah ini memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam. Makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan atau alat bantu yag
tidak dapat bekerja sendiri tanpa usaha keras. Makalah ini juga disusun apa adanya,tidak
mengurangkan kata sedikit pun.
Kami menyadari bahwa kerja keras kami jauh dari memadai. Kritik dan saran yang
bersifat membangun, sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Januari 2021
Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
Bab II Pembahasan .................................................................................................................3
A. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget................................................................3
B. Kemampuan Kognitif Anak Berdasarkan Usia.............................................................11
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak......................................23
Bab III Penutup .....................................................................................................................25
A. Kesimpulan....................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................26
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 tahun (sejak lahir) sampai dengan 8
tahun dan masa ini disebut sebagai masa emas karena pada masa ini terjadi proses
penyambungan sel-sel otak yang menjamin luas dan kokohnya dasar bagi
perkembangan anak selanjutnya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. Aspek-aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia ini meliputi nilai
agama, moral, fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional.
Pada usia dini pemberian rangsangan pada anak sangat penting untuk
pertumbuhan hubungan antar sel syaraf otak, sehingga pada masa ini harus diberikan
penanganan yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak. Hal ini dimaksudkan
bahwa semakin sering anak diberikan rangsangan atau stimulus, maka sambungan sel-
sel syaraf otak akan semakin banyak. Proses penyambungan yang menjamin luasnya
dan kokohnya dasar bagi perkembangan anak selanjutnya.
Kemampuan kognitif sangat penting dikembangkan pada anak usia dini karena
dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari kemampuan ini yaitu untuk berfikir,
memproses informasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kemampuan
kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang
apa yang ia lihat, dengar, rasa, raba ataupun ia cium melalui panca indra yang
dimilikinya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) salah satunya dapat dilakukan pada
PAUD formal yaitu Taman Kanak-kanak (TK) Pada pendidikan di Taman Kanak-
kanak (TK) ada aspek pengembangan kognitif dapat dikembangkan dengan berbagai
cara yaitu dengan kegiatan bernyanyi dan bermain. Hal ini bertujuan agar anak tidak
merasa terbebani dan disatu sisi sebenarnya anak tersebut belajar meskipun tanpa
disadarinya. Pada kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan metode, strategi dan
dukungan alat peraga yang tepat dan efektif sehingga dapat menggugah antusias anak
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu perkembangan kognitif menurut Jean Piaget?
2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif anak berdasarkan usia?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak?

C. TUJUAN
Sejalan dengan Rumusan Masalah di atas yang terjadi dalam pembuatan makalah ini,
maka yang menjadi Tujuan dari pembutan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak berdasarkan usia.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget.

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia


meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.
Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara
berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena
kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga
bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A.
King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana
anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s. Friedman and
Miriam.
W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi
(epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan
intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan
biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal
si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya
kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si
anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi
melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung
elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi
dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan
perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses
yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada
sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons
refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana
anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental
mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.

3
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari
kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak
sudah mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang
diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk menangani lingkungan,
dan oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih
kompleks.
Karena struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan fisik
anak, jadi dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan
fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson, 2010:325).
2. Perkembangan Intelektual
a. Struktur
Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat
hubungannya dengan struktur yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada
hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan
berfikir logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi dan
operasi selanjutnya menuju pada perkembangan struktur. ( Ratna Wilis Dahar,
2011:34).
Operasi-operasi ini mempunyai empat ciri, yaitu:
Pertama, Operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Ini berarti antara
tindakan-tindakan itu. Baik tindakan mental maupun tindakan fisik tidak terdapat
pemisah-misah, misalnya seorang anak mengumpulkan semua kelerang kuning dan
merah, tindakannya ialah merupakan baik tindakan mental maupun fisik. Secara fisik
ia memindahkan kelereng-kelereng itu, tetapi tindakannya itu dibimbing oleh
hubungan
“sama” dan “berbeda” yang diciptakannya dalam pikirannya. Kedua, Operasi-operasi
itu
reversible. Misalnya menambah dan mengurangi merupakan operasi yang sama yang
dilakukan dengan arah yang berlawanan. Sebagai contoh: 2 dapat ditambahkan
dengan 1 untuk memperoleh 3, atau 1 dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh 2.
Ketiga, tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu berhubungan
dengan struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya operasi penambahan-pengurangan
berhubungan dengan operasi klasifikasi, pengurutan, dan konservasi bilangan.
Operasi itu asli saling membutuhkan. Jadi operasi itu adalah tindakan-tindakan mental

4
yang terinternalisasi, reversible, tetap dan terintegrasi dengan struktur-struktur dan
operasi-operasi lainnya.
Selanjutnya yang terakhir struktur juga disebut skemata merupakan organisasi mental
yang tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu menghadapi
tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya. Diperolehnya suatu
struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu perubahan dalam perkembangan
intelektual anak. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:134).
b. Isi
Hal yang dimaksud dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin
pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi-situasi yang
dihadapinya. Anatara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya
tertuju
pada isi pikiran anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak
kecil
sekali hingga agak besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya yaitu pohon-pohon,
matahari, bulan, dan konsepsi tentang beberapa peristiwa alam. ( Ratna Wilis Dahar,
2011:134)
c. Fungsi
Fungsi ialah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-kemajuan
intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada 2 fungsi yaitu
organisme dan adaptasi. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:135).
Fungsi organisme untuk mensistematikkan proses fisik atau psikologi menjadi sistem
yang teratur dan berhubungan atau berstruktur, seperti halnya seorang bayi
mempunyai struktur-struktur perilaku untuk memfokuskan visual dan memegang
benda secara terpisah. Pada suatu saat dalam perkembangannya, bayi itu dapat
mengorganisasi kedua struktur perilaku ini menjadi struktur tingkat tinggi dengan
memegang suatu benda sambil melihat benda itu, dengan organisasi, struktur fisik dan
psikologis diintergrasi menjadi struktur tingkat tinggi. Piaget melihat perkembangan
intelektual sebagai proses membangun model realitas dalam diri dalam rangka
memperoleh informasi mengenai cara-cara membangun gambaran batin tentang dunia
luar, sebagian besar masa kecil kita dihabiskan untuk aktif mempelajari diri kita
sendiri dan dunia luar. Mungkin anda pernah memperhatikan, anak-anak yang masih
sangat belia pun sudah punya rasa ingin tahu yang besar tentang kemampuan diri dan

5
lingkungan sekitarnya. (Ratna Wilis Dahar, 2011:136).
Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Sebagai
proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui proses yang tidak
dipisahkan, yaitu: Asimilasi ialah penyatuan (pengintegrasian) informasi, persepsi,
konsep dan pengalaman baru kedalam yang sudah ada dalam benak seseorang. (Wina
Sanjaya, 2010:132). Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau
kemampuan yang sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya dalam
lingkungannya. (Ratna Wilis, 2011:135).
1) Akomodasi ialah individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang
diterima dari lingkungannya. (Mohd. Surya, 2003:56). Sebagai proses penyesuaian
atau penyesuian atau penyusunan kembali skema ke dalam situasi yang baru. (Riyanto
Yatim, 2009:123).
Proses penyerapan ini saling berkaitan, sebagai contoh ketika seorang anak belum
mengetahui/mengenal api, suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api, maka
berdasarkan pengalamannya terbentuk struktur penyesuaian skema pada struktur
kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh
karena itu harus dihindari, ini dinamakan adaptasi. Dengan demikian, ketika ia
melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin anak dewasa, pengalaman
anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak memakai api,
ketika anak melihat bapaknya merokok menggunakan api, maka skema yang telah
terbentuk disempurnakan, bahwa api bukan harus dihindari tetapi dapat dimanfaatkan.
Proses penyesuaian skema tentang api yang dilakukan oleh anak itu dinamakan
asimilasi. Semakin anak dewasa, pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika
anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kenderaan memerlukan api,
dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api. bahwa api bukan
harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi api
sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses penyempurnaan skema itu
dinamakan proses akomodasi. ( Wina Sanjaya, 2010:132).
3. Tahap Perkembangan Intelektual
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga
dewasa, menurut Piaget perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap sensori-motor : 0 – 1,5 tahum
2. Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun
3. Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun

6
4. Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun mungkin
setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah
cukup matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau operasi. (Matt Jarvis,
2011:148). Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang
berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat
operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun masih pada
tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan perkembangan intelektual
sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk
sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya. (Ratna Wilis, 2011:137).
a. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar tentang diri
mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan
melalui aktivitas motor. ( Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin
Feldman, 2008:212). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori) dan
gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan
lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan
dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk
melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan. ( Mohd. Surya, 2003: 57).
b. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi
berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang
teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat
tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:
1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi
tidak logis
2. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan
sebabakibat secara tidak logis
3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya
4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu
mempunyai jiwa seperti manusia

7
5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di
dengar
6. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan
jawaban dari persoalan yang dihadapinya
7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya
Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak
dirinya. ( Mohd. Surya, 2003: 57-58).
c. Tahap Operasional Konkrit
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika
atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah
hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang
dan
kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa
objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami
kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149-
150). Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka dengan warna rambut yang
berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasikan
boneka yang berambut paling gelap. Namun ketika diberi pertanyaan, “rambut edith
lebih terang dari rambut susan. Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily.
Rambut
siapakah yang paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami
kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan
lambanglambang.
d. Tahap Operasional Formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak
dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih
kompleks. ( Matt Jarvis, 2011:111). Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia
tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai
kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk
argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional

8
formal.
4. Tingkatan Perkembangan Intelektual
a. Kedewasaan
Perkembangan sistem saraf sentral yaitu otak, koordinasi motorik dan manifestasi
fisik lainnya menpengaruhi perkembangan kognitif. Kedewasaan atau maturasi
merupakan faktor penting dalam perkembangan intektual. ( Matt Jarvis, 2011:141).
b. Penalaran Moral
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstrakkan berbagai
sifat fisik benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan
menemukan bahwa benda itu pecah atau bila ia menempatkan benda itu dalam air,
kemudian ia melihat bahwa benda itu terapung ia sudah terlibat dalam proses
abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman ini disebut pengalaman fisik
untuk membedakannya dengan pengalaman logika-matematika, tetapi secara paradoks
pengalaman fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-struktur logika-
matematika. Pengalaman fisk ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak sebab
observasi benda-benda serta sifat-sifat benda itu menolong timbulnya pikiran yang
lebih kompleks. ( Matt Jarvis, 2011:141).
c. Pengalaman Logika-Matematika
Pengalaman yang dibangun oleh anak, yaitu ia membangun atau menkonstruks
hubungan-hubungan antara objek-objek. Sebagai contoh misalnya, anak yang sedang
menghitung beberapa kelereng yang dimilikinya dan ia menemukan “sepuluh”
kelereng.
Konsep “sepuluh” bukannya sifat kelereng-kelereng itu, melainkan suatu kontruksi
lain yang serupa, yang disebut pengalaman logika-matematika. ( Matt Jarvis,
2011:141).
d. Transmisi Sosial
Dalam tansmisi sosial, pengetahuan itu datang dari orang lain, seperti pengaruh
bahasa, instruksi formal dan membaca, begitu pula interaksi dengan teman-teman dan
orang-orang dewasa termasuk faktor transmisi sosial dan memegang peranan dalam
perkembangan. (Matt Jarvis, 2011:142).
e. Pengaturan Sendiri
Pengaturan sendiri atau ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali
keseimbangan (equilibrium) selama periode ketidakseimbangan (disequlibrium).
Ekuilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-tingkat berfungsi kognitif

9
yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi tingkat demi tingkat. ( Matt Jarvis,
2011:143). Jika pengaturan sendiri sudah dimiliki anak, ia mampu menjelaskan hal-
hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan equilibrium.
Namun ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pengaturan diri yang sudah ada, anak mengalami sensasi disequlibrium yang tidak
menyenangkan.
Secara naluriah, kita disarankan untuk memperoleh pemahaman tentang dunia dan
menghindari disequlibrium. (Matt Jarvis, 2011:142).
5. Kritikan Terhadap Teori Piaget
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum teori Piaget
bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa,
dan jenis logika itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namum ada juga
peneliti yang meributkan detil-detil penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika
anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
a. Pada sebuah studi klasik Mc.Garrigle dan Donalson menyatakan bahwa anak sudah
mampu memahami konservasi dalam usia yang lebih muda daripada usia yang
diyakini oleh Piaget
b. Studi lain yang mengkritik teori Piaget bahwa anak-anak baru mencapai
pemahaman tentang objek permanen pada usia di atas 6 bulan. Balillargeoan dan De
Vos anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas
operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian
hipotesis.
Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini
sesuai dengan studi Mc. Garrigle dan Donalson dan Balillargeoan dan De Vos yang
menyatakan bahwa Piaget meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu
menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua dan belum lama ini, Bradmentz
menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa
kanak-kanak. ( George Boeree,2008:368).
Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan di antara para ahli psikologi.
Tetapi beberapa psikolog percaya bahwa kita tidak boleh meninggalkan semua teori
Piaget, mereka ini yang dinamakan aliran neo-Piagetian.

10
B. Kemampuan Kognitif Anak Berdasarkan Usia
Tahap perkembangan kognitif anak usia dini berarti tahap perkembangan kognitif anak
dari sejak lahir sampai pada usia ±8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori
motorik untuk usia ±0 – 24 bulan dan tahap pra opersional ±18 – ± 7 tahun. Untuk
perkembangan kognitif pada tahapan sensori motorik, dapat lebih mudah dipelajari
melalui tabel yang telah disarikan dari buku Santrock berikut:
Perkembangan Kognitif Permanensi Objek
Tahap 1 (± 0 – 1 bulan)
Skema refleks bawaan (berwujud tingkah laku refleks)

Tahap 2 (±1 – 4 bulan)


Modifikasi skema stadium 1 atas dasar pengaruh pengalaman, mengakibatkan koordinasi
antara lain koordinasi mata tangan (reaksi sirkuler yang primer) tertuju pada badan
sendiri, misal mulai bermain 3 bulan: menolong meraban, bermain-main dengan jari
kakinya sendiri Tahap 1 dan 2 (± 0-4 bulan)
Bayi mengikuti objek yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang, perhatian
segera hilang dan memandang sebentar pada tempat objek menghilang
Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Perkembangan skema yang menyebabkan akibat yang menarik dalam lingkungan
orientasi ekstern, (reaksi sirkuler yang sekunder ditujukan pada lingkungan, misalnya
membuka pintu atau tas)
– Reaksi sirkuler yang sekunder (Piaget)
– Functionlust(K. Buhler)
– Motivasi efektif = bergaul secara efektif dengan lingkungan (White)
Tiga macam nama untuk satu gejala yang sama, tingkah laku satu mengundang tingkah
laku berikutnya (sirkuler) Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Mengikutin objek dengan mata, fiksasi bila gerakan objek berhenti, tahu sebelumnya
posisi yang akan datang berdasarkan proses gerakan. Mengikuti secara visual sampai
melampaui tempat menghilangnya objek Imisal, membungkuk dari kursi untuk melihat
objek yang jatuh). Dapat mengenal objek yang hanya nampak sebagian. Tidak mencoba
memegang bila menghilang meskipn mampu. Tidak heran bila objek menghilang.
Tahap 4 (± 8-12 bulan)
Koordinasi respons stadium 3 mengakibatkan tingkah laku intensional, nampak seperti
“inteligen” (koordinasi reaksi-reaksi sekunder) Tahap 4 (± 8-12 bulan)

11
Mencoba memegang dengan tangan objek yang menghilang dari pandangan
mata.nmencari terus di tempat menemukan sebelumnya meskipun melihat kalau dipindah.
Kebiasaan motorik: “Carilah di tempat yang sebelumnya kau menemukannya” penting di
sini pola aksi sensoris.
Tahap 5 (± 12-18 bulan)
Trial and error yang aktif, dorongan eksplorasi tertuju pada penemuan skema alat-tujuan
(reaksi sirkuler yang tersier mulai sekarang bukan secara kebetulan melainkan atas dasar
dorongan untuk mengadakan eksplorasi dan manipulasi dengan objek-objek baru) Tahap
5 (± 12-18 bulan)
Mencari objek di tempat yang untuk terakhir dilihatnya menghilang, misal di tangan,
bukan di bawah lap atau layar tempat objek ditinggalkan.
Tahap 6 (± 18-24 bulan)
Penemuan skema alat tujuan yang baru melalui kombinasi mental internal dari skema-
skema yang direpresentasi secara simbolis. Perpindahan dari fungsi sensori motoris ke
fungsi simbolis kognitif (permulaan berpikir) Tahap (± 18-24 bulan)
Anak menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan
kemungkinan berbagai perpindahan yang tidak nampak daripada objek yang tersembunyi,
tidak khusus terikat pada perpindahan yang nampak.

Piaget seperti dalam kutipan Siti Aisyah telah mengidentifikasi 4 periode utama dalam
perkembangan kognitif, yaitu periode sensori motor (lahir s/d 2 tahun) periode
praoperasional (2 s/d 7 tahun), periode operasi konkret (7 s/d 11 tahun) dan periode
operasi formal (11 tahun ketas).
Dalam makalah ini hanya akan dibahas periode sensori motor dan periode praoperasional,
yaitu periode-periode dimana anak mencapai usia 7 tahun. Berikut adalah table kedua
periode tersebut beserta penjelasan ringkas tentang ciri-ciri perilaku yang muncul dalam
setiap tahap yang terdapat dalam kedua periode tersebut.
a. Tahap Sensori Motor (Lahir s/d 2 Tahun)
Tahap sensori motor, yaitu sejak lahir hingga sekitar dua tahun dari masa bayi adalah
suatu periode, dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan gerakannya untuk
membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan
megetahui lingkungannya. Selama dua tahun pertama, bayi berkembang dari mahluk yang
bergerak dengan reflex dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas kepada pemecahan

12
masalah (problem solver) yang telah belajar banyak tentang dirinya, teman dekatnya, dan
benda serta dalam kejadian dalam dunianya sehari-hari.
1. Perkembangan keterampilan pemecahan masalah
Piaget member cirri bulan pertama hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflex yaitu suatu
periode dimana perilaku bayi terbatas pada latihan reflex yang dialami, menambahkan
obyek baru kedalam skema refleksif ini (sebagai contoh, menghisap selimut dan mainan
seperti menghisap putting susu). Dan menghantarkan reflex kepada benda nyata (bayi
mulai mengenggam dan menghisap benda nyata).
2. Perkembangan imitasi (peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang signifikan bermakna, dan dia sangat
tertarik pada perkembangan adaptasi peniruan tersebut. Pengamatannya mengarahkan
pada keyakinan bahwa bayi tidak mampu meniru respons yang asli yang ditunjukkan oleh
contoh (orang dewasa) hingga usia 8-12 bulan. Akan tetapi skema peniruan bayi ini tidak
akurat, seperti yang dicontohkan. Ketika kita membengkokkan dan meluruskan jari kita,
bayi mungkin akan meniru dengan membuka dan menutup seluruh tangannya. Jadi,
peniruan yang akurat terhadap kejadian respons yang paling sederhana, mungkin akan
memerlukan latihan berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu, dan ratusan contoh
dibutuhkan sebelum bayi usia 8-12 bulan dapat memahami dan menikmati permainan
sensori moto, seperti “cilukba”.

3. Perkembangan ketetapan benda


Salah satu penemuan yang perlu dicatat dalam periode sensori motor ini adalah
perkembangan ketetapan benda, yaitu suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika
benda tersebut tidak lagi dapat terlihat atau terdeteksi oleh indra lainnya. Jika kita
memindahkan sebuah jam dan menutupnya dengan buku, kita tetap menyadari bahwa jam
tersebut masih tetap ada. Tetapi bayi sangat tergantung pada panca indra dan kemampuan
motorik untuk memahami suatu benda maka ia berpikir bahwa suatu benda ada apabila
dapat di indrai.
4. Evaluasi tahap sensori motor dari teori Piaget
Pencapaian intelektual anak selama periode sensori motor benar-benar terlihat. Dalam
waktu 2 tahun yang singkat, anak telah berkembang dari refleksif dan mahluk yang tidak
bergerak kepada pemikir yang terencana yang dapat bergerak sendiri., memecahkan
masalah dikepalanya dan bahkan mengkomunikasikan beberapa pemikirannya kepada
temannya. “penundaan peniruan” muncul lebih awal dari yang telah dikatakan Piaget, dan

13
bayi yang masi sangat mudah mengetahui lebih banyak tentang benda dari pada yang
diperkirakan orang dewasa padanya.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Ketika anak memasuki tahap praoperasional, kita melihat peningkatan yang drastis dalam
penggunaan mental simbolnya (kata-kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda,
situasi dan kejadian. Pada dasarnya, suatu symbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain. Misalnya kata anjing mewakili binatang berkaki empat, ukuran sedang dan
bersifat lokal.
Contoh yang paling jelas dari penggunaan symbol bagi Piaget adalah bahasa. Contoh lain
penggunaan symbol pada anak kecil adalah penundaan, peniruan, menggambar,
perbandingan mental, dan permainan simbolik (misalnya berpura-pura menggunakan
sepatu sebagai telepon atau memberi makan anjing dengan bubur khayalan).
Masih mengutip piaget, menurutnya, perkembangan kognitif pada anak-anak bermula
dari perhatian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia 4 (empat) bulan,
misalnya , anak mampu mengembangkan apa yang disebut Piaget dengan istilah
“Intentionality”. Intentionnality adalah kemampuan anak dalam melakukan sesuatu agar
apa yang diinginkannya terpenuhi. Istilah ini juga sering disebut dengan tindakan agar
rasa ingin tahunya terjawab. Sekedar contoh, bayi “belajar” bahwa jika dirinya menangis,
maka ibu atau pengasuhnya akan datang. Oleh karena itu ketika bayi belum mampu
berkata-kata sebagaimana orang dewasa, ia hanya akan selalu menangis agara apa yang
diinginkannya dapat tercapai. Bahkan anak yang agak dewasapun, masih sering menangis
jika keinginannya tidak dipenuhi. Itulah,”belajarnya”bayi,menangis.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak–anak akan mencari apa yang dinginkannya
secara mandiri . misalnya nak ingin bermain boneka, maka ia akan mencari boneka yang
pernah dilihatnya. Ia datang mencari ke tempat dimana ia melihat boneka terakhir
kalinya. Bahkan, pada tahap ini anak mampu menyingkirkan barang-barang yang
sekiranya menghalangi boneka dengan dirinya. Dalam situasi tertentu, mungkin ia telah
jengkel karena tidak menemukan boneka yang dinginkannya. Ia protes dengan cara
menangis. tetapi hal ini dilaukann ketika ada orang dewasa di dekatnya. Tangisan itu
dimaksudkan agar orang di dekatnya mau membantu mencari boneka yang sedang
dicarinya tersebut.
Kemudian, sekitar usia 18 bulan, penalaran anak-anak sudah mulai berkembang lebih
tinggi . ia sudah mampu mencari benda-benda yang sengaja disembunyikan di berbagai
tempat tersembunyi. Inilah sebabnya mengapa anak-anak pada tahap ini sangat senang

14
jika diajak bermain petak umpat. Mereka seolah-olah merasa tertantang dengan
melakukan permainan tersebut. Di samping itu, anak-anak pada tahap ini juga telah
mampu mengingat perilaku orang-orang di sekitarnya, mengingat kejadian di masa lalu,
kemudian menirukannya.
Setelah itu pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak-anak sudah mulai mampu
melakukan manipulasi lingkungan dan mencoba hal-hal baru. Bahkan, mereka telah
mampu menggeneralisasikan satu situasi kes ituasi yang lain. Dengan tekhnik tertentu,
anak-anak mampu membawa dirinya untuk menguasai berbagai rintangan di lingkungan
yang baru saja mereka temukan tersebut.
Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, anak-anak mulai menaruh perhatian
pada simbol-simbol di sekitarnya. Dalam waktu yang tidak lama, mereka akan
mengetahui bahwa berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri.
Pemahaman terhadap berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri.
Pemahaman terhadap berbagai simbol tersebut secara tidak langsung meransang anak
untuk menaruh perhatian pada kertas yang terdapat gambar menarik dan tulisan di
sampingnya. Mulai dari sisni, anak-anak telah tertarik untuk Belajar membaca, menulis
dan berhitung. Tahap ini biasanya dilalui anak ketika usianya telah mencapai 5,5 hingga 6
tahun.
Selain Piaget, teori dasar kognitif juga dirumuskan oleh seorang ahli perkembangan dari
Rusia yang dikenal dengan nama Lev Vygotsky. Dia seperti yang diutip oleh Siti Aisyah
menekankan bahwa (1) perkembangan kognitif muncul dalam konteks budaya sosial yang
mempengaruhi bentuk yang diambilnya, dan (2) kemampuan kognitif anak yang paling
penting akan berkembang dari interaksi sosial dengan orang tua, guru, dan orang-orang
lain yang lebih kompeten.

1. Peranan Budaya dalam Perkembangan Intelektual


Vygotsky mengatakan bahwa bayi dilahirakn dengan sedikir fungsi mental awal yaitu
perhatian, sensasi, persepsi, dan ingatan yang akhirnya diubah oleh budaya ke dalam
proses mental yang lebih baru dan rumit yang ia sebut fungsi mental yang lebih tinggi.
Kemampuan awal anak mengingat dibatasi oleh keterbatasan biologis, yakni terbatas
pada imajinasi dan kesan yang dapat dihasilkan. Akan tetapi, masing-masing budaya
menyediakan perangkat kepada anak-anak untuk beradaptasi secara intelektual yang
memungkinkan mereka menggunakan fungsi-fungsi dasar mental secara lebih adaptif
(lebih dapat menyesuaikan diri).

15
2. Keaslian Sosial dari Kompetensi Kognitif Awal
Vygotsky setuju dengan pendapat Piaget bahwa anak kecil adalah penjelajah yang selalu
ingin tahu, yang scara aktif terlibat dalam belajar dan menemukan prinsip-prinsip baru.
Akan tetapi dia berpendapat bahwa penemuan yang dihasilkan karena inisiatif sendiri,
seperti yang dikemukakan Piaget, hanya sedikit berkontribusi (menyumbang) pada
perkembangan kognitif anak. Ia lebih memilih pentingnya kontribusi sosial pada
perkembangan kognitif.
3. Zone of Proximal Development (ZPD)
ZPD adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu rumit untuk dikuasai
sendiri, tetapi dapat dikuasai dengan panduan dan dorongan dari orang yang lebih ahli.
Zona of Proximal Development merupakan perbedaan antara apa yang dapat dicapai
pembelajar secara mandiri dan apa yang dapat dicapainya dengan panduan dan dukungan
atau dorongan dari orang yang lebih ahli. Contoh seorang anak yang sedang berusaha
menyelesaikan puzzle dan dilakukan dengan baik dengan bantuan ayahnya daripada tanpa
bantuan. Dan yang lebih penting lagi dia akan meresapi teknik penyelesaian masalah
tersebut berdasarkan pengalaman yang ia lakukan dalam berkolaborasi bersama ayahnya
untuk kemudian dia dapat menggunakannya sendiri.
Salah satu bentuk dari kolaborasi sosial yang mendorong pertumbuhan kognitif adalah
scaffolding (pijakan), yaitu kecenderugnan dari orang yang lebih ahli untuk secara hati-
hati menyesuaikan bantuan yang diberikannya kepada situasi pembelajar yang baru
sehingga pembelajar mendapat keuntungan dari bantuan tersebut dan meningkatkan
pemahamannya tentang suatu masalah. Scaffolding muncul bukan hanya dalam
pendidikan formal, tetapi setiap saat dapat terjadi jika orang yang lebh ahli menyesuaikan
bantuannya untuk memandu seseorang kepada tingkat kemampuan yang hamper sama
dengannya. Perilaku ayah Annie, seperti pada contoh terdahulu menggambarkan bukan
hanya ZPD, tetapi juga scaffolding.
4. Masa Belajar dalam Berpikir dan Partisipasi Terbimbing
Pada beberapa budaya dikatakan Rogoff seperti yang ditulis oleh Siti Aisyah , bahwa
anak tidak belajar dengan pergi ke sekolah bersama anak lainnya, juga tidak belajar dari
orang tuanya yang mengajarkan secara formal pelajaran tertentu seperti menenun dan
berburu. Tetapi ia belajar melalui partisipasi yang terbimbing yaitu secara aktif
berpartisipasi dalam kegiatan yang relevan dengan budayanya bersama orang yang lebih
ahli yang menyediakan bantuan dan dorongan yang diperlukan.

16
Partisipasi terbimbing adalah suatu masa belajar dalam berpikir yang bersifat informal, di
mana kognisi anak dibentuk pada saat ia ikut serta bersama orang dewasa dan teman yang
ahli lainnya dalam tugas yang relevan dengan budayanya setiap hari, seperti menyiapkan
makanan, mencari jejak sasaran buruan, mencuci baju, bercocok tanam atau hanya
bercakap-cakap tentang dunia di sekelilingnya. Barbara Rogoff meyakini bahwa
pertumbuhan kognitif dibentuk sebanyak-banyaknya melalui transaksi informal orang
dewasa dengan anak dari pada pengajaran yang lebih formal atau pengalaman belajar
dalam pendidikan.

Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikannya juga telah


menetapkan kebijakan berkaitan dengan tahapan perkembangan anak yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang disusun
untuk memberikan stimulasi pada Anak Usia Dini sesuai dengan capaian
perkembangannya. Berikut ini tabel standar tingkat pencapaian perkembangan kognitif
pada Anak Usia Dini sesuai Peraturan Menteri nomor 58 tahun 2009 tentang standar
Pendidikan Anak Usia Dini:

Tabel Capaian Perkembangan Usia 0 – 12 bulan


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan < 3
bulan 3 – < 6
bulan 6 – <9
bulan 9 – <12 bulan
A. Mengenali apa yang diinginkan Membedakan apa yang diinginkan (ASI atau DOT)
Memperhatikan permainan yang diinginkan Mengamati benda yang bergerak Mulai
memahami perintah sederhana
B. Menunjukkan reaksi atas rangsangan Berhenti menangis saat keiingannya terpenuhi
(setelah digendong atau diberi susu) Mengulurkan kedua tangan untuk digendong
1. Berpaling ke arah sumber suara
2. Mengamati benda yang dipegang kemudian dijatuhkan

1. Menunjukkan reaksi saat namanya dipanggil


2. Mencoba mencari benda yang disembunyikan
3. Mencoba membuka/melepas benda yang tertutup

17
Tabel Capaian Perkembangan Usia 12 – 24 bulan
Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
12 – < 18 bulan 18 – < 24 bulan
A. Mengenali Pengetahuan Umum 1. Menyebut beberapa nama benda
2. Menanyakan nama benda yang belum dikenal
3. Mengenal beberapa warna primer (merah, kuning, biru)
4. Menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal 1. Mempergunakan alat
permainan dengan semaunya seperti memukul-mukul balok
2. Mulai memahami gambar wajah orang
3. Mulai memahami prinsip milik orang lain (milik saya, milik kamu)
B. Mengenal konsep ukuran dan bilangan Membedakan ukuran benda (besar-kecil)
Membilang sampai lima

Tabel Capaian Perkembangan Usia 2 – 4 tahun


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
A. Mengenali Pengetahuan Umum
1. Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang, mobil, binatang,
dsb.
2. Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian)

1. Menemukan atau mengenali bagian yang hilang dari suatu pola gambar seperti wajah
orang, mobil, binatang, dsb.
2. Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula, dan cabai)
3. Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama seperti membedakan antara
buah rambutan dan pisang, perbedaan antara ayam dan kucing
B. Mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola
1. Mengenal konsep ukuran (besar-kecil, panjang-pendek)
2. Mengenal tiga macam bentuk ( , , )
3. Mulai mengenal pola

18
1. Menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling besar).
2. Mulai mengikuti pola tepuk tangan.
3. Mengenal konsep banyak dan sedikit.

Tabel Capaian Perkembangan Usia 4 – 6 tahun


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
4 – 5 tahun 5- 6 tahun

A. Pengetahuan umum dan sains


1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)
2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)
3. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya
4. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap,
terang, temaram, dsb)
3. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi
2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang
terjadi ketika air ditumpahkan)
3. Menyusun perencanaan kegiatan apa yang akan dilakukan
4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya(angin bertiup menyebabkan daun
bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah)
5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ayo kita bermain pura-
pura seperti burung)
6. Memecahkan masalh sederhana dalam kehidupan sehari-hari

B. Konsep bentuk, dan pola


1. Mengklasifikasikan bentuk atau warna atau ukuran
2. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis
atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
1. Mengenal perbedaan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; “paling/ter”
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

19
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD-ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau
sebaliknya
C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf
1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
3. Mengenal konsep bilangan
4. Mengenal lambang bilangan
5. Mengenal lambang huruf

1. Menyebutkan lambing bilangan 1-10


2. Mencocokkan bilangan dengan lambing bilangan
3. Mengenal berbagai macam lambing huruf vocal dan konsonan

G. Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini


Dengan pengetahuan pengembangna kognitif akan lebih mudah bagi orang dewasa
lainnya dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapau
optimalisasi potensial pada masing-masing anak.
Adapun tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan
auditory, visual, taktik, kinestetik, aritmetika, geometri, dan sains permulaan. Uraian
masing-masing bidang pengembangan ini sebagai berikut :
1. Pengembangan auditory
Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak, seperti : (a)
mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari, (b) mendengarkan
nyanyian atau syair dengan baik, (c) mengikuti perintah lisan sederhana, (d)
mendengarkan cerita dengan baik, (e) mengungkapkan kembali cerita sederhana, (f)
menebak lagu atau apresiasi musik, (g) mengikuti ritmis dengan bertepuk, (h)
menyebutkan nama-nama hari dan bulan, (i) mengetahui asal suara, (j) mengetahui nama
benda yang dibunyikan.
2. Pengembangan visual
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan
persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kemampuan yang dikembangkan,

20
yaitu: (a) mengenali benda-benda sehari-hari, (b) membandingkan benda-benda dari yang
sederhana menuju ke yang lebih kompleks, (c) mengetahui benda dalam ukuran, bentuk,
atau dari warnanya, (d) mengetahui adanya benda yang hilang apabila ditunjukkan sebuah
yang belum sempurna atau janggal, (e) menjawab pertanyaan tentang sebuah gambar dari
seri lainnya, (f) menyusun potongan teka-teki mulai dari yang sederhana sampai pada
yang lebih rumit, (g) mengenali namanya sendiri bila tertulis, (h) mengenali huruf dan
angka.
3. Pengembangan taktik
Kemampuan ini berhubungn dengan pengembangan tekstur (indera peraba). Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan yaitu: (a) mengembangkan indera sentuhan, (b)
mengembangkan kesadaran akan berbagai tekstur, (c) mengembangkan kosakata untuk
mengembangkan berbagai tekstur seperti tebal, tipis, halus-kasar, panas-dingin, dan
tekstur kontras lainnya, (d) mengembangkan kosakata untuk menggambarkan berbagai
tekstur, (e) bermain di bak pasir, (f) bermain air, (g) dengan plastisin, (h) menebak
dengan meraba tubuh teman, meraba dengan kertas amplas, (i) meremas kertas koran, (j)
meraup biji-bijian.
4. Pengembangan kinestetik
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan
atau motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-
permainan, yaitu: (a) finger painting dengan tepung kanji, (b) menjiplak huruf-huruf
geometri, (c) melukis dengan cat air, (d) mewarnai dengan sederhana, (e) menjahit
dengan sederhana, (f) merobek kertas koran, (g) menciptakan bentuk-bentuk dengan
balok, (h) mewarnai gambar, (i) membuat gambar sendiri dengan berbagai media, (j)
menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar, segitiga, atau empat persegi panjang, (k)
memegang dan menguasai sebatang pensil, (l) menyusun atau menggabungkan potongan
gambar atau teka-teki dalam bentuk sederhana, (m) mampu menggunakan gunting dengan
baik, (n) mampu menulis.

5. Pengembangan aritmetika
Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung atau konsep berhitung
permulaan. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengenali atau
membilang angka, (b) menyebut urutan bilangan, (c) menghitung benda, (d) mengenali
himpunan dengan nilai bilangan berbeda, (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan

21
himpunan benda, (f) mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan konsep dari konkret ke
abstrak, (g) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, (h)
menggunakan konsep waktu misalnya hari ini, (i) menyatakan waktu dengan jam, (j)
mengurutkan lima hingga sepuluh benda berdasarkan urutan tinggi besar, (k) mengenai
penambahan dan pengurangan.
6. Pengembangan geometri
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) memilih benda menurut warna, bentuk,
dan ukurannya, (b) mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, (c)
membandingkan benda menurut ukurannya (besar, kecil, panjang, lebar, tinggi, dan
rendah), (d) mengukur benda secara sederhana, (e) mengerti dan menggunakan bahasa
ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-rendah, dan panjang-pendek, (f) menciptakan bentuk
dari kepingan geometri, (g) menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan
bentuk geometri, (h) mencontoh bentuk-bentuk geometri, (i) menyebut, menunjukkan,
dan mengelompokkan segi empat, (j) menyusun menara dari delapan kubus, (k) mengenal
ukuran panjang, berat, dan isi, (l) meniru pola dengan empat kubus.

Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu
pendekatan secara saintifik atau logis, tetapi tetap dengan mempertimbangkan tahapan
berpikir anak. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengeksplorasi
berbagai benda yang ada di sekitarnya, (b) mengadakann berbagai percobaan sederhana,
(c) mengomunikasikan apa yang telah diaamti dan diteliti. Contoh kegiatan yang dapat
dikembangkan melalui permainan, sebagai berikut: proses merebus atau membakar
jagung, membuat jus, warna dicampur, mengenal asal mula sesuatu, balon ditiup lalu
dilepas, benda kecil dilihat dengan kaca pembesar, besi berani didekatkan dengan
macam-macam benda, biji ditanam, benda-benda dimasukkan ke dalam air, mengenal
sebab akibat mengapa sakit gigi, dan mengapa lapar.

22
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak
Pada perkembangan kognitif anak, ada 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif.
1.Faktor hereditas/ keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat schopenhauer,
berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi tertentu yang tidak
dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi lehrin, linzhey dan spuhier
berpendapat bahwa intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.

2.Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa,
manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada
tulisan atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal luas dengan sebutan teori Tabula
rasa.Menurut john locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukanoleh
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

3.Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat
dengan usia kronologis (usia kalender)

4.Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segalah keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja
(sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga
manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk
penyesuaian diri.

5.Faktor Minat dan Bakat


Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan
bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.

23
Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang
memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

6.Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam memecahkan masalah
masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

Diantara 6 faktor diatas, menurut saya faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif seorang anak adalah faktor lingkungan. Karena, banyak sekali
orang orang sukses yang berasal dari latar belakang orang tua yang tidak berpendidikan
tinggi. Dan juga beberapa faktor dari enam faktor tersebut lebih mengacu kepada faktor
lingkungan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-
perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga
usia 8 tahun.
2. Urgensi perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu dimana melalui
pengembangan kognitif fungsi berpikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk
mengatasi suatu situasi dan untuk memecahkan suatu masalah
3. Teori dasar perkembangan kognitif. Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori
kognitif berdasarkan hasil penelitian mereka. Masing-masing yaitu yang terkenal adalah
Jean Piaget, Bruner, dan Lev Vygotsky.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu: (1) Hereditas/
Keturunan, (2) Lingkungan, (3) Kemantangan, (4) Pembentukan, (5) Minat dan Bakat,
dan (6) kebebasan
5. Proses Kogntif pada Anak Usia Dini yaitu:
Adaptasi, disini adabtasi mempunyai 2 proses komplementer yaitu asimilasi dan
akomodasi. Proses yang berikut yaitu kecenderungan organisasi.
6. Tahap perkembangan kognitif AUD berarti tahap perkembangan kognitif anak dari
sejak lahir sampai pada usia ± 8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori motorik
untuk usia ± 0-24 bln dan tahap pra operasioanal ± 18 – ± 7 tahun.
7. Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini yaitu: (1) Pengembangan
Auditory, (2) pengembangan visual, (3) Pengembangan taktik, (4) Pengembangan
kinestetik, (5) Pengemabangan Arimatika, (6) Pengembangan Geometri, (7)
Pengemabangan Sains Permulaan.
8. Strategi pengembagan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu untuk: (1)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, (2) menemukan hubungan sebab akibat, (3)
Meningkatkan pengertian pada bilangan.

25
B. Saran
Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon
orangtua sebaiknya memahami perkembangan kognitif anak usia dini dan bisa
mengembangkannya sejak dari masa konsepsi agar dapat memberikan stimulasi yang
tepat pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/download/
%20197%20/178#:~:text=Piaget%20mengajukan%20teori%20tentang
%20perkembangan,a
https://primazip.wordpress.com/2013/06/08/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini/
https://www.kompasiana.com/www.rabiatul.com/faktor-yang-mempengaruhi-
perkembangan-kognitif-anak-usia-dini_5548f1b5af7e61a4128b45fe

27

Anda mungkin juga menyukai