Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TATA TULIS LAPORAN

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN

(EYD) EDISI V

SEMERTER V

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. MUHAMMAD SABRI (2101011019)


2. RAYHAN GIGGS (2101012048)
3. AIDIL SAPUTRA (2101012075)
4. DHANES CANDRANT (2101012117)
KELAS : 3D
PRODI : D3 TEKNIK MESIN
KELOMPOK :2
DOSEN : LILI MIWIRDI, SS.,M.HUM
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita sehinggga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) Edidi V” tepat pada
waktunya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada kedua orang tua yang
telah mensupport dan memotivasi penulis untuk belajar, dan juga kepada dosen pengampu,
teman-teman, serta pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah
membaca makalah ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penulisan yang
akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis
sendiri.

Padang, 13 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Ejaan
2.2 Penulisan Kata, Angka, Lambang, Bilangan, Singkatan, Akronim.
2.3 Pemakaian Tanda Baca
2.4 Penulisan Kata Baku
2.5 Penulisan Unsur Serapan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ejaan merupakan hal yang sangat penting didalam pemakaian bahasa terutama
dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksud kan dengan ejaan sendiri adalah hal-hal
yang mencangkup penulisan hurus, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, kita
memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi yang disampaikan
secara tertulis. Dalam beberapa kurun waktu ini, indonesia mengalami beberapa
perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 agustus 1972,
indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Awal nya menggunakan ejaan Van
Ophuysen, lalu ejaan rupublik (ejaan sowewandi), ejaan membaruan, ejaan baru/
lembaga bahasa dan kasusatraan (LBK), baru kemudian ejaan yang disempurnakan
diresmikan sampai sekarang ini.
Dalam hubungan nya dengan pembekuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi yang
penting yaitu: sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan peristilahan,
serta sebagai alat penyaring masuk nya unsur-unsur bahsa lain kedalam bahasa
indonesia. Pengigat penting nya fungsi itu pembakuan ejaan perlu dicapai terlebih
dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek-aspek kebahasaan lain. Namun,
bukan berarti kita harus menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan ejaan
melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/ bahsa percakapan yang
tidak formal. Karena sebenarya penggunaan bahasa pada dasar nya digunakan
sesuai dengan situasi pemakaian.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan ejaan?2. Bagaimana fungsi ejaan?
2) Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?
3) Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
4) Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD

1.3. Tujuan
1) Untuk mendeskripsikan tentang pengertian ejaan.
2) Untuk mendeskripsikan fungsi ejaan.
3) Untuk mendeskripsikan perkembangan ejaan di Indonesia.
4) Untuk mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ejaan


Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van
Ophuijsen. Setelahnya, ada beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh
pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan,
Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
Ciri khas masing-masing ejaan dan tahun penetapannya, simak ulasan sejarah
ejaan Bahasa Indonesia dan perkembangannya berikut ini.
1) Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van
Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan
Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van
Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
2) Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah
berkeinginan untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal
tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di
Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru
yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi.
3) Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini
digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II
ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk
menyempurnakan ejaan Soewandi.
4) Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia
dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama
tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
5) Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru.
Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal
diresmikan pada saat itu.
6) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972
hingga 2015 pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan
Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009
7) Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa
Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia.
Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek
penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.

2.2 Penulisan Kata, Angka, Lambang, Bilangan, Singkatan, dan Akronim.


1) Penulisan Kata
Penggunaan kata depan sebanyak 171 kata, terdiri dari 165 kata depan yang
sesuai dengan EYD dan 6 kata yang tidak sesuai dengan EYD. Berikut beberapa
contoh kata depan yang sesuai EYD dan yang tidak sesuai dengan EYD.
a. Penulisan Kata Depan d, ke dan dari yang Sesuai
Penulisan kata depan yang benar yaitu kata depan yang sesuai dengan
kaidah EYD, yaitu penulisan kata depan yang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata. Berikut contoh penulisan kata depan yang sesuai.
 Judul: Cuci Uang Beli Delapan Saham Besar di Bursa
"M. Nazaruddin terancam makin lama di dalam tahanan"
 Judul: Empat Pejudi Dadu Digelandang
"Lokasi yang dijadikan tempat perjudian, berada di teras rumaht warga."

b. Penulisan Kata Depan di, ke dari dan yang Tidak Sesuai


Penulisan kata depan yang tidak tepat yaitu kata depan yang tidak sesuai
dengan kaidah EYD. Berikut contoh penulisan kata depan yang tidak sesuai.
 Judul: Mengejar Trofi The Masters
"Namun, tidak seperti kacamata biasa di mana pengaitnya disangkutkan
di telinga"Penulisan kata "di mana" diatur dalam kaidah kata depan. di.
Penulisan di yang menyatakan tempat digabung, sedangkan di yang
tidak menyatakan tempat dipisah. Kata di pada kata "didi Penulisan di
yang menyatakan tempat digabung, sedangkan dimana" tidak
menunjukkan tempat sehingga penulisannya digabung, menjadi:
"Namun, tidak seperti kacamata biasa dimana pengaitnya disangkutkan
di telinga"

 Judul: Pegasus Ngotot ke Lima Besar


"Sebab, di antara lima rider pegasus, hanya Arin yang berpeluang
bersaing dalam perebutan yellow jersey" Kata "di antara" diatur dalam
kaidah penulisan kata depan di Penulisan di tidak menyatakan tempat,
sehingga penulisanny digabung menjadi:
"Sebab, diantara lima rider pegasus, hanya Arin yang berpeluang
bersaing dalam perebutan yellow jersey"

2) Angka dan Bilangan


Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
atau angka Romawi.Angka Arab:0,1,2,3,4,5,6,7,8,9AngkaRomawi:I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),V (5.000), M
(1.000.000)
a. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
denganhuruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau paparan.Misalnya:Mereka menonton drama itu sampai
tiga kali.Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunankalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf
itu tidak ada padaawal kalimat.Misalnya:Lima puluh siswa kelas 6 lulus
ujian Panitia mengundang 250 orang peserta.Bukan:250 orang peserta
diundang Panitia dalam seminar itu.
c. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebihmudah dibaca.Misalnya:Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman
550 miliar rupiah.Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
d. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
(b) satuanwaktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.Misalnya:0,5
sentimetertahun 19285 kilogram17 Agustus 1945Catatan:(1)Tanda titik pada
contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.(2)Penulisan lambang
mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiridengan tanda titik dan
tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yangmengikutinya, kecuali di
dalam tabe.
e. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar.Misalnya:Jalan Tanah Abang I No. 15Jalan Wijaya No. 146.
f. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab
suci.Misalnya:Bab X, Pasal 5, halaman 252Surah Yasin: 9
g. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.a. Bilangan
utuhMisalnya:dua belas(12)tiga puluh(30)

3) Singkatan dan Akronim


a. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengantanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:
A.H .Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
 Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atauorganisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan
huruf awal kataditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik. Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
 Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan
dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
 Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda dengan titik.Misalnya:
Cu kuprum
Cm sentimeter

b. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai
sebuahkata.
 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama
diri ditulisseluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
 Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis
dengan huruf awal kapital
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan
syarat- syarat berikut :
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang
lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

2.3 Pemakaian Tanda Baca dan contoh Penggunaannya


1) Pengertian tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
2) Jenis jenis tanda Baca
a. Tanda koma ( , )
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
b. Tanda titik ( . )
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
c. Tanda titik koma ( ; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

d. Tanda titik dua ( : )


Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
e. Tanda hubung ( - )
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang
Contoh: anak- anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Tanda ulang
singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula,
dan tidak dipakai pada teks karangan.
f. Tanda pisah ( -,- )
Tanda pisah em (-) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia saya harapkan akan menjadi Wikipedia
terbesar

2.4 Penulisan kata Baku


1) Pengertian Kata baku
Banyak orang kurang menyetujui pemakaian bahasa “baku” karena mereka
kurang memahami makna istilah itu. Mereka mengira bahasa yang baku selalu
bersifat kaku, tidak lazim digunakan sehari-hari, atau bahasa yang hanya
terdapat di buku. Mereka berpendirian bahwa kita cukup menggunakan bahasa
yang komunikatif, maksudnya mudah dipahami. Mereka beranggapan bahwa
penggunaan ragam baku mengakibatkan bahasa yang kurang komunikatif dan
sulit dipahami.
Pemahaman semacam ini harus diluruskan. Keterpautan bahasa baku dengan
materi di media massa ialah bahwa ragam ini yang paling tepat digunakan
supaya bahasa Indonesia berkembang dan dapat menjadi bahasa iptek, bahasa
sosial, atau pun bahasa pergaulan yang moderen.
Bahasa yang baku tidak akan menimbulkan ketaksaan pada pemahaman
pembacanya. Ragam bahasa baku akan menuntun pembacanya ke arah cara
berpikir yang bernalar, jernih, dan masuk akal. Bahasa Inggris, dan bahasa-
bahasa lain di Eropa, bisa menjadi bahasa dunia dan bahasa komunikasi dalam
ilmu pengetahuan karena tingginya sifat kebakuan bahasa-bahasa tersebut.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Bahasa baku atau bahasa standar
adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti
dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku
terutama digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang
mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus
(ejaan dan kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum,
serta penggunaan di masyarakat (pemerintah, sekolah, dll).
Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima untuk
dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-
menyurat,dan rapat resmi.

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan


kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu
bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat
ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya
menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang
disepakati terbentuk.

2) Ciri ciri kata Baku


Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
a. Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan
yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
b. Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap di dalam kata.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan
kalimat, antara lain:
a. Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan
sample penelitian ini” (seharusnya “berhati-hati”).
b. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan
struktur kalimat, misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan
susunan pengurus baru” (kata dalam dapat dibuang).
c. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa
daerah yang belum dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma
menemukan sedikit temuan” (Cuma diganti hanya).
d. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda,
misalnya ”Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan
sekolah berjalan terus.” (konjungsi tetapi sebaiknya dihilangkan karena
sudah ada konjungsi meskipun).
e. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
f. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara
mendalam, peserta rapat menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul
tersebut’ tidak boleh dilesapkan).

2.5 Penulisan Unsur Serapan


1) Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain bahasa daerah atau
bahasa luar negeri yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan
dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Kata
serapan adalah kata yang diserap dari bahasa lain berdasarkan kaidah bahasa
penerimaan (KBBI V: 2016). Kridalaksan (2011:112) bahwa kata serapan
dinamakan kata pinjaman. Maksud dari kata pinjaman adalah kata yang
dipinjam dari bahasa lain dan kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan
kaidah bahasa sendiri.
Menurut pendapat Chaer (2008:239) penyerapan adalah bentuk
pengambilan kosakata dari bahasa asing Eropa (seperti bajasa Inggris, Bahasa
Belanda dan sebagainya), maupun bahasa Asia (seperti bahasa Arab, bahasa
Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya), termasuk dari bahasa-bahasa
nusantara (seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Minang, bahasa bali dan
sebagainya). Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kata serapan adalah
bahasa lain yang dipinjam dan disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri atau
penerimanya.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan pinjaman dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan.
2) Unsur serapan/pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia. Contoh: Reshuffle, do l'homme par l'homme dan shuttle cock.
(Unsur ini digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi baik penulisan
dan pengucapannya masih mengikuti cara asing) 2. Unsur serapan/pinjaman
yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan.
3) Proses Masuknya Kata Serapan Ke Dalam Bahasa Indonesia
Ada beberapa proses atau cara masuknya bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia sehingga bisa terserap, yaitu dengan
a. Adopsi
Proses Adopsi adalah proses terserapnya bahasa asing karena pemakai
bahasa tersebut mengambil kata bahasa asing yang memiliki makna sama
secara keseluruhan tanpa mengubah lafal atau ejaan dengan bahasa
Indonesia. Contohnya lotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket.
b. Adaptasi
Adaptasi merupakan proses penyerapan unsur asing yang penulisannya
dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, (Pusat
Pimbinaan dan Pengembangan Bahasa, 2012:52). Sedangkan menurut
Kosasih (2017: 93), cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya
mengambil makna asing itu, sedangkan ejaan dan cara penulisannya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
c. Pungutan
Masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terjadi akibat
pemakai bahasa mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
sumbernya, kemudian dicarikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
Cara ini dapat disebut juga dengan konsep terjemahan dimana kata serapan
dihasilkan dengan cara menerjemahkan kata atau istilah tersebut tanpa
mengubah makna kata tersebut.
d. Kreasi
Cara kreasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep
dasar yang ada pada sumbernya. Kemudian, ia mencari padanannya dalam
Bahasa Indonesia. Meskipun sekilas mirip penerjemahan, namun cara
terakhir ini memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik
yang mirip seperti penerjemahan. Mungkin saja kata yang dalam bahasa
aslinya itu terdiri atas satu kata, sedangkan dalam bahasa Indonesia
menjadi dua kata atau lebih. Contohnya effective menjadi berhasil guna,
shuttle menjadi ulang alik, dan spare parts menjadi suku cadang.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Dalam penulisan makalah ini salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
penulisan kata maupun kalimat yang tepat. Dengan penulisan kata yang tepat
maka pembaca tidak akan mengalami salah tafsir terhadap kata dasar yang telah
diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada pembaca,
sehingga tujuan penulis dapat tersampaikan ke pembaca.
2) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan, terdiri atas satu huruf atau lebih
huruf. Penulisan singkatan dalam surat kabar Jawa Pos edisi 11 Desember 2015
sebagian besar sudah sesuai dengan kaidah penulisan dalam EYD. Namun,
masih ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan singkatan.
3) Akronim ialah singkatan yang berupa abungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deretan kata yang diperlakukan
sebagai kata. Penulisan akronim dalam surat kabar Jawa Pos edisi 11 Desember
2015 sebagian besar sudah sesuai dengan kaidah penulisan dalam EYD. Namun,
masih ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan akronim.
4) Penulisan angka dan lambang bilangan dalam surat kabar Jawa Pos edisi 11
Desember 2015 sebagian besar sudah sesuai dengan kaidah penulisan dalam
EYD. Namun, masih ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan angka dan
lambang bilangan..
5) Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan dengan suara atau
kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan.
6) Tanda baca dalam penggunaannya dapat dilihat pada bahasan di atas, bukan soal
tahu saja tapi harus dipahami lebih dalam tentang permasalahan yang sering
muncul (salah penggunaan tanda baca) dalam karya tulis ilmiah.
7) Salah dalam menggunakan tanda baca akan menyebabkan kesalahan yang sangat
fatal yang tanpa disadari kalaupun sebelumnya belum mengetahui hal tersebut.
8) Sarana belajar dan giat berlatih merupakan jalan keluar dari masalah yang
terkadang timbul akibat salah dalam penulisan tanda baca.

3.2 Saran
penulis karya tulis ilmiah yang belum memahami penggunaan tanda baca
secara baik dan benar hendaknya belajar dari fasilitas yang ada seperti media
internet atau buku, agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan tanda
baca dapat dicegah sedini mungkin.
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa
dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa Maka
pembelajaran bahasa disetiap kampus dan pada setiap jenjang pendidikan nyata
diperlukan karena akan membantu memelihara kesucian dan keaslian bahasa, agar
selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.suara.com/news/2020/12/02/202020/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia-
dan-perkembangannya
2. https://www.academia.edu/44774961/TUGAS_MAKALAH_PENULISAN_KATA
3. https://www.scribd.com/document/361425434/Makalah-Penulisan-Kata-Depan-
Partikel-Singkatan-dan-Akronim-serta-Angka-dan-Lambang-Bilangan-docx#
4. https://www.academia.edu/37655939/
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_PEMAKAIAN_TANDA_BACA
5. https://id.scribd.com/document/562353531/KELOMPOK-3-MAKALAH-UNSUR-
SERAPAN

Anda mungkin juga menyukai