Kelompok I Makalah - Berpikir - Kritis
Kelompok I Makalah - Berpikir - Kritis
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1. Yusilia Rohar 230108303
2. Indah Fatmawati, 230108149
3. Agista Syafira 230108058
4. Ita olviary 230108153
5. Nani Firawati 230108189
6. Kurnia Nur Yuniati 230108313
7. Aesti Rena Yulita 230108057
8. Wulan Yulianingsih 230108291
9. Sulastri 230108266
Puji syukur diucapkan kepada ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Berpikir Kritis
(Critical Thinking)” ini dengan seksama dan tepat pada waktu yang telah
ditentukan..
Kami berharap agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber
pengetahuan dan bahan pembelajaran mata kuliah . Dalam penyusunan makalah
ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan waktu dan
kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran yang
membangun dari rekan-rekan, dan dosen senantiasa kami harapkan demi
peningkatan kualitas makalah ke depan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini terfokuskan pada pembahasan mengenai berfikir kritis,
dimana rumusan masalah pada makalah ini:
a. Apa definisi Berfikir Kritis ?
b. Apa Pentingnya berfikir kritis dalam konteks bidan kesehatan ?
c. Apa saja karakteristik Berfikir Kritis ?
d. Apa saja indikator kemampuan berfikir kritis ?
e. Apa tahapan Berfikir Kritis ?
f. Apa saja keterampilan berfikir kritis ?
g. Apa manfaat berfikir kritis ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan
dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba
mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model
disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and
Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu
untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model
3
tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran,
perasaan dan berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang
berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan
seluruh komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling
berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional
yang berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa
perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan
antara pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai
praktik profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas
3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan
mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini
dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal
tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan
perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek
keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada
praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses
pembelajaran.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan
kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian
berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat.
4
Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka
menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam
keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja
berbuat sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis dapat
dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara
meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan
untuk mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya
“bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa
yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan
efektif.
a. Watak
5
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
c. Argumen
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
6
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa, 1985 :
54) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang
terdiri dari lima kelompok besar yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilandasar (basic support).
3. Menyimpulkan (interference).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).
7
pendapat/argumen.
g. Meringkas
8
7. Menginduksi dan a. Menggeneralisasi
mempertimbangkan b. Berhipotesis
hasil induksi
9
jenjang pendidikan seharusnya dapat memberikan perhatian penuh pada proses
perkembangan ketrampilan berfikir siswa. Agar dapat membimbing siswa berlatih
berfikir kritis, maka guru sendiri harus mengetahui dan memahami indikator-
indikator keterampilan berpikir kritis.
2.4 Indikator Berfikir Kritis
10
9) Mendenifisikan dan menilai 11) Memutuskan dan
definisi melaksanakan
10) Mengidentifikasi asumsi 12) Berinteraksi dengan orang lain
11
yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar
pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam
proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987:
44).
2. Keterampilan Mensintesis
4. Keterampilan Menyimpulkan
12
bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan
dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu
formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri,
dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan
merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya
sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan
yang baru.
13
Analisis – memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen,
menganalisis argumen
Evaluasi – menilai klaim (pernyataan), menilai argumen
Inferensi – mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (misalnya,
differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah,
mengambil keputusan
Penjelasan – menyatakan masalah, menyatakan hasil,
mengemukakan kebenaran prosedur, mengemukakan argumen
Regulasi diri – meneliti diri, mengoreksi diri
Memahami hubungan-hubungan logis antar gagasan
Mengidentifikasi, mengkontruksi, dan mengevaluasi argumen
Mendeteksi inkonsistensi dan kesalahan umum dalam pemberian
alasan
Memecahkan masalah secara sistematis.
Mengidentifikasi relevansi dan kepentingan gagasan
Merefleksikan kebenaran keyakinan dan nilai-nilai diri sendiri
14
orang lain dan diri kita sendiri untuk mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman yang tepat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Keterampilan menganalisis
2. Keterampian mensintesis
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
16
4. Keterampilan menyimpulkan
5. Keterampilan mengevaluasi dan menilai
17
Keterampilan berpikir kritis :
Pemikir kritis
Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya
dari informasi yang irelevan
Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah
atau mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi
tambahan yang relevan
Bukan pemikir kritis
Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi
sama pentingnya
Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti.
Manfaat berpikir kritis :
3.2 Saran
18
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar
makalah yang berjudul Berfikir Kritis ini berguna untuk menambah
pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal untuk
melakukan proses pembelajaran sebagai calon guru. Selain itu juga
diharapkan agar selalu berusaha terus memenuhi rasa ingin tahu hasil dari
kegiatan yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Hassoubah, Izhab Zaleha. 2004. Developing Creatif and Critical Thinking Skill
(Cara Berpikir Kreatif dan Kritis).Nuansa: Bandung.
Molan, Benyamin. 2012. Logika : Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta: Indeks.
De Bono, Edward. 1992. Teaching Thinking (Mengajar Berpikir). Erlangga
http://trisniawati87.blogspot.com/2013/01/makalah-berfikir-kritis.html (diakses
05 september 2014)
http://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/ (diakses
05 september 2014)
19