Anda di halaman 1dari 34

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY DALAM

MENINGKATKAN KETRAMPILAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR KRITIS

Proposal Penelitian Disusun Sebagai


Persyaratan Penyusunan SkripsiGuna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S1)

Diajukan Oleh:
Henny Fatmawati
NIM. 201300122

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................2
C. Pembatasan Masalah.......................................................................................................3
D. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
E. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
F. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................5
A. Kajian Teori.......................................................................................................................5
B. Penelitian yang Relevan...................................................................................................25
C. Kerangka Pikir.................................................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................28
Metode Penelitian.....................................................................................................................28
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................................28
B. Model pengembangan...................................................................................................28
C. Prosedur pengembangan...............................................................................................29
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................31

i
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengembangan secara etimologi
berasal dari kata kembang yang berarti menjadi tambah sempurna (tentang pribadi,
fikiran, pengetahuan dan sebagainya). Pengembangan berarti proses, cara, perbuatan.
Dan secara istilah, pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan baik berupa proses, produk, dan
rancangan. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan
merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan audien (siswa) sehingga mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dan pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut
instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti
instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna
melalui pembelajaran.

Pengembangan media pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang


dilakukan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang telah ada. Menurut
Media yang dimaksud yaitu media yang digunakan sebagai alat penilaian dalam proses
belajar mengajar, guru dituntut untuk menggunakan RPP yang dijadikan sebagai acuan
dalam kegiatanyang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Kurikulum 2013 menerapkan proses belajar mengajar dengan


menggabungkan berbagai mata pelajaran menjadi satu kesatuan, contoh muatan
pembelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan SBdP yang dilaksanakan disetiap
pembelajaran pertemuan dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan (Mawardi,
2014:109). Berdasarkan lampiran permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, terdapat komponen yang harus ada didalamnya meliputi,
identitas sekolah, muatan mata pelajaran, tema/subtema, kelas/semester, alokasi
waktu, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi
pokok pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
penilaian untuk mengukur hasil ketercapaian.

1
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran diperlukan kemampuan
pendidik dalam menguasai media pembelajaran yang diterapkan agar
pembelajarannya lebih efektif. Pada kurikulum 2013 ada beberapa model
pembelajaran yang sering digunakan salah satunya yaitu model pembelajaran inquiri.
Model pembelajaran inquiri merupakan suatu model pembelajaran dimana pendidik
merupakan fasilitator yang betugas mendampingi siswa menemukan permasalahan
yang diberikan. Peserta didik dapat mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan
cara yang sistematis, kritis, dan logis. Model pembelajaran inquiri dapat diterapkan
untuk menumbuhkan aspek ketrampilan sehingga mampu mengembangkan rasa
tanggungjawab. Seorang guru dalam memilih strategi atau metode pembelajaran yang
digunakan agar mampu menumbuhkan minat belajar siswa yang mana kegiatan
belajar berpusat kepada siswa yang lebih aktif dan mampu berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran model inquiri merupakan pembelajaran dimana pendidik bertugas
sebagai fasilitator yang betugas mendampingi siswa menemukan permasalahan yang
diberikan. Peserta didik dapat mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara
yang sistematis, kritis, dan logis. guru juga bertugas untuk merubah perilaku siswa
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembelajaran yang dilaksanakan tentu saja
mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah rendahnya keterampilan berpikir
kritis siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk
memiliki berbagai keterampilan, salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa
adalah keterampilan berpikir kritis siswa.
Kemampuan berpikir kritis merupakan modal intelektual yang sangat penting
bagi setiap individu. Kemampuan ini merupakan bagian yang fundamental dalam
kematangan manusia. Kategori berpikir menurut Carin & Sund (Dwijananti,
2010:112) yaitu mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi dan hipotesis.
Menginterprestasi data, membuat kesimpulan, mengukur, merancang sebuah
penyeledikan, mengamati, membuat grafi, meminimalkan kesalahan percobaan,
mengevaluasi, dan menganalisis.
Setelah penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran
untuk meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis dalam proses belajar
mengajar pada abad-21.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa
2
pembelajaran model inquiri merupakan pembelajaran dimana pendidik bertugas
sebagai fasilitator yang betugas mendampingi siswa menemukan permasalahan yang
diberikan. Peserta didik dapat mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara
yang sistematis, kritis, dan logis. guru juga bertugas untuk merubah perilaku siswa
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembelajaran yang dilaksanakan tentu saja
mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah rendahnya keterampilan berpikir
kritis siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk
memiliki berbagai keterampilan, salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa
adalah keterampilan berpikir kritis siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar perlu adanya fakta-fakta
atau teori agar mendukung penelitian ini, batasan masalah ini mencakup materi dari
jurnal internasional dan nasional yang mana akan dikembangkan lebih jauh lagi.
Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian pada masalah rendahnya kemampuan
berfikir kritis siswa, yang mengacu pada jurnal yang berjudul pengembangan media
pembelajaran berbasis inquiri dalam meningkatkan ketrampilan pemahaman dan
berfikir kritis.
D. Rumusan Masalah

1) Bagaimana penerapan media pembelajaran berbasis inquiri dalam


meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis?
2) Bagaimana pengaruh media pembelajaran berbasis inquiri dalam meningkatkan
ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis?
3) Bagaimana keunggulan dan keterbatasan media pembelajaran berbasis inquiri
dalam meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis?
E. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui penerapan media pembelajaran berbasis inquiri dalam


meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis
2) Untuk mengatasi pengaruh media pembelajaran dalam meningkatkan ketrampilan
pemahaman dan berpikir kritis
3) Untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan media pembelajaran berbasis
inquiri dalam meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis.
F. Manfaat Penelitian

3
Manfaat penelitian ini dapat diharapkan sebagai sumber referensi guru
untuk meningkatkan strategi pembelajaran berbasis inquiri untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa dan mendapatkan pengetahuan mengenai media
pembelajaran berbasis inquiri, dapat membantu guru dalam menerapkan media
pembelajaran inquiri dalam proses belajar mengajar, dan untuk mendapatkan
pengalaman agar lebih aktif dalam kegiatan pembalajaran, serta sebagai alternatif
pembelajaran agar dapat berjalan secara aktif, untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode berbasis inquiri
a. Teori Pendukung
Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru berusaha sebaik agar
siswa dapat aktif dalam belajar. Salah satu cara penyampaian pelajaran supaya
aktif yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri. Dalam metode
ini guru dapat memberikan pertanyaan dan cara menjawab pertanyaan
tersebut. Melalui pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi,
menentukan prediksi dan menarik kesimpulan. Kegiatan tersebut dapat
melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat hubungan
antara kejadian, objek, atau kondisi dalam kehidupan nyata.
Menurut Sanjaya, pembelajaran inquiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Tujuan utama pembelajaran inquiri adalah menolong siswa
untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas
dasar rasa ingin tahu mereka.
Model pembelajaran inquiri dapat dijadikan salah satu alternatif
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses yang melibatkan siswa
berperan aktif secara penuh dalam menemukan suatu konsep. Menemukan
yang dimaksud adalah menemukan hal yang baru, sebab yang ditemukan itu
sebenarnya sudah ditemukan orang lain. jadi penemuan disini merupakan
penemuan pura-pura.
Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran inquiri cocok bila diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran karena inquiri menyandarkan pada dua sisi yang
sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar
diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan dna penguasaan materi

5
pelajaran baru. Selain itu, yang dinilai dalam pembelajaran inquiri adalah
proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang
berkesinambungan secara tepat dan serasi anatar hal baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa.
b. Pengertian Metode Inquiri
Inquiri menurut Schmidt (dalam ibrahim, 2007) adalah “suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis.”
Menurut pendapat Ruseffendi (2006: 329) menjelaskan bahwa inquiri adalah
“metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.”
Sedangkan Sagala (2003: 196) menyatakan bahwa metode inquiri adalah
“pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah, menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri dan
mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.”
Metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa
yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan pesera didik lain.
Metode inquiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya
adalah: (1) mengembangkan sikap, ketrampilan siswa untuk mampu
memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri,
(2) mengembangkan kemampuan berpikir para siswa yang terdiri atas
ketrampilan-ketrampilan yang memerlukan latihan dan pembiasaan, (3)
melatih kemampuan berpikir melalui proses alam situasi yang benar-benar
dihayati, (4) mengembangkan sikap ingin tahu, berpikir objektif, mandiri,
kritis, analitis, baik secara individual maupun berkelompok.
Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainnya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
6
Namun jalannya metode inquiri tak lepas dari peranan guru didalamnya.
Terdapat peran guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran inquiri yakni
sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengaruh manager, dan
sebagai rewarder (pemberi penghargaan).
c. Karakteristik metode inquiri
Metode inquiri mempunyai karakteristik sebagai metode pembelajaran
yang ada didalam proses belajar mengajarnya, siswa memecahkan masalah
dan konsep utamanya berhubungan dengan penegtahuan siswa untuk
membentuk pengetahuan yang baru. Strategi pembelajaran inquiri yaitu: (1)
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
dan (3) tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis
(Wina, 2009 hlm 196). Sedangkan menurut Sanjaya (2009 hlm 197) ada
beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam metode pembelajaran
inquiri, metode inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan. Dengan demikian pembelajaran inquiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar melainkan sebagai fasilitator
dna motivator belajar siswa.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa karakteristik
pembelajaran inquiri berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam belajar
mengajar dan membangun pengetahuan dari hal yang telah mereka dapatkan
sebelumnya sehingga siswa memiliki berbagai cara untuk memperoleh
penegtahuannya baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
d. Kelebihan dan keterbatasan
Metode inquiri ini memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan yang
terlihat dalam proses penerapannya. Adapun kelebihan dan keterbatasan
metode inquiri yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006: 2) adalah sebagai
berikut:
1) Kelebihan
a) Menghindari siswa dari cara belajar menghafal.
b) Strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
7
seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
c) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
d) Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
e) Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
f) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi proses belajar yang baru.
g) Siswa menjadi lebih aktif dalam mencari dan mengolah sendiri
informasi.
h) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
i) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber
satu-satunya sumber belajar.
2) Keterbatasan
a) Memerlukan waktu yang terlalu lama sehingga guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
b) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
c) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
d) Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan
kepada siswa dengan baik, untuk memecahkan permasalahan
secara sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan
tidak terarah.
e) Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak
penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan
baik.

8
f) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

e. Tahapan Pembelajaran
Tahapan pembelajaran metode inquiri yaitu:
1) Membina suasana yang responsif diantara siswa.
2) Mengemukakan permasalahan untuk diinkuirikan (ditemukan).
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang
diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi terkait masalah
yang diberikan.
4) Siswa merumuskan hipotesis atau memperkirakan jawaban dari
pertanyaan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan
pancingan.
5) Menguji hipotesis.
6) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.
Inkuiri memiliki siklus yang dimulai daro observasi, mengajukan
pertanyaan, mengajukan dugaan, mengumpulkan data berkaitan berkait
dan merumuskan kesimpulan berdasarkan data. Pembelajaran dengan
langkah demikian menekankan pada proses keterlibatan dan keaktifan
siswa secara optimal. Hal tersebut dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.
Siklus inquiri:
a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan.
b) Merumuskan hipotesis.
Merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk
memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa
gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua
gagasan yanga ada, pilih salah satu hipotesis yang relevan
dengan permasalahan yang diberikan.
c) Mengumpulkan data.
d) Membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

9
Menurut Sagala (2008:88) menemukan bahwa inti dari kegiatan pelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dari ketrampilan yang diperoleh siswa bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus merancang kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.
Siklus inquiri:
1) Observation
2) Questioning
3) Hipotesis
4) Conclusion

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiri) adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dna menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan,
bagan, tabel, atau karya ilmiah
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.
2. Pemahaman
a. Pengertian
Menurut Poerwodarminto dalam Kamus Bahasa Indonesia,
pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengerti benar tentang
sesuatu hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Definisi tersebut, tidak
bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang
diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat
operasional adalah diartikan sebagai melihat suatu hubungan ide tentang suatu
persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu
dikumpulkan.
Menurut Widiasworo (2007: 81) bahwa “pemahaman merupakan
kemampuan untuk menghubungkan atau mengasosiasikan informasi-informasi
yang dipelajari menjadi “satu gambar” yang utuh diotak kita”. Bisa juga
dikatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menghubungkan
atau mengasosiasikan informasi-informasi lain yang sudah tersimpan dalam
data base diotak kita sebelumnya.

10
Pada dasarnya pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar.
Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Karena proses
untuk memahami pengetahuan perlu diikuti dengan belajar dan juga berpikir.
Dalam Taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi
daripada pengetahuan. Namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu
ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui
atau mengenal.
Seorang peserta didik dituntut untuk memiliki pemahaman agar dapat
saling mengaitkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran baru.
Namun pemahaman tidak selamanya harus mengaitkan kemampuan baru dan
kemampuan sebelumnya, karena kemampuan siswa mengungkapkan
informasi dengan bahasanya sendiri pun termasuk pemahaman. Sebagaimana
dikatakan oleh Bloom dalam Djali, (2009: 77) berpendapat bahwa
“Pemahaman adalah kemampuan untuk menginterprestasi atau mengulang
informasi dengan bahasa sendiri.
b. Tindakan-tindakan dalam pemahaman
Menurut Bloom, kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan
dan derajat penyerapan materi dapat dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu:
1) Menerjemahkan (translation)
Diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu
kedalam bahasa yang lain sesuai dengan pemahaman yang diperoleh
dari konsep tersebut. Dapat juga diartikan dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Dengan kata lain, menerjemahkan berarti sanggup
memahami makna yang terkandung didalam suatu konsep.
2) Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan,
kemampuan ini untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat
dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan
pengetahuan lain yang diperoleh berikutnya.
3) Mengeksplorasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi
karena seseorang harus bisa melihat arti lain dari apa yang tertulis.

11
Membuat perkiraan tentan konsekuensi atau memperluas presepsi
dalam arti waktu, dimesi, kasus, ataupun alasannya.
Ketiga tingkatan pemahaman terkadang sulit dibedakan, hal ini
tergantung dari isi dalam pelajaran yang dipelajari. Dalam proses
pemahaman seseorang akan melalui ketiga tingkatan berurutan.
c. Evaluasi pemahaman
Pembelajaran sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat
siswa belajar, tentu menuntut adanya kegiatan evaluasi. Menurut Tim
Dipdiknas, evaluasi adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganlisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran. Penilaian pada proses menjadi hal
yang seharusnya diprioritaskan dai pada hasil, maka evaluasi hasil belajar
memiliki saasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang
diklarifikasikan menjadi tiga ranah yaitu: ranah afektif, kognitif, dan
psikomotor.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman
1) Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus gagasan sasaran yang akan tercapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan
mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru
sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan
yang dimaksud adalah pembuatan Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
yang mengacu pada Tujuan Instruksional Umum (TIU). Tujuan
instruksional umum mengharapkan siswa dapat meningkatkan
wawasan mengenai diri, tugas, siswa, serta memiliki kompetensi
profesional ayng tercermin melalui penguasaan akademis.
2) Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan pada peserta didik di sekolah. Guru adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Didalam satu kelas siswa

12
satu berbeda dengan lainnya, untuk itu setiap individu berbeda pula
keberhasilan belajarnya.
3) Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini merujuk
pada proses pembelajaran yang diciptakan guru dan dipengaruhi oleh
ketrampilan guru dalam mengolah kelas.
4) Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang aman, tenang, nyaman, dan disiplin juga
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta didik pada soal ujian
yang mereka kerjakan. Jika hasil belajar siswa tinggi, maka tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi pula.
5) Cara dan alat evaluasi
Cara atau teknik evaluasi merupakan cara-cara yang digunakan dalam
menyajikan bahan evaluasi. Misalnya dengan memberikan tes,
wawancara, pengamatan, dan lain-lain. Sedangkan alat atau instrumen
evaluasi dipilih berdasarkan cara atau teknik evaluasi yang telah
dipilih, contohnya butir soal, pedoman wawancara, pedoman
pengamatan, dan lain-lain. dalam penggunaannya guru bisa memilih
satu cara dan alat evaluasi atau menggunakan lebih dari satu cara dan
alat evaluasi.
Selain faktor diatas, terdapat beberapa faktor lain, yaitu:
a) Faktor internal: jasmaniah, psikologis, pematangan fisik dan
psikis.
b) Faktor eksternal (dari luar diri): faktor sosial, faktor budaya.
c) Faktor lingkungan fisik: faktor lingkungan spiritual
(keagamaan)
e. Cara untuk meningkatkan pemahaman siswa
1) Memperbaiki proses pengajaran
2) Adanya kegiatan bimbingan belajar
3) Menumbuhkan waktu belajar
4) Pengadaan umpan balik (feedback) dalam belajar
5) Motivasi belajar
6) Pengajaran perbaikan (remidial teaching)
13
7) Ketrampilan mengadakan variasi
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang
dapat digunakan dalam pembentukan konseptual siswa. Menurut Rudinow dan
Barry (dalam Filsaimme, 2008), berpikir kritis adalah sebuah proses yang
menekankan sebuah basis kepercayaan yang logis dan rsional, serta
memberikan serangkaian standar, dan prosedur untuk menganalisis, menguji,
dan mengevaluasi. Sedangkan Ennis (1996) mengemukakan bahwa berpikir
kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat keputusan rasional
yang diarahkan untuk memutuskan apakah menyakini atau melakukan sesuatu.
Dengan hal ini, kemampuan berpikir kritis diharapkan bisa menjadi bekal bagi
setiap individu dalam menghadapi tingkat permasalahan yang semakin
kompleks disetiap aspek kehidupan.
b. Karateristik berpikir kritis
Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan,
membandingkan, menganalisa, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak
melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Berpikir kritis bukan sekedar
berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki keyakinan dalam nilai-nilai,
dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan yang logis.
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer
secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
1) Watak (Dispositions)
Seseorang yang mempunyai ketrampilan berpikir kritis mempunyai
sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek
terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
2) Kriteria (Criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria, untuk sampai
kearah sana maka harus menemukan sesuatu yang diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa
sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan
14
kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang
kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang
konsisten, dan pertimbangan yang matang.
3) Argumen (Argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-
data. Ketrampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,
penilian, dan menyusun argumen.
4) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan
antara beberapa pernyataan atau data.
5) Sudut pandang (Pont of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,
yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.
6) Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.
Prosedural tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,
menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi
perkiraan-perkiraan.
c. Komponen berpikir kritis
Brookfield mendefinisikan lima aspek dan empat komponen berpikir
kritis. Menurutnya, berpikir kritis terdiri dari aspek-aspek, yaitu: berpikir kritis
adalah aktivitas yang produktif dan postitif, berpikir kritis adalah proses bukan
hasil, perwujudan berpikir kritis sangat beragam tergantung dari konteksnya,
berpikir kritis dapat berupa kejadian yang positif maupun negatif, dna berpikir
kritis dapat bersifat emosional dan rasional. Sedangkan komponen berpikir
kritis, yaitu:
1) Identifikasi dan menarik asumsi adalah pusat berpikir kritis
2) Menarik pentingnya konteks adalah penting dalam berpikir kritis
3) Pemikir kritis mencoba mengimajinasikan dan menggali alternatif
4) Mengimajinasikan dan menggali alternatif akan membawa pada
skeptisisme reflektif.
15
d. Langkah-langkah berpikir kritis
Untuk menjadi pemikir kritis yang baik dibutuhkan kesadaran dan
ketrampilan memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir
kritis yang baik, sehingga kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan
pola yang baik. Jika belum ada rumusan langkah-langkah berpikir kritis yang
dapat dijadikan tolak ukur atau parameter yang baku. Sebab, berpikir kritis
sangat sulit diukur berpikir kritis adalah proses yang sedang berlangsung
bukan hasil yang mudah dikenali. Keadaan berpikir kritis berarti bahwa
seorang terus mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan konteks
(kejelasan makna), menciptakan dan mengeksplorasi alternative dan terlibat
dalam skeptisisme reflektif (pemikiran yang tidak mudah dipercaya) atas
informasi yang diterimanya.
Menurut Kneedler dari The Statewide History-social science Assesment
Advisory committee, mengemukakan bahwa langkah-langkah berpikir kritis
dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah, yaitu:
1) Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
a) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
b) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
c) Memilih informasi yang relevan.
d) Merumuskan atau memformulasi masalah.
2) Menilai informasi yang relevan
a) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment).
b) Mengecek konsistensi.
c) Mengidentifikasi asumsi.
d) Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
e) Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah
penafisiran kalimat (semantic slanting).
f) Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3) Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan
a) Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
b) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan
atau pemecahan masalah atau kesimpulan yang diambil.
4. Pengembangan media pembelajaran
a. Pengembangan media
16
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas
tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi,
dan penilaian. Menurut Sadiman (2012) urutan langkah-langkah yang harus
diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah
yaitu:
1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa artinya kita harus tahu
kesenjangan antara kemampuan, ketrampilan dan sikap siswa yang kita
inginkan dengan kemampuan, ketrampilan dan sikap yang mereka
miliki sekarang.
2) Merumuskan tujuan instruksional (Instructional objective) dengan
menggunakan operasional dan khas.
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung
tercapainya tujuan.
4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
5) Menulis naskah media.
6) Mengadakan tes dan revisi bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas
dan efisiensi media pembelajaran.

Pendidik perlu mengembangkan materi ajar menjadi bahan atau media


pembelajaran sesuai dnegan kebutuhan dalam Rencana Pelasksanaan
Pembelajaran (RPP) dalam upaya menumbuhkan guru mengajarkan materi
untuk siswa. Kemampuan guru dalam mengembangkan media ajar terkait
dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru sebagai pendidik yang
profesional diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar
(media) sesuai mekanisme dengan memperhatikan karakteristik dan
lingkungan sosial siswa (Depdiknas, 2010).

b. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Secara terminologi, kata media berasal dari bahasa latin
medium yang atrinya perantara, sedangkan dalam Bahasa Arab media
berasal dari kata wasaaila artinya pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan (Hamamlik, 2008). Selanjutnya menurut
Rusman (2012), media pembelajaran adalah alat yang memungkinkan

17
siswa untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan
mengingatnya dalam waktu yang lama dibanding dengan penyampaian
materi dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu. Dengan
kata lain, media dapat mendukung proses pembelajaran. Penyampaian
materi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Arsyad (2007) juga mendefinisikan media pembelajaran
sebagai perantara antar pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Perantara ini digunakan untuk dapat menarik minat,
perhatian, dan pikiran siswa serta mempermudah siswa dalam proses
belajar mengajar, serta membantu siswa agar dapat menerima materi
dengan baik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri siswa dan memperlancar proses pembelajaran. Kesimpulan dari
penjelasan tersebut bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan,
dna kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri siswa (Hariyanto, 2012).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan dari guru ke
siswa yang dapat membantu proses balajar mengajar serta dapat
membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik, efektif, dan
efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media
pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk belajar dengan lebih
baik. Selain itu dapat mempermudah proses penyampaian materi dan
mendorong siswa dalam proses belajar mengajar.
Jadi, media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan
sebagai perantara penyajian pesan yang ingin disampaikan guru kepada
siswa dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang
baik. Macam-macam media pembelajaran yang digunakan cukup
banyak, baik media elektronik maupun non elektronik. Salah satu
media eletronik. Salah satu media elektronik yang sering digunakan
adalah komputer, dengan bantuan komputer maka pengembangan
media pembelajaran akan semakin terbantu.
2) Fungsi media pembelajaran
18
Munadi (2013) membagi fungsi media menjadi 5 yaitu, sebagai
fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar, fungsi semantik,
fungsi manipulatif, fungsi psikologis, dan fungsi sosio-kultural.
a) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah
fungsi media pembelajaran yang utama artinya media
pembelajaran berfungsi sebagai penyalur, penyampai, dan
penghubung siswa untuk belajar.
b) Fungsi semantik, artinya media pembelajaran memiliki
kemampuan dalam menambah perbendaharaan kata yang
maknanya benar-benar dipahami siswa.
c) Fungsi manipulatif didasarkan pada karakteristik umum media
pembelajaran yang memiliki dua kemampuan yaitu mengatasi
batas ruang dan waktu serta keterbatasan inderawi.
Kemampuan dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu
meliputi kemampuan media untuk menghadirkan objek atau
peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya.
Menjadikan objek atau peristiwa yang membutuhkan waktu
panjang menjadi singkat, dan menghadirkan kembali objek atau
peristiwa yang telah terjadi. Sementara mengatasi kemampuan
dalam mengatasi keterbatasan inderawi meliputi kemampuan
membantu pemahaman untuk objek yang terlalu kecil, bergerak
terlalu cepat atau lambat, membutuhkan kejelasan suara, dan
terlalu kompleks.
d) Fungsi psikologis terbagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
i. Fungsi Atensi, artinya media pembelajaran dapat
meningkatkan perhatian siswa karena memberikan
rangsangan yang menarik sehingga mengaktifkan sel
saraf penghambat yang berfungsi membuang
rangsangan lain dan memfokuskan perhatian siswa.
ii. Fungsi Afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan
tingkat penerimaan atau penolakan siswa. Media
pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan
sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus
tertentu.
19
iii. Fungsi Kognitf, artinya media pembelajaran mampu
menghadapkan siswa pada objek-objek yang akan
memperkaya pikiran dan gagasannya.
iv. Fungsi Imajinatif, artinya media pemebalajaran dapat
meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa,
nantinya imajinasi ini akan menimbulkan rencana-
rencana bagi masa mendatang.
v. Fungsi motivasi, artinya media pembelajaran dapat
memberikan harapan, bahkan bagi siswa yang dianggap
lemah dalam menerima dan memahami isi pelajaran.
e) Fungsi sosio-kultural, artinya media pembelajaran memiliki
kemampuan dalam memberikan yang sama, mempersamakan
pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Daryanto (2011) mengemukakan fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
i. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Dengan perantara gambar,
potret, slide, film, video, atau media lain, siswa dapat
memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau
peristiwa.
ii. Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi,
baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang.
Misalnya video harimau di hutan.
iii. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau
hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena
ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena
terlalu besar atau terlalu kecil.
iv. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan
bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan
mudah membandingkan dua benda berbeda sifat
ukuran, warna, dan sebagainya.
v. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang
berlangsung secara lambat. Dengan video, proses

20
perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak
dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit.

3) Manfaat media pembelajaran


Menurut Arsyad (2007), manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar diantaranya adalah pengajaran lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Media
pembelajaran yang lebih bervariasi tidak sebatas komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata, dengan demikian media yang dirancang
dnegan kreatif dan inovatif akan membuat siswa lebih memahami
materi pelajaran. Hariyanto (2012) mengemukakan pendapat yang
sejalan dengan pernyataan diatas mengenai manfaat media
pembelajaran yaitu menarik dan memperbesar perhatian siswa,
mengurangi bukan menghilangkan adanya verbalisme, membantu
memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain,
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, membantu anak didik dalam
mengawasi hal-hal yang sulit nampak dengan mata, menumbuhkan
kemampuan berusaha sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan.
Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad Azhar (2006: 21-23),
mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan
dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral
pembelajaran di kelas atau sebagai bagian cara utama pembelajaran
secara langsung, yaitu:
a) Penyampaian pelajaran lebih baku, setiap pelajar yang melihat
atau mendengar penyajian melalui media penerima pesan yang
sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pengajaran dengan
cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil
penafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama
dapat disajikan kepad siswa sebagai landasan untuk pengkajian,
latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
b) Pembelajaran lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan dapat membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan. Keruntutan pesan, daya tarik image yang
21
berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingin tahunan menyebabkan siswa tertawa dan
berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa siswa
memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi yang diterima dalam
hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam
jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap
oleh siswa.
e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan jika integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan
elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan
dengan baik, spesifik, dan jelas.
f) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
g) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban
guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat
memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses
belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat
siswa.

Menurut Levie dan Lentz dalam Arsyad Azhar (2006:16),


mengemukakan empat fungsi media pengajaran khususnya media
visual yaitu:

a) Fungsi atensi
Merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran.
b) Fungsi afektif

22
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang
bergambar.
c) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar.
d) Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca
untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran
berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan
teks atau disajikan secara verbal.

Manfaat media pembelajaran menurut Hujain A. H Sanaky (2013)


terbagi menjadi dua manfaat untuk pengajar dan manfaat untuk
pembelajaran, yaitu:

a) Manfaat untuk pengajar adalah sebagai berikut:


i. Memberikan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
ii. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.
iii. Memberikan kerangka sistematis mengajar.
iv. Memudahkan kendali pengajar terhadap materi.
v. Membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian
materi pelajaran.
vi. Membangkitkan rasa percaya diri.
vii. Meningkatkan variasi belajar.
viii. Menyajikan informasi secara sistemik.
ix. Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang lebih
menyenangkan dan tanpa tekanan.

23
b) Manfaat untuk pembelajaran, yaitu:
i. Meningkatkan motivasi pembelajar.
ii. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar.
iii. Memudahkan proses belajar.
iv. Merangsang untuk berpikir dan beranalisis.
v. Dapat belajar dalam situasi yang menyenangkan tanpa
tekanan.
vi. Membantu memahami materi yang disajikan secara
sistematis.
4) Jenis-jenis media pembelajaran
Rusman, Deni Kurniawan, dan Cepi Riyana (2013) telah
merangkum jenis-jenis media pembelajaran menjadi lima kelompok,
yaitu:
a) Media visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat
menggunakan indera penglihatan. Jenis media ini terdiri atas
media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat
diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar
bergerak.
b) Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa untuk mempelajari bahan ajar.
c) Media audio-visual
Media audio-visual adalah media kombinasi audio dan visual,
contohnya: program video atau televisi pendidikan, video atau
televisi instruksional, dan program slide suara.
d) Kelompok media penyaji
Kelompok media penyaji terbagi menjadi tujuh kelompok,
yaitu: (1) kelompok grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b)
kelompok media proyeksi diam, (3) kelompok media audio, (4)
kelompok media audio visual, (5) kelompok media gambar
hidup atau film, (6) kelompok media televisi, (7) kelompok
multimedia.
24
e) Media objek dan media interaktif berbasis komputer
Media objek adalah tiga dimensi yang menyampaikan
informasi melalui ciri fisik seperti ukuran, bentuk, berat,
susunan, warna, dan fungsi. Media objek terdiri dari objek
sebenarnya dna objek pengganti. Sedangkan media interaktif
berbasis komputer adalah media yang menuntut siswa untuk
berinteraksi selain melihat atau mendengar dengan bantuan
komputer.
Media dari klasifikasi-klasifikasi media pembelajaran diatas,
media pembelajaran berbasis multimedia interaktif masuk
dalam media objek dan media interaktif berbasis komputer.
Secara umum konsep multimedia interaktif dapat didefinisikan
suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh desainer agar
tampilannya memenuhi fungsi meninformasikan pesan dan
memiliki interaktifitas kepada penggunaannya (user).

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian ini mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis inquiri dalam
meningkatkan ketrampilan pemahaman dan berpikir kritis berdasarkan eksplorasi peneliti,
beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

Yang pertama adalah penelitian dari Ririn Violadini, Dea Mustika bertujuan untuk
melakukan pengembangan e-modul berbasisi metode inquiri, mengetahui penilaian dari enam
ahli, serta mengetahui pendapat dari dua orang wali kelas dan siswa.

Yang kedua adalah penelitian dari Chusnul Hidayati bertujuan untuk meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis, agar siswa menjadi lebih aktif dalam mengembangkan
ketrampilan serta memahami konsep-konsep agar lebih mudah dipahami sehingga hasil
belajar siswa dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah.

C. Kerangka Pikir
Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang
berupa ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan pada siswa. Namun pada kenyaatannya di
lapangan guru saat ini menitik beratkan pembelajaran hanya ceramah dan menulis, serta
metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik, sehingga siswa menjadi pasif dan
motivasi belajarnya kurang. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan

25
membosankan mengakibatkan siswa cenderung gaduh di kelas menjadi tidak kondusif, hal ini
membuat sikap displin siswa menjadi tidak ada pada saat pembelajaran.

Siswa yang kurang berperan aktif dan tidak disiplin pada saat pembelajaran menjadi
tugas guru agar membuat siswa menjadi lebih aktif pada saat pembelajaran dilaksanakan.
Guru harus kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran dan cara menyampaikan
pembelajarannya, sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dna mampu mengembangkan
kreativitasnya dalam pembelajaran serta semangat untuk mengikuti pembelajaran, dengan
begitu hasil belajarnya pun akan meningkat.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan meningkatkan hasil belajar maka
guru dituntut untuk kreatif. Salah satu metode yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dan hasil belajar siswa adalah metode inquiri, metode tersebut memiliki kelebihan yaitu
menurut Sanjaya (2006 hlm 20) kelebihannya adalah:

1) Metode inquiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan


aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, secara seimbang sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna.
2) Metode inquiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.
3) Metode inquiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
masing-masing siswa.
4) Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata, artinya siswa memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak
akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kelebihan tersebut dibuktikan oleh hasil peneliti yang dilakukan oleh Ririn Violadini, Dea
Mustika dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa ingin memiliki sesuatu bahan ajar yang
berbeda dari buku yang dimilikinya, gambar yang menarik, dan lengkap dengan video
percobaan yang bisa diputar ulang oleh siswa. Maka dari itu peneliti menghadirkan solusi
yang di rasa efektif dari pendapat siswa yaitu mengembangkan media/modul yang praktis
dapat digunakan dimanapun mereka berada dan lengkap dengan gambar serta video
percobaan. Kelebihan yang dilakukan peneliti Chusnul Hidayati dapat ditarik kesimpulan
bahwa dilihat dari data hasil belajar pada pelaksanaan mata pelajaran IPA diperlukan
adanya upaya untuk mengadakan perbaikan sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa menjadi lebih aktif dalam mengembangkan ketrampilan serta

26
memahami konsep-konsep yang mana hasil belajar siswa memenuhi kriteria minimal yang
sudah ditetapkan sekolah. Pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru tetapi
pengembangan nalar kritis siswa, siswa diminta tidak hanya menerima atau mencari tetapi
juga menelaah, memilah, dan memberi respon atas materi pelajaran yang diberikan. Jadi,
dalam konteks ini guru bukan lagi sumber belajar tetapi guru berfungsi sebagai pemantik
yang menghidupkan semangat dan motivasi belajar siswa yang kemudian membiarkan
siswa menikmati proses belajar tersebut.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mencoba menerapkan metode inquiri melalui
media agar siswa lebih tertarik dalam belajar dan merasa tidak bosan namun juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga siswa lebih aktif serta hasil belajarnya
memenuhi kriteria minimal yang sudah ditetapkan sekolah.

D. Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

Apa manfaat pengembangan media dalam meningkatkan ketrampilan pemahaman dan


berpikir kritis?

Melalui proses penelitian diatas dapat dikatakan bahwa guru harus kreatif dalam
pengembangan media agar dalam belajar siswa lebih menarik dan tidak cepat bosan serta
siswa dapat aktif sehingga mampu meningkatkan kriteria minimal yang sudah ditetapkan
sekolah tersebut.

27
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis dan pendekatan R&D (Research and
Develompment). Penelitian berbentuk siklus yang diawali dengan adanya
kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan suatu
produk tertentu. Pengembangan yaitu suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut. Pengembangan yang menelaah suatu teori, model, konsep atau
prinsip dan menggunakan hasil telaah untuk mengembangkan suatu produk.
Penelitian dan pengembangan berorientasi pada membuat produk dan menguji
secara berulang-ulang. Jadi metodologi penelitian dan pengembangan yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji.

B. Model pengembangan
Model pengembangan berbasis inquiri merupakan model yang dalam
proses pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa
untuk belajar menemukan sendiri. Menurut Wahab Abdul Azis ((2007 hlm 92)
menjelaskan bahwa model yang berpola pada adanya pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa yang diikuti dengan
pemecahan atas masalah-masalah sehingga dapat menemukan pengetahuan
baru.
Inquiri yang dikemukakan oleh Omear dalam bukunya inquiri-
discovery-problem solving dalam pembelajaran IPS menyatakan bahwa “suatu
kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis-kritis-analisis

28
menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan” Oemar Hamalik (2010 hlm 32)
menyatakan bahwa “pengajaran berdasarkan inquiri (inkuiribased teaching)
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student-centered-strategi)
dimana kelompok-kelompok siswa kedalam suatu persoalan atau mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur
kelompok yang digariskna secara jelas.
Berdasarkan hal tersebut perlu dibahas pendekatan generalisasi
terhadap inquiri yang berpusat pada masalah (Problem Centered Inquiry) yang
terdiri atas dua jenis, yakni inquiri yang berorientasi kepada discover
(Discovery-Oriented-Inquiry) dan inquiri berdasarkan kebijakan (Policy-
Based-Inquiry).
Dengan demikian model pembelajaran tersebut sebagian besar
perencanaannya disusun oleh guru dan siswa diberikan bimbingan berupa
pertanyaan pengarahan agar dapat menuntunnya dalam menyelesaikan
permasalahan. Kegiatan-kegiatan siswa pada model ini ditekankan dengan
adanya diskusi terkait dengan pertanyaan pengarahan yang diberikan oleh
guru. Pertanyaan pengarahan ini dibutuhkan agar siswa dapat memahami
masalah yang dikemukakan, merumuskan hipotesis, merangkai percobaan,
analisis data, dan membuat kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.

C. Prosedur pengembangan
Guru dapat memberikan kegiatan belajar mengajar dnegan baik dan
benar apabila dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat mengikuti
langkah-langkah atau prosedur model yang digunakan. Berikut langkah-
langkah model pembelajaran inquiri menurut Wina Sanjaya (2012, hlm 201)
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikajin disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses pencarian jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inquiri, oleh sebab itu

29
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir.
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatau permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang
dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian setiap individu
yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
3) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inquiri, pengumpulan data, merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data merupakan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
4) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang akan
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang
diberikan bakan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
5) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil analisis data, merumuskan kesimpulan
merupakan hasil akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi karna
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan.
30
Karena itu untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan, bahwa langkah-langkah
kegiatan pembelajaran inquiri adalah mengajukan pertanyaan atau
permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan membuat kesimpulan.

DAFTAR RUJUKAN

Lisnani. (2019). Pemahaman Konsep Awal Calon Guru Sekolah Dasar . p-ISSN: 2086-4280, 61-70.

31

Anda mungkin juga menyukai