CAKRAWALA PENDIDIKAN
Jurnal Ilmiah Pendidikan
Februari 2013, Th. XXXII, No. 1
I
Cakrawala Pendidikan terbit tiga kali setahun pada edisi
Februari, Juni, dan November yang berisi kajian ilmiah dan
hasil penelitian pendidikan 1
f Berdasarkan SK Dirjen Dikti Kemdikbud Nomor: 80/DiktilKep/2012,
tanggal 13 Desember 2012, tentang Hasil Akreditasi Terbitan Berkala
Ilmiah Periode I1 Tahun 20 12, Nama Terbitan Cakrawala Pendidikan,
Jurnal Imiah Pendidikan ISSN: 0216-1370, Penerbit Lembaga
Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNY, ditetapkan sebagai
Terbitan Berkala Ilmiah Terakreditasi sampai dengan Desember 2017 I
PENERBIT
Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP)
Universitas Negeri Yogyakarta
CAKRAWALA PENDIDIKAN
Jurnal Ilmiah Pendidikan
Februari 2013,Th. XXXLI,No. 1
iii
STRATEGI KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep strategi kepemimpinan pembelajaran. Perbedaan
pembelajaran di SMK dengan SMA membawa konsekuensi strategi kepemimpinan pembelajaran yang
berbeda pula. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis grounded theory. Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam,
observasi partisipasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan
anggota komite sekolahsecara snowball. Orang kunci dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Objek
penelitian adalah pelaku, konsep, tempat, dan kegiatan. Keabsahan data dilakukan dengan kriteria kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan komfirmabilitas. Langkah-langkah dan analisis data yang digunakan
adalah model Lichman (2011). Penelitian menemukan bahwa strategi kepemimpinan pembelajaran adalah:
keteladanan, pembelajaran di kelas dan luar kelas, kultur sekolah, dan penguatan.
Abstract: Theresearch was aim to find the strategy concept of instructional leadership. Different between
VHS and HS learning bring coonsequency different of strategy of instructional too. The research used was
qualitative with grounded theory type. Research instrument is the researchers ourself. Data collecting
technique were used deep-interview, participation observation, and documentation. Reseach subjects
areprincipal, vice principals, and school committee members with snowball. Key informan is principal.
Research objects are: persons, concept, place, and activities. Verification of data was done by credibility,
transferability, dependability, and comfirmability criteria. Stage and data analysis were used the Lichman
model (2011). The research findings that the strategy of instructional leaderships are modeling, learning in and
out classroom, school culture, and strengthening.
1
2
Masalah yang dihadapi SMK saat ini ada- ngan berpikir strategi dan perencanaan strategi,
lah belum ada konsep yang jelas tentang ke- penentu utama dalam berpikir strategi dan
pemimpinan pembelajaran dalam menyongsong perencanaan strategi, metode untuk mendapat-
implentasi Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, ke- kan alternatif strategi, dan membantu pembaca
pemimpinan pembelajaran menyongsong im- dalam menggunakan keuangan dan analisis
plementasi Kurikulum 2013 perlu diteliti. Pene- strategi berbagai alat.Strategi merupakan upaya
litian dengan judul tersebut sepengetahuan pe- yang sistematis melalui pengintegrasian dari
neliti belum pernah dilakukan. tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan kegiat-
Model kepemimpinan ada sembilan ya- an untuk mencapai misi Depdiknas yang telah
itu: (1) manajerial; (2) partisipatif; (3) transfor- ditetapkan (Rencana Strategi Pendidikan Nasio-
masional; (4) interpersonal; (5) transaksional; nal 2010-2015). Pendapat-pendapat di atas dapat
(6) postmodern; (7) kontingensi; (8) moral; dan disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan stra-
(9) pembelajaran (intruksional). Pada penelitian tegi adalah pendekatan umum bersifat jangka
ini dipilih kepemimpinan pembelajaran karena: panjang untuk mempertahankan hidupnya suatu
relevan dengan bidang keahlian peneliti, kom- organisasi melalui meningkatkan daya saing
ponen paling penting dalam meningkatkan mutu secara berkelanjutan.”Strategi selanjutnya dija-
pembelajaran (Bush, 2008 & Hammond, et al., barkan menjadi pendekatan khusus jangka pen-
2010), faktor penting yang menentukan keefek- dek atau langkah-langkah operasional yang di-
tifan sekolah (Huber, 2010), mengantisipasi tun- sebut taktik.
tutan kompetensi kepala sekolah abad 21, men- Konsep kepemimpinan pembelajaran me-
dukung keberhasilan implementasi Kurikulum miliki sejarah yang panjang, kompleks, dan
2013, kepemimpinan sekolah paling sukses jika multi-interpretasi tentang segala sesuatu yang
difokuskan pada pembelajaran Leihwood & harus dilakukan kepala sekolah Gurr & Drys-
Riehl (2008 & Gurr; Drysdale, 2008), dan suk- dale (2008).Pada tahun 1960, para kepala seko-
ses atau gagalnya sekolah mencapai tujuan di- lah meningkatkan mutu pembelajaran dengan
tentukan oleh kepemimpinan kepala sekolahnya melakukan observasi ke kelas-kelas.Pada 1970
(Hoy & Miskel, 2008; Bass & Bass & Huber, ketika Amerika Utara, Inggris, dan Australia
2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk me- menerapkan sistem inspeksi terhadap pembela-
nemukan konsep strategi kepemimpinan pem- jaran, peranan kepala sekolah sangat ditekan-
belajaran menyongsong implementasi Kuriku- kan.
lum 2013 di SMK sehingga kesenjangan kom- Pada tahun 1970-an sampai awal 1980-an,
petensi lulusan dengan dengan kompetensi yang buku teks administrasi pendidikan difokuskan
dibutuhkan dunia kerja dapat dikurangi. pada supervisi. Beberapa literatur mengungkap-
Strategi berasal dari bahasa Yunani, stra- kan bahwa supervisi dapat meningkatkan mutu
tegos. Strategos artinya tentara. Ago artinya me- pembelajaran di kelas.Kepala sekolah adalah
mimpin. Strategi mula-mula digunakan di kemi- orang yang paling bertanggung jawab terhadap
literan. Strategi adalah ilmu yang mempelajari kepemimpinan pembelajaran dan pengembang-
perencanaan dan pengarahan operasi militer an kurikulum (Gurr &Drysdale (2008). Sejak
berskala besar dan menggerakkan pasukan pada tahun 1970 definisi kepemimpinan pembelajar-
posisi yang paling menguntungkan sebelum an masih membingungkan. Kepemimpinan pem-
pertempuran sebenarnya dengan musuh untuk belajaran mencapai puncaknya di Amerika Uta-
mendapat kemenangan.Istilah strategi bisnis ra pada tahun 1980 dan fokus kepemimpinan
dan perencanaan strategi di bidang manajemen pada peran kepala sekolah dalam kepemimpin-
muncul tahun 1950-an dan populer tahun 1960 an pembelajaran (Murphy, 1990).
sampai tahun 1970-an. Kerangka pikir kepemimpinan pembela-
Ada 66 definisi strategi yang telah di- jaran memiliki empat dimensi yaitu: (1) me-
identifikasikan oleh Abraham (2004) dan ia ngembangkan misi dan tujuan pembelajaran ber-
menyimpulkan strategi adalah: berkaitan de- dasarkan misi dan tujuan sekolah; (2) mengelo-
Listening to interviews
Writing field noter (From Explication of substantive theory
observations)
Transcribing interviews
Create a database
Comparing codes
Reading literature on major categories
Developing categories Comparing literature with major categories
Writing memos (capture ideas about Drawing diagrams that like theorical
categories) categories
yang dibeli oleh sesama siswa, guru, dan kar- hidup dan setiap setiap lulusan SMKpasti
yawan, yang dititipkan melalui koperasi siswa “laku” di lapangan kerja.
atau di ruang guru, kegiatan pendirian perusa-
haan di dalam sekolah bekerja sama dengan GE Penguatan
Lighting. Penguatan adalah usaha-usaha profesio-
nal yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
Kultur Sekolah hasil dan proses pembelajaran di dalam dan di
Kultur sekolah adalah keyakinan-keya- luar kelas.Penguatan antara lain ditunjukkan
kinan, nilai-nilai, norma-norma, tradisi bersama oleh gejala-gejala (fenomena) sebagai berikut.
yang mengikat kebersamaan seluruh warga se- Penguatan sebagai respon dari pendidik-
kolah. Penciptaan kultur sekolah yang bernuan- an kewirausahaan dilakukan dalam jangka pan-
sa kewirausahaan dilakukan melalui: penugas- jang dan berulang terus-menerus. Penguatan di-
an, pembiasaan, pelatihan, pengajaran, peng- mulai dari lingkungan terdekat dan meluas pada
arahan, dan keteladanan. Semuanya mempunyai lingkungan yang lebih luas. Di samping pem-
pengaruh yang besar dalam pembentukan jiwa belajaran dan pemodelan, penguatan merupakan
kewirausahaan siswa.Integrasi jiwa kewirausa- bagian dari proses intervensi. Penguatan juga
haan ke dalam kultur sekolahdalam rangka pe- dilakukan melalui proses habituasi dalam kultur
ngembangan kultur kewirausahaan untuk ma- sekolah. Hal itu akhirnya akan membentuk jiwa
sing-masing lapisan kultur sekolah adalah(1) in- kewirausahaan yang terintegrasi melalui proses
tegrasi jiwa kewirausahaan ke dalam kultur se- internalisasi dan personalisasi pada diri masing-
kolah pada lapisan artifak; (2) integrasi jiwa ke- masing individu warga sekolah.
wirausahaan ke dalam kultur sekolah pada la- Penguatan dapat dilakukan dalam berba-
pisan nilai-nilai dan keyakinan; (3) integrasi gai bentuk termasuk penataan lingkungan be-
jiwa kewirausahaan ke dalam kultur sekolah lajar di sekolah yang menyentuh dan membang-
pada lapisan asumsi dasar. Pada lapisan artifak kitkan jiwa kewirausahaan. Berbagai penghar-
ini terdapat tiga dimensi yang saling terkait gaan sudah diberikan kepada sekolah, pendi-
yaitu: verbal, tingkah laku/behavioral,dan fisik/ dik, tenaga kependidikan, atau peserta didik un-
material. tuk semakin menguatkan dorongan, ajakan, dan
Nilai-nilai dan keyakinan kepala sekolah motivasi pengembangan jiwa kewirausahaan.
yang mewarnai kultur sekolah yang dapat men- Sementara itu dalam habituasi telah diciptakan
dukung pelaksanaan pendidikan kewirausahaan penguatanyang memungkinkan peserta didik
antara lain: Berani menanggung risiko, mampu baik di sekolah, di rumahnya, di lingkungan ma-
bangkit dari kegagalan, mampu memanfaatkan syarakatnya membiasakan diri berperilaku se-
semua sumberdaya seefektif mungkin, mampu suai nilai dan menjadi karakter yang telah di-
mengembangkan sumberdaya yang ada, memi- internalisasi dan dipersonalisai dari dan melalui
liki sifat dan sikap mental sebagai wirausaha, proses intervensi.
berpikir secara realistis, mampu melihat pe- Penguatan juga ditunjukkan oleh mem-
luang, memiliki strategi pembelajaran bisnis, beri pujian sewajarnya kepada siswa yang ber-
mampu membagi waktu dan materi tentang ke- prestasi akademik dan nonakademik, melaku-
wirausahaan. kan remedial terhadap siswa yang belum ber-
Integrasi jiwa kewirausahaan ke dalam prestasi, memberi tugas-tugas pekerjaan rumah
kultur sekolah adalah asumsi dasar,berupa pe- secara individual dan kolegial dan hasilnya di-
tunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi warga se- koreksi untuk dikembalikan kepada siswa yang
kolah, menyangkut perilaku nyata termasuk men- bersangkutan, menambah referensi perpustaka-
jelaskan kepada warga sekolah tentang cara me- an sekolah, memenuhi sarana dan prasarana
rasakan dan memikirkan segala sesuatu. Asumsi yang langsung menunjang proses pembelajaran
dasar kewirausahaan: wirausaha bagian dari di kelas, melaksanakan Pengembangan Kepro-
fesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru seperti
menggalakkan dialog professional dan diskusi merintahan kerajaan, maka penelitian ini mene-
ilmiah dalam Musyawarah Kelompok Kerja liti, maka penelitian ini meneliti kepemimpinan
Guru (MKKG), mengadakan pelatihan, work- Kepala SMK terbesar dan terkenal di Yogya-
shop, seminar, dan sejenisnya baik di dalam karta tahun 2012 dengan pengaruh kultur Jawa
maupun di luar sekolah, memotivasi guru untuk dengan bentuk pemerintahan republik.
studi lanjut sesuai dengan bidang keahliannya
untuk meningkatkan pelaksanaan tugas sebagai Pembelajaran di Kelas dan Luar kelas
guru profesional. Temuan penelitian tentang pembelajaran
di dalam dan di luar kelas mendukung pernyata-
PEMBAHASAN an Soutworth (2002), Hallinger (2003), dan
Keteladanan Bush & Glover (2003) yang menyatakan kepe-
Sebelum reformasi ada pemberian hadiah mimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan
bagi guru teladan dan sekarang istilah berganti yang focus pada pembelajaran. Pembelajaran di
menjadi guru berprestasi, kepala sekolah ber- sini meliputi pembelajaran di kelas dan di luar
prestasi, dan pengawas berprestasi.Ada ungkap- kelas.
an, “Memberi contoh itu mudah, menjadi con- Proses pembelajaran tidak hanya me-
toh itu susah.”Artinya, memberi contoh itu ber- nyangkut eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
sifat insidentil sesuai kepentingan dan dibuat- tetapi juga meningkatkan kompetensi siswa da-
buat, sedangkan menjadi contoh bersifat ke- lam melakukan observasi (menyimak, melihat,
biasaan yang dilakukan secara berulang-ulang membaca, mendengar), bertanya, asosiasi, me-
tanpa dibuat-dibuat dan tanpa kepentingan un- nyimpulkan, mengkomunikasikan baik secara
tuk dipuji dan mendapatkan hadiah.Kepala se- lisan, tertulis, maupun bahasa tubuh) (Bahan
kolah adalah sebagai “imam” di sekolah yang Uji Publik Kurikulum 2013). Siswa sudah in-
dipimpinnya. Oleh sebab itu, perilaku (pola pi- formasi ipetks dan kultur dari kelas dan luar
kir, sikap, tindakan) akan diikuti oleh guru se- kelas, dari guru, dari buku, dari berbagai sum-
bagai “makmumnya”. Sebaliknya, makmum ber lainnya tetapi belum mampu meramunya
wajib mengikuti imamnya selama imamnya ti- dalam bentuk karya ilmiah. Kultur baca siswa
dak bersalah. Sebagai imam dan ilmuan, mau kita masih rendah karena waktunya tersita oleh
menerima krtik konstruktif dari makmumnya. sinetron di tv, SMS, main game, melihat hal-hal
Temuan keteladanan sebagai strategi ke- yang tidak perlu di internet, dan berkomunikasi
pemimpinan pembelajaran mendukung kultur lewat telepon.
Indonesia yang cenderung patnernalistik. Orang Siswa kita dapat dikatakan sebagai pen-
tua dan orang-orang yang patut dihormati patut dengar yang “baik” karena masih berkultur diam.
dicontoh keteladanannya. Temuan keteladanan Siswa takut bertanya pada hal belajar adalah
ini mendukung strategi kepemimpinan pembe- bertanya karena ingin tahu. Kemampuan me-
lajaran yang diteliti Southworth (2002) dalam nyimpulkan masih rendah karena belum mampu
penelitian pendekatan kualitatifnya yang dise- menyimpulkan berbagai informasi.Siswa cende-
but modeling. rung belum mampu mengkomunikasikan piker-
Dukungan itu terjadi karena adanya per- annya baik secara tertulis, bahasa tubuh, mau
samaan penelitian Southworth dengan peneliti- pun lisan karena kurang menguasai substansi,
an ini. Persamaannya antara lain adalah sama- dan bahasa Indonesia.
sama meneliti tentang strategi pembelajaran de- Kurikulum belum mempertimbangkan
ngan pendekatan kualitatif. Perbedaan peneliti- mempertimbangkan potensi sekolah, kebutuhan
an Southworth dengan penelitian ini antara lain siswa dan kebutuhan lokal kabupaten/kota ku-
adalah jika Soutworth meneliti kepemimpinan rangnya wawasan guru dalam pengembangan
pembelajaran Kepala Sekolah Dasar kategori kurikulum.Kompetensi kewirausahaan belum
kecil Inggris dan Wales pada tahun 2002 de- relevan dengan dunia kerja karena belum efek-
ngan pengaruh kultur Barat dengan bentuk pe- tifnya kemitraan sekolah dengan dunia kerja.
Pelajaran praktik ada yang bersifat individual Publik Kurikulum 2013.Pertentangan itu terjadi
dan kelegial untuk memberikan pengalaman karena implementasi Kurikulum memerlukan
mampu bekerja sama dalam kerja tim karena perubahan-perubahan antara lain: standar proses
dunia kerja memutuhkan kerja tim yang solid. yang semula terfokus pada eksplorasi, elabora-
Beban belajar relatif terlalu berat dan si, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengama-
luas sehingga kurang mendalam akibatnya sis- ti, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
wa banyak tahu sesuatu tetapi sedikit-sedikit. menyimpulkan, dan mencipta, belajar tidak ha-
Pembelajaran cenderung masih berpusat pada nya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di ling-
guru karena guru belum mampu menerapkan kungan sekolah dan masyarakat, guru bukan
PAKEM, pembelajaran kontekstual, dan pembe- satu-satunya sumber belajar, sikap tidak diajar-
lajaran kolaboratif secara efektif di samping kan secara verbal, tetapi melalui contoh dan te-
masih kuatnya kultur diam di kalangan siswa ladan, persamaan dari elemen penilaian adalah:
kita. Pembelajaran masih berorientasi buku teks penilaian berbasis kompetensi, pergeseran dari
karena PAKEM, pembelajaran kontekstual, dan penilain melalui tes (mengukur kompetensi pe-
kolaboratif belum berjalan efektif.Penilaian si- ngetahuan berdasarkan hasil saja], menuju peni-
fat kognitif dan ujian keterampilan masih meng- laian otentik [mengukur semua kompetensi si-
gunakan ujian tertulis karena terbatasnya ang- kap, keterampilan, dan pengetahuan berdasar-
garan pendidikan. Proses pembelajaran masih kan proses dan hasil], memperkuat PAP (Pe-
terbatas pada eksplorasi, elaborasi, dan konfir- nilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
masi karena tidak ada tugas observasi, dan lain- belajar didasarkan pada posisi skor yang diper-
lain dari gurunya. Belajar tidak hanya di dalam olehnya terhadap skor ideal (maksimal), peni-
kelas tetapi juga di lingkungan luar sekolah dan laian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar,
masyarakat karena belum diterapkannya pem- tetapi juga kompetensi inti dan Standar Kom-
belajaran kontekstual dan kolaboratif secara petensi Lulusan, mendorong pemanfaatan por-
efektif. tofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
Kompetensi keterampilan belum relevan utama penilaian, dan persamaan dalam Standar
dengan dunia kerja karena belum efektifnya ke- Kompetensi Lulusan (SKL) yang meliputi si-
mitraan sekolah dengan dunia kerja. Penilaian kap, keterampilan, dan pengetahuan.
belajar siswa masih pada hasil saja karena
untuk mengejar target Ujian Sekolah dan Ujian Kultur Sekolah
Nasional yang bersifat tertulis. Forto folio yang Kultur sekolah merupakan salah satu stra-
dibuat siswa belum dimanfaatkan secara maksi- tegi kepemimpinan pembelajaran yang menjadi
mal sebagai instrumen utama penilaian karena temuan penelitian ini. Dalam kultur sekolah se-
guru jarang memberi tugas untuk forto folio. benarnya sudah termasuk iklim sekolah seperti
Guru masih cenderung sebagai satu-satunya yang dinyatakan Schein (1997) bahwa ruang
sumber belajar karena belum menerapkan PAI- lingkup kultur sekolah adalah: tingkah laku
KEM, pembelajaran kontekstual dan kolaboratif yang diamalkan, bahasa, adat, tradisi, norma
secara efektif. Kewirausahaan masih diajarkan kelompok, standard dan nilai, dalam hal ini
secara verbal (teoretis) karena guru-guru masih adalah kultur kewirausahaan, karya-karya yang
kurang pengalaman berwirausaha dan kurang dipublikasikan, falsafah formal, misi, aturan
efektifnya kemitraan dengan dunia kerja. Pem- main, aturan untuk semua orang dalam organi-
belajaran di dalam kelas ditunjukkan adanya ke- sasi, iklim sekolah, keterampilan tersembunyi,
giatan ekstra kurikuler seperti pramuka (belum kebiasaan berpikir, paradigma, pengetahuan
wajib), Organisasi Kesiswaan, Unit Kesehatan bersama untuk diketahui, makna bersama dalam
Sekolah, dan PMR karena baru inilah kemam- kelompok, dan bahasa kiasan atau simbol-sim-
puan yang dimiliki sekolah. bol. Beda kultur sekolah dengan budaya seko-
Temuan pembelajaran di kelas dan di lah adalah kultur sekolah berakar dari antropo-
luar kelas ini bertentangan dengan Bahan Uji logi, sedangkan iklim sekolah berakar dari so-
siologi.Kultur SMK temuan penelitian ini ada- Jadi, kultur juga dapat dimaknai tentang
lah kultur kewirausahaan. Kultur kewirausaha- kebiasaan cara manusia berpikir, berpersaan,
an diperlukan di SMK karena tujuan SMK ada- dan bertindak. Pikiran adalah kumpulan infor-
lah untuk menyiapkan lulusan yang mampu masi dan pertanyaan yang disimpan di otak dan
bekerja sesuai bidangnya baik sebagai pekerja dapat dipanggil jika dibutuhkan.Tindakan ada-
ikut orang lain mau pun sebagai wirausaha. lah keterampilan menerapkan pikiran.Perasaan
Kultur kewirausahaan temuan penelitian adalah sekumpulan kualitas sifat yang memben-
ini adalah berani menanggung risiko, mampu tuk kepribadian seseorang. Seseorang yang ti-
bangkit dari kegagalan ulet atau pantang me- dak memiliki budaya kewirausahaan tersebut
nyerah), mampu memanfaatkan semua sumber- akan gagal sebagai wirausaha yang sukses.
daya seefektif mungkin, mampu mengembang- Temuan budaya kewirausahaan sebagai
kan sumberdaya yang ada, memiliki sifat dan salah satu strategi kepemimpinan pembelajaran
sikap mental sebagai wirausaha, berpikir secara mendukung Pusat Pengembangan Kurikulum
realistis, mampu melihat peluang, memiliki dan Perbukuan (2010) yang menyatakan bahwa
strategi pembelajaran bisnis, mampu membagi kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
waktu dan materi tentang kewirausahaan.Sifat norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat di-
kewirausahaan temuan penelitian ini masih sa- percaya, dan hormat kepada orang lain. Inter-
ngat umum. Ada sifat-sifat penting yang harus aksi seseorang dengan orang lain menumbuh-
dimiliki setiap wirausaha yaitu: jujur, kreatif, kan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
inovatif, kerja keras, motivasi berprestasi, pe- Oleh karena itu, pengembangan jiwa kewira-
masar ulung, komunikatif, negosiatif, hemat, usahaan hanya dapat dilakukan melalui pe-
energik, empati, etis, inisiatif, anthusias, dan ngembangan karakter individu seseorang. Akan
visioner (Anonim, 2005). tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan
Ki Hajar Dewantara (1928) menyatakan sosial dan kulturtertentu, maka pengembangan
bahwa kultur adalah cipta, karsa, dan karya atau sifat-sifat individu seseorang hanya dapat di-
pikiran, perasaan, dan tindakan. Anonim (2005) lakukan dalam lingkungan sosial dan kultur
lebih lanjut menjelaskan bahwa seorang wira- yang bersangkutan. Artinya, pengembangan kul-
usaha yang sukses harus memiliki kultur kewi- tur kewirausahaan hanya dapat dilakukan dalam
rausahaan. Pikiran, persaan, dan tindakan saling suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan
berkaitan seperti Gambar 3. siswa dari lingkungan sosial, kultur sekolahdan
masyarakat.
Pikiran
Kultur
Tindakan Perasaan
di dalam dan di luar kelas. Kultur sekolah ada- teori sehingga banyak kasus dan simulasinya.
lah keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, norma-nor- Khusus untuk materi pelatihan Kepemimpinan
ma, tradisi bersama yang mengikat kebersama- pembelajaran disarankan menggunakan model
an seluruh warga sekolah. Kultur SMK adalah OECD dengan berbagai modifikasi yang sesuai
kultur kewirausahaan. Penguatan adalah usaha- dengan kultur dan kemampuan sekolah di Indo-
usaha profesional yang dilakukan seseorang nesia.
atau melalui orang lain untuk meningkatkan
mutu hasil dan proses pembelajaran di dalam UCAPAN TERIMA KASIH
dan diluarkelas. Strategi kepemimpinan pembe- Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
lajaran saat ini belum sepenuhnya mendukung da redaksi, staf, dan mitra bestari Cakrawala
implementasi Kurikulum 2013. Pendidikan yang telah memfasilitasi penerbitan
artikel ini. Tanpa bantuan mereka mustahil arti-
Saran kel ini dapat diterbitkan.
Saran untuk kepala sekolah.Implementasi
Kurikulum 2013 menuntut perubahan kepemim- DAFTAR PUSTAKA
pinan dan manajemen sekolah (kesiswaaan, sa- Abraham, C.S. 2004. Strategic Planning A
rana prasarana, keuangan, kelas, pembelajaran, Practical Guide for Competitive Success.
pendidik dan tenaga kependidikan), iklim aka- Canada: Thomson South Western.
demik, dan kultur sekolah. Oleh sebab itu, ke-
pala sebagai agen perubahan sebaiknya meng- Anonim. 2005. Mari Belajar Bisnis. Pendidikan
ubah diri bukan hanya sebagai manageryang si- Kewirausahaan untuk Sekolah Menengah
buk menangani sistem sekolah tetapi juga se- Kejuruan dan Lembaga Pendidikan dan
bagai leaderyang sibuk menangani guru melalui Pelatihan. Turino, Italy: International
kepemimpinan pembelajaran dengan cara me- Training Centre, ILO.
laksanakan PKB. PKB tidak hanya mengandal-
kan biaya dari pemerintah tetapi biaya sendiri Bass, M. & Bass, R. 2008. The Bass Handbook
dengan menggunakan sebagian dari tujangan of Leadership Theory, Research, & Ma-
sertifikasi guru. nagerial Applications. Fourth Edition.
Saran untuk Kepala Dinas Pendidikan New York: Free Press.
Kabupaten/Kota dan Kasubdit Pendidik dan Te-
Bolam, R. 1993. “Recent Development and Emer-
naga Kependidikan Pendidikan Menengah Di- ging Issues” in The Continuing Professional
rektorat Pendidikan Pembinaan Pendidik dan Development of Teachers.London: GTC.
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pen-
didikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Bubb, S., & Earley. 2008. Leading and Manag-
Kebudayaan hendaknya memfasilitasi Kepala ing Continuing Prossional Development.
SMK dan guru untuk mengadakan pelatihan London: Paul Chapman Publishing.
atau bimbingan teknik antara lain pelatihan ma-
najemen perubahan, manajemen kelas, manaje- Bush, T. & Glover, D. 2003. School Leadership:
men pembelajaran, manajemen kesiswaan khu- Concept and Evidence. Nottingham: Na-
susnya peminatan siswa, kepemimpinan pembe- tional College for School Leadership.
lajaran, manajemen keuangan, manajemen sa-
rana dan prasarana, dan manajemen pendidik Dempster, N., Lovett, S., & Flukiger, B. 2011.
dan tenaga kependidikan, manajemen kuriku- “Strategies to Developschool Leadership”.
lum, administrasi persuratan dan pengarsipan dalam A Select Literature Revieuw. Mel-
berbasis ICT, sistem informasi manajemen se- bourne, Australia. Juli, page 1-35.
kolah berbasis ICT. Semua materi berbasis im-
Depdiknas. 2010. Rencana Staregis Departe-
plementasi Kurikulum 2013, Materi hendaknya
men Pendidikan Nasional 2010-2015. Ja-
yang lebih mengutamakan praktik daripada
Hallinger, P. 2003. “Leading Educational Change: Pusat Pengembangan Kurikulum dan Perbuku-
Reflections on the Practice of Instructio- an. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendi-
nal and Transformational Leadership”, dikan Karakter. Jakarta: Pusat Pengem-
dalam Cambridge Journal of Education bangan Kurikulum dan Perbukuan Badan
Vol. 33, No. 3, November, p. 35-70. Penelitian dan Pengembangan Kemente-
rian Pendidikan Nasional.
Hammond, L. D., Meyerson D., LaPointe, M.,
& Orr, T. M. 2010.Preparing Principals Schein, E.H. 1997. Organizational Culture and
for Changing World Lesson from Effec- Leadership. San Francisco: Jossey-Bass
tive School Leadership Programs. San Publishers.
Francisco: Jossey-Bass.
Smith, C.S., & Piele, P.K. 2008.School Leader-
Huber, G. S. 2010. School Leadership Inter- ship Handbook for Excellent in Student
national Perspective. London: Springer. Learning. Fourth Edition. Thousand Oaks,
California: Corwin Press A Sage Publi-
Hoy, W.K., & Miskel, C.G. 2008. Administra- cation Company.
tion Education Theory, Research, and
Practice.New York: Random House, Inc. Soutworth, G. 2002. “Instructional Leadership
in Schools: Reflection and Empirical
Kemdikbud. 2013. Bahan Uji Publik Kurikulum Evidence”, dalam School Leadership and
2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan Management. 22 (1): 73-92.
dan Kebudayaan.
OECD. 2009. Improving Educational Leader-
Leithwood, K.A. & Riehl, 2008.“What do We ship. Tool Kit.
Already Know about Successful School
Leadership?” dalam AERA Paper Task Willison, R. 2010. “What Make an Instructional
Force on Developing Research in Edu- Leader”, dalam Phi Delta Kappan, No-
cational Leadership, page: 1-40. vember 2010 Vol. 92 Nomor 3. page66-
69.
Lichman, M. 2010. Qualitative Research in
Education A User’s Guide. Edition 2.
London: Sage Publication, Ltd.