Anda di halaman 1dari 20

ISSN 1412 - 8683 55

ANALISIS KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DITINJAU


DARI PERSPEKTIF PENGUSAHA
DI KABUPATEN BULELENG

Nyoman Trisna Herawati


Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompetensi pendidikan
kewirausahaan yang ditinjau dari perspektif pengusaha, disamping itu pula ingin
diketahui apakah ada perbedaan kompetensi antara perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa, dagang, atau manufaktur. Dalam penelitian ini dianalisis pula
hambatan-hambatan yang ditemui dalam pengembangan usaha, yang nantinya
dapat dijadikan masukan untuk penyempurnaan pembelajaran kewirausahaan di
perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan expost facto dengan tiga alat
analisis yaitu, analisis faktor, deskriptif kuantitatif, dan deskriptif kualitatif.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Buleleng yang melibatkan 80 orang
responden dalam hal ini pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa, dagang,
maupun manufaktur. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan menemui
langsung para responden dan melalui e-mail.
Hasil analisis menunjukkan, pertama, kompetensi pendidikan
kewirausahaan yang perlu dikembangkan antara lain: (1) kemampuan manajerial,
(2) sikap mental, (3) kreatifitas, yang ditunjang dengan teknologi, (4) kemampuan
prediktif. Kedua, mengenai perbedaan kompetensi dalam perusahaan jasa, dagang,
dan manufaktur. Dari hasil penelitian menunjukkan perusahaan jasa lebih
menekankan pada sikap mental (faktor 2) yang didukung oleh sikap kreatifitas
(faktor 3), pada perusahaan dagang, kompetensi yang dominan adalah sikap mental
(faktor 2) yang didukung oleh sikap kreatifitas (faktor 3) , dan pada perusahaan
manufaktur (pabrik), kompetensi inti mencakup kemampuan manajerial (faktor1),
dan sikap mental (faktor2). Ketiga, hambatan-hambatan yang ditemui dalam
pengembangan usaha antara lain: masalah permodalan, permasalahan persaingan
antara perusahaan sejenis, permasalahan pemasaran, permasalahan tenaga kerja.
permasalahan dalam penentuan lokasi yang strategis, permasalahan mengenai
teknik pendekatan pada pelanggan.

Kata Kunci : kompetensi, pendidikan kewirausahaan, pengusaha

ABSTRACT
This study aims to analyze the competence of entrepreneurship education is
reviewed from the perspective of entrepreneurs, besides that it also wanted to know
whether there are differences in competence between the companies engaged in
services, trade, or manufacturing. In this study also analyzed the obstacles
encountered in enterprise development, which will be used as input for the
improvement of entrepreneurial learning in college.

Analisis
Media Kompetensi
Komunikasi Pendidikan
FIS Vol.12, No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 56

This study used expost facto approach with three tools analysis which is,
factor analysis, descriptive quantitative and qualitative descriptive. The experiment
was conducted in Buleleng District involving 80 respondents in this case
employers engaged in services, trade, and manufacturing. Data were collected
through a questionnaire with the respondents and meet directly via e-mail.
The results show, first, entrepreneurship education competencies that need
to be developed include: (1) managerial skills, (2) mental attitude, (3) creativity,
which are supported by technology, (4) predictive capability. Secondly, regarding
the competency gap in service companies, trade, and manufacturing. The results
showed service companies put more emphasis on mental attitude (factor 2) which
is supported by the attitude of creativity (factor 3), the trading company,
competence is the dominant mental attitude (factor 2) which is supported by the
attitude of creativity (factor 3), and at manufacturing (factory), core competencies
include managerial ability (faktor1), and mental attitude (faktor2). Third, the
obstacles encountered in enterprise development, among others: the problem of
capital, the issue of competition between similar companies, marketing problems,
labor problems. problems in determining the strategic location, the problem of
engineering approaches to the customer.

Keywords: competence, education of entrepreneurship, entrepreneur

1. PENDAHULUAN wirausaha. Untuk mewujudkan hal


tersebut diperlukan suatu perubahan
Perguruan tinggi merupakan
yang sistematik baik dalam tujuan,
lembaga pendidikan yang diharapkan
metode, maupun materi pembelajaran
mampu mencetak sumber daya
itu sendiri agar dapat memberikan
manusia yang unggul. Jiwa dan naluri
pengalaman belajar yang bermanfaat
kewirausahaan perlu ditanamkan
untuk menumbuhkembangkan sikap
secara sadar dan tersistem agar
dan perilaku kewirausaahaan di
lulusan perguruan tinggi mampu
kalangan siswa/mahasiswa.
mandiri setelah menjadi sarjana.
Jika dilihat dari komponen
Menurut Griffin dalam Suyanto
materi dan kurikulum, pembelajaran
kewirausahaan adalah kapasitas untuk
di perguruan tinggi memerlukan
melakukan inovasi, investasi dan
bahan ajar yang luas dan dinamis. Hal
ekspansi dalam pasar baru dan teknik
ini berarti bahwa dosen dan
baru. Hal ini perlu diadopsi dalam
mahasiswa secara sinergis perlu
praktek pembelajaran di perguruan
mengembangkan kurikulum yang ada
tinggi agar menghasilkan lulusan yang
menjadi kegiatan belajar baik secara
berwawasan penciptakerja atau

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 57

ideal, instruksional, maupun secara kualitas. Hal tersebut terlihat dari


eksperensial. Hal ini diharapkan kurang banyaknya perguruan tinggi
mampu menciptakan lulusan yang yang menyelenggarakan pembelajaran
memiliki jiwa wirausaha, karena kewirausahaan. Jika ada,
selama menempuh pembelajaran di kurikulumnya belum terintegrasi
perguruan tinggi mereka memiliki dengan baik. Misalnya bisa dilihat
pengalaman kurikuler yang relevan dari kurikulum yang lebih
dan aktual dengan tantangan nyata menonjolkan aspek pengetahuan
kehidupan. Materi ajar atau kurikulum (cognitive) daripada sikap maupun
yang tidak pernah dikembangkan keterampilan berwirausaha (attitude).
secara sistematis akan mewariskan Kondisi yang demikian
pengalaman belajar yang ketinggalan mengakibatkan lulusan perguruan
jaman. Kalau para mahasiswa tinggi hanya mengerti usaha pada
mewarisi informasi, pengetahuan, atau tataran teori. Ditambah lagi dengan
ilmu dalam format pengalaman belajar penyelenggarakan mata kuliah
yang tidak relavan dengan tuntutan kewirausahaan yang hanya satu
jaman, tidak akan dapat diharapkan semester dengan tiga atau dua SKS.
akan tumbuh wawasan wirausaha di Hal ini tidak mencukupi untuk
kalangan mahasiswa yang mampu mengakomodasi kompleksitas materi
menciptakan lapangan pekerjaan. yang harus diberikan.
Hal tersebut diperparah lagi Universitas Pendidikan
dengan kurikulum pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan
kewirausahaan di perguruan tinggi lembaga pendidikan tinggi yang
yang masih belum optimal. Seperti mencetak tenaga kependidikan
yang dikatakan oleh (Suryani Sidik, maupun non kependidikan. Saat ini,
Koran Tempo) mengungkapkan Undiksha telah menyelenggarakan
bahwa salah satu penyebabkan pendidikan kewirausahaan untuk
kurangnya minat lulusan perguruan semua jurusan baik kependidikan
tinggi untuk berwirausaha adalah maupun non kependidikan, baik
kurikulum kewirausahaan yang belum program sarjana (S1) maupun diploma
memadai baik secara kuantitas dan (D3). Hasil penelitian Herawati

Media Komunikasi
Analisis FIS Vol.12,
Kompetensi No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
Pendidikan April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 58

(2009), menunjukkan bahwa minat tertampung dalam lapangan pekerjaan


kewirausahaan mahasiswa Undiksha yang telah tersedia. Untuk itulah
secara garis besar cenderung masih sudah seharusnya para lulusan
rendah. Dari segi kuantitas pendidikan perguruan tinggi mempunyai
kewirausahaan secara garis besar wawasan yang luas mengenai
masih minim. Hal ini dapat dilihat kewirausahaan agar nantinya ia
dari jumlah SKS (satuan kredit per mampu menjadi insan yang mandiri
semester) yang diberikan pada mata serta mampu menciptakan lapangan
kuliah ini hanya berkisar 2 sampai 3 pekerjaan sehingga otomatis
sks saja. Untuk mengimbangi mengurangi angka pengangguran serta
kuantitas yang minim tersebut, maka mampu meningkatkan ekonomi
diperlukan peningkatan kualitas masyarakat sekitarnya. Salah satu
pendidikan kewirausahaan, salah upaya yang dilakukan adalah
satunya adalah dengan merancang mengembangkan kompetensi di
materi-materi yang benar-benar bidang kewirausahaan yang relevan
relevan dikembangkan untuk dapat dengan kebutuhan akademik
menumbuhkan minat dan sikap mahasiswa yang disesuaikan dengan
kewirausahaan pada mahasiswa. kebutuhan pasar. Secara rinci,
Untuk itu penelitian ini berpijak pada rumusan masalah dapat diuraikan
analisis kebutuhan, yang didasarkan sebagai berikut.
pada pendapat para pengusaha sebagai a) Kompetensi-kompetensi
pelaku bisnis baik yang bergerak di apasajakah yang perlu
sektor jasa, dagang, maupun industri dikembangkan dalam
terhadap kompetensi yang relevan pendidikan
dikembangkan di perguruan tinggi. kewirausahaan pada
Berdasarkan paparan diatas jenjang perguruan tinggi
dapat dilihat bagaimana pentingnya dilihat dari perspektif
menumbuhkembangkan minat dan pengusaha.
sikap wirausaha di kalangan b) Apakah terdapat
mahasiswa, karena pada dasarnya perbedaan kompetensi
tidak semua lulusan mampu dalam perusahaan jasa,

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 59

dagang, maupun tentang usaha yang akan dijalani/


manufaktur. ditekuni. Dengan kata lain mengetahui
c) Kedala-kendala segala sesuatu yang ada hubungannya
apasajakah yang ditemui dengan usaha atau bisnis yang akan
dalam upaya pengelolaan dilakukan, (2) memiliki pengetahuan
dan pengembangan tentang dasar-dasar pengelolaan
sebuah usaha. bisnis/dasar-dasar bisnis manajemen.
Dalam hal ini pengetahuan dalam hal
2. METODE merancang usaha, mengorganisasikan,
Penelitian ini menggunakan dan mengendalikan perusahaan, (3)
pendekatan ex post facto, dengan Memiliki sikap yang benar terhadap
teknik analisis factor, deskriptif usaha yang dilakukan, dalam hal ini
kuantitatif, dan kualitatif. Pendekatan memiliki sikap sungguh-sungguh dan
ex post facto dipilih karena penelitian tidak setengah hati, (4) Memiliki
diharapkan dapat mengungkapkan pengetahuan mengenai berbagai jenis
permasalahan secara rinci dan jelas permodalan, baik modal yang bersifat
tanpa memanipulasi atau mensimulasi materi (uang atau asset lainnya)
setting penelitian. Dalam hal ini maupun non materi (moril,
memberikan gambaran secara rinci kepercayaan, dan keteguhan hati), (5)
mengenai kompetensi pendidikan Memiliki pengetahuan dalam bidang
kewirausahaan yang relevan di keuangan dan akuntansi (tata buku).
perguruan tinggi. Dalam hal ini memiliki pengetahuan
Dalam pelaksanaan penelitian dalam hal mengelola keuangan secara
ini peubah yang akan dianalisis adalah efektif dan efisien, mencari sumber
kompetensi pendidikan kewirausahaan dana dan menggunakannya dengan
yang ditinjau dari perspektif tepat, serta mengensdalikannya secara
pengusaha. Dalam hal ini maka akurat, (6) Memiliki pengetahuan
analisis kompetensi tersebut dikaitkan tentang prinsip-prinsip
dengan kompetensi yang harus kepemimpinan, (7) Memiliki
dimiliki oleh seorang pengusaha yang pengetahuan mengenai managing
meliputi: (1) memiliki pengetahuan people, bagaimana mengatur dan

Media Komunikasi
Analisis FIS Vol.12,
Kompetensi No. 1 Kewirausahaan......(Nyoman
Pendidikan April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 60

memotivasi seseorang dalam Kabupaten Buleleng. Teknik


menjalankan sebuah usaha, (8) pengambilan sampel yang digunakan
Memiliki pengetahuan mengenai adalah Stratified Random Sampling.
strategi pasar dan pemasaran, (9) Teknik stratified digunakan untuk
Memiliki kemampuan mengatur mengklasifikasikan perusahaan ke
waktu seefisien mungkin. Mengatur, dalam jenis usaha yang dilihat dari
menghitung, dan menepati waktu kegiatannya meliputi usaha jasa,
sesuai dengan kebutuhannya, (10) dagang, dan industri/pabrik,
Memiliki kemampuan untuk sedangkan random merupakan teknik
menyediakan barang dan jasa yang pengambilan sampel, dengan memilih
bermutu, bermanfaat, dan sampel secara acak. Karena
memuaskan, (11) Memiliki keterbatasan waktu dan tenaga, dalam
kemampuan dalam menganalisis penelitian ini besaran sampel dilihat
SWOT baik dalam diri sendiri dari kecukupan sampel berdasarkan
maupun pesaing, (12) Memiliki jumlah butir dalam instrumen.
kemampuan dalam membuat aturan Besaran sampel yang ditetapkan
dan pedoman yang jelas. Dalam hal mengacu pada Supranto (2004:122),
ini berkaitan dengan etika dalam yaitu 4N-5N; dimana N adalah jumlah
berbisnis, (13) Memiliki kemampuan butir. Dalam penelitian ini jumlah
dalam mengatur dan meramalkan butir yang digunakan sebanyak 16
segala sesuatu di masa depan, (14) butir sehingga kecukupan sampel
Memiliki kemampuan dalam berkisar antara 64-80 orang yang
berkreasi dan berinovasi untuk terbagi atas sampel dari pengusaha
menciptakan nilai tambah yang dapat sektor jasa, dagang, dan industri.
dipasarkan, (15) Memiliki Pengumpulan data dilakukan
kemampuan dan berkomunikasi dan menggunakan kuisioner. Kuisioner
berinteraksi dalam hal ini disusun dengan menganalisis
mengembangkan hubungan personal, kompetensi yang harus dimiliki oleh
dan (16) Memiliki kemampuan IT. seorang wirausaha, kemudian diskala
Populasi penelitian ini adalah (interval) dengan menggunakan tingat
seluruh pengusaha yang ada di persetujuan (level of agreement) yang

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 61

bergerak dari 7 sampai dengan 1 atau dianalisis dengan menggunakan


dari sangat setuju sampai dengan analisis faktor. Analisis faktor
sangat tidak setuju. Kuesioner ini merupakan studi tentang
diadaptasi dan dikembangkan dari keterhubungan antarsekumpulan
penelitian Herawati,2009. Kuesioner variabel dalam usaha menemukan
dikumpulkan dengan dua cara, sekumpulan variabel baru. Variabel
pertama menemui langsung para baru merupakan persekutuan dari
pengusaha dan yang kedua melalui e- beberapa variabel asli, sehingga
mail (surat elektronik). Kedua cara ini banyak variabel dalam kumpulan
ditempuh agar data dapat variabel baru yang tercipta lebih
dikumpulkan secara maksimal. sedikit dibandingkan dengan banyak
Teknik analisis data yang variabel dalam kumpulan variabel
digunakan meliputi: (1) analisis faktor asli. Jadi istilah analisis faktor
untuk merumuskan kompetensi merupakan teknik analisis yang
pendidikan kewirausahaan yang digunakan untuk membedakan
ditinjau dari perspektif pengusaha, (2) beberapa jenis varian, sedangkan
teknik deskriptif kuantitatif untuk istilah faktor dimaksudkan sebagai
menganalisis perbedaan kompetensi varian persekutuan (Tantra, 2008).
antara usaha jasa, dagang dan Berdasarkan hasil analisis
manufaktur, dan (3) teknik deskriptif faktor dalam Tabel 1 akan terlihat
kualitatif untuk mendeskripsikan konstelasi antara butir tes dengan
hambatan-hambatan yang ditemui faktor untuk menjelaskan kompetensi-
dalam pengembangan usaha. kompetensi yang diperlukan untuk
mengembangkan wawasan
3. HASIL PENELITIAN kewirausahaan di jenjang perguruan
1. Analisis Faktor Kompetensi tinggi.
pendidikan kewirausahaan
di jenjang perguruan tinggi
Analisis pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi
yang dilihat dari perspektif pengusaha

Media Komunikasi
Analisis FIS Vol.12,
Kompetensi No. 1 Kewirausahaan......(Nyoman
Pendidikan April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 62

Tabel 1
Konstelasi Antara Butir Tes Dengan Faktor
Faktor No Korelasi Variabel Nama Faktor
Butir Butir dgn
Faktor
1 B2 0,722 Memiliki pengetahuan tentang Kemampuan
dasar-dasar pengelolaan Manajerial
bisnis/dasar-dasar bisnis (pengelolaan
manajemen usaha)
B4 0,815 Memiliki pengetahuan mengenai
berbagai jenis permodalan baik
yang bersifat materi maupun bukan
materi
B5 0,606 Memiliki pengetahuan dalam
bidang keuangan dan akuntansi
B6 0,606 Memiliki pengetahuan tentang
prinsip-prinsip kepemimpinan
B7 0,675 Memiliki pengetahuan mengenai
managing people.

B8 0,560 Memiliki pengetahuan mengenai


strategi pasar dan pemasaran

2 B1 0,711 Memiliki pengetahuan tentang Sikap Mental


usaha yang akan dijalani/ ditekuni
B3 0,813 Memiliki sikap yang benar
terhadap usaha yang akan
dilakukan
B12 0,792 Memiliki kemampuan dalam
membuat aturan dan pedoman yang
jelas
B15 0,633 Memiliki kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain

3 B10 0,806 Memiliki kemampuan Kreatifitas yang


menyediakan barang dan jasa yang ditunjang dengan
bermutu, bermanfaat, dan teknologi
memuaskan
B14 0,768 Memiliki kemampuan dalam
berkreasi dan berinovasi untuk
menciptakan nilai tambah yang
dapat dipasarkan
B16 0,714 Memiliki pengetahuan mengenai
Informasi Teknologi (IT)

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 63

4 B11 0,748 Memiliki kemampuan Kemampuan


menganalisis SWOT (strenght, Prediktif
weekness, oportunities, treatment)
baik dalam diri sendiri maupun
pesaing
B13 0,803 Memiliki kemampuan dalam
mengatur dan meramalkan segala
sesuatu di masa depan

Sumber data: diolah

2. Perbedaan kompetensi dengan cara membagi jumlah skor


kewirausahaan dalam usaha setiap variabel dengan jumlah total
jasa, dagang, dan skor atau mencari rata-rata setiap
manufaktur variabel. Kemudian mengurutkan
Perbedaan kompetensi dalam variabel dari rata-rata tertinggi pada
usaha jasa, dagang, dan manufaktur masing-masing jenis usaha (jasa,
akan dianalisis dengan menggunakan dagang, atau manufaktur).
teknik deskriptif kuantitatif. Teknik Berdasarkan rata-rata tertinggi itulah,
deskriptif kuantitatif dimaksudkan dapat dilihat kompetensi
untuk menggambarkan kompetensi kewirausahaan yang paling dominan.
(variabel) yang paling dominan untuk Kompetensi kewirausahaan yang
setiap karakteristik usaha, baik itu dominan pada masing-masing jenis
usaha jasa, dagang, maupun usaha dapat dilihat dalam Tabel 2
manufaktur. Analisisnya dilakukan berikut.

Tabel 2
Kompetensi Pendidikan Kewirausahaan yang Dominan
Untuk Setiap Jenis Usaha
Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Jasa Dagang Manufaktur
B3 6.96 B3 7.10 B3 7.14
B1 6.87 B1 6.68 B8 6.93
B10 6.68 B14 6.64 B15 6.82
B15 6.68 B10 6.56 B2 6.71
B12 6.40 B15 6.56 B6 6.28
B8 6.30 B4 6.52 B7 6.28
B14 6.30 B8 6.37 B11 6.28

Analisis
Media Kompetensi
Komunikasi Pendidikan
FIS Vol.12, No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 64

B2 6.21 B2 6.25 B14 6.28


B7 6.11 B12 6.09 B1 5.95
B4 6.02 B11 6.06 B10 5.95
B6 6.02 B7 6.02 B4 5.74
B11 6.02 B5 5.98 B5 5.74
B5 5.83 B6 5.94 B13 5.74
B16 5.64 B16 5.67 B16 5.63
B13 5.55 B13 5.32 B12 5.52
Sumber data: diolah

3. Hambatan – Hambatan yang permodalan masing sangat


Ditemui dalam kurang
Pengembangan Usaha b) Permasalahan persaingan
Hambatan-hambatan dalam antara perusahaan sejenis.
pengembangan usaha, dianalisis Maraknya toko-toko ritel
dengan menggunakan teknik nasional, dan hipermart-cukup
deskriptif kualitatif, yaitu dengan mempengaruhi pasar lokal
mendeskripsikan permasalah- khususnya usaha dagang. Bagi
permasalahan yang ditemui para perusahan jasa masalah
pengusaha dalam menjalankan persaingan diakibatkan
ataupun mengembangkan bisnisnya. banyaknya muncul usaha-
Berdasarkan kuesioner yang diisi oleh usaha baru yang lebih modern
responden, maka dapat dijabarkan dan memberikan harga yang
beberapa permasalahan yang lebih murah.
mendasar antara lain. c) Permasalahan pemasaran. Ada
a) Masalah permodalan, beberapa permasalahan yang
dipaparkan sulitnya mencari diajukan disini, antara lain:
sumber permodalan dengan masalah kejenuhan pasar dan
syarat ringan, dan bunga yang metode pemasaran yang
rendah. Disamping itu efektif. Hal ini sangat
dirasakan pengetahuan dirasakan untuk usaha skala
mengenai syarat-syarat mikro atau UKM,
permodalan, dan jenis-jenis dibandingkan dengan
perusahaan yang bermodal

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 65

besar dan memiliki jaringan strategi pasar dan pemasaran.


nasional yang telah memiliki Pengelolaan usaha dimulai dari tahap
teknik-teknik pemasaran yang perencanaan. Jadi setelah ide untuk
modern. memulai usaha muncul, maka langkah
d) Permasalahan tenaga kerja. selanjuya adalah membuat
Ada beberapa perusahaan yang perencanaan. Perencanaan usaha
sering gonta-ganti tenaga adalah suatu cetak biru tertulis (blue
kerja, yang tentu saja berakibat print) yang berisikan tentang misi
pada pemborosan biaya usaha, usulan usaha, operasional
perekrutan maupun kualitas usaha, rincian financial, strategi
layanan yang diberikan. usaha, peluang pasar yang mungkin
e) Permasalahan dalam diperoleh, dan kemampuan serta
penentuan lokasi yang keterampilan untuk mengelolanya.
strategis Perencanaan ini memiliki dua fungsi
f) Permasalahan mengenai teknik penting yaitu, sebagai pedoman untuk
pendekatan pada pelanggan. mencapai keberhasilan manajemen
usaha, dan sebagai alat untuk
4. PEMBAHASAN mengajukan kebutuhan permodalan
Berdasarkan hasil penelitian, dari sumber luar. Aspek keuangan
kompetensi pendidikan kewirausahaan maupun aspek pemasaran sangatlah
di jenjang perguruan tinggi, dapat penting dalam memulai sebuah usaha.
dilihat dari 4 kompetensi dasar Kemampuan jenis-jenis permodalan,
sebagai berikut. juga sangat diperlukan dalam
Pertama, Kemampuan pengembangan usaha. Selama ini
Manajerial, kompetensi ini meliputi usaha kecil, menengah (UKM)
beberapa kemampuan usaha antara dikenal menghadapi keterbatasan
lain: (1) dasar-dasar pengelolaan dana. Untuk itu diperlukan upaya dan
bisnis, (2) jenis-jenis permodalan, (3) strategi tertentu untuk mengenali
keuangan dan akuntans, (4) prinsip- berbagai alternatif pembiayaan usaha
prinsip kepemimpinan, (5) antara lain: modal sendiri, investor
pengelolaan sumber-daya manusia, (6) individu, perbankkan, perusahaan

Media Komunikasi
Analisis FISPendidikan
Kompetensi Vol.12, No. Kewirausahaan......(Nyoman
1 April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 66

modal ventura, mitra usaha, dilakukan dengan memperhatikan


perusahaan leasing, factoring (anjak kualitas dan kuantitas sumber daya
piutang), rumah gadai sampai bursa manusia yang digunakan. Karena
saham (Lupoyoadi, 2007:137). Dalam bagaimanapun juga pengelolaan
Aspek keuangan maka pengelolaan sebuah usaha tidak dapat dijalankan
keuangan perusahaan dapat sendirian namun oleh kerjasama tim
diidentifikasikan secara jelas. baik dari tingkat manajer sampai
Pengelolaan keuangan adalah tingkat karyawan.
bagaimana perusahaan mengusahakan Kedua, Sikap mental,
sumber dana, menggunakan, dan kompetensi ini meliputi pengatahuan
mengendalikan dana-dana tersebut dan kemampuan yang dimiliki
(Suryana, 2008:133). Untuk itu seorang wirausaha antara lain: (1)
diperlukan pemahaman dalam bidang pemahaman mengenai usaha yang
pencatatan keuangan (akuntansi) baik dijalani, (2) memiliki sikap yang
untuk menentukan sumber pendanaan benar terhadap usaha yang dijalankan,
maupun pengeloaan dana-dana itu (3) memiliki kemampuan membuat
sendiri. Pemasaran merupakan pedoman dan aturan yang jelas, dan
kegiatan yang bertujuan untuk (4) memiliki kemampuan komunikasi
meneliti kebutuhan dan keinginan dan berinteraksi dengan orang lain.
konsumen, menghasilkan barang atau David C. McClelland mengemukakan
jasa, menentukan harga, bahwa kewirausahaan ditentukan oleh
mempromosikan, serta motivasi berprestasi, optimisme, sikap
mendistribusikan barang dan jasa nilai, dan status kewirausahaan atau
(Suryana, 2008; Alma, 2005). Dilihat keberhasilan. Perilaku kewirausahaan
dari hakekat pemasaran maka aspek itu sendiri dapat dipengaruhi oleh
ini memegang peranan yang sangat faktor internal dan faktor eksternal.
penting dalam sebuah usaha, sebab Faktor internal meliputi hak
sebaik dan sebagus apapun sebuah kepemilikan, kompetensi, dan insentif,
produk tidak akan sampai di tangan sedangkan faktor ekstrenal adalah
konsumen jika tidak memperhatikan faktor lingkungan (Suryana, 2008:62).
aspek pemasaran. Pengelolaan SDM Untuk itulah aspek-aspek dalam

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 67

proses kewirausahaan memberikan menumbuhkembangkan jiwa


pemahaman akan faktor-faktor yang kewirausahaan. Dengan adanya
menyebabkan seseorang menjadi persaingan yang ketat antara
wirausaha yang andal. Menurut perusahaan-perusahaan yang sejenis
Astamoen Moko (2005:218) membuat faktor ini merupakan suatu
pergaulan sangatlah penting dalam keharusan agar usaha yang dibangun
mengembangkan sebuah usaha, mencapai kesuksesan. Kreatifitas
semakin besar usahanya maka merupakan sebuah proses yang dapat
semakin luas pergaulan yang dimiliki. dikembangkan dan ditingkatkan,
Dalam suatu studi ditemukan bahwa Kemampuan dan bakat merupakan
85% kesuksesan sebuah bisnis dasarnya, tetapi pengetahuan dari
disebabkan karena kemampuannya lingkungannya dapat juga
berkomunikasi dengan orang lain, dan memengaruhi kreativitas seseorang
sisanya 15% dari kemampuan teknis. (Lupiyoadi, 2007; Wasti Soemanto,
Ini berarti bahwa kemampuan untuk 2002). Selama ini ada anggapan yang
melakukan komunikasi dan salah mengenai orang yang kreatif.
memperluas pergaulan (personal Ada yang mengatakan bahwa orang
network) penting dalam jenius/pintar saja yang memiliki
kewirausahaan. kreativitas. Kreativitas bukanlah suatu
Ketiga, kreatifitas yang bakat misterius yang diperuntukkan
ditunjang dengan teknologi, hanya bagi segelintir orang.
kompetensi ini meliputi: Mengingat kreativitas merupakan
(1)kemampuan menyediakan barang suatu cara pandang yang sering kali
dan jasa yang bermutu, (2) justru dilakukan secara tidak logis,
kemampuan dalam menciptakan yang mana proses ini melibatkan
berkreasi dan berinovasi untuk hubungan antar-banyak hal di mana
menciptakan nilai tambah barang yang orang lain kadang-kadang tidak atau
dipasarkan, dan (3) pengetahuan belum memikirkannya. Berdasarkan
mengenai informasi teknologi (IT). hal tersebut maka aspek inovasi dan
Inovasi dan Kreatifitas merupakan kreatifitas merupakan kompetensi
suatu hal yang penting dalam yang sangat penting dalam pendidikan

Media Komunikasi
Analisis FIS Pendidikan
Kompetensi Vol.12, No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 68

kewirausahaan. Dewasa ini setiap karakteristik usaha, baik itu


perkembangan IT sudah sangat usaha jasa, dagang, maupun
berkembang pesat, dengan adanya manufaktur. Dalam perusahaan jasa,
internet, maka memasarkan produk ke dari hasil penelitian dapat dilihat
luar daerah bukannlah hal yang sulit urutan kompetensi dari yang paling
dan mahal. Sudah banyak pebisnis dominan ke yang tidak dominan,
yang sukses memasarkan produknya meskipun rata-ratanya tidak jauh
melalui internet. Ada beberapa berbeda, namun dapat dinterpretasikan
keuntungan dari teknik ini antara lain, bahwa kompetensi (variabel) B3
tidak memerlukan modal yang tinggi merupakan kompetensi yang paling
dan pangsa pasarnya pun sangat luas dibutuhkan dalam perusahaan jasa.
karena dapat diakses oleh banyak Kompetensi (variabel) B3, termasuk
orang. dalam kategori faktor 2 yaitu sikap
Keempat, kemampuan mental, dalam hal ini memiliki sikap
prediktif, dalam hal ini kemampuan yang benar terhadap usaha yang
yang diperlukan antara lain: (1) dilakukan, yaitu sikap sungguh-
kemampuan menganalisis kekuatan, sungguh dan tidak setengah hati.
kelemahan, kesempatan, dan Kemudian di urutan yang kedua
pengelolaan sebuah usaha, baik usaha adalah kompetensi (variabel) B1, yang
sendiri, maupun pesaing, (2) termasuk pula dalam kategori faktor 2
kemampuan dalam mengatur dan yaitu sikap mental. Variabel ini
memprediksi usaha di masa depan. merupakan pengetahuan yang harus
Permasalahan kedua yang dimiliki seorang wirausaha dalam hal
dianalisis dalam penelitian ini adalah seluk beluk usaha yang akan dijalani.
mengenai perbedaan kompetensi Dengan kata lain mengetahui segala
dalam usaha jasa, dagang, dan sesuatu yang ada hubungannya
manufaktur dengan menggunakan dengan usaha atau bisnis yang akan
teknik deskriptif kuantitatif. Teknik dilakukan. Urutan yang ketiga dan
deskriptif kuantitatif dimaksudkan keempat memiliki rata-rata yang sama
untuk menggambarkan kompetensi (6,68) , yaitu kompetensi (variabel)
(variabel) yang paling dominan untuk B10 dan B15. Variabel B10 termasuk

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 69

dalam faktor 3 yaitu kretifitas yang yaitu sikap mental, dalam hal ini
ditunjang dengan teknologi, memiliki sikap yang benar terhadap
merupakan kemampuan untuk usaha yang dilakukan, yaitu sikap
menyediakan barang dan jasa yang sungguh-sungguh dan tidak setengah
bermutu, dan B15 termasuk dalam hati. Kemudian di urutan yang kedua
faktor 2 sikap mental, yaitu memiliki adalah kompetensi (variabel) B1, yang
kemampuan berinteraksi dan termasuk pula dalam kategori faktor 2
berkomunikasi dengan orang lain. yaitu sikap mental. Variabel ini
Dalam hal ini mengembangan merupakan pengetahuan yang harus
hubungan personal, dan kemampuan dimiliki seorang wirausaha dalam hal
berrelasi. Berdasarkan paparan diatas, seluk beluk usaha yang akan dijalani.
maka kompetensi inti dalam Dengan kata lain mengetahui segala
perusahaan jasa lebih menekankan sesuatu yang ada hubungannya
pada sikap mental (faktor 2) yang dengan usaha atau bisnis yang akan
didukung oleh sikap kreatifitas (faktor dilakukan. Urutan yang ketiga adalah
3) yang meliputi, pengetahuan kompetensi (variabel) B14, yaitu
mengenai seluk beluk usaha yang kemampuan dalam berkreasi dan
akan dijalani, kemampuan untuk beriinovasi untuk menciptakan nilai
menyediaan jasa yang bermutu dan tambah yang dapat dipasarkan.
memuaskan, kemampuan personal Variabel ini termasuk dalam faktor (3)
network atau kemampuan kreatifitas yang ditunjang teknologi.
berkomunikasi dan berinteraksi, serta Berdasarkan paparan diatas, maka
memiliki sikap sungguh-sungguh dan kompetensi yang dominan dalam
tidak setengah hati terhadap usaha perusahaan dagang hampir sama
yang akan digeluti. dengan perusahaan jasa, yang
Pada perusahaan dagang, meliputi: sikap mental (faktor 2) yang
kompetensi yang dominan antara lain: didukung oleh sikap kreatifitas (faktor
kompetensi (variabel) B3, kompetensi 3) yang meliputi, pengetahuan
(variabel) B1, dan kompetensi mengenai seluk beluk usaha yang
(variabel) B14. Kompetensi (variabel) akan dijalani, kemampuan untuk
B3, termasuk dalam kategori faktor 2 menciptakan inovasi dan kreatifitas

Analisis Kompetensi
Media Komunikasi FISPendidikan
Vol.12, No. Kewirausahaan......(Nyoman
1 April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 70

produk, serta memiliki sikap sungguh- dan kemampuan berrelasi.


sungguh dan tidak setengah hati Berdasarkan paparan diatas, maka
terhadap usaha yang akan digeluti. kompetensi inti dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur manufaktur mencakup kemampuan
(pabrik), dari hasil penelitian dapat manajerial (faktor1), dan sikap mental
dinterpretasikan bahwa kompetensi (faktor 2) yang meliputi, pemahaman
(variabel) B3 merupakan kompetensi akan strategi pemasaran, kemampuan
yang paling dibutuhkan dalam personal network atau kemampuan
perusahaan jasa. Kompetensi berkomunikasi dan berinteraksi, serta
(variabel) B3, termasuk dalam memiliki sikap sungguh-sungguh dan
kategori faktor 2 yaitu sikap mental, tidak setengah hati terhadap usaha
dalam hal ini memiliki sikap yang yang akan digeluti.
benar terhadap usaha yang dilakukan, Permasalahan ketiga, yaitu
yaitu sikap sungguh-sungguh dan mendeskripsikan hambatan-hambatan
tidak setengah hati. Kemudian di yang ditemui dalam pengembangan
urutan yang kedua adalah kompetensi usaha. Secara garis besar hambatan
(variabel) B8, yang termasuk dalam tersebut meliputi: (1) masalah
kategori faktor 1 yaitu kemampuan permodalan, dipaparkan sulitnya
manajerial dalam aspek pengetahuan mencari sumber permodalan dengan
mengenai strategi pasar dan syarat ringan, dan bunga yang rendah.
pemasaran. Tentu saja, untuk Disamping itu dirasakan pengetahuan
perusahan manufaktur , maka aspek mengenai syarat-syarat permodalan,
ini sangat penting, untuk dan jenis-jenis permodalan masing
memperkenalkan produk hasil olahan sangat kurang. Wirausaha yang baik
yang dijual kepada pasar. Urutan yang memahami modal tidak saja uang
ketiga yaitu kompetensi (variabel) (modal pisik), namun diperlukan pula
B15, termasuk dalam faktor 2 sikap modal non pisik seperti, semangat,
mental, yaitu memiliki kemampuan kerja keras dan inovasi. Sehingga
berinteraksi dan berkomunikasi kredit yang membabi buta ke bank-
dengan orang lain. Dalam hal ini bank bukan solusi tunggal, apalagi
mengembangan hubungan personal, mengambil kredit maksimal dari

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 71

plafon jaminan, yang tidak Disamping itu kemampuan


diperhitungkan dari kebutuhan interpersonal juga sangat dibutuhkan,
operasional. Pengusaha mikro banyak dalam hal ini pelayanan yang ramah
menjadikan kredit sebagai espansi dapat mempertahankan loyalitas
produksi dan pra investasi tanpa pelanggan. (3)Permasalahan
memperhitungkan kemampuan pemasaran. Ada beberapa
membayar cicilan dan skala permasalahan yang diajukan disini,
likuiditasnya. Disamping itu antara lain: masalah kejenuhan pasar
permodalan yang tidak terpisah dan metode pemasaran yang efektif.
dengan kepentingan/ kebutuhan Hal ini sangat dirasakan untuk usaha
pribadi juga menjadi awal kegagalan skala mikro atau UKM, dibandingkan
usaha. Untuk itu pengetahuan dalam dengan perusahaan yang bermodal
pengelolaan modal mutlak diperlukan. besar dan memiliki jaringan nasional
(2) Permasalahan persaingan yang telah memiliki teknik-teknik
antara perusahaan sejenis. pemasaran yang canggih. Secara
Maraknya toko-toko ritel nasional, umum masyarakat pelaku UKM,
dan hipermart-cukup mempengaruhi mampu dan giat dalam memproduksi,
pasar lokal khususnya usaha dagang. baik dalam usaha kerajinan, makanan,
Bagi perusahan jasa masalah layanan jasa, dan lainnya. Namun
persaingan diakibatkan banyaknya tidak memiliki metode dan konsep
muncul usaha-usaha baru yang lebih pemasaran yang efektif dan sistematis,
modern dan memberikan harga yang disamping itu pemasaran yang
lebih murah. Salah satu upaya yang diterapkan masih bersifat sederhana
dilakukan adalah dengan terus sehingga rentan terhadap perebutan
menyempurnakan produk dan jasa pelanggan oleh pesaing. Jika
yang dijual. Jadi disini diperlukan permodalan cukup, maka sewalah
kemampuan dalam berkreasi dan seorang ahli pemasaran. Jika tidak
berinovasi, agar semua barang atau maka pemanfaatan teknologi dalam
jasa yang dijual tidak membosankan hal ini internet sangat membantu,
(itu-itu saja) tetapi terus mengikuti untuk itu wirausahawan harus melek
perkembangan jaman dan teknologi. teknologi. (4)Permasalahan tenaga

Analisis
Media Kompetensi
Komunikasi FIS Pendidikan
Vol.12, No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 72

kerja. Ada beberapa perusahaan yang mengenai teknik pendekatan pada


sering gonta-ganti tenaga kerja, yang pelanggan. Terutama bagi perusahaan
tentu saja berakibat pada pemborosan jasa, diperlukan suatu upaya untuk
biaya perekrutan maupun kualitas menarik pelanggan dan kemudian
layanan yang diberikan. Disamping mempertahankannya agar tetap
itu staf yang berasal dari hubungan berlangganan pada perusahaan kita.
kekerabatan dapat menghilangkan Kembali dalam hal ini diperlukan
kinerja fungsi struktural yang kemampuan interpersonal yang cukup
seharusnya. Untuk itu latihlah staf disamping memberikan pelayanan
agar mempunyai daya tahan terhadap yang prima kepada pelanggan
masalah yang timbul, karena sehingga pelanggan merasa puas dan
beranggapan bahwa masalah adalah ingin terus kembali.
proses dari berwirausaha. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah jangan 5. PENUTUP
jadikan staf seorang robot yang harus An Entrepreneur was not born,
turut pada perintah namun juga but they are created, memiliki makna
diberikan tantangan untuk analisa yang sangat mendalam bahwa seorang
perbaikan, dan ada reward secara wirausaha tidaklah semata-mata
periodik, inilah hal yang harus karena bakat maupun keturunan
dilakukan untuk mempertahankan dan namun mereka-mereka adalah
menigkatkan kualitas SDM yang individu-individu kreatif yang harus
dimiliki. (5) Permasalahan dalam diciptakan dan ditumbuhkembangkan
penentuan lokasi yang strategis, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa
tidak dipungkiri untuk jenis-jenis yang maju dan bermartabat. Melihat
usaha tertentu maka lokasi sangat urgensi pendidikan kewirausahaan
mempengaruhi keberhasilan usaha. bagi lulusan, maka perguruan tinggi
Namun tentu saja pertimbangan diharapkan lebih memperhatikan
pemilihan lokasi harus disesuaikan kualitas maupun kuantitas pendidikan
dengan beberapa hal antara lain, kewirausahaan dalam kurikulumnya.
pangsa pasar, permodalan, dan Selama ini materi perkuliahan
pengadaan barang (6) Permasalahan didasarkan pada literatur-literatur

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013


ISSN 1412 - 8683 73

kewirausahaan yang telah ada, maka penelitian ini dapat bermanfaat untuk
dengan temuan ini, pengampu mata mengembangkan materi pokok,
kuliah dapat mengadaptasi kebutuhan metode pembelajaran, serta penilaian
akademik mahasiswa dengan yang relavan untuk menunjang
mengkombinasi kompetensi yang kompetensi pendidikan kewirausahaan
dihasilkan dengan materi yang sudah yang dihasilkan.
ada dalam literatur. Selain itu, temuan

DAFTAR PUSTAKA
Astamoen Moko, 2005, Entrepreneurship Dalam Perspektif Bangsa Indonesia,
Bandung, Penerbit Alfabeta
Buchari Alma, 2005, Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung,
Penerbit Alfabeta
Candiasa I Made, 2007, Statistik Multivariat Disertai Petunjuk Analisis dengan
SPSS, Buku Ajar, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Ganesha
Dantes Nyoman, 2007, Metodologi Penelitian (Untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan
Humaniora), Buku Ajar, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Joko Sutrisno, 2003, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan
Sejak Dini, Makalah
Koyan I Wayan, 2007, Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Buku
Ajar, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Lupiyoadi, Rambat, 2007, Entrepreneurship From Mindset To Strategi, Jakarta,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mas’ud dan Mahmud Manchfoedz, 2004, Kewirausahaan Suatu Pendekatan
Kontemporer, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Suharsono Naswan, 2003, Kewirausahaan, Buku Ajar N.05 Seri Manajemen
Perhotelan, IKIP Negeri Singaraja
________________, 2006, Pengembangan Model Pembelajaran Multimedia
Dengan CD Interaktif Untuk Menumbuhkan Budaya Kewirausahaan di
Perguruan Tinggi. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan, Singaraja,
Undiksha
Soesarsono Wijandi. (2000). Pengantar Kewiraswastaan, Bandung, Sinar Baru
Algensindo
Sri Rahayu, 2005, SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran, Bandung, Penerbit
Alfabeta
Suad Husnan, Suwarsono Muhamad, 2000, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta,
UPP AMP YKPN
Suryana, 2008, Kewirausahaan, Jakarta , Penerbit Salemba Empat
Suryani Didik, 2007. Penyebab Kegagalan Pendidikan Kewirausahaan htpp://
www.kompas.com/kompas-cetak/1207/08/Daerah/nime28.htm
Bandung.

Media Komunikasi
Analisis FIS Pendidikan
Kompetensi Vol.12, No. 1Kewirausahaan......(Nyoman
April 2013 Trisna Herawati)
ISSN 1412 - 8683 74

Trisna Herawati, 2009. Pengembangan Kompetensi Pendidikan Kewirausahaan di


Kalangan Mahasiswa. Tesis (tidak diterbitkan), Pasca Sarjana
Undiksha
Trisna Herawati, 2010. Analisis Potensi kewirausahaan Dilihat dari Minat
Wirausaha pada Mahasiswa Undiksha, Media Komunikasi FIS,
Vol. 9, No.5 Edisi Khusus
Wasty Soemanto, 1984, Pendidikan Wiraswasta, Jakarta, PT. Bina Aksara

Media Komunikasi FIS Vol.12, No. 1 April 2013

Anda mungkin juga menyukai