Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MODEL TEACHING FACTORY

TERHADAP KESIAPAN KERJA MELALUI HASIL


BELAJAR BISNIS DARING DAN PEMASARAN
Rafika Fahra Rosa Anindyta1, Naswan Suharsono2
Pendidikan Bisnis, Universitas Negeri Malang

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstract: The number of unemployed vocation high school graduates occupies the
second position below high school in 2021. The application of the TeFa model adhering
to the corporate culture is expected to overcome unemployment. This study uses a
quantitative type with the classical assumption method, path analysis, and hypothesis
testing. The result of the research of class XI BDP totaling 138 people showed that the
teaching factory did no affect learning outcomes, t count 0,395 < t table 1,9775,
Kata kunci: teaching factory significantly affected work readiness t count 10.850 > t table 1,9775,
learning outcomes did no affect wor readiness score t count 0,630 < 1,9775, teaching
Teaching Factory, factory on work readiness through learning outcomes has a direct and indirect effect.
HasiL Belajar,
Kesiapan Kerja.
Abstrak: Jumlah pengangguran lulusan SMK menempati posisi kedua dibawah SMA
pada tahun 2021. Penerapan model TeFa menganut budaya perusahaan diharapkan
mampu mengatasi pengangguran. Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan
metode asumsi klasik, path analysis, dan uji hipotesis. Hasil penelitian kelas XI BDP
jumlah 138 orang menunjukkan teaching factory tidak mempengaruhi hasil belajar t
hitung 0,395 < t tabel 1,9775, teaching factory mempengaruhi signifikan terhadap
kesiapan kerja t hitung 10.850 > t tabel 1,9775, hasil belajar tidak mempengaruhi
kesiapan kerja nilai t hitung 0,630 < t tabel 1,9775, teaching factory terhadap kesiapan
kerja melalui hasil belajar memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung.
Alamat Korespondensi:
Rafika Fahra Rosa Anindyta
Pendidikan Bisnis
Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: rafikafahrarosa@gmail.com

Pendidikan menengah kejuruan atau SMK dituntut untuk mempersiapkan peserta didik terutama untuk berkompetensi,
mengembangkan sikap profesionalitas serta mampu bekerja baik di dunia usaha maupun industri sesuai dengan kompetensi
keahlian yang telah dipilih. Namun, Badan Pusat Statistik merilis data pengangguran terbuka sebagai berikut:
Tabel. I Data Pengangguran Tertinggi yang Ditamatkan (Orang)
N Jenjang Pendidikan Februari Agustus
o tertinggi yang ditamatkan 2021 2021
1 Tidak atau belum pernah 20.461 23.905
sekolah
2 Tidak atau belum tamat 342.734 431.329
SD
3 SD 1.219.494 1.393.492
4 SLTP 1.515.089 1.604.448
5 SLTA Umum/SMU 2.305.093 2.472.859
6 SLTA Kejuruan/SMK 2.089.137 2.111.338
7 Akademi/Diploma 254.457 216.024
8 Universitas 999.543 848.657
.

1
2 Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

Data tersebut menunjukan bahwa jumlah pengangguran pada pendidikan menengah kejuruan menempati posisi kedua
dibawah pendidikan menengah atas atau umum yang memiliki makna bahwa pengangguran tingkat pendidikan kerjuan sangat
tinggi pada tahun 2021 bulan februari dan agustus. Salah satu persoalan di atas menyangkut guru yang bertanggung jawab untuk
memilih atau memutuskan model pembelajaran yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan
hasil belajar setiap peserta didik. Pendidikan generasi 4.0 menuntut pendidik untuk memiliki kreatifitas, inovatif, cerdas,
mengikuti perkembangan teknologi dan mampu untuk selalu memunculkan atau menciptakan ide-ide dalam merancang model
pembelajaran yang akan digunakan.
Seorang tenaga pendidik harus mempunyai suatu standart kelayakan tersendiri sebelum terjun di dunia pendidikan
untuk menyampaikan materi pembelajaran atau melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah, dikarenakan apa yang
disampaikan oleh seorang pendidik akan menjadi acuan dan sangat berpengaruh besar terhadap masa depan peserta didik .
Sedangkan untuk jumlah presentase dari Badan Pusat Statistik yang merujuk pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
menunjukkan bahwa guru Sekolah Menengah Kejuruan layak mengajar sebesar 74,38 % yang berarti sangat rendah jika
dibandingan dengan jenjang pendidikan yang lainnya sebagai berikut:
Tabel. 11 Presentase Guru Layak Mengajar Menurut Jenjang Pndidikan, Tahun ajaran 2018/2019
120%
100%
80%
60%
88% 94% 97%
40% 74%
20%
0%
SD SMP SMA SMK
(Sumber: Badan Pusat Statistik 2019)
Guru profesional atau yang memiliki kompetensi adalah orang yang fokus pada praktek, berusaha untuk
mewujudkan pengetahuan yang dimiliki, menunjukkan hasil belajar yang baik, mencoba metode-metode baru dalam
mengajar, serta mampu mengambil risiko untuk melakukan inovasi (Kulshrestha et al., 2013). Untuk mengatasi permasalahan
terkait pengangguran pada lulusan SMK dan hasil belajar yang tidak sesuai salah satunya mengenai penggunaan model
pembelajaran yang kurang efektif, maka kurikulum terbaru diadakannya penerapan model pembelajaran Teaching Factory atau
biasa disebut dengan TeFa. Teaching factory merupakan pembelajaran yang dilaksanakan dalam kondisi yang nyata untuk
menyesuaikan antara teori pengetauan yang diberikan guru di dalam kelas dengan keadaan dalam dunia industri, hal tersebut
sependapat dengan (Kuswantoro 2014). Tujuan diterapkannya model teaching factory untuk melatih dan membiasakan peserta
didik dalam melakukan kegiatan dengan waktu yang tepat, memenuhi strandart kualitas industri yang dianut, mempersiapkan
peserta didik memiliki keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya, menanamkan mental yang baik dalam dunia kerja dan
mampu menghasilkan jasa atau barang yang memiliki standart sesuai dengan perusahaan yang dianut. Penerapan model
pembelajaran Tecahing Factory bagi peserta didik diharapkan mampu melakukan praktik-praktik sesuai dengan keahlian
bidangnya dengan menganut budaya perusahaan dan tidak hanya menerima teori-teori pembelajaran, hal tersebut sangat
membantu pemahaman peserta didik yang dapat meningkatkan hasil belajar serta mampu mempersiapan diri untuk memasuki
dunia kerja yang sesungguhnya.
Model pembelajaran Teaching Factory salah satunya sudah diterapkan dan dijalankan di SMK Negeri 2 Tuban pada
program keahlian Bisnis Daring Pemasaran yang bekerjasama dengan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau biasa disebut
dengan “Alfamart” sejak tahun 2018, namun setelah dikonfirmasi oleh ketua program keahlian Bisnis Daring Pemasaran yaitu
Ibu Yeni Nur Diana, M.pd, belum pernah diteliti oleh institusi atau universitas manapun terkait dampak model pembelajaran
Teaching Factory di SMK Negeri 2 Tuban. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran teaching factory terhadap kesiapan kerja melalui hasil belajar pada kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran di
SMK Negeri 2 Tuban.

METODE
Pendekatan kuantitatif digunakan pada penelitian ini untuk menyelidiki subjek penelitian dalam upaya menjelaskan
secara numerik hubungan antara variabel penelitian dan data melalui perhitungan statistik. Format metode penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas menggunakan uji normalitas SPSS Kolmogrov-Smirnov level sig 1% untuk mengetahui apakah
distribusi data yang diperoleh normal atau tidak normal bila uji N Par AsympSig (2tailed) > 0,05 normal akan
digunakan.
b. Uji Heteroskedastisitas digunakan mengetahui ketidaksamaan varians dari residual antara nilai-nilai yang
diamati ketika nilai signifikan lebih besar dari 0,05, tidak ada varians heteroskedastisitas.
Anindyta, Suharsono, Pengaruh Teaching Factory... 3

2. Path Analysis
Ketika analisis jalur digunakan (variabel intervening) dan variabel Y (hasil belajar) ada sebagai variabel
perantara, pengaruh variabel X (teaching factory) terhadap variabel Z (kesiapan kerja) berubah. Analisis ini untuk
menghitung pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Uji Hipotesis
a. Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
- Jika nilai uji sig t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh
antar variabel.
- Jika nilai uji sig kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada pengaruh antar variabel.
b. Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Uji koefisien digunakan megukur seberapa besar kemampuan model dalam mendeskripsikan variabel dependen.
Populasi terdiri dari peserta didik kelas XI Bisnis Daring Pemasaran 1 berjumlah 35 orang, Bisnis Daring
Pemasaran 2 berjumlah 34 orang, Bisnis Daring Pemasaran 3 berjumlah 35 orang, dan Bisnis Daring Pemasaran 4
berjumlah 34 orang, dan menggunakan sampel jenuh sehingga total sampel 138 peserta didik.
Proses pengumpulan data didapatkan dengan menyebarkan soal tes hasil belajar terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu
pengetahuan produk, administrasi transaksi, pengelolaan bisnis ritel dan produk kreatif kewirausahaan serta kuesioner
model teaching factory dan kesiapan kerja. Kriteria kuesioner untuk peserta didik pada tabel dibawah ini:
Tabel. 111 Kriteria Skala Likert
Pilihan Jawaban Skor
SS = Sepenuhnya Setuju 5
S = Setuju 4
CS = Cukup Setuju 3
TS = Tidak Setuju 2
STS = Sangat Tidak Setuju 1
(Sumber: Sugiyono 2013)
Kuesioner model teaching factory dan kesiapan kerja tersebut menggunakan uji validitas dan reabilitas.

HASIL
Tabel. IV Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Teaching Factory 138 62 104 166 144.66 10.324
Hasil Belajar 138 42.5 55.0 97.5 85.138 8.0762
Kesiapan Kerja 138 76 67 143 124.43 10.321
Valid N (listwise) 138
Uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum pengisian kuesioner variabel teaching factory (X)
adalah 104 dan nilai maksimum 166 dengan standart deviasi sebesar 10.324. Variabel hasil belajar (Y) menunjukkan
bahwa nilai tes minimum 55 dan nilai maksimum 97,5 serta standart deviasi sebesar 8.0763. variabel kesiapan kerja
(Z) menunjukkan nilai minimum pengisian kuesioner adalah 67 dan maksimum 143 serta standart deviasi sebesar
10.321
Tabel. V Uji Normalitas Teaching Factory terhadap Hasil Belajar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Asymp. Sig (2-tailed) 0,158
a. Test distribution is Normal.
Tabel diatas memiliki nilai signifikansi 0,158 > 0,05 berdistribusi normal.
Tabel. VI Uji Normalitas Teaching Factory terhadap Kesiapan Kerja
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Asymp. Sig (2-tailed) 0,630
a. Test distribution is Normal.
Tabel diatas memiliki nilai signifikansi 0,630 > 0,05 berdistribusi normal.
4 Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

Gambar. II Uji Normalitas Teaching Factory terhadap Hasil Belajar

Gambar diatas memiliki titik-titik yang menyebar tidak beraturan dan tidak membentuk suatu pola, titik-titik mengikuti garis
diagonalnya, tabel seperti gunung
Tabel. X Uji Heterokedastisitas Teaching Factory terhadap Hasil Belajar

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 6.736 5.950 1.132 .260
Teaching
-.003 .041 -.005 -.063 .950 1.000 1.000
Factory
a. Dependent Variable: Abs_Res1
dan nilai signifikansi 0,950 > 0,05 jadi dalam penelitian ini variabel teaching factory terhadap hasil belajar tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Gambar. III Uji Normalitas Teaching Factory terhadap Kesiapan Kerja
Anindyta, Suharsono, Pengaruh Teaching Factory... 5

Gambar diatas memiliki titik-titik yang menyebar tidak beraturan dan tidak membentuk suatu pola tertentu, titik-titik mengikuti
garis diagonalnya, tabel membentuk seperti gunung
Tabel. XI Uji Heterokedastisitas Teaching Factory terhadap Kesiapan Kerja
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 17.903 7.018 2.551 .012
Teaching
-.062 .039 -.133 -1.567 .119 .999 1.001
Factory
Hasil Belajar -.037 .050 -.063 -.736 .463 .999 1.001
a. Dependent Variable: Abs_Res1

nilai signifikansi 0,463 > 0,05 sehingga variabel teaching factory terhadap hasil belajar tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Tabel. VII Path Analys Coefficients Model 1
6 Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 81.309 9.723 8.362 .000
Teaching Factory .026 .067 .034 .395 .694 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Dapat diketahui nilai signifikansi variabel teaching factory (X) 0,694 > 0,05, variabel teaching factory (X) tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar (Y).
Tabel. Model Summary 1
Tabel. VIII Path Analys Coefficients Model 2
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 22.709 11.232 2.022 .045
Teaching Factory .680 .063 .680 10.797 .000 .999 1.001
Hasil Belajar .039 .080 .031 .491 .624 .999 1.001
a. Dependent Variable: Kesiapan Kerja
Nilai signifikansi variabel teahing factory (X) adalah 0,000 < 0,05. Variabel teaching factory (X) berpengaruh
signifikan terhadap variabel kesiapan kerja (Z).
Pada Coefficient model 2 nilai signifikansi hasil belajar 0,645 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan
antara hasil belajar (Y) terhadap kesiapan kerja (Z).
Pada Standardized coefficient beta model 2 pengaruh langsung yang diberikan teaching factory (X) terhadap kesiapan
kerja (Z) 0,680, sedangkan pengaruh tidak langsung teaching factory (X) melalui hasil belajar (Y) terhadap kesiapan kerja (Z)
yaitu: 0,34 X 0,31 = 0,105 Maka pengaruh keseluruhan yang diberikan teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) adalah
pengaruh langsung 0,680 + 0,105 pengaruh tidak langsung = 0,785. Nilai pengaruh langsung 0,680 dan pengaruh tidak
langsung 0,105, bahwa secara langsung teaching factory (X) melalui hasil belajar (Y) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kesiapan kerja (Z).
Tabel. IX Uji t-Test Teaching Factory (X) terhadap Hasil Belajar (Y)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 81.309 9.723 8.362 .000
Teaching Factory .026 .067 .034 .395 .694
a. Dependent Variable: Hasil Belajar
Nilai signifikan teaching factory (X) terhadap hasil belajar (Y) 0,694 > 0,05 dan t hitung 0,395 < t tabel 1,9775
sehingga H1 ditolak tidak ada pengaruh teaching factory (X) terhadap hasil belajar (Y).

Tabel. X Uji t-Test Teaching Factory (X) terhadap Kesiapan Kerja (Z)
Anindyta, Suharsono, Pengaruh Teaching Factory... 7

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 25.920 9.102 2.848 .005
Teaching Factory .681 .063 .681 10.850 .000
a. Dependent Variable: Kesiapan Kerja
Nilai signifikan teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) 0,000 < 0,05 dan t hitung 10.850 > t tabel 1,9775, H2
diterima adanya pengaruh teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z).
Tabel. XI Uji t-Test Hasil Belajar (Y) terhadap Kesiapan Kerja (Z)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 118.568 9.358 12.671 .000
Hasil Belajar .069 .109 .054 .630 .530
a. Dependent Variable: Kesiapan Kerja
Nilai signifikan hasil belajar (Y) terhadap kesiapan kerja (Z) 0,530 > 0,05 dan t hitung 0,630 < t tabel 1,9775,
H3 ditolak tidak terdapat pengaruh antara hasil belajar (Y) terhadap kesiapam kerja (Z).
Tabel. XII Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Model Summary 1
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .034a .001 -.006 8.1012
a. Predictors: (Constant), Teaching Factory
Nilai R Square 0,001 atau 0,1 %, tidak ada pengaruh antara variabel (X) teaching factory terhadap hasil belajar (Y).
Tabel. XIII Uji Koefisien Determinasi ( R2)
Model Summary 2
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .682a .465 .457 7.605
a. Predictors: (Constant), Hasil Belajar, Teaching Factory
Nilai R Square 0,465, kontribusi variabel teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) adalah sebesar 46,5 %.
PEMBAHASAN
Teaching factory adalah model pembelajaran pada sekolah menengah kejuruan yang mengadopsi dan kerja sama
dengan dunia industri sesuai dengan jurusan masing-masing. Adapun beberapa tujuan yang ingin di capai oleh sekolah yang
salah satunya berkaitan dengan mempersiapan peserta didik lulusan kejuan yang siap memasuki dunia kerja. Penelitian ini,
model teaching factory diukur dengan empat indikator yaitu context, input, process, dan product serta 35 item pernyataan
diperoleh dengan hasil valid pada pengujian validitas yang berarti item-item teaching factory tersebut dapat digunakan untuk
menguji item-item pertanyaan pada angket kuesioner. Item-item tersebut juga memperoleh hasil reliabel pada pengujian
reabilitas. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila hasil jawaban dari kuesioner tersebut tidak berubah-ubah dari waktu ke
waktu (Amanda, 2019). Sedangkan untuk variabel kesiapan kerja diukur menggunakan enam indikator yaitu tanggungjawab,
mudah untuk menyesuaikan, memiliki keterampilan, komunikasi yang baik, percaya ciri, kesehatan dan keselamatan kerja.
dengan 30 item pernyataan juga memperoleh hasil yang valid dan reliabel.
Pengaruh Teaching Factory (X) terhadap Hasil Belajar (Y)
Hasil analisis penelitian ini mendeskripsikan bahwa variabel teaching factory (X) tidak mempengaruhi variabel hasil
belajar (Y) pada peserta didik kelas XI jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran di SMK Negeri 2 Tuban. Hasil analisis diperoleh
bahwa t hitung 0,395 < t tabel 1,9775 sedangkan untuk nilai signifikansi 0,694 > 0,05. Nilai signifikansi pada analisis jalur atau
8 Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....

path analysis yaitu 0,694 > 0,05, dan juga pada uji koefisien determinasi ( R2) nilai R Square 0,001 atau 0,1 %, tidak terdapat
pengaruh antara variabel teaching factory (X) terhadap hasil belajar (Y). Penggunaan model pembelajaran teaching factory
tidak dapat meningkatkan nilai tes hasil belajar dalam penelitian ini menggunakan mata pelajaran produktif kelas XI yang
terdiri dari penataan produk, administrasi transaksi, pengelolaan bisnis ritel dan produk kreatif kewirausahaan. Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian (Rayyan Mahmud) bahwa Tidak terdapat pengaruh positif penerapan teaching factory (X)
terhadap hasil belajar siswa (Y)
Pengaruh Teaching Factory (X) terhadap Kesiapan Kerja (Z)
Hasil analisis dapat dideskripsikan bahwa variabel teaching factory (X) mempengaruhi secara signifikan terhadap
variabel kesiapan kerja (Z). Hasil analisis diperoleh bahwa t hitung 10.850 > t tabel 1,9775, nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Nilai signifikansi pada analisis jalur 0,000 > 0,05 dan pada uji koefisien determinasi ( R2) nilai R Square 0,465, adanya
kontribusi variabel teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) adalah sebesar 46,5 %, sementara sisanya 53,5% dari
variabel lain yang tidak diteliti. Hal tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran teaching factory yang
diberikan dapat mempengaruhi kesiapan bekerja peserta didik. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian (Yusri 2020 dan
Zutasari 2021) bahwa pembelajaran teaching factory terbukti dapat mempengaruhi tiap indicator atau dimensi kesiapan bekerja
siswa kuesioner kesiapan kerja terkumpul dengan jumlah responden sebanyak 138 orang dengan jumlah jawaban rata-rata
responden tertinggi yaitu 592 pada item ke tujuh yaitu pelaksanaan teaching factory dapat memenuhi kebutuhan calon pekerja
yang fleksibel sesuai prioritas, hal tersebut memiliki makna bahwa peserta didik mampu menerima secara positif pembelajaran
teaching factory sesuai dengan kejuruan yang dianut.
Pengaruh Hasil Belajar (Y) terhadap Kesiapan Kerja (Z)
Hasil analisis penelitian ini mendeskripsikan bahwa variabel hasil belajar (Y) tidak mempengaruhi variabel kesiapan
kerja (Z). Hasil nilai t hitung 0,630 < t tabel 1,9775, nilai signifikansi 0,530 > 0,05. Pada analisis jalur atau path anlysis nilai
signifikansi hasil belajar (Y 0,645 > 0,05. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh dari jumlah responden 138 orang adalah
85,138, namun hasil belajar tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap kesiapan kerja peserta didik kelas XI Bisnis Daring
dan Pemasaran 1,2,3 dan 4 di SMK Negeri 2 Tuban. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Andika 2018) bahwa tidak
ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel prestasi belajar mahasiswa terhadap variabel kesiapan kerja.
Pengaruh Teaching Factory (Y) terhadap Kesiapan Kerja (Z) melalui Hasil Belajar (Y)
Hasil analisis penelitian ini mendeskripsikan bahwa variabel teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) melalui
(Y) memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung. Pada Standardized coefficient beta dapat diketahui pengaruh langsung
yang diberikan teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z) 0,680, pengaruh tidak langsung teaching factory (X) melalui
hasil belajar (Y) terhadap kesiapan kerja (Z) yaitu: 0,34 X 0,31 = 0,105 pengaruh total teaching factory (X) terhadap kesiapan
kerja (Z) adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu: 0,680 + 0,105= 0,785. Hasil perhitungan nilai
pengaruh langsung 0,680 dan pengaruh tidak langsung 0,105, secara langsung teaching factory (X) melalui hasil belajar (Y)
berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja (Z).

SIMPULAN
Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) variabel teaching factory (X) tidak mempengaruhi variabel hasil belajar (Y) pada
peserta didik kelas XI kompetensi keahlian Bisnis Daring Pemasaran di SMK Negeri 2 Tuban. Hasil analisis diperoleh bahwa t
hitung 0,395 < t tabel 1,9775 sedangkan untuk nilai signifikansi 0,694 > 0,05, (2) variabel teaching factory (X) mempengaruhi
secara signifikan terhadap variabel kesiapan kerja (Z). Hasil analisis diperoleh bahwa t hitung 10.850 > t tabel 1,9775 dan nilai
R Square adalah 0,465, hasil tersebut menunjukkan bahwa kontribusi variabel teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z)
adalah sebesar 46,5 %, (3) variabel hasil belajar (Y) tidak mempengaruhi variabel kesiapan kerja (Z). Hasil penelitian ini
diperoleh bahwa niali t hitung 0,630 < t tabel 1,9775, sedangkan untuk nilai signifikansi yaitu 0,530 > 0,05, (4) pengaruh
langsung lebih besar 0,680 dibandingkan pengaruh tidak langsung 0,105 pada teaching factory (X) terhadap kesiapan kerja (Z)
melalui hasil belajar (Y).

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai