Anda di halaman 1dari 93

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM

NOMOR 16 TAHUN 2013


TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEEROM
TAHUN 2013 - 2033

PEMERINTAH KABUPATEN KEEROM


PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM
NOMOR 16 TAHUN 2013

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
TAHUN 2013-2033

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEEROM,

Menimbang : a. bahwa penataan ruang dipandang sebagai suatu sistem


perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang memiliki fungsi
sosial dan merupakan bagian dari sistem pembangunan
nasional;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan ketepaduan penataan
ruang nasional dan daerah yang sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
maka perlu dilakukan penyesuaian dan penataan
terhadap tata ruang wilayah Kabupaten Keerom;
c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Keerom Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Keerom tahun 2007 – 2017 tidak sesuai lagi
sehingga perlu ditinjau kembali;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tahun 2013-2033;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang
Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan
Kabupaten-kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat
(Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2907);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan ....
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4151);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo,
Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan
Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4245);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4925);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);

-2- 13. Peraturan ....


13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin
lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 647);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Tahun 2011 Nomor 694);
24. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
SK.458/Menhut-II/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
Kawasan Hutan Seluas ± 376.385 Ha, Perubahan Antar
Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 5.736.830 Ha dan
Penunjukan Bukan Kawasan Hutan menjadi Kawasan
Hutan Seluas ± 45.258 Ha di Provinsi Papua;

-3- 25. Peraturan ....


25. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 21
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan;
26. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23
Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat atas
Tanah;
27. Peraturan Daerah Provinsi Papua No. 14 Tahun 2008
tentang Pertambangan Rakyat;
28. Keputusan Gubernur Papua Nomor 168 Tahun 2012
tanggal 24 Oktober 2012 tentang Penetapan Status Ruas-
Ruas Jalan sebagai Jalan Provinsi di Provinsi Papua.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEEROM

Dan

BUPATI KEEROM

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH TAHUN 2013- 2033.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Keerom.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Keerom.
4. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang
udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
5. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional.
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

-4- 11. Pelaksanaan ....


11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
13. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
14. Sistem perwilayahan adalah pembagian wilayah dalam kesatuan sistem
pelayanan, yang masing-masing memiliki kekhasan fungsi pengembangan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
16. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
17. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan.
18. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
19. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
20. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
21. Kawasan Strategis Nasional selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
22. Kawasan Strategis Provinsi selanjutnya disingkat KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
23. Kawasan Strategis Kabupaten selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan.
24. Pusat Kegiatan Wilayah selanjutnya disingkat PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
25. Pusat Kegiatan Lokal selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
26. Pusat Pelayanan Kawasan selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
27. Pusat Pelayanan Lingkungan selanjutnya disingkat PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

-5- 28. Kawasan...


28. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan selanjutnya disingkat KKOP
adalah tanah dan atau perairan dan ruang udara disekitar Bandar udara
yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan.
29. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel selanjutnya disingkat PLTD adalah
pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula
(prime mover).
30. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro selanjutnya disingkat PLTMH
adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi mekanik air untuk
selanjutnya diubah menjadi energi listrik.
31. Pembangkit Listrik Tenaga Angin adalah suatu pembangkit lisitrik yang
menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi
listrik.
32. Pembangkit Listrik Tenaga Surya selanjutnya disingkat PLTS adalah
pembangkit listrik yang memanfaatkan energi surya (panas) dari matahari
yang diserap oleh panel surya dan melalui proses fotovoltaik.
33. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja selanjutnya disingkat UPLT adalah
instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur
tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan).
34. Instalasi Pengolahan Air Limbah selanjutnya disingkat IPAL adalah
perangkat peralatan teknik berserta perlengkapannya yang memproses
atau mengolah cairan sisa proses pengolahan sehingga cairan tersebut
layak dibuang ke lingkungan.
35. Instalasi Pengolahan Air Sederhana selanjutnya disingkat IPAS adalah
Proses penjernihan air minum secara sederhana dengan cara penyaringan
air melalui beberapa lapisan yaitu batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor
dan lain-lain dengan sumber air baku berasal dari air permukaan, air
tanah maupun air hujan.
36. Hak Atas Tanah selanjutnya disingkat HAT adalah hak yang memberi
wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan
atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.
37. Izin Mendirikan Bangunan selanjutnya disingkat IMB adalah izin yang
diberikan untuk melakukan kegiatan membangun.
38. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan selanjutnya disingkat AMDAL
adalah Kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
39. Upaya Pengelolaan Lingkungan selanjutnya disingkat UKL dan Upaya
Pemantauan Lingkungan selanjutnya disingkat UPL adalah upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan/atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL.
40. Izin Usaha Kawasan Industri selanjutnya disingkat IUKI adalah izin yang
diberikan kepada setiap pendirian perusahaan kawasan industri yang
melakukan kegiatan pengusahaan kawasan industri.
41. Distrik, yang dahulu dikenal dengan kecamatan, adalah wilayah kerja
Kepala Distrik sebagai perangkat daerah kabupaten.
42. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

-6- 43. Ruang ……


43. Ruang terbuka hijau selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
44. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disingkat KPHL adalah
organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar
terdiri atas kawasan hutan lindung yang dikelola oleh pemerintah daerah.
45. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
46. Wilayah Sungai selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2.
47. Daerah Aliran Sungai selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
48. Cekungan Air Tanah selanjutnya disingkat CAT adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung.
49. Daerah Irigasi selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan wilayah atau
hamparan tanah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
50. Kawasan imbuhan air tanah adalah wilayah resapan air yang mampu
menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah.
51. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan.
52. Tempat Penampungan Sementara selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
53. Tempat Pemrosesan Akhir selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman
bagi manusia dan lingkungan.
54. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu selanjutnya disingkat TPST adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
55. Kawasan perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada
sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam
hal Batas Wilayah Negara di darat, kawasan perbatasan berada di
kecamatan.
56. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non
pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
57. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan
bergerak dalam penataan ruang.
58. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah selanjutnya disingkat BKPRD
adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung

-7- Pelaksanaan …..


pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Keerom dan mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 2

Penataan Ruang bertujuan mewujudkan daerah yang berbasis pertanian,


kehutanan, dan perikanan serta beranda depan negara yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan serta menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 3

Kebijakan penataan ruang meliputi:


a. pengembangan potensi ekonomi dan sosial budaya kawasan perbatasan;
b. pengembangan potensi pertanian, kehutanan, dan perikanan
berlandaskan pada keragaman budaya;
c. pengembangan manajemen resiko bencana;
d. pemantapan peran pusat kegiatan sesuai dengan struktur dan hirarkinya;
e. peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air dan pengelolaan
lingkungan dalam rangka menunjang pengembangan pusat kegiatan;
f. pengendalian fungsi kawasan lindung;
g. pengembangan dan peningkatan kawasan budidaya untuk mendukung
perekonomian wilayah sesuai daya dukung lingkungan;
h. pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung sektor
ekonomi potensial dan daya dukung lingkungan hidup; dan
i. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang

Pasal 4

(1) Strategi pengembangan potensi ekonomi dan sosial budaya kawasan


perbatasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, meliputi:
a. pembangunan prasarana serta sarana sosial, ekonomi, dan
pertahanan keamanan di simpul lintas batas tradisional;
b. peningkatan aksesibilitas antara simpul lintas batas tradisional
dengan pusat kegiatan terdekat;
c. peningkatan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam
mendukung pengembangan kawasan perbatasan; dan
d. pengembangan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan perbatasan.

-8- (2) strategi …..


(2) Strategi pengembangan potensi pertanian, kehutanan, dan perikanan
berlandaskan pada keragaman budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf b, meliputi:
a. pengembangan komoditas unggulan pertanian, kehutanan, dan
perikanan;
b. pengembangan sentra produksi sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan, serta prasarana dan sarana pendukungnya;
c. membangun iklim investasi yang kondusif;
d. mengoptimalkan promosi peluang investasi; dan
e. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam
mendukung pengembangan pertanian, kehutanan, dan perikanan
serta dibidang investasi, promosi dan penanaman modal daerah.
(3) Strategi pengembangan manajemen resiko bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, meliputi:
a. menetapkan zona bahaya dan aman pada kawasan rawan bencana;
b. mengembangkan perencanaan sesuai zona rawan bencana;
c. mengembangkan sistem pencegahan sesuai sifat dan jenis bencana,
serta karakteristik wilayah;
d. mengembangkan sistem adaptasi dan mitigasi bencana;
e. mengembangkan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana;
dan
f. mengembangkan sistem penanganan pasca bencana.
(4) Strategi pemantapan peran pusat kegiatan sesuai dengan struktur dan
hirarkinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, meliputi:
a. memantapkan peran dan mengembangkan pusat kegiatan wilayah,
kegiatan lokal, dan pusat pelayanan, termasuk pada distrik yang
relatif tertinggal;
b. menetapkan kegiatan utama pada pusat kegiatan agar masing –
masing dapat berkembang sesuai potensi dan kendalanya;
c. mengembangkan eksistensi masyarakat kampung dan sosial
budayanya;
d. menyediakan sarana sosial ekonomi sesuai standar pelayanan minimal
secara merata, dengan prioritas pada sarana pendidikan dan
kesehatan; dan
e. meningkatkan sarana sosial ekonomi di pusat kegiatan sesuai dengan
fungsi dan hirarki pelayanannya.
(5) Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air dan prasarana
pengelolaan lingkungan dalam rangka menunjang pengembangan pusat
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e meliputi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat (termasuk transportasi
sungai), dan udara dengan skala prioritas terkait dengan daya dukung
lingkungan;
b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di
kawasan terisolasi melalui pengembangan sistem jaringan seluler;
c. meningkatkan jaringan prasarana energi dengan memanfaatkan energi
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik;
d. memanfaatkan potensi air permukaan yang cukup besar di wilayah
daerah sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air
minum dan irigasi;
e. meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di kawasan perkotaan
melalui pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan; dan

-9- f. meningkatkan…..
f. meningkatkan dan mengembangkan kualitas pengelolaan
persampahan dan limbah.
(6) Strategi pengendalian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf f, meliputi:
a. mengoptimalkan pengelolaan fungsi kawasan lindung;
b. memulihkan kawasan lindung yang telah menurun fungsinya;
c. meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung tanpa mengabaikan
fungsi perlindungannya;
d. mengatur pola penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung;
e. meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan
lindung; dan
f. mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pengelolaan kawasan
lindung.
(7) Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan budidaya untuk
mendukung perekonomian wilayah sesuai daya dukung lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g, meliputi:
a. mempertahankan dan mengendalikan perubahan fungsi kawasan
hutan produksi;
b. mengembangkan budidaya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan, termasuk mengembangkan hutan sagu
dan sumberdaya lokal lain;
c. mengembangkan budidaya perikanan;
d. mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, dan
hasil hutan;
e. mengembangkan kegiatan pertambangan secara berimbang;
f. mengembangkan kegiatan industri terutama industri pendukung
pertanian, perikanan, dan kehutanan;
g. mengembangkan dan meningkatan kegiatan pariwisata;
h. mengembangan permukiman yang aman, nyaman, dan seimbang serta
mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
i. mengembangkan kegiatan budidaya yang mendukung fungsi
pertahanan dan keamanan negara; dan
j. mengendalikan izin yang sudah dikeluarkan dan atau yang akan
dikeluarkan.
(8) Strategi pengembangan kawasan yang diprioritaskan untuk mendukung
sektor ekonomi potensial dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h, meliputi:
a. mendorong pengembangan pusat kegiatan ekonomi; dan
b. mengendalikan kualitas lingkungan hidup.
(9) Strategi peningkatan fungsi kawasan perbatasan untuk pertahanan dan
keamanan negara terutama di kawasan perbatasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf i, meliputi:
a. mendukung penetapan KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan yaitu kawasan perbatasan darat dengan negara Papua
Nugini;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar KSN dan pertahanan dan keamanan lainnya untuk menjaga
fungsi dan peruntukannya;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar KSN dan kawasan pertahanan dan keamanan
lainnya sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut
dengan kawasan budidaya terbangun; dan
d. menjaga dan memelihara aset pertahanan dan keamanan negara
terutama di KSN.

- 10 - BAB III …..


BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah terdiri atas:


a. pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah daerah digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 6

(1) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. PKW;
b. PKL;
c. PPK;
d. PPL.
(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi perkotaan
Arso Kota di Distrik Arso.
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. perkotaan Pund di Distrik Waris; dan
b. perkotaan Senggi di Distrik Senggi.
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Jaifuri di Distrik Skanto; dan
b. Yetty di Distrik Arso Timur.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Ubrub di Distrik Web; dan
b. Towe Hitam di Distrik Towe.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 7

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat


(1) huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan transportasi udara.

- 11 - Paragraf 1…
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 8

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


huruf a, berupa jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas; dan
c. jaringan layanan lalu lintas.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. jalan Kolektor Primer (K1) Kewenangan Pemerintah meliputi:
1. ruas jalan Abepura-Arso;
2. ruas jalan Arso-Waris;
3. ruas jalan Waris-Yetti;
4. ruas jalan Yetti-Senggi-Mamberamo; dan
5. ruas jalan Yetti-Ubrub.
b. jalan Kolektor Primer (K2) Kewenangan Pemerintah Provinsi meliputi :
1. ruas jalan Arso XIV – Sawia – Kwarja (Kab. Jayapura);
2. ruas jalan Usku – Kesnar;
3. ruas jalan Ubrub – Kiwirok (Pegunungan Bintang); dan
4. ruas jalan Arso V – Waena (Kota Jayapura)
c. Jalan Kolektor Sekunder (K4) Kewenangan Pemerintah Kabupaten
meliputi:
1. ruas Trans Swakarsa – Arso 5;
2. ruas Jaifuri (Arso 3) – Arsopura (Arso 4) – Alang alang 5 Kab.
Jayapura;
3. ruas Jaifuri (Arso 3) – Kali Wasamba 2 – Koya Koso Kota Jayapura;
4. ruas jalan Pabrik Arso 7 – Koya Koso Kota Jayapura;
5. ruas Trans Woor – Bewan; dan
6. ruas Bewan – Moso (Muara Tami Kota Jayapura).
d. jalan lokal meliputi:
1. ruas jalan Trans Warbo (Arso 7) – Yuwanain (Arso 2);
2. ruas jalan Trans Sanggaria (Arso 1) – Yaturaharja (Arso 10);
3. ruas jalan Warbo (Arso 7) – Jaifuri (Arso 3);
4. ruas Trans Yuwanain (Arso 2) – Bate – Yaturaharja (Arso 10);
5. ruas jalan Trans Arso Kota – SMP Arso Kota;
6. ruas jalan Trans Woor – Kampung Tua;
7. ruas jalan Arso Kota – Yanamaa (PIR 1);
8. ruas jalan Trans Woor – Bagia (PIR 3) – Kwimi;
9. ruas jalan Mur 2 – Yamara (PIR 5);
10. ruas jalan PTPN – Wembi;
11. ruas jalan Mur 2 – Wonorejo (PIR 4);
12. ruas jalan Wulukubun (Arso 14) – Ubiyau Lama;
13. ruas jalan Trans Waris – Kalifam – Banda - tugu perbatasan;
14. ruas jalan Kalifam – Pund – Jalan Trans Waris;
15. ruas jalan Pund – Tugu Perbatasan;
16. ruas jalan Bewan – Yetti – Kibay;
17. ruas jalan Bewan – Kriku – Skofro;
18. ruas jalan Bewan – Sangke;
19. ruas jalan Arsopura (Arso 4) – Gudang Garam;
20. ruas jalan Trans Arso Kota – Ubiyau – Sawanawa;
21. ruas jalan Trans Yabanda 1 – Tugu Perbatasan;
22. ruas jalan Trans Senggi – Warlef – Yabanda 2;

- 12 - 23. ruas ….
23. ruas jalan Trans Senggi – Woslay – Walay;
24. ruas jalan Walay – Molof;
25. ruas jalan Woslay – Yamas;
26. ruas jalan Trans Senggi – Dubu;
27. ruas jalan Dubu –Towe Hitam;
28. ruas jalan Trans Web – Dubu;
29. ruas jalan Trans Yuruf – Amgotro – Semografi;
30. ruas jalan Amgotro – Akarinda;
31. ruas jalan Wulukubun (Arso 14) – Yamas – Trans Senggi;
32. ruas jalan trans Bompay – Yuwainda/Kalipao;
33. ruas jalan Yammua (Arso 6) – Dukwiah (Arso 8);
34. ruas jalan Warbo (Arso 7) – Wulukubun (Arso 14);
35. ruas jalan Trans Wembi – Yetty;
36. ruas jalan Trans Irian – Yammua (Arso 6);
37. ruas jalan Bate – Ubiyau;
38. ruas jalan Arso 10 – Kwimi – SP3;
39. ruas jalan Traimelyan (Arso 12) – Perkebunan Sawit Arso 12;
40. ruas jalan Arsopura (Arso 4) – Bingguin;
41. ruas jalan Wonorejo (Pir 4) – Wembi;
42. ruas jalan Web – Bias – Towe Hitam – Terpones – Milki – Lules;
43. ruas jalan Yamas – Molof.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. Terminal penumpang tipe B; dan
b. Terminal penumpang tipe C.
(4) Terminal Penumpang tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
terdapat di Distrik Arso.
(5) Terminal Penumpang tipe C sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
terdapat di Distrik Arso Timur, Waris, Senggi, Skanto dan Web.
(6) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
a. trayek angkutan penumpang meliputi:
1. Arso - Kota Jayapura;
2. Arso - Kabupaten Mamberamo Raya;
3. Arso - Kabupaten Pegunungan Bintang;
4. Skanto – Arso -Arso Timur;
5. Arso- Waris - Senggi; dan
6. Arso – Waris - Web.
b. jalur angkutan barang meliputi :
1. Skanto – Arso - Arso Timur;
2. Arso – Waris - Senggi; dan
3. Arso – Waris - Web.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


huruf b, terdiri atas:
a. tatanan kebandar-udaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.

- 13 - 2. Tatanan ……
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan Bandar udara pengumpan, meliputi:
a. Bandar Udara Senggeh di Distrik Senggi;
b. Bandar Udara Towe di Distrik Towe;
c. Bandar Udara Ubrub di Distrik Web;
d. Bandar Udara Yuruf di Distrik Web;
e. Bandar Udara Molof di Distrik Senggi;
f. Bandar Udara Bias di Distrik Towe; dan
g. Bandar Udara Terpones di Distrik Towe.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, berupa Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, meliputi:
a. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
b. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
c. kawasan di bawah permukaan transisi;
d. kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
e. kawasan di bawah permukaan kerucut; dan
f. kawasan di bawah permukaan horizontal luar.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur dalam rencana
induk bandar udara.

Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 10

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat


(1) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi

Pasal 11

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,


terdiri atas:
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Distrik Arso, Distrik Waris, dan
Distrik Senggi;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Distrik Skanto, Distrik
Senggi dan Distrik Towe;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Distrik Arso, Distrik Skanto,
Distrik Arso Timur, Distrik Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, dan
Distrik Towe; dan

- 14 - d. Pembangkit ….
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Distrik Arso, Distrik Skanto,
Distrik Arso Timur, Distrik Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, dan
Distrik Towe.
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. gardu induk di Distrik Arso;
b. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi saluran udara tegangan
menengah Arso-Skanto, Arso-Arso Timur; dan
c. jaringan distribusi minyak dan gas bumi, meliputi stasiun pengisian
bahan bakar (SPBU) di Distrik Arso, Distrik Waris, Distrik Skanto dan
Distrik Senggi.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 12

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan teresterial; dan
b. sistem jaringan satelit;
(2) Sistem jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
berada di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik Skanto, Distrik Waris
dan Distrik Senggi.
(3) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri dari:
a. pengembangan menara pemancar seluler dan telekomunikasi bersama
yang tersebar diseluruh distrik; dan
b. pengembangan jaringan satelit di daerah terpencil di seluruh distrik.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Pasal 13

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


huruf c, terdiri atas :
a. wilayah Sungai;
b. cekungan Air Tanah;
c. daerah Irigasi;
d. prasarana air baku untuk air bersih;
e. sistem pengendalian banjir; dan
f. sistem pengendalian longsor.
(2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
Wilayah Sungai Lintas Negara Mamberamo-Tami-Apauvar, mencakup
Daerah Aliran Sungai Tami, Daerah Aliran Sungai Mamberamo, dan
Daerah Aliran Sungai Sepik.
(3) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
dari :
a. Cekungan Air Tanah Jayapura di Distrik Skanto, Distrik Arso dan
Distrik Arso Timur;
b. Cekungan Air Tanah Hulu Sungai Senggi di Distrik Skanto dan Distrik
Arso;

- 15 - c. Cekungan..…
c. Cekungan Air Tanah Timur Arso di Distrik Arso Timur dan Distrik
Waris;
d. Cekungan Air Tanah Lereh-Leweh di Distrik Senggi;
e. Cekungan Air Tanah Ubrub di Distrik Web, Distrik Senggi dan Distrik
Towe.
(4) Daerah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
Daerah Irigasi Arso.
(5) Prasarana air baku air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, meliputi:
a. air permukaan Sungai Jaifuri di Distrik Skanto, Sungai Suasi dan
Sungai Bias di Distrik Towe, serta Sungai Keerom di Distrik Senggi;
b. air permukaan kolam retensi di Distrik Arso, Distrik Skanto, Distrik
Arso Timur, dan Distrik Senggi;
c. sumber air tanah dangkal di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik
Skanto, Distrik Waris, Distrik Senggi, dan Distrik Web;
d. sumber air tanah dalam di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik
Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, dan Distrik Towe; dan
e. mata air di Distrik Skanto, Distrik Arso Timur, dan Distrik Waris.
(6) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
meliputi:
a. membangun sistem tata air teknis termasuk penyesuaian dimensi
saluran dengan luas area tangkapan;
b. pembuatan bendali pada alur anak sungai untuk mengatur debit yang
masuk ke tiap sungai utama di Sungai Skanto, Sungai Tami, Sungai
Mur, Sungai Bewan, Sungai Keerom, Sungai Pou, Sungai Pu, Sungai
Pis, Sungai Songgojo, Sungai Nawa, Sungai Web, Sungai Suasi dan
Sungai Bias; dan
c. pembuatan check dam/polder.
(7) Sistem pengendalian longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
meliputi:
a. penguatan lereng rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya;
b. rehabilitasi dan reboisasi daerah penyangga dan resapan;
c. pengendalian penebangan dan pemanfaatan lahan didaerah
penyangga dan resapan air;
d. pengendalian penambangan pada daerah penyangga dan resapan air;
e. pengendalian pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan
daerah rawan longsor;
f. inventarisasi dan pengawasan ketat daerah rawan longsor;
g. pemasangan rambu bahaya pada daerah rawan longsor; dan
h. penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana
tanah longsor.

Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 14

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 huruf d, terdiri atas :
a. sistem pengelolaan sampah;
b. sistem pengelolaan limbah;
c. sistem jaringan air Minum;
d. sistem jaringan drainase; dan
e. jalur evakuasi bencana.

- 16 - (2) Sistem …..


(2) Sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. pola individual langsung dengan cara membuang langsung ke TPS
maupun TPA dimana pola ini dikembangkan di setiap distrik;
b. pola komunal konvensional dengan cara melakukan pengelolaan
sampah yang terdiri atas pengumpulan secara kolektif dari sumber
sampah ke tempat pembuangan;
c. pola komunal 3R (reduce, reuse, recycle), dengan cara melakukan
pemilahan sampah di tingkat rumah tangga maupun di TPS serta
melakukan pengolahan dan daur ulang sampah di TPST di Distrik
Skanto, Distrik Waris dan DistrikSenggi.
d. TPA sebagaimana dimaksud pada huruf a dikembangkan di Distrik
Arso Timur dengan menggunakan metode sanitary landfill;
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Induk Persampahan diatur
dengan Peraturan Daerah.
(3) Sistem pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. sistem pengelolaan limbah terpusat yaitu berupa :
1. UPLT dan pipanisasi dari sumber, dikembangkan di kawasan
perkotaan Arso dengan Sistem klaster
2. IPAL, dikembangkan di kawasan industri, rumah sakit dan
kawasan lain yang menghasilkan limbah cair di Distrik Arso,
Distrik Skanto dan Distrik Arso Timur; dan
3. septic tank komunal, dikembangkan di pusat kegiatan lain selain
kawasan perkotaan Arso.
b. sistem pengelolaan limbah setempat dikembangkan di pusat kegiatan
lain selain kawasan perkotaan Arso, perkotaan Senggi dan perkotaan
Waris melalui penyediaan stimulan jamban sehat dan MCK.
(4) jaringan air minum ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi :
a. pengembangan jaringan air minum di kawasan perkotaan, meliputi:
1. pengembangan sistem jaringan primer dan sekunder dengan
mengikuti pola jaringan jalan dan peletakan bangunan;
2. pembangunan bangunan pengambilan air pada sumber air baku;
3. pembangunan instalasi pengolah air minum di pusat kegiatan; dan
4. pembangunan bangunan penyimpan air di pusat kegiatan dan
kampung.
b. pengembangan jaringan air minum di kawasan perdesaan, meliputi:
1. pembangunan IPAS pada daerah yang dominan menggunakan
sumber air permukaan;
2. pembangunan Penampungan Air Hujan komunal pada daerah yang
kekurangan sumber air tanah maupun air permukaan;
3. penyediaan pelayanan air minum dengan menggunakan jaringan
tunggal yang dikelola dan dipelihara oleh masyarakat; dan
4. pembuatan hidran dan MCK umum dengan memanfaatkan air dari
sumber mata air dan air tanah dangkal atau menggunakan sumur
bor yang dalam.
(5) Sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. drainase primer, yaitu dengan memanfaatkan sungai besar yang ada
di daerah, yaitu Sungai Skanto, Sungai Tami, Sungai Mur, Sungai
Bewan, Sungai Keerom, Sungai Pou, Sungai Pu, Sungai Pis, Sungai
Songgojo, Sungai Nawa, Sungai Web, Sungai Suasi dan Sungai Bias;
b. drainase sekunder, yaitu berupa saluran buatan yang dikembangkan
di kawasan perkotaan sebagai pengumpul dari drainase tersier; dan

- 17 - c. drainase…..
c. drainase tersier, yaitu berupa saluran buatan yang dikembangkan di
kawasan perkotaan dengan pola mengikuti jaringan jalan.
(6) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana longsor yang dikembangkan pada kawasan
rawan longsor, yaitu dengan memanfaatkan jaringan jalan, jalur
pejalan kaki dan drainase tertutup yang mengarahkan evakuasi
menjauhi lokasi bencana ke arah lokasi dan/atau bangunan evakuasi
yang telah ditentukan pada lokasi yang lebih datar; dan
b. jalur evakuasi bencana banjir yang dikembangkan pada kawasan
rawan banjir, yaitu dengan dengan memanfaatkan jaringan jalan, jalur
pejalan kaki dan drainase tertutup yang mengarahkan evakuasi
menjauhi lokasi bencana ke arah lokasi dan/atau bangunan evakuasi
yang telah ditentukan pada lokasi yang lebih tinggi.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 15

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana pengembangan kawasan


lindung dan rencana pengembangan kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1: 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 16

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung

Pasal 17

(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a,


tersebar diseluruh Distrik.
(2) Pengelolaan hutan lindung melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung.

- 18 - Paragraf 2 .…
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 18

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, terdiri atas :
a. kawasan bergambut; dan
b. kawasan resapan air.
(2) Kawasan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Distrik Senggi dan Distrik Web.
(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
tersebar diseluruh distrik.

Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 19

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


huruf c, terdiri atas :
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan lindung spiritual dan kawasan kearifan lokal lainnya; dan
c. RTH perkotaan.
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling
sedikit 5 meter dari kaki tanggul sebelah luar dari tepi Sungai Jaifuri,
Sungai Skanto, Sungai Sungrum, Sungai Tami, Sungai Mur, dan
Sungai Keerom;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan lebar minimal 100 meter dari tepi
Sungai Jaifuri, Sungai Skanto, Sungai Sungrum, Sungai Tami, Sungai
Mur, Sungai Bewan, Sungai Keerom, Sungai Pou, Sungai Pis, Sungai
Songgojo, Sungai Nawa, Sungai Web, Sungai Suasi, dan Sungai Bias;
dan
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan lebar minimal 50 meter dari tepi sungai.
(3) Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, berada di Distrik Waris, Distrik Arso
Timur, Distrik Web dan Distrik Towe.
(4) RTH perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. kawasan minimal seluas 50% dari luas perkotaan Arso Kota,
perkotaan Jaifuri, perkotaan Yetty, perkotaan Pund, dan perkotaan
Senggi, dan
b. kawasan minimal seluas 60% dari luas perkotaan Ubrub dan Towe
Hitam.

- 19 - Paragraf 4 ….
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Pasal 20

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 huruf d, berupa suaka margasatwa meliputi Suaka
Margasatwa Mamberamo-Foja di Distrik Senggi.

Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 21

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


huruf e, terdiri atas :
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, berada di Distrik Waris, Distrik Web dan Distrik Senggi.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
berada di Distrik Arso, Distrik Skanto, dan Distrik Arso Timur.

Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi

Pasal 22

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf f,


terdiri atas :
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri dari:
a. Kawasan zona patahan aktif tersebar diseluruh distrik; dan
b. Kawasan rawan gempa bumi tersebar diseluruh distrik.
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi kawasan imbuhan air tanah
tersebar diseluruh distrik.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya

Pasal 23

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), terdiri


atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan

- 20 - h. kawasan …….
h. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 24

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23 huruf a, terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi terbatas;
b. kawasan hutan produksi tetap; dan
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berada di Distrik Arso, Distrik Skanto, Distrik Arso Timur, Distrik
Senggi, Distrik Waris dan Distrik Towe.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, berada di Distrik Arso Timur, Distrik Skanto, Distrik Waris, Distrik
Senggi, dan Distrik Towe.
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, berada di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik
Waris, Distrik Senggi, Distrik Skanto dan Distrik Web.

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 25

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23


huruf b, terdiri atas :
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdapat di Distrik Arso, Distrik Skanto, Distrik Arso Timur,
Distrik Waris, Distrik Senggi, dan Distrik Towe.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, merupakan tanaman terpadu di Distrik Arso Timur, Distrik
Senggi, Distrik Skanto dan Distrik Waris.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di Distrik Arso, Distrik Skanto, Distrik Arso Timur, Distrik Waris
dan Distrik Senggi.
(5) Kawasan sentra peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdapat di Distrik Senggi.
(6) Kawasan pertanian tanaman pangan di Distrik Arso, Distrik Senggi dan
Distrik Arso Timur yang merupakan bagian dari kawasan pertanian
pangan skala luas ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan
berkelanjutan.

- 21 - Paragraf 3 .….
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23


huruf c, terdiri atas kawasan budidaya perikanan.
(2) Kawasan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di Distrik Skanto, Distrik Arso, Distrik Senggi dan Distrik Arso Timur.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23 huruf d, berupa mineral dan batubara, terdiri atas :
a. potensi mineral logam;
b. potensi batubara; dan
c. potensi bahan galian batuan.
(2) Potensi mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. potensi emas di Distrik Arso, Distrik Arso Timur, Distrik Waris, Distrik
Senggi, Distrik Web, dan Distrik Towe; dan
b. potensi nikel dan kromit di Distrik Senggi, Distrik Towe, dan Distrik
Web.
(3) Potensi batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar
diseluruh distrik.
(4) Potensi bahan galian batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
tersebar diseluruh distrik.
(5) Pengelolaan potensi tambang sebagaimana ayat (1) huruf a, huruf b dan
huruf c dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 28

Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf e,


meliputi:
a. industri kecil di setiap distrik; dan
b. industri sedang di Distrik Arso, Distrik Skanto, Distrik Arso Timur dan
Distrik Senggi.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23


huruf f, terdiri atas:
a. pariwisata alam; dan
b. pariwisata budaya.

- 22 - (2) Pariwisata ….
(2) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
wisata tirta dan pemancingan di Distrik Arso, Distrik Skanto dan Arso
Timur.
(3) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
budaya masyarakat perbatasan di Distrik Waris.

Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23 huruf g, terdiri atas :
a. kawasan perkotaan; dan
b. kawasan perkampungan.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. kawasan perkotaan Arso Kota di Distrik Arso;
b. kawasan perkotaan Jaifuri di Distrik Skanto;
c. kawasan perkotaan Yetty di Distrik Arso Timur;
d. kawasan perkotaan Pund di Distrik Waris; dan
e. kawasan perkotaan Senggi di Distrik Senggi.
(3) Kawasan Perkampungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tersebar di seluruh distrik.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 31

Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf h,


terdiri atas kawasan peruntukan pertahanan keamanan terdiri dari :
a. polres di Distrik Waris
b. kodim di Distrik Waris
c. polsek di seluruh distrik
d. koramil di seluruh distrik
e. pos TNI di perbatasan Negara di Distrik Arso Timur, Distrik Waris, Distrik
Senggi, Distrik Web dan Distrik Towe.

Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,


dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang
bersangkutan dan tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari badan atau pejabat yang bertugas mengkoordinasikan
penataan ruang di daerah.

- 23 - BAB V ....
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 33

(1) Kawasan strategis terdiri atas :


a. KSN yang ada di daerah;
b. KSP yang ada di daerah; dan
c. KSK.
(2) Rencana penetapan Kawasan Strategis daerah digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1: 50.000, tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 34

KSN yang ada di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf
a, meliputi Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan yang berada di
sepanjang kawasan perbatasan daerah.

Pasal 35

KSP yang ada di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Wilayah
Mamberamo Foja; dan
b. kawasan strategis lainnya yaitu pengelolaan ekonomi rendah karbon
Wilayah Bagian Utara.

Pasal 36

(1) KSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf c, meliputi:
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup; dan
c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya.
(2) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kawasan cepat tumbuh perkotaan Arso-Skanto;
b. kawasan cepat tumbuh perkotaan Senggi; dan
c. kawasan perkotaan simpul lintas batas Waris.
(3) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. hutan lindung Arso – Web –Towe di Distrik Arso, Web dan Towe.
b. rawan bencana banjir Arso – Skanto di Distrik Arso dan Skanto.
(4) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Distrik
Waris.

- 24 - Pasal 37…..
Pasal 37

(1) Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah disusun rencana


rinci tata ruang berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana
detail tata ruang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana rinci tata ruang kawasan
strategis daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 38

(1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas indikasi program utama, lokasi,
sumber pendanaan, pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan.
(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang meliputi :
a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;
b. indikasi program utama perwujudan pola ruang; dan
c. indikasi program utama perwujudan kawasan strategis daerah.
(3) Indikasi sumber pendanaan meliputi dana Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah daerah, Swasta, Bantuan Luar Negeri dan Dana
Hibah.
(4) Indikasi pelaksana kegiatan meliputi Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.
(5) Indikasi waktu pelaksanaan sampai dengan tahun 2033 dibagi ke dalam 4
tahap yaitu tahap Pembangunan Jangka Menegah (PJM)-1, PJM-2, PJM-3,
dan PJM-4.
(6) Rincian tahapan pelaksanaan program penataan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tercantum Lampiran IV yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 39

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah daerah digunakan


sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah daerah.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan; dan
c. ketentuan insentif dan disinsentif.

- 25 - Bagian Kedua …..


Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 40

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


39 ayat (2) huruf a, digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah
dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. untuk kawasan lindung;
b. untuk kawasan budidaya; dan
c. untuk kawasan sekitar sistem prasarana wilayah, terdiri atas :
1. transportasi;
2. energi;
3. telekomunikasi;
4. sumber daya air; dan
5. Prasarana pengelolaan lingkungan
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 41

(1) Segala bentuk kegiatan dan pembangunan prasarana wajib memperoleh


izin pemanfaatan ruang yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah.
(2) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh pejabat yang berwenang.
(3) Izin pemanfaatan ruang diatas 5.000 ha yang diberikan oleh Bupati harus
mendapatkan pertimbangan teknis BKPRD.
(4) Pemanfaatan ruang diatas 3.000 ha dievaluasi dengan kriteria:
a. adanya perubahan bentang alam;
b. besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak pemanfaatan
ruang;
c. luas wilayah penyebaran dampak;
d. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
e. banyaknya komponen lingkungan hidup dan lingkungan buatan yang
akan terkena dampak;
f. sifat kumulatif dampak; dan/atau
g. sifat reversible dan irreversible dampak.
(5) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Ketentuan perizinan terkait pemanfaatan ruang khususnya dikawasan
hutan dan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukan
melalui mekanisme peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 42

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 41 ayat (1), terdiri atas :
a. izin sektoral (kegiatan), terdiri atas izin prinsip dan izin tetap;
b. izin pertanahan, terdiri atas izin lokasi dan izin hak atas tanah;

- 26 - c. izin .….
c. izin perencanaan dan bangunan, terdiri atas izin peruntukan
penggunaan lahan dan Izin Mendirikan Bangunan;
d. izin lingkungan, terdiri atas Izin HO, Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan dan persetujuan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Pemantauan Lingkungan;
e. Izin Usaha Kawasan Industri bagi unit usaha industri setelah
perusahaan mendapatkan izin lingkungan;
f. Izin Perluasan Kawasan Industri bagi unit yang telah memiliki Izin
Usaha Kawasan Industri dan ingin melakukan perluasan;
g. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu;
h. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
i. Izin usaha jasa lingkungan; dan
j. Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a sampai dengan j diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 43

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39


ayat (2) huruf c, merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan apabila
pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur dan pola ruang.
(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap
pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi
keberadaannya.
Pasal 44

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang


wilayah daerah dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 45

(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 44 ayat (1), meliputi:
a. pengurangan retribusi;
b. imbalan;
c. sewa ruang dan urun saham;
d. penyedia prasarana dan sarana;
e. penghargaan;
f. kemudahan dalam pemberian tanda bukti hak atas tanah; dan/atau
g. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur
dengan Peraturan Bupati.

- 27 - Pasal 46 .….
Pasal 46

(1) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 44 ayat (1), meliputi:
a. retribusi yang tinggi;
b. pembatasan perizinan;
c. tidak diberikan dukungan prasarana dan sarana;
d. pencabutan Hak AtasTanah; dan
e. pengenaan kompensasi dan penalti.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian disinsentif diatur dengan
Peraturan Bupati.

BAB VIII
KELEMBAGAAN

Pasal 47

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan


kerjasama antar sektor / antar daerah, bidang penataan ruang dibentuk
BKPRD.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 48

Dalam kegiatan penataan ruang, masyarakat berhak:


a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang; dan
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana
tata ruang.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 49

Dalam kegiatan pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan

- 28 - d. memberikan ….
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 50

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 49 dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
juga dikenakan sanksi pidana.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 51

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain


melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 52

Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, dapat berupa:
a. memberikan masukan mengenai :
1. penentuan arah pengembangan wilayah;
2. potensi dan masalah pembangunan;
3. perumusan rencana tata ruang; dan
4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan
c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
sesama unsur masyarakat.

Pasal 53

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 51 huruf b, dapat berupa:
a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan
lokal dan yang telah ditetapkan;
b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam
pengelolaan pemanfaatan ruang;

- 29 - d. meningkatkan .….
d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan penataan ruang;
f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
dan sumberdaya alam;
g. menjaga kepentingan pertanahan dan keamanan;
h. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
i. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain
apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 54

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf c, dapat berupa:
a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan
ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau
pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal
dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan
penataan ruang;
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang
dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 55

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara


langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada Bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 56

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah


membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.

- 30 - BAB X …..
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 57

(1) Selain penyidik Polri, PPNS Daerah diberi kewenangan untuk melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah ini.
(2) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya
tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau
keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat POLRI sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 58

Setiap orang yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a dipidana dengan pidana sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 69 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.

Pasal 59

Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b dipidana dengan pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 70 Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 60

Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49

- 31 - huruf c ....
huruf c dipidana dengan pidana sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 71
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 61

Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 huruf d dipidana dengan pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 72 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.

Pasal 62

Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 73
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 63

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 58, pasal 59, pasal 60
dan pasal 61 yang dilakukan oleh suatu korporasi, dipidana dengan pidana
sesuai dengan ketentuan pasal 74 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

(1) Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya


Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai dengan habis berlakunya izin.
(2) Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi belum dilaksanakan
disesuaikan berdasarkan ketentuan dalam peraturan daerah ini.
(3) Dalam hal izin sudah dilaksanakan pembangunannya,dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
(4) Dalam hal izin sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, dapat dibatalkan dan terhadap
kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
(5) Penyesuaian pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah dilakukan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan
Daerah ini ditetapkan.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 65

Rencana tata ruang wilayah ini digunakan sebagai pedoman bagi:


a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dareah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

- 32 - c. pemanfaatan ....
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemafaatan ruang dalam wilayah
kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah kabupaten, serta keserasian antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Pasal 66

(1) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah adalah 20 (dua puluh) tahun
dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, rencana tata
ruang wilayah dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategis yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika
internal wilayah.
(4) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Keerom tahun 2013-2033 dilengkapi Buku Fakta dan Analisis, Buku
Rencana dan dilengkapi Rencana Album Peta yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 67

Pengakuan terhadap kepemilikan hak ulayat tetap diakui keberadaannya


selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Keerom
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Keerom
tahun 2007 – 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 69

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 1


(satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

- 33 - Pasal 70 ....
Pasal 70

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Keerom.

Ditetapkan di Arso
pada tanggal 17 Desember 2013

BUPATI KEEROM

YUSUF WALLY

Diundangkan di Arso
pada tanggal 19 Desember 2013

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN KEEROM,

PETRUS SOLOSSA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEEROM TAHUN 2013 NOMOR 16

- 34 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM
NOMOR 16 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEEROM 2013 – 2033

I. PENJELASAN UMUM

Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


wewenang penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota meliputi :
1. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
2. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
3. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
4. kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Keerom disusun sebagai bagian
dari wewenang kabupaten dalam pelaksanaan penataan ruang dalam rangka
mewujudkan tujuan penataan ruang yang telah ditetapkan yaitu mewujudkan
daerah yang berbasis pertanian, kehutanan, dan perikanan serta beranda
depan negara yang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta
menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal. Rencana Tata Ruang Wilayah
tersebut kemudian perlu ditetapkan menjadi peraturan daerah
kabupaten/kota sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 3 ayat (3).
Dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Keerom
selain amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, juga untuk mengakomodir segala perubahan yang telah terjadi, baik
perubahan kebijakan eksternal (kebijakan pemerintah, provinsi maupun
kabupaten/kota) maupun perubahan internal. Perubahan kebijkan eksternal
berupa Perubahan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang perlu
diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Peraturan Daerah Provinsi Papua tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Papua dan peraturan perundang-undangan terkait
lainnya seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengharuskan setiap Rencana Tata
Ruang Wilayah perlu dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS). Sedangkan perubahan internal sebagai dimaksud seperti adanya
pemekaran wilayah berupa pemekaran distrik dan lain sebagainya. Semua
perubahan tersebut belum terakomodir dalam peraturan tata ruang kabupaten
Keerom sebelumnya.
Didalam penyusunannya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Keerom disusun dengan mengedepankan asas peran serta masyarakat sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang melalui 2 (dua) kali
konsultasi publik, baik konsultasi dengan tokoh masyarakat, kepala kampung
dan distrik serta Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait maupun dengan
kabupaten perbatasan. semua ini dilakukan untuk mewujudkan tata ruang
yang transparan dan akomodatif sehingga mampu mengakomodir segala
kepentingan dan kebutuhan masyarakat, swasta dan pemerintah dimasa
sekarang dan yang akan datang serta mencegah terjadinya konflik penataan
ruang khususnya dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Keerom.

- 34 - II. Penjelasan ……
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Istilah yang ditetapkan dalam pasal ini dimaksudkan untuk memberikan
pengertian atau pemahaman tentang istilah dan/atau singkatan sesuai
dengan maksud atau definisi yang sebenarnya.
Pasal 2
Tujuan penataan sebagaimana terdapat dalam Peraturan ini adalah
arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang (20 tahun) dan dirumuskan berdasarkan visi
dan misi pembangunan wilayah kabupaten, karakteristik wilayah, isu
strategis, potensi dan kondisi objektif yang diinginkan.
Pasal 3
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan
yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten. Dirumuskan berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten, karakteristik wilayah kabupaten, kapasitas sumber daya
wilayah dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Pasal 4
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Point (a)
Cukup jelas
Point (b)
Cukup jelas
Point (c)
yang dimaksud dengan memanfaatkan energi terbarukan
adalah dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan oleh
sumber alami seperti cahaya matahari, angin, hujan, arus
pasang surut dan panas bumi yang terbaharui dan secara
alami dapat muncul kembali setelah digunakan
Point (d)
Cukup jelas
Point (e)
Cukup jelas
Point (f)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Point (a)
Cukup jelas
Point (b)
Sumberdaya lokal adalah potensi yang dimiliki oleh suatu
wilayah dan cukup banyak ketersediaannya sehingga dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

- 35 -
khususnya ……
khususnya masyarakat setempat. Kabupaten Keerom
memiliki sumberdaya lokal salah satunya adalah potensi
pengembangan budidaya ikan yang belum dikelola secara
maksimal. Dikatakan berpotensi karena memiliki sumber
daya air yang cukup seperti kali ataupun sungai
Point (c)
Cukup jelas
Point (d)
Cukup jelas
Point (e)
Cukup jelas
Point (f)
Cukup jelas
Point (g)
Cukup jelas
Point (h)
Permukiman yang aman, nyaman dan seimbang adalah
suatu wilayah permukiman yang ingin diwujudkan dengan
kondisi kawasan yang bebas dari ancaman bahaya seperti
bebas bencana alam, didukung oleh sarana dan prasaran
yang mendukung serta adanya keserasian dengan alam dan
lingkungan termasuk tidak memberikan dampak negatif
terhadap kualitas lingkungan disekitar permukiman.
Point (i)
Cukup jelas
Point (j)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Bandar udara pengumpan adalah Bandar udara yang mempunyai
cakupan pelayanan dan mempengaruhi pengembangan ekonomi
terbatas. Bandar Udara di Kabupaten Keerom selain melayani
angkutan penumpang dan barang, juga memiliki fungsi khusus
yaitu untuk membantu atau mengatasi kejadian-kejadian force
mayor sepeti bencana alan, adanya jalan atau jembatan dan
infrastruktur lainnya yang rusak dan kondisi darurat lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

- 36 - Pasal 10 ……
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Point (a)
Sistem jaringan teresterial merupakan sistem jaringan
menggunakan media transmisi jaringan kabel serat optic
dan tembaga, dan gelombang mikro.
Point (b)
Sistem jaringan satelit merupakan sistem jaringan
menggunakan satelit sebagai aksesnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Point (a)
Cukup jelas
Point (b)
Cukup jelas
Point (c)
Cukup jelas
Point (d)
Metode sanitary landfill merupakan tempat penimbunan
sampah yang dilengkapi dengan system sanitasi
Point (e)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

- 37 - Ayat (3) ……
Ayat (3)
Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal di Distrik Waris,
Arso Timur, Web dan Towe merupakan kawasan dengan keunikan
dan karakter sosial budaya serta merupakan tempat mata
pencaharian dan berburu. Daerah ini juga merupakan potensi
parawisata budaya yang bisa dikembangkan terkait dengan
lokasinya yang merupakan perbatasan Negara. Potensi pariwisata
yang bisa dikembangkan didaerah ini seperti festival budaya yang
akan memamerkan budaya masyarakat setempat.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Point (a)
Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas
hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka
penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, diluar
kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam dan taman buru. Hutan produksi terbatas
ini hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih.
Point (b)
Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan
dengan fakor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas
hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka
penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, diluar
kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam dan taman buru. Hutan produksi tetap
dapat dieksploitasi baik dengan tebang pilih maupun tebang
habis.
Point (c)
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah
kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk
digunakan bagi pembangunan diluar kegiatan kehutanan
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Point (a)
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang
lahannya sepanjang tahun dapat ditanami karena cukup air
yang bersumber dari air irigasi. Pengembangan pertanian
tanaman pangan di Kabupaten Keerom berkaitan dengan
keberadaan Daerah Irigasi Arso dengan Sungai Tami sebagai

- 38 - Sumber ……
sumber air juga sungai-sungai lain sebagai sumber air
untuk pengairannya. Harapannya adalah bahwa Kabupaten
Keerom dapat menjadi lumbung padi bagi kabupaten
sekitarnya.
Point (b)
Pertanian holtikutura merupakan budidaya tanaman yang
mengolah tanaman bunga, buah, sayuran dan obat-obatan.
Pertanian holtikultura pada umumnya terletak pada
kawasan lahan basah maupun lahan kering.
Point (c)
Cukup jelas
Point (d)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kawasan pertanian hortikultura merupakan tanaman pekarangan
terpadu, yaitu tanaman yang diusahakan atau dikembangkan
menyatu dengan pekarangan atau halaman rumah.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Industri kecil dengan potensi pengembangan berupa kerajinan,
sedangkan untuk industri sedang diarahkan sebagai sentra produksi
pertanian
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi di daerah adalah karena :
1. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi;

- 39 - 2. dukungan ……
2. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
3. kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal di dalam wilayah kabupaten, sepeti kawasan
perbatasan;
Ayat (3)
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup di daerah adalah karena :
1. Merupakan kawasan lindung;
2. Merupakan kawasan rawan bencana alam.
Ayat (4)
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya di daerah karena memiliki potensi budaya yang
perlu dijaga, dilindungi sekaligus yang dapat dikembangkan dan
memiliki nilai ekonomis terkait keberadaannya sebagai distrik
perbatasan negara.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Point (a)
Peringatan tertulis dapat dikenakan kepada kegiatan yang
sedang dilaksanakan tetapi melanggar/tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/atau belum memiliki izin yang
diperlukan, melanggar ketentuan dalam izin yang diberikan,
atau lalai melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam izin yang telah diberikan.
Point (b)
Penghentian sementara kegiatan dapat dilakukan kepada
permohonan perijinan yang dalam jangka waktu tertentu
belum melengkapi kelengkapan syarat administrasi yang
ditetapkan.

- 40 - Point (c) ……
Point (c)
Penghentian sementara pelayanan umum dapat dilakukan
kepada kegiatan pelayanan umum yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, dan tidak mengindahkan peringatan
dan/atau teguran yang diberikan oleh aparat pemerintah
daerah.
Point (d)
Cukup jelas
Point (e)
Pencabutan izin yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang,
dengan atau tanpa pergantian yang layak, dapat dikenakan
kepada setiap izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, baik yang
telah ada sebelum maupun sesudah adanya rencana tata
ruang yang ditetapkan; dan/atau bila pemegang izin lalai
mengikuti ketentuan periijinan, dan atau membangun
menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dalam ijin yang
diberikan.
Point (f)
Cukup jelas
Point (g)
Pembongkaran dapat dikenakan pada pemanfaatan ruang
dan/atau bangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan, termasuk bangunan liar yang
tidak mungkin diberikan izinnya. Pembongkaran dilakukan
setelah peringatan dan perintah pembongkaran yang
diberikan tidak ditaati.
Point (h)
Pemulihan fungsi atau rehabilitasi fungsi ruang, dapat
dikenakan kepada kegiatan yang menyebabkan peralihan
fungsi ruang.
Point (i)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 51
C2kup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas

Pasal 61 ……
- 41 -
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEEROM TAHUN 2013 NOMOR : 16

- 42 -
- 43 -
- 44 -
- 45 -
Lampiran IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2013-2033
INDIKASI PROGRAM UTAMA KABUPATEN KEEROM

WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
1 2 3 4 5
A. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
1. Perwujudan Sistem Pusat Kegiatan
1.1 Pemantapan Fungsi Pusat
Kegiatan
 Optimalisasi sarana sosial PU,
ekonomi untuk mendukung Perhubungan,
fungsi pusat kegiatan Pendidikan,
APBN,
Kesehatan,
Semua distrik APBD, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Perindustrian
Swasta
dan
Perdagangan,
Pertanian
 Pemenuhan kebutuhan PU,
pelayanan minimal sarana sosial APBD, Perhubungan,
Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
ekonomi swasta Pendidikan,
Kesehatan

- 47 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
 Peningkatan sarana dan APBD,
Kab. Keerom SKPD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
prasarana Aparatur swasta
 Pengembangan sarana dan APBN,
prasarana olah raga Kab. Keerom APBD, Diaspora ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Swasta
 Peningkatan pelayanan dan PU,
APBN,
percepatan akses masyarakat Perhubungan,
Kab. Keerom APBD, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
terhadap pendidikan dan Pendidikan,
Swasta
kesehatan Kesehatan
 Pengembangan Kawasan Dinas Tenaga
Permukiman dan Transmigrasi APBN, Kerja dan
Semua Distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBD Permukiman
PU
 Penyusunan rencana detail Perkotaan Arso Kota
kawasan perkotaan di Distrik Arso
Perkotaan Jaifuri di
Distrik Skanto APBN,
Bappeda ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Perkotaan Yetty di APBD
Arso Timur
Perkotaan Pund di
Distrik Waris

- 48 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Perkotaan Senggi di
Distrik Senggi
 Penyusunan peraturan zonasi Perkotaan Arso Kota
di Distrik Arso
Perkotaan Jaifuri di
Distrik Skanto
Perkotaan Yetty di APBN,
Bappeda, PU ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Arso Timur APBD
Perkotaan Pund di
Distrik Waris
Perkotaan Senggi di
Distrik Senggi
1.2 Percepatan Pengembangan Pusat
Kegiatan
 Pembangunan sarana sosial PU,
Perkotaan Arso Kota
ekonomi untuk mendorong Perhubungan,
di Distrik Arso
fungsi PKW dan PKL sebagai APBN, Pendidikan,
Perkotaan Pund di
pusat SSWP APBD, Kesehatan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Waris
swasta Perindustrian
Perkotaan Senggi di
dan
Distrik Senggi
Perdagangan,

- 49 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Pertanian
1.3 Mendorong Perkembangan Pusat Jaifuri di Distrik
Kegiatan Baru Skanto Bappeda, PU,
Yetty di Distrik Arso Perhubungan,
Timur APBD, Kesehatan,
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Ubrub di Distrik Web swasta Perdagangan dan
Towe Hitam di Distrik Industri,
Towe Pertanian

1.4 Pengembangan data base Bappeda, BPS,


APBD,
kampung Semua distrik Bagian ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta
Pemerintahan
1.5 Pengembangan data base SKPD APBD,
Kab. Keerom SKPD Kabupaten ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta
Perwujudan Sistem Prasarana
Wilayah Melalui Perbaikan dan
2.
Pembangunan Jaringan
Infrastruktur
2.1 Perwujudan Sistem Transportasi
Darat
 Pemeliharaan jaringan jalan Tiap distrik APBN, PU, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

- 50 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
APBD Perhubungan
 Peningkatan kondisi jalan  ruas jalan Trans
Warbo (Arso 7) –
Yuwanain (Arso 2);
 ruas jalan Trans
Sanggaria (Arso 1)
– Yaturaharja (Arso
10);
 ruas jalan Warbo
(Arso 7) – Jaifuri
(Arso 3);
 ruas Trans APBN, PU,
Yuwanain (Arso 2) ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBD Perhubungan
– Bate –
Yaturaharja (Arso
10);
 ruas jalan Trans
Arso Kota – SMP
Arso Kota;
 ruas jalan Trans
Woor – Kampung
Tua;
 ruas jalan Arso
Kota – Yanamaa

- 51 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
(PIR 1);
 ruas jalan Trans
Woor – Bagia (PIR
3) – Kwimi;
 ruas jalan Mur 2 –
Yamara (PIR 5);
 ruas jalan PTPN –
Wembi;
 ruas jalan Mur 2 –
Wonorejo (PIR 4);
 ruas jalan
Wulukubun (Arso
14) – Ubiyau
Lama;
 ruas jalan Trans
Waris – Kalifam –
Banda - tugu
perbatasan;
 ruas jalan Kalifam
– Pund – Jalan
Trans Waris;
 ruas jalan Pund –
Tugu Perbatasan;
 ruas jalan Bewan –

- 52 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Yetti – Kibay;
 ruas jalan Bewan –
Kriku – Skofro;
 ruas jalan Bewan –
Sangke;
 ruas jalan
Arsopura (Arso 4) –
Gudang Garam;
 ruas jalan Trans
Arso Kota – Ubiyau
– Sawanawa;
 ruas jalan Trans
Senggi – Warlef –
Yabanda 2;
 ruas jalan Trans
Senggi – Woslay –
Walay;
 ruas jalan Trans
Senggi – Dubu;
 ruas jalan Trans
Irian – Yammua
(Arso 6);
 ruas jalan Bate –
Ubiyau;

- 53 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
 ruas jalan Arso 10
– Kwimi – SP3;
 ruas jalan
Traimelyan (Arso
12) – Perkebunan
Sawit Arso 12;
 ruas jalan
Arsopura (Arso 4) –
Bingguin;
 ruas jalan
Wonorejo (Pir 4) –
Wembi;

 Pembangunan jalan baru  ruas jalan Trans


Yabanda 1 – Tugu
Perbatasan;
 ruas jalan Walay –
Molof;
PU,
 ruas jalan Woslay APBD Perhubungan
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
– Yamas;
 ruas jalan Dubu –
Towe Hitam;
 ruas jalan Trans
Web – Dubu;

- 54 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
 ruas jalan Trans
Yuruf – Amgotro –
Semografi;
 ruas jalan Amgotro
– Akarinda;
 ruas jalan
Wulukubun (Arso
14) – Yamas –
Trans Senggi;
 ruas jalan trans
Bompay –
Yuwainda/Kalipao;
 ruas jalan
Yammua (Arso 6) –
Dukwiah (Arso 8);
 ruas jalan Warbo
(Arso 7) –
Wulukubun (Arso
14);
 ruas jalan Trans
Wembi – Yetty;
 ruas jalan Web –

- 55 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Bias – Towe Hitam
– Terpones – Milki
– Lules; dan
 ruas jalan Yamas –
Molof.
PU,
 pembangunan terminal tipe B Distrik Arso APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■
Perhubungan
 pembangunan terminal tipe C Distrik Skanto
Distrik Arso Timur
PU,
Distrik Waris APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Perhubungan
Distrik Senggi
Distrik Web
 Peningkatan pelayanan
Semua distrik APBD Perhubungan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
angkutan umum
PU,
 Penyusunan Rencana Induk APBN,
Kab. Keerom Perhubungan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Transportasi Darat APBD
Bappeda
2.2 Perwujudan Sistem Transportasi
Udara
 Penyusunan Rencana Induk - Bandara Senggeh di APBN,
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Bandar Udara Distrik Senggi APBD

- 56 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
- Bandara Towe di
Distrik Towe
- Bandara Ubrub di
Distrik Web
- Bandara Yuruf di
Distrik Web
- Bandara Molof di
Distrik Senggi.
- Bandara Bias di
Distrik Towe
- Bandara Terpones di
Distrik Towe
 Optimalisasi pelayanan bandara Bandara Senggeh di
APBD Perhubungan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Senggi
 Pengembangan pelayanan - Bandara Senggeh di
bandara Distrik Senggi
- Bandara Towe di
APBN,
Distrik Towe Perhubungan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBD
- Bandara Ubrub di
Distrik Web
- Bandara Yuruf di

- 57 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Distrik Web
- Bandara Molof di
Distrik Senggi.
- Bandara Bias di
Distrik Towe
- Bandara Terpones di
Distrik Towe
 Peningkatan keamanan kawasan - Bandara Senggeh di
bandara Distrik Senggi
- Bandara Towe di
Distrik Towe
- Bandara Ubrub di
Distrik Web
- Bandara Yuruf di PU,
APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Web Perhubungan
- Bandara Molof di
Distrik Senggi.
- Bandara Bias di
Distrik Towe
- Bandara Terpones di
Distrik Towe

- 58 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
2.3 Perwujudan Sistem Jaringan
Kelistrikan
PLN,
 Optimalisasi sistem kelistrikan Semua distrik APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Pertambangan
 Pengembangan pelayanan
PLN,
kelistrikan hingga menjangkau Semua distrik APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Pertambangan
seluruh pusat-pusat distrik
 Optimalisasi dan pembangunan APBN, PLN,
Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
pembangkit listrik APBD Pertambangan
 Studi pemanfaatan energi APBN, Bappeda, PLN,
alternatif terbarukan Semua distrik APBD, Pertambangan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta swasta
 Pembangunan SPBU Distrik Senggi swasta swasta ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
2.4 Perwujudan Sistem Jaringan
Telekomunikasi
 Optimalisasi pemanfaatan Distrik Arso Telkom
APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
jaringan telepon kabel Distrik Skanto
 Pengembangan jaringan
Semua Distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
nirkabel
 Pengembangan jaringan APBD,
Distrik Towe Telkom, swasta ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
telekomunikasi satelit swasta

- 59 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
 Pengaturan sistem BTS terpadu Semua Distrik APBD Bappeda, Telkom ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
2.5 Perwujudan Sistem Jaringan
Sumber Daya Air
 Optimalisasi pemanfaatan APBD,
Semua distrik PU, PDAM ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
sumber air baku APBN
 Pengembangan pemanfaatan APBD, Kehutanan, PU,
Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
sumber air baku APBN PDAM
 Pembangunan sistem tata air Bappeda, PU,
Distrik Arso APBN
teknis pengendali banjir Perikanan,
Distrik Skanto APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Pariwisata,
Distrik Arso Timur Swasta
Pertanian
 Pembangunan turap dan sistem Distrik Waris
APBD PU ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
terassering Distrik Senggi
2.6 Perwujudan sistem prasarana
lingkungan
 Pembangunan TPST Distrik Skanto Distrik APBD,
PU, Lingkungan
Waris APBN, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Hidup, swasta
Distrik Senggi swasta
 Pembangunan TPS (Tempat APBD,
PU, Lingkungan
Penampungan Sementara) Setiap Distrik APBN, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Hidup, swasta
swasta

- 60 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
 Pembangunan TPA APBD, PU, Lingkungan
Distrik Arso Timur ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBN Hidup
 Pembangunan IPLT APBN, PU, Lingkungan
Distrik Arso ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBD Hidup
 Pembangunan IPAL industri Distrik Arso APBN,
PU, Lingkungan
Distrik Skanto APBD, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Hidup
Arso Timur Swasta
 Pembangunan sistem drainase Distrik Arso
terpadu Distrik Arso Timur APBD PU, Bappeda ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Skanto
 Pembangunan sistem pelayanan Semua Distrik APBD, PU,
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
air minum APBN PDAM
 Penyediaan jalur evakuasi Bappeda, PU,
bencana dan pengembangan Semua distrik APBD Kesehatan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
sistemnya Pendidikan
 Penyusunan masterplan sistem Distrik Arso
pengendalian banjir Distrik Arso Timur APBD Bappeda, PU ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Skanto
 Studi pemanfaatan air baku air Bappeda, PU,
Semua distrik APBD ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
minum PDAM
 Rehabilitasi dan pengendalian Semua distrik APBD Bappeda, Badan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

- 61 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
pencemaran dan perusakan APBN Lingkungan
lingkungan hidup dan sumber Hidup,
daya alam Kehutanan,
Pertambangan
 Studi Lokasi Pembangunan TPA Bappeda, Badan
Arso Timur APBD Lingkungan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Hidup
B. PERWUJUDAN POLA RUANG
1. Perwujudan Kawasan Lindung
1.1 Rehabilitasi dan pemantapan
APBN,
kawasan lindung maupun Semua distrik Kehutanan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
APBD
kawasan hutan lainnya.
1.2 Pengelolaan kawasan lindung
 Pengelolaan kawasan sempadan
Semua distrik APBD Kehutanan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
sungai
 Pengelolaan kawasan lindung Kehutanan, PU,
Distrik Waris
spiritual dan kearifan lokal APBD Pariwisata, dan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Senggi
Perikanan
 Pengelolaan kawasan sekitar Distrik Skanto Kehutanan, PU,
mata air Distrik Arso Timur APBD Pariwisata, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Waris Lingkungan

- 62 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Hidup
 Pengembangan ruang terbuka Kawasan perkotaan
hijau perkotaan Arso Kota di Distrik
Arso; Kawasan
perkotaan Jaifuri di
Distrik Skanto;
Kawasan perkotaan
Yetty di Distrik Arso Kehutanan,
Timur; APBD Pariwisata, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Kawasan perkotaan Kebudayaan
Pund di Distrik Waris;
dan
Kawasan perkotaan
Senggi di Distrik
Senggi.

 Monitoring dan rehabilitasi Distrik Arso


kawasan rawan banjir Distrik Arso Timur APBD Kehutanan, PU ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Skanto
 Monitoring dan rehabilitasi Distrik Waris
APBD Kehutanan, PU ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
kawasan rawan longsor Distrik Senggi

2. Perwujudan Kawasan Budidaya

- 63 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
2.1 Rehabilitasi dan pengembangan APBD,
Semua distrik Kehutanan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
hutan produksi; swasta
2.2 Pengembangan budidaya Distrik Arso
tanaman pangan (termasuk sagu Distrik Skanto
APBD, Bappeda,
sebagai sumberdaya lokal) Distrik Arso Timur ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Pertanian
Distrik Waris
Distrik Senggi
2.3 Pengembangan budidaya
APBD, Bappeda,
tanaman hortikultura Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Pertanian

2.4 Pengembangan budidaya APBD, Bappeda,


Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
tanaman perkebunan swasta Pertanian
2.5 Pengembangan sentra peternakan Distrik Arso Timur
Distrik Arso
APBD, Bappeda,
Distrik Skanto ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Pertanian
Distrik Senggi
Distrik Web
2.6 Pengembangan produksi Distrik Skanto
APBD, Bappeda, dan
komoditas perikanan Distrik Arso ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Perikanan
Distrik Arso Timur
2.7 Optimalisasi potensi Semua distrik APBD, Pertambangan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

- 64 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
pertambangan dan rehabilitasi swasta Kehutanan,
daerah pasca penambangan Lingkungan
Hidup
2.8 Pengembangan obyek dan Pariwisata, PU,
destinasi pariwisata Distrik Skanto Kehutanan,
Distrik Arso APBD, Industri dan
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Distrik Arso Timur swasta Perdagangan,
Distrik Waris Perhubungan,
Pendidikan
2.9 Penataan, pengembangan, dan
pengendalian kawasan
permukiman
 Penataan, pengembangan, dan Perkotaan Arso Kota
pengendalian permukiman di Distrik Arso
perkotaan Perkotaan Pund di Bappeda, PU,
Distrik Waris Industri dan
APBD,
Perkotaan Senggi di Perdagangan, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta
Distrik Senggi Hankam,
Perkotaan Jaifuri di Pariwisata
Distrik Skanto
Perkotaan Yetty di

- 65 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Distrik Arso Timur
 Identifikasi dan penataan APBD, Bappeda,
Semua distrik ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
permukiman kampung swasta Pertanahan, BPS
2.10 Pengembangan kawasan APBN, Bappeda,
perindustrian Semua distrik APBD, Industri dan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Perdagangan
2.11 Penyelenggaraan penanggulangan
APBN, Bappeda, Badan
bencana (tahap prabencana, saat
Semua distrik APBD, Penanggulangan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
tanggap darurat, dan
swasta Bencana Daerah
pascabencana)
2.12 Penyusunan Bappeda,
studi/penelitian/perencanaan Pertanian,
APBN,
pengembangan budidaya Perikanan,
Semua distrik APBD, ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
pertanian, perikanan, pariwisata, Pariwisata,
swasta
industri Industri dan
Perdagangan
2.13 Pengembangan kawasan
perbatasan
 Penataan, pengembangan dan APBN, Badan
Waris, Arso Timur,
pengendalian pos lintas batas APBD, Pengelolaan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Senggi dan Web
swasta Kawasan

- 66 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
Perbatasan
 Studi perencanaan dan Badan
pengembangan lokasi Pengelolaan
Waris, Arso Timur, APBN,
pembangunan pos lintas batas Kawasan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Senggi dan Web APBD
tradisional Perbatasan,
BAPPEDA
 Peningkatan kapasitas pilar Badan
batas antar negara APBN, Pengelolaan
Waris, Arso Timur,
(pemeliharaan dan APBD, Kawasan ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
Senggi Web dan towe
pembangunan pilar baru) swasta Perbatasan,
BAPPEDA
PERWUJUDAN KAWASAN
C.
STRATEGIS KABUPATEN
Kawasan Strategis Ekonomi  kawasan cepat
tumbuh perkotaan Bappeda,
Arso-Skanto Pertanian,
 kawasan cepat APBD, Perikanan,
■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
tumbuh perkotaan swasta Pariwisata,
Senggi Industri dan
 kawasan Perdagangan
perkotaan simpul

- 67 -
WAKTU
PELAKSANAAN
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI
DANA PELAKSANA

PJM

-2

-3

-4
-1
lintas batas Waris
Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Distrik Web
APBD, Bappeda, BLH,
Dukung Lingkungan Hidup Distrik Towe ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■ ■
swasta Kebudayaan
Distrik Senggi

- 68 -
Lampiran V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2013-2033
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
A. Kawasan Sekitar Sistem Prasarana
1. Sekitar 1.1. Sistem jaringan
Jaringan transportasi darat
Transportasi
1.1.1. Jaringan Jalan a. pemanfaatan ruang a. diharuskan untuk a. dilarang melakukan
Jalan adalah prasarana di sepanjang sisi menetapkan garis alih fungsi lahan
transportasi darat yang jalan dengan tingkat sempadan yang berfungsi
meliputi segala bagian intensitas menengah bangunan di sisi lindung di
jalan, termasuk hingga tinggi yang jalan yang sepanjang sisi jalan;
bangunan pelengkap kecenderungan memenuhi b. dilarang bagi semua
dan perlengkapannya pengembangan ketentuan ruang pemanfaatan pada
yang diperuntukkan ruangnya dibatasi; pengawasan jalan, badan jalan, kecuali
bagi lalu lintas, yang b. pengembangan sebagai berikut untuk pergerakan
berada pada prasarana pelengkap (ukuran minimal, orang/barang dan
permukaan tanah, di jalan dengan syarat diukur dari tepi kendaraan;
atas permukaan tanah, sesuai dengan badan jalan): c. dilarang
di bawah permukaan kondisi dan kelas • jalan arteri menggunakan
tanah dan/atau air, jalan primer 15 meter; ruang pengawasan
serta di atas • jalan kolektor jalan yang
permukaan air, kecuali primer 10 meter; mengakibatkan
jalan kereta api, jalan • jalan lokal primer terganggunya fungsi
lori, dan jalan kabel. 7 meter; jalan.
• jalan arteri
sekunder 15

- 69 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
meter;
• jalan kolektor
sekunder 5
meter;
• jalan lokal
sekunder 3
meter;
• jembatan 100
meter ke arah
hilir dan hulu.
b. diperbolehkan
membangun
bangunan di atas,
pada, dan di bawah
permukaan tanah di
ruang manfaat jalan
dan ruang milik
jalan, dengan syarat
tidak mengganggu
kelancaran dan
keselamatan
pengguna jalan
serta tidak
membahayakan
konstruksi jalan;
c. disyaratkan bagi
pengembangan
kawasan baru dan

- 70 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
pusat pertumbuhan
yang menimbulkan
bangkitan lalu lintas
untuk melengkapi
dengan kajian
analisis dampak lalu
lintas.
1.1.2. Terminal
Terminal adalah
pangkalan Kendaraan
Bermotor Umum yang
digunakan untuk
mengatur kedatangan
dan keberangkatan,
menaikkan dan
menurunkan orang
dan/atau barang, serta
perpindahan moda
angkutan.
1.1.2.1. Terminal a. kegiatan operasional, kegiatan selain kegiatan yang
Penumpang penunjang kegiatan operasional, mengganggu
operasional, dan penunjang, dan keamanan dan
pengembangan pengembangan keselamatan lalu lintas
terminal penumpang terminal yang tidak dan angkutan jalan
tipe B dan terminal mengganggu keamanan serta fungsi terminal
penumpang tipe C; dan keselamatan lalu penumpang tipe B dan
b. terminal penumpang lintas dan angkutan terminal penumpang
tipe B, dan terminal jalan serta fungsi tipe C
penumpang tipe C terminal penumpang
- 71 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
dilengkapi dengan tipe B, dan terminal
RTH yang penumpang tipe C
penyediaannya
diserasikan dengan
luasan terminal
1.1.2.2. Terminal a. kegiatan operasional, kegiatan selain kegiatan yang
Barang penunjang kegiatan operasional, mengganggu
operasional, dan penunjang operasional, keamanan dan
pengembangan dan pengembangan keselamatan lalu lintas
kawasan terminal kawasan terminal dan angkutan jalan,
barang; barang yang tidak serta fungsi terminal
b. terminal barang mengganggu keamanan barang
dilengkapi dengan dan keselamatan lalu
RTH yang lintas dan angkutan
penyediaannya jalan, serta fungsi
diserasikan dengan terminal barang
luasan terminal.
1.2. Sistem jaringan
transportasi udara
Bandar Udara kegiatan operasional a. pemanfaatan ruang kegiatan yang
Pengumpan kebandarudaraan, di daerah membahayakan
Bandar Udara adalah kegiatan penunjang lingkungan keamanan dan
kawasan di daratan pelayanan jasa kepentingan bandar keselamatan
dan/atau perairan kebandarudaraan, udara untuk operasional
dengan batas-batas kegiatan penunjang digunakan kegiatan penerbangan,
tertentu yang pelayanan keselamatan lain yang tidak membuat halangan
digunakan sebagai operasi penerbangan, menganggu (obstacle), dan/atau
tempat pesawat udara dan kegiatan penyelenggaraan kegiatan lain

- 72 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
mendarat dan lepas pertahanan dan keselamatan dan yang mengganggu
landas, naik turun keamanan negara keamanan fungsi bandar udara
penumpang, bongkar secara terbatas penerbangan, serta umum
muat barang, dan kelancaran
tempat perpindahan aksesibilitas
intra dan antarmoda penumpang dan
transportasi, kargo;
yang dilengkapi dengan b. kegiatan
fasilitas keselamatan mendirikan,
dan keamanan mengubah, atau
penerbangan, serta melestarikan
fasilitas pokok dan bangunan, serta
fasilitas penunjang menanam atau
lainnya, memelihara
yang terdiri atas bandar pepohonan di dalam
udara umum dan kawasan
bandar udara khusus keselamatan operasi
yang selanjutnya penerbangan
bandar udara umum dengan syarat tidak
disebut dengan bandar boleh melebihi batas
udara. ketinggian kawasan
keselamatan operasi
penerbangan;
c. kegiatan
mendirikan,
mengubah, atau
melestarikan
bangunan di dalam
kawasan

- 73 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
keselamatan operasi
penerbangan untuk
mendapat
persetujuan
Menteri, dan
memenuhi
ketentuan
merupakan fasilitas
yang mutlak
diperlukan untuk
operasi
penerbangan,
memenuhi kajian
khusus aeronautika,
dan sesuai dengan
ketentuan teknis
keselamatan operasi
penerbangan.
2. Sekitar 2.1. Pembangkit listrik pemanfaatan ruang di kegiatan yang tidak kegiatan yang
Jaringan Pembangkitan tenaga sekitar pembangkit mengganggu menimbulkan bahaya
Energi listrik adalah kegiatan listrik sesuai jarak operasionalisasi dan kebakaran dan
memproduksi tenaga aman dari kegiatan lain keamanan pembangkit mengganggu fungsi
listrik. listrik pembangkit listrik
2.2. Jaringan transmisi kegiatan pembangunan kegiatan penghijauan, a. kegiatan yang
Transmisi tenaga listrik prasarana jaringan pemakaman, pertanian, menimbulkan
adalah penyaluran transmisi tenaga listrik perparkiran, serta bahaya kebakaran
tenaga listrik dari dan kegiatan kegiatan lain yang dan mengganggu
pembangkitan ke pembangunan bersifat sementara dan fungsi jaringan
sistem distribusi atau prasarana penunjang tidak mengganggu transmisi tenaga
- 74 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
ke konsumen, atau jaringan transmisi fungsi jaringan listrik;
penyaluran tenaga tenaga listrik transmisi tenaga listrik b. pemanfaatan ruang
listrik antarsistem. bebas di sepanjang
jalur transmisi
2.3. Jaringan Pipa kegiatan operasional kegiatan selain kegiatan yang
Minyak dan Gas dan kegiatan penunjang kegiatan operasional membahayakan
Bumi (dalam jaringan pipa minyak dan penunjang instalasi jaringan pipa
bentuk SPBU) dan gas bumi jaringan pipa minyak minyak dan gas bumi
dan gas bumi yang serta mengganggu
aman bagi instalasi fungsi jaringan pipa
jaringan pipa minyak minyak dan gas bumi.
dan gas bumi serta
tidak mengganggu
fungsi jaringan pipa
minyak dan gas bumi
3. Sekitar Sistem jaringan kegiatan operasional pemanfaatan ruang kegiatan yang
Jaringan telekomunikasi terdiri dan kegiatan penunjang untuk penempatan membahayakan
Telekomunikasi atas jaringan kabel, sistem jaringan stasiun bumi dan sistem jaringan
nirkabel, dan satelit. telekomunikasi menara pemancar telekomunikasi dan
telekomunikasi (BTS- mengganggu fungsi
Base Tranceiver Station) sistem jaringan
yang memperhitungkan telekomunikasi
aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas
kawasan di sekitarnya.
4. Sekitar Sumber daya air adalah a. kegiatan Pada zona II: a. Kegiatan yang
Jaringan air, sumber air, dan pembangunan diperbolehkan bagi mengganggu fungsi
Sumber Daya daya air yang prasarana lalu lintas beberapa kegiatan sungai dan waduk,

- 75 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
Air terkandung di air, kegiatan budidaya pertanian CAT sebagai sumber
dalamnya. pembangunan kering. air, jaringan irigasi,
Jaringan sumber daya prasarana sistem pengendalian
air adalah bangunan air pengambilan dan banjir sebagai
beserta bangunan lain pembuangan air, prasarana sumber
yang menunjang serta kegiatan daya air.
kegiatan pengelolaan pengamanan sungai b. Pada zona I:
sumber daya air, baik b. pengelolaan o kegiatan
langsung maupun tidak pemanfaatan ruang pengolahan dan
langsung. dalam sistem DAS penggunaan
terpadu; lahan,
c. penentuan zonasi permukiman,
dalam rencana tata kandang ternak,
ruang terinci lokasi
membagi kawasan penimbunan
dalam 3 zona, sampah, dan
dengan kegiatan potensi polutan
sebagai berikut: lainnya;
o pada zona I, yaitu o tidak boleh ada
kawasan resapan aliran air
yang berada paling permukaan (run
dekat dengan off) yang dapat
mata air: hanya masuk ke dalam
boleh kolam
dimanfaatkan penampungan
sebagai kawasan alami, untuk
pelestarian dan menghindari
kawasan lindung adanya berbagai
yaitu hutan (> 500 material polutan

- 76 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
m dari sumber); yang terbawa
o Zona II, daerah aliran air
resapan diatas permukaan,
Zona I (artinya sehingga akan
daerah yang lebih menurunkan
ke arah hulu dari kualitas
zona I): dibolehkan sumberdaya air.
bagi kegiatan c. Pada zona II:
pengolahan lahan o kegiatan
secara sangat permukiman,
terbatas; penimbunan
o Zona III, daerah sampah/bahan
resapan yang kimia, kandang
paling hulu ternak, serta
dibandingkan kegiatan yang
posisi zona I dan II berpotensi
(artinya daerah menimbulkan
paling jauh dari pencemaran.
mata air):
dibolehkan bagi
beberapa kegiatan
pengolahan dan
kegiatan
masyarakat,
antara lain
pertanian terpadu.
5. Sekitar 5.1. Pengelolaan kegiatan pengoperasian kegiatan pertanian kegiatan sosial
Prasarana Sampah TPA nonpangan, kegiatan ekonomi yang
Pengelolaan sampah berupa penghijauan, kegiatan mengganggu fungsi
- 77 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
Lingkungan pemilahan, permukiman dalam kawasan TPA sampah.
pengumpulan, jarak yang aman dari
pengelolaan, dan dampak pengelolaan
pemrosesan akhir persampahan, dan
sampah, pengurugan kegiatan lain yang
terkontrol, tidak mengganggu
pemeliharaan TPA fungsi kawasan TPA
sampah, dan industri sampah
terkait pengolahan
sampah, serta kegiatan
penunjang operasional
TPA sampah
5.2. Pengelolaan limbah kegiatan pembangunan kegiatan selain kegiatan pembuangan
prasarana air limbah sebagaimana dimaksud sampah, pembuangan
dalam rangka pada kolom kiri yang Bahan Berbahaya dan
mengurangi, tidak mengganggu Beracun (B3),
memanfaatkan kembali, fungsi sistem jaringan pembuangan limbah
dan mengolah air air limbah B3, dan kegiatan lain
limbah, serta yang mengganggu
pembangunan fungsi sistem jaringan
prasarana air limbah
penunjangnya
5.3. Jaringan Air kegiatan pembangunan kegiatan selain kegiatan yang
Minum prasarana air minum pembangunan mengganggu
dan kegiatan prasarana air minum keberlanjutan fungsi
pembangunan dan prasarana penyediaan air minum,
prasarana penunjangnya yang mengakibatkan
penunjangnya tidak mengganggu pencemaran air baku
penyediaan air minum dari air limbah dan
- 78 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
sampah, serta
mengakibatkan
kerusakan prasarana
dan sarana penyediaan
air minum.
5.4. Sistem Drainase a. kegiatan kegiatan selain kegiatan pembuangan
pembangunan sebagaimana dimaksud sampah, pembuangan
prasarana sistem pada kolom kiri, yang limbah, dan kegiatan
jaringan drainase tidak mengganggu lain yang mengganggu
dalam rangka fungsi sistem jaringan fungsi sistem jaringan
mengurangi drainase drainase
genangan air,
mendukung
pengendalian banjir,
dan pembangunan
prasarana
penunjangnya
b. pemeliharaan dan
pengembangan
jaringan drainase
dilakukan selaras
dengan
pemeliharaan dan
pengembangan
ruang milik jalan
B. Kawasan Lindung
1. Kawasan Kawasan hutan yang a. pengelolaan kawasan a. diperbolehkan a. kegiatan yang
Hutan Lindung memiliki sifat khas hutan dilakukan untuk wisata alam berpotensi

- 79 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
yang mampu melalui Kesatuan dengan syarat tidak mengurangi luas
memberikan lindungan Pengelolaan Hutan mengubah bentang kawasan hutan;
kepada kawasan sekitar (KPH); alam; b. kegiatan yang
bawahannya sebagai b. kegiatan b. diperbolehkan berpotensi
pengatur tata air, pengembangan jasa untuk kegiatan mengganggu
pencegah banjir dan lingkungan, pendidikan dan bentang alam,
erosi, serta memelihara pemanfaatan penelitian dengan mengganggu
kesuburan tanah. kawasan, dan syarat tidak kesuburan dan
pemanfaatan hasil mengubah bentang keawetan tanah,
hutan bukan kayu; alam; fungsi hidrologi,
c. kegiatan budidaya c. diperbolehkan kelestarian flora dan
hanya bagi untuk kegiatan fauna, serta
penduduk asli penambangan kelestarian
dengan luasan tetap, dalam kawasan lingkungan hidup;
tidak mengurangi hutan lindung c. kegiatan yang dapat
fungsi lindung hanya dengan pola mengakibatkan
kawasan, dan di pertambangan perubahan dan
bawah pengawasan bawah tanah yang perusakan terhadap
ketat. tidak keutuhan kawasan
mengakibatkan dan ekosistemnya.
turunnya
permukaan tanah,
berubahnya fungsi
pokok kawasan
hutan secara
permanen, dan
terjadinya
kerusakan akifer air
tanah.

- 80 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
2. Kawasan Kawasan yang memiliki a. kegiatan penyediaan a. kegiatan budidaya a. semua jenis
resapan air curah hujan yang sumur resapan tidak terbangun kegiatan yang
tinggi, struktur tanah dan/atau waduk yang memiliki mengganggu fungsi
meresapkan air dan pada lahan kemampuan tinggi resapan air
bentuk geomorfologi terbangun yang dalam menahan
yang mampu sudah ada limpasan air hujan;
meresapkan air hujan b. kegiatan wisata
secara besar-besaran. alam dengan syarat
tidak mengubah
bentang alam;
c. kegiatan pendidikan
dan penelitian
dengan syarat tidak
mengubah bentang
alam;
d. kegiatan budidaya
dengan syarat
menerapkan prinsip
zero delta Q policy
terhadap setiap
kegiatan budi daya
terbangun yang
diajukan izinnya
(Prinsip zero delta Q
policy adalah
keharusan agar tiap
bangunan tidak
boleh
mengakibatkan

- 81 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
bertambahnya debit
air ke sistem
saluran drainase
atau sistem aliran
sungai).
3. Kawasan 3.1. Sempadan Sungai a. kegiatan a. kegiatan wisata a. kegiatan dan
Perlindungan Sempadan sungai pemanfaatan ruang alam petualangan bangunan yang
Setempat adalah kawasan untuk ruang terbuka dengan syarat tidak mengancam
sepanjang kiri kanan hijau; mengganggu kerusakan dan
sungai, termasuk b. pendirian bangunan kualitas air sungai menurunkan
sungai buatan/kanal/ yang dimaksudkan kualitas sungai
saluran irigasi primer untuk pengelolaan
yang mempunyai badan air atau
manfaat penting untuk pemanfaatan air;
mempertahankan c. pendirian bangunan
kelestarian fungsi untuk menunjang
sungai. fungsi taman
rekreasi
3.2. Kawasan Lindung a. kegiatan rekreatif, a. diawasi dengan a. kegiatan yang
Spiritual dan edukatif, apresiatif, ketat bagi kegiatan bersifat alih fungsi
Kearifan Lokal dan/atau religi yang yang kawasan dan yang
Lainnya. sesuai dengan mempengaruhi mengganggu aspek
Perlindungan pada aturan masyarakat kelestarian kawasan spiritual dan
kawasan lindung adat; kearifan lokal yang
spiritual digunakan b. kegiatan yang tidak dilindungi
untuk mengakui dan mengganggu fungsi
memberikan ruang kawasan sebagai
kepada masyarakat tempat pelestarian
lokal dalam dan pengembangan
- 82 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
menjalankan pola adat istiadat atau
hidup tradisionalnya budaya;
yang tergantung pada c. kegiatan yang tidak
hutan atau ekosistem merusak/menggangg
lainnya. u aset yang harus
dilindungi dan
dilestarikan;
d. kegiatan yang tidak
merusak/menggangg
u tempat-tempat
penting yang harus
dilindungi.
3.3. Ruang Terbuka a. kegiatan menambah b. diawasi dengan b. kegiatan yang
Hijau Perkotaan RTH; ketat bagi kegiatan bersifat alih fungsi
Ruang terbuka hijau b. pemanfaatan ruang budidaya yang RTH;
perkotaan merupakan untuk kegiatan mempengaruhi c. kegiatan mendirikan
area memanjang/jalur rekreasi; fungsi RTH atau bangunan
dan/atau c. pendirian bangunan menyebabkan alih permanen selain
mengelompok, yang hanya untuk fungsi RTH. untuk menunjang
penggunaannya lebih penunjang kegiatan kegiatan rekreasi
bersifat terbuka, tempat rekreasi dan fasilitas dan fasilitas umum
tumbuh tanaman, baik umum lainnya lainnya.
yang tumbuh secara
alamiah maupun yang
sengaja ditanam.

4. Kawasan suaka Merupakan tempat kegiatan penelitian dan kegiatan pariwisata kegiatan penanaman
margasatwa hidup dan pengembangan ilmu terbatas dan pendirian tumbuhan
perkembangbiakan dari pengetahuan, bangunan yang dan pelepasan satwa
- 83 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
suatu jenis satwa yang pendidikan dan dibatasi hanya untuk yang bukan
perlu dilakukan upaya peningkatan menunjang kegiatan merupakan tumbuhan
konservasinya, memiliki kesadartahuan sebagaimana dimaksud dan satwa endemik
keanekaragaman satwa konservasi alam, pada kolom kiri yang kawasan, perburuan
yang tinggi, merupakan penyimpanan dan/atau tidak mengganggu terhadap satwa yang
tempat dan kehidupan penyerapan karbon, fungsi kawasan suaka berada di dalam
bagi jenis satwa migran pemanfaatan air, energi margasatwa kawasan, dan
tertentu; atau memiliki air, panas, dan angin, kegiatan lain yang
luas yang cukup serta pemanfaatan mengganggu fungsi
sebagai habitat jenis sumber plasma nutfah kawasan suaka
satwa yang untuk penunjang budi margasatwa
bersangkutan. daya
5. Kawasan rawan Kawasan yang sering pemanfaatan dataran disyaratkan adanya dilarang bagi kegiatan
banjir atau berpotensi tinggi banjir bagi ruang lokasi dan jalur permukiman dan
mengalami bencana terbuka hijau dan evakuasi dari fasilitas umum penting
banjir. pembangunan fasilitas permukiman lainnya.
umum dengan penduduk
kepadatan rendah
6. Kawasan rawan Kawasan yang sering kegiatan membuat a. disyaratkan dilarang bagi kegiatan
longsor atau berpotensi tinggi terasering, talud atau adanya lokasi dan permukiman dan
mengalami bencana turap, rehabilitasi, jalur evakuasi fasilitas umum penting
longsor. reboisasi, penyediaan dari permukiman lainnya, kegiatan
lokasi dan jalur penduduk; penebangan pohon,
evakuasi bencana, dan b. disyaratkan kegiatan yang
kegiatan lain dalam pembatasan menghalangi dan/atau
rangka mencegah pendirian bangunan menutup lokasi dan
bencana alam tanah kecuali untuk jalur evakuasi
longsor kepentingan bencana, serta

- 84 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
pemantauan kegiatan yang
ancaman bencana berpotensi
dan kepentingan menyebabkan
umum. terjadinya bencana
alam tanah longsor
C. Kawasan Budidaya
1. Kawasan Hutan produksi a. pengelolaan kawasan a. disyaratkan bagi
Peruntukan merupakan kawasan hutan dilakukan pemanfaatan
Hutan Produksi hutan yang mempunyai melalui KPH; kawasan hutan
fungsi pokok b. pengembangan produksi untuk
memproduksi hasil usaha hasil hutan memiliki kajian
hutan. kayu, pengembangan studi Analisis
jasa lingkungan, Mengenai Dampak
pemanfaatan Lingkungan (Amdal)
kawasan, dan yang dilengkapi
pemanfaatan hasil dengan Rencana
hutan bukan kayu; Pemantauan
c. kepentingan Lingkungan (RPL)
pembangunan di dan Rencana
luar kehutanan Pengelolaan
tanpa mengubah Lingkungan (RKL);
fungsi pokok b. disyaratkan untuk
kawasan peruntukan tetap
hutan produksi; mempertahankan
d. kepentingan bentuk tebing
pertambangan sungai dan
melalui pemberian mencegah
ijin pinjam pakai sedimentasi ke
terkait dengan aliran sungai akibat
- 85 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
memperhatikan erosi dan longsor;
batasan luas dan c. disyaratkan bagi
jangka waktu kepentingan
tertentu serta pertambangan
kelestarian hutan/ terbuka dengan
lingkungan ketentuan khusus
dan secara selektif.
2. Kawasan Merupakan bidang a. pertanian budidaya disyaratkan bagi
Peruntukan lahan yang digunakan lahan kering tidak kegiatan pertanian
Pertanian untuk usaha pertanian. produktif dapat skala besar untuk
dialihfungsikan menyerap sebesar
dengan syarat yang mungkin tenaga kerja
diatur oleh setempat
pemerintah
kabupaten dan atau
oleh Kementerian
Pertanian;
b. kegiatan pertanian
skala besar, baik
yang menggunakan
lahan luas ataupun
teknologi intensif
harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi
Amdal;
c. penanganan limbah
pertanian tanaman
(kadar pupuk dan
pestisida yang
- 86 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
terlarut dalam air
drainase) dan polusi
industri pertanian
(udara-bau dan asap,
limbah cair) yang
dihasilkan harus
disusun dalam RPL
dan RKL yang
disertakan dalam
dokumen Amdal;
d. kawasan yang
menghasilkan produk
perkebunan yang
bersifat spesifik
dilindungi
kelestariannya
dengan indikasi
ruang.
3. Kawasan Perikanan adalah a. aktivitas pendukung a. disyaratkan bagi dilarang segala
Peruntukan semua kegiatan yang aktivitas perikanan; kegiatan perikanan aktivitas budidaya
Perikanan berhubungan dengan b. pembangunan skala besar, baik yang akan mengganggu
pengelolaan dan bangunan yang menggunakan kualitas air sungai
pemanfaatan pengolahan hasil lahan luas ataupun untuk perikanan darat;
sumber daya ikan dan ikan, balai pelatihan teknologi intensif
lingkungannya mulai teknis, harus terlebih
dari pengembangan dahulu memiliki
praproduksi, produksi, sarana dan prasarana kajian studi Amdal;
pengolahan sampai pengembangan b. disyaratkan bagi
dengan pemasaran produk perikanan, industri perikanan
- 87 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
yang dilaksanakan dan pembenihan. yang menghasilkan
dalam suatu sistem limbah perikanan
bisnis perikanan. dan polusi (udara-
bau) dihasilkan
harus melengkapi
RPL dan RKL yang
disertakan dalam
dokumen Amdal;
c. disyaratkan bagi
kegiatan perikanan
skala besar untuk
menyerap sebesar
mungkin tenaga
kerja setempat.
4. Kawasan Wilayah yang memiliki a. pembangunan a. disyaratkan untuk a. menambang batuan
Peruntukan sumber daya bahan fasilitas fisik meliputi setiap kegiatan di perbukitan yang
Pertambangan bahan galian yang jaringan listrik, pertambangan harus di bawahnya
berwujud padat, cair jaringan jalan raya, memberdayakan terdapat mata air
dan gas berdasarkan tempat pembuangan masyarakat di penting atau
peta atau data geologi sampah, drainase, lingkungan yang permukiman;
dan merupakan tempat dan saluran air kotor; dipengaruhinya guna b. menambang
dilaksanakan seluruh b. percampuran kepentingan dan bongkah-bongkah
tahapan kegiatan kegiatan kesejahteraan batu dari dalam
pertambangan yang penambangan dengan masyarakat sungai yang terletak
meliputi penyelidikan fungsi kawasan lain setempat; di bagian hulu dan
umum, eksplorasi, diperbolehkan sejauh b. disyaratkan untuk di dekat jembatan.
operasi-produksi, dan tidak mengubah kegiatan
pasca tambang, baik di dominasi fungsi penambangan harus
wilayah darat maupun utama kawasan; terlebih dahulu
- 88 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
perairan serta tidak c. kegiatan memiliki kajian studi
dibatasi oleh wilayah permukiman, Amdal yang
administrasi. pertanian, perikanan, dilengkapi dengan
kawasan lindung, dan RPL dan RKL untuk
industri yang berskala besar,
dikembangkan secara atau UKL dan UPL
serasi sesuai dengan untuk yang berskala
ketentuan peraturan kecil (tambang
perundangan yang rakyat);
berlaku; c. kegiatan
d. kegiatan budidaya pertambangan mulai
dilakukan pada dari tahap
kawasan peruntukan perencanaan,
pertambangan yang eksplorasi,
di dalamnya baru eksploitasi, dan
terdapat izin usaha pasca tambang
pertambangan disyaratkan agar
eksplorasi; tidak menimbulkan
e. wilayah dalam perselisihan dengan
kawasan peruntukan masyarakat
pertambangan yang setempat.
sudah diberikan izin
usaha pertambangan
operasi produksi/
eksploitasi, masih
dimungkinkan
adanya kegiatan
budidaya lain dengan
ketentuan

- 89 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
menyesuaikan
dengan rencana
penambangan dan
reklamasi, tidak
mendirikan
bangunan permanen,
tidak menjadi
kendala bagi aktivitas
penambangan, serta
memperhatikan
ketentuan yang
berlaku dalam
lingkungan kegiatan
eksploitasi.
5. Kawasan Kawasan dengan luas a. pengembangan a. pengembangan
Peruntukan tertentu yang dibangun aktivitas komersial aktivitas perumahan
Pariwisata atau disediakan untuk sesuai dengan skala dan permukiman
memenuhi kebutuhan daya tarik pariwisata; dengan syarat di luar
pariwisata b. pemanfaatan potensi zona utama
alam dan budaya pariwisata dan tidak
masyarakat sesuai mengganggu bentang
daya dukung dan alam daya tarik
daya tampung pariwisata;
lingkungan b. disyaratkan adanya
c. pendirian bangunan perlindungan
hanya untuk terhadap situs
menunjang peninggalan sejarah
pariwisata. masa lampau;

- 90 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
6. Kawasan Kawasan tempat a. aktivitas pendukung a. disyaratkan
Peruntukan pemusatan kegiatan kegiatan industri; penyelenggaraan
Industri industri yang dilengkapi b. aktivitas budidaya instalasi pengolahan
dengan sarana dan produktif lain di luar air limbah;
prasarana penunjang zona penyangga b. disyaratkan bagi
yang dikembangkan peruntukan industri kawasan peruntukan
dan dikelola oleh industri harus
Perusahaan Industri memiliki kajian
yang telah memiliki Izin Amdal.
Usaha Kawasan
Industri
7. Kawasan Bagian dari lingkungan a. kegiatan perdagangan a. disyaratkan
Peruntukan hidup di luar kawasan jasa sesuai dengan penetapan amplop
Permukiman lindung, yang berupa skalanya; bangunan; meliputi
kawasan perkotaan b. pengembangan fasum garis sempadan
yang berfungsi sebagai dan fasos sesuai bangunan, koefisien
lingkungan tempat skalanya; dasar bangunan,
tinggal atau lingkungan c. pembangunan koefisien lantai
hunian dan tempat permukiman skala bangunan,
kegiatan yang besar yang terencana ketinggian
mendukung secara menyeluruh bangunan;
perikehidupan dan dan terpadu dengan b. disyaratkan
penghidupan. pelaksanaan yang penetapan jenis dan
bertahap. syarat penggunaan
bangunan yang
diizinkan

8. Kawasan Wilayah yang kegiatan budidaya yang kegiatan yang tidak kegiatan yang dapat
Peruntukan ditetapkan secara dapat mendukung mengganggu fungsi mengubah dan atau
- 91 -
Zona Berdasarkan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Kegiatan Yang Tidak
Deskripsi
Wilayah Diperbolehkan Diperbolehkan Diperbolehkan
Kabupaten Dengan Syarat
Pertahanan nasional yang fungsi kawasan utama kawasan mengganggu fungsi
dan Keamanan digunakan untuk pertahanan pertahanan utama kawasan
kepentingan pertahanan.
pertahanan.

- 92 -

Anda mungkin juga menyukai