Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Etika Dokter
1. Pengertian Etika
Menurut bahasa Yunani Ethos, etika dapat sdiartikan sebagai watak,
karakter, adat, ataupun kesusilaan. Segala perlakuan yang bersifat benar
maupun salah, juga baik maupun buruk termasuk etika. Etika sebagai ilmu,
berhubungan dengan perlakuan yang dilakukan oleh seseorang ataupun
kelompok. Etika dibangun oleh kepentingan individu atau kelompok
profesi itu sendiri. Menurut Robert Salomon, etika dapat diartikan sebagai
karakteristik seseorang dimana seseorang yang memiliki etika termasuk
orang yang bersifat baik. Etika ialah hukum sosial dimana sifatnya
mengikat, mengatur, juga membatasi perilaku individu. Etika adalah
pengetahuan yang mengkaji mengenai hak dan akhlak/kewajiban moral,
juga suatu perbuatan yang termasuk baik maupun buruk, sebagaimana yang
tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Etika sendiri
menjadikan perilaku-perilaku individu sebagai objek suatu ilmu etik.
Apabila seseorang memahami norma yang berlaku dan memiliki etika,
maka mereka akan menghidari segala tindakan yang berlawanan dengan
etika.
Menurut Robert S, etika terbagi atas dua kategori, sebagai berikut:
a. Etika sebagai hukum sosial. Etika menurut definisi ini mengatur dan
membatasi perilaku dan tindakan seseorang, jika seseorang
beretika, ia akan memahami norma yang berlaku, serta menghindari
hal buruk.
b. Etika sebagai karakter individu. Dalam definisi ini, orang yang
beretika akan memiliki karakter yang baik, dan berperilaku baik.

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam filsafat, etika berada didalamnya. Etika mempelajari “apa yang


harus dilakukan”, sedangkan Filsafat mendalami mengenai “yang ada”.
Filsafat sendiri termasuk dalam ilmu pengetahun yang menieliti dan
menemukan fakta yang benar dan nyata yang berfungsi sebagai tafsiran dari
kehidupan, sedangkan etika menyelidiki tentang kebebasan, hati nurani,
hak dan kewajiban. Terdapat beberapa ciri khas filsafat yaitu rasional,
mendasar, kritis, sistematis dan normatif. Di samping itu, moral tidak dapat
lepas dari hubungannya dengan etika yang membicarakan tentang norma
dan nilai yang berkembang di masyarakat. Etika merupakan ilmu
pengetahuan sedangkan moral adalah objek ilmu pengetahuan.
Unsur filsafat penting untuk dipelajari ketika seseorang akan
mempelajari unsur etika. Terdapat 2 sifat etika, yaitu:
a. Praktis
Etika bersifat praktis dikarenakan langsung berhubungan dengan
apapun perilaku manusia yang baik atau buruk (Adhani, 2015).
b. Non-empiris
Etika sendiri tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat konkrit
secara factual. Etika juga mengatur mengenai perbuatan yang baik
dan buruk. Dengan demikian, dikatakan etika memiliki sifat yang
konkrit.

2. Etika Profesi Kedokteran


Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang dokter harus mengemban
profesinya sebagai salah satu landasan dari etika yang harus ditaati. Dengan
kata lain dokter mengemban profesi dan harus memiliki keahlian yang
memadai di bidang yang dikuasainya, yakni ilmu kedokteran. Dokter
bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannnya dan berpengaruh
kepada kualitas pelayanan yang telah diberikannya. Dari pernyataan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan dokter sebagai

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengemban profesi dengan pasien merupakan hubungan interpersonal yang


dilandaskan asas kepercayaan (Setyawan, 2013).
Ciri-ciri pekerjaan profesi yaitu menempuh Pendidikan yang
standarnya telah ditetapkan, pekerjaan yang dilakukan berdasarkan etika
profesi, mengutamakan prinsip kemanusiaan, berpraktik secara sah dan
memiliki perizinan, memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus belajar,
dan tergabung dalam keanggotaan organisasi profesinya (Hanafiah and
Amir, 2014).
Dokter merupakan salah satu profesi yang mempunyai kedudukan tinggi
di masyarakat. Dokter dalam praktiknya telah melalui pelatihan dan
Pendidikan yang memadaidengan tujuan agar dapat melayani masyarakat
dengan baik (Hanafiah and Amir, 2014).
Dalam UU No. 29 tahun 2004 pasal 1 ketentuan umum no. 11, dijelaskan
bahwa profesi kedokteran adalah suatu profesi yang dalam praktiknya
diatur berdasarkan kode etik. Seorang dokter sudah semestinya menaati
kode etik yang berlaku. Organisasi profesi yang telah membuat sususan
kode etik. Etika hokum kedokteran di negara ini tercantum dalam Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI). Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
(MKEK) merupakan tempat KODEKI diatur di dalamnya. KODEKI
merupakan sekumpulan norma yang menuntun tenaga kesahatan, seperti
dokter di negara ini dalam melakukan praktik di lingkungan masyarakat
(Putri, et al., 2015).
Prinsip etika kedokteran barat yang diadopsi oleh Konsil Kedokteran
Indonesia telah menjelaskan mengenai kaidah dasar etika kedokteran atau
bioetika, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:
a. Beneficence
Dalam melayani masyarakat, seorang dokter heruslah
memberikan tindakan yang bermanfaat bagi pasienya dan yag akan
memengaruhi kesejahteraan pasien. Pasien perlu untuk

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mendapatkan perlakuan yang terbaik dari dokter. Prinsip berikut


mengacu pada tindakan altruism, atau mengutamakan kepentingan
orang lain, dalam hal ini pasien dibandingkan kepentingan pribadi
dokter.
b. Autonomy
Doker hendaknya membebaskan pasien dalam memutuskan
tindakan apa yang akan dipilihnya berdasarkan penjelasan dokter
sebelumnya. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kebebasan
dalam menentukan pilihan sesuai dengan pertimbangan setiap
individu. Dalam prinsip ini, dokter haruslah menghormati hak dan
martabat manusia dalam menentukan nasibnya sendiri.
c. Justice
Dokter dalam praktiknya haruslah memperlakukan pasien secara
adil tanpa memperhatikan derajat, suku, ras, agama, status sosial,
derajat pasien. Kesehatan dan kesembuhan pasien merupakan titik
berat dari perhatian seorang dokter tanpa ada intervensi lain
(Saltike, 2011; Profesi, Republik and Indonesia, 2013; Bishop,
Beauchamp and Jim Childress, 2016; KKI, 2016).
d. Non-maleficence
Prinsip ini menyatakan bahwa dokter harus senantiasa menolong
pasien dan tidak menyakiti pasien, baik secara sengaja maupun
tidak. Prinsip manajemen tatalaksana yang baik dalam
meminimalkan risiko terhadap pasien untuk meningkatkan kualitas
hidup yang harus ditanamkan pada diri setiap dokter.

3. Kode Etik Kedokteran


Etika maupun norma sendiri merupakan dasar utama KODEKI dalam
mengatur interaksi setiap individu. Tentunya nilai etika dan norma yang

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimaksud telah disesuaikan dengan perkembangan zaman (Trisnadi, S,


2016).
KODEKI tahun 2012 merupakan pedoman etik bagi dokter dalam
menjalani profesinya sebagai dokter. Sebelum dilakukan revisi, KODEKI
belum dapat menampung substansi profesionalisme dokter dan keselamatan
pasien seperti yang tersirat dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 yang
membahas tentang Kesehatan, UU Nomor 29 Tahun 2004 yang membahas
mengenai Praktik Kedokteran, UU nomor 40 Tahun 2004 yang mengatur
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), UU Nomor 44 Tahun 2009
yang menjelaskan tentang Rumah Sakit, dan UU Nomor 24 Tahun 2011
yang mengatur tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dan
peraturan lainnya.
KODEKI selanjutnya dilengkapi menjadi 21 pasal, yakni:
1) 2 pasal kewajiban pasien kepada diri sendiri
2) 2 pasal kewajiban dokter kepada teman sejawat
3) 4 pasal kewajiban dokter kepada pasien
4) 13 pasal kewajiban umum

(Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, 2012)

B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari proses mencari tahu
setelah melakukan pengindraan melalui objek tertentu. Misalnya dengan
indera pendengaran, penciuman, penglihatan, raba, dan rasa. Indera
pendengaran dan penglihatan yang paling banyak digunakan. Pengetahuan
dapat didefinisikan sebagai hasil pengelolaan ingatan suatu individu kepada
suatu objek yang dinilai baik pengingatan yang direncanakan ataupun yang
tidak rencanakan. Pengetahuan juga digunakan sebagai landasan dalam

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menentukan pembentukan sikap terhadap suatu objek sehingga dapat


menjadi domain penting bagi terciptanya sikap manusia.
Berdasarkan domain kognitif, pengetahuan dapat ditentukan dalam 6
tingkat antara lain:
a. Tahu (know)
Tahu ialah tingkatan terendah dalam domain kognitif. Tahapan
ini adalah bentuk peringatan mengenai apa yang telah sebelumnya
diamati.
b. Memahami (comprehension)
Pemahaman dalam menginterpretasikan serta menjelaskan suatu
hal dengan baik bahasan yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Pemahaman dalam menerapkan sesuatu yang telah dipelajari ke
dalam realitas.
d. Analisis (analysis)
Pemahaman dalam menentukan informasi yang benar diantara
informasi yang salah dan mencari hubungan antara satu gagasan
dengan gagasan lainnya.

e. Sintesis (synthesis)

Sanggup dalam menyusun rumusan baru dari rumusan yang sebelumnya telah
ada.

Evaluasi (evaluation)

Pemahaman yang ditujukan dalam melakukan penilaian terhadap sebuah


metode berdasarkan kriteria yang telah ada.

(Notoatmojo, 2014)

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tanpa adanya sumber ataupun dasar yang diperoleh, pengetahuan tentu


tidak dapat diperoleh begitu saja. Slamet (2010) dan Suhartono (2008)
menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber,
diantaranya:
a. Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian dari
individu lain.
Dalam sumber ini, pengetahuan masih berhubungan terhadap
keyakinan. Dalam pengetahuan tersebut, seorang ulama, orang
yang dihormati, guru, serta orang tua, dan sebagainya dipercaya
sebagai pemegang otoritas kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu,
segala yang diucapkan harus diikuti dengan patuh tanpa kritik
tentang beberapa hal yang baik atau buruk, maupun benar atau
salah.
b. Akal pikiran.
Situasi dimana suatu individu memiliki kemampuan yang
melebihi panca indera dan mempunyai sifat rohani yang dapat
membedakan benar atau salah, maupun baik atau buruk.
c. Keyakinan berdasarkan adat, tradisi, dan agama.
Norma dan kaidah yang diterapakan di kehidupan sehari-hari
merupakan salah satu bentuk sumber pengetahuan. Kaidah dan
norma tersebut mengandung pengetahua, akan tetapi kebenarannya
masih belum dapat dibuktikan secara empiris dan rasional. Namun,
hal tersebut sulit untuk diubah maupun dikritik.
d. Empiris
Pengalaman merupakan salah satu dari sumber pengetahuan.
Untuk dapat menciptakan suatu gagasan atau pengetahuan itu tadi
harus ada 3 hal, yaitu :
1) Subjek (yang mengetahui)
2) Objek (yang diketahui)

11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Pengalaman (cara mengetahui)


e. Rasionalisme
Akal merusakan landasan kebenaran maupun kepastian
pengetahuan, walaupun hal tersebut tidak didukung fakta empiris.
f. Intuisi.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didasarkan dari
pengalaman batin. Intuisi bersifat langsung, tanpa keterlibatan indra
dan proses pikir lebih lanjut. Intuisi adalah salah satu sumber ilmu
pengetahuan yang bersifat spiritual dan melebihi dari akal pikiran.
g. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang berasal dari Tuhan melalui
umatnya yang telah ditentukan, seperti Rasul dan Nabi.
h. Pengalaman indrawi.
Dengan memanfaatkan alat indra, orang mampu menyaksikan
secara langsung maupun melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh
sebab itu, berdasarkan hasil pengalaman tersebut akan menciptakan
suatu ide yang disebut sebagai pengetahuan.

C. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan tindakan batiniah yang berkaitan dengan respons pada
objek yang dapat memengaruhi tingkah laku atau tindakan seseorang. Ada
beberapa faktor yang berkaitan dengan sikap, yaitu perbedaan dalam bakat,
minat, pengalaman, pengetahuan, perasaan maupun kondisi lingkungan.
Sikap dapat berbentuk negatif maupun postif, yang bergantung pada
pengalaman seseorang. Sikap positif dapat muncul ketika stimulus yang
didapat merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan sikap
negatif akan muncul ketika stimulus seperti pengalaman kurang

12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyenangkan didapat. Wujud dari sikap tidak dapat langsung dilihat


sehingga dapat diartikan sikap adalah tingkah laku yang masih tertutup.
Dilihat dari komponennya, sikap terbagi atas 3 yaitu kognitif, afektif dan
kecenderungan bertindak. Komponen kognitif berhubungan dengan
penilaian individu terhadap suatu objek atau subjek. Proses tersebut
didapatkan melalui tahap analisis, sintesis dan evaluasi sehingga informasi
akan menghasilkan nilai baru yang kemudian akan mendapat pengaruh dari
pengetahuan yang sudah ada. Nilai baru yang terbentuk juga akan
dipengaruhi oleh perasaan atau komponen afektif dari sikap individu.
Komponen terakhir yaitu kecenderungan bertindak merupakan keinginan
individu untuk melakukan tindakan sesuai yang dipilih (Suharyat, 2012).

2. Pembentukan Sikap
Pola sikap dapat terbentuk ketika terjadi interaksi sosial antara individu
pada objek psikologis yang datang padanya. Ketika interaksi sosial terjadi,
maka akan ada hubungan yang bersifat timbal balik sehingga dapat
memengaruhi perilaku tiap individu. Azwar (2013) menyatakan ada
beberapa faktor yang berkontribusi dalam pembentukan sikap, yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman seseorang dapat memengaruhi interpretasi
seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya. Interpretasi tersebut
akan menghasilkan tindakan berupa sikap dengan dua kutub negatif
dan positif yang bergantung akan faktor lain yang memengaruhi.
b. Pengaruh orang yang dianggap penting
Figur penting seperti orang tua, teman seumuran, teman dekat,
guru, orang dengan status sosial terpandang dan lainya ikut
berpartisipasi atas munculnya suatu sikap individu, dimana ia akan
memperoleh pengaruh yang kuat sehingga arah sikap cenderung
sejalan.

13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat berpengaruh melalui kuatnya pengaruh dan
melekatnya kebudayaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
sehingga secara sadar maupun tidak sadar pengaruh tersebut dapat
muncul pada sikap individu.
d. Media massa
Media massa juga menjadi sumber stimulus karena dalam media
massa dapat mengandung opini dan idea yang kemudian memicu
proses pembentukan sikap.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sudah dipahami secara
luas sebagai sumber dari dasar pengertian dan konsep moral.
Lembaga tersebut dapat memberikan pemahaman baik maupun
buruk yang selanjutnya akan mengarahkan tindakan apa yang boleh
dan tidak dilakukan, sehingga kepercayaan individu atas suatu hal
terbentuk sehingga memengaruhi dalam menentukan sikap.
f. Emosi
Sikap tidak dipengaruhi melalui faktor eksternal saja akan tetapi
juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal. Emosi merupakan
faktor internal yang mekanismenya biasanya bersifat sementara dan
diperantarai oleh ego sebagai penyalur frustrasi. Karena bersifat
sementara maka biasanya sikap tersebut akan hilang ketika
sumbernya yaitu frustasi juga hilang. Namun dalam beberapa kasus
sikap tersebut juga dapat bertahan lebih lama dan persisten (Azwar,
2013).

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Tingkatan sikap
Terdapat tingkatan dalam sikap, yakni :

a. Menerima (receiving)
Tahap dimana sebuah stimulus disadari dan dikenal oleh
individu.
b. Merespons (responding)
Tahap ketika ada sebuah reaksi dari stimulus yang dapat terlihat
seperti sautan ketika dipanggil atau melakukan pekerjaan ketika
diberi sebuah intruksi yang merupakan suatu indikasi sebuah sikap.
c. Menghargai (valuing)
Tahap tingkat ketiga yang ditandai dengan munculnya nilai akan
suatu tindakan yang akan dipilih untuk dibandingkan. Indikasi
tingkat ini dapat dilihat ketika seseorang mendiskusikan suatu
masalah dengan melibatkan orang lain.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Tahap tertinggi dari sikap merupakan bertanggung jawab dengan
pilihannya yang disertai risiko yang kemudian muncul (Purwanto,
2013).

a. Ciri-ciri sikap
Menurut Purwanto (2013), sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sikap dapat dibentuk dan dipelajari, bukan bawaan dari lahir.


b. Sikap bersifat sementara. Ia dapat dapat dipengaruhi oleh keadaan
yang dihadapi.
c. Sikap bersifat dependen karena sikap selalu berhubungan dengan
objek yang akan menjadi target sikap.

15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Objek sikap dapat berbentuk satu maupun kumpulan dari dari suatu
hal.
e. Sikap mempunyai aspek motivasi dan perasaan, hal itu membuat
sikap berbeda dengan pengetahuan ataupun percakapan.

D. Pelayanan kesehatan
1. Pengertian pelayanan kesehatan
Berdasarkan UU nomor 36 tahun 2009 pasal 1 ayat 7 yang menjelaskan
tentang kesehatan, dikatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
merupkan sebuah perangkat yang digunakan dalam upaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik secara preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terpadu, terintegrasi, dan
berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan derajat, dan memelihara
kesehatan masyarakat. Terdapat 4 bentuk upaya pelayanan kesehatan yaitu:
a) Upaya Pelayanan kesehatan promotif
Suatu atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan promosi kesehatan.
b) Pelayanan kesehatan preventif
Kegiatan pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya penyakit.
c) Pelayanan kesehatan kuratif
Serangkaian kegiatan yang berfungsi untuk menyembuhkan dan
mengobati penyakit yang sudah terjadi. Pelayanan kesehatan secara
kuratif ini juga bertujuan untuk mengurangi tingkat morbiditas,
disabilitas, mengendalikan penyakt, dan mengoptimalkan kualitas
hidup masyarakat.
d) Pelayanan kesehatan rehabilitasi

16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan


kembali fungsi penderita dalam melakukan kegiatan sehari-harinya
sesuai dengan kemampuan maksimal yang bisa dilakukan pasien
(Kementrian Kesehatan RI, 2009).

2. Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang di
dalamnya meliputi identifikasi, penilaian, dan pengolahan risiko, tindak
lanjut dan cara mempelajari insiden tersebut, dan memberikan solusi demi
meninimalisasi risiko dan mencegah terjadinya kondisi pasien yang bersifat
iatrogenic (akibat dari tindakan medis atau perawatan) maupun akibat dari
malpraktek yang dilakukan oleh dokter. Tujuan dari sistem tersebut ialah
untuk menjamin keamanan dari tindakan yang diberikan dokter kepada
pasien. Insiden keselamatan merupakan kejadian yang tidak disengaja akan
tetapi dapat berpotensi cedera, akan tetapi hal tersebut seharusnya dapat
dicegah (Ulrich and Kear, 2014).
Insiden dapat ditemui pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti:
a) Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Pada kondisi ini insiden belum terjadi dan cedera belum
terjadi pada pasien, akan tetapi risiko untuk terjadi insiden
sudah ada.
b) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Insiden ini belum terpapar kepada pasien.
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Pada kondisi ini insiden telah terpapar pada pasien
namun tidak menimbulkan cedera ada pasien.
d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Pada kondisi ini insiden telah terpapar pada pasien dan
telah menimbulkan cedera ada pasien.

17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keselamatan pasien memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas dari


pelayanan kesehatan yang disediakan. Setiap fasilitas kesehatan haruslah
melakukan menyelenggarakan keselamatan. Dalam UU Nomor 12 Tahun
2012 yang menjelaskan mengenai Akreditasi Rumah Sakit, dijelaskan
bahwa keselamatan pasien merupakan indikator dari standar utama
penilaian akreditasi rumah sakit. Penerapan dalam standar keselamatan
pasien yang dicapai dengan sistem pelayananan yang mengutamakan
keselamatan pasien.

3. Standar keselamatan pasien


Setiap rumah sakit wajib untuk menerapkan standar keselamatan seperti
yang telah tercantum pada Permenkes RI nomor 1691 tahun 2011 tentang
keselamatan pasien rumah sakit yang terdiri dari :
a. Pasien beserta haknya;
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan pendampingnya;
c. Pelayanan pasien dalam mengedepankan keselamatan pasien;
d. Evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien dengan
menggunakan metode peningkatan kinerja;
e. Peningkatan keselamatan pasien dengan menggunakan peran
kepemimpinan;
f. Edukasi tenaga kesehatan yang bekerja pada fasilitas kesehatan
tentang keselamatan pasien; dan
g. Edukasi mengenai pentingnya komunikasi bagi staf/tenaga kesehatan
untuk mencapai keselamatan pasien.

4. Sasaran Keselamatan Pasien


Setiap pasien mempunyai standar keselamatan masing-masing yang terdiri
dari :
a. Pasien wajib diidentifikasi secara tepat dan benar
b. Klinisi diharapkan dapat menggunakan komunikasi yang efektif

18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Kewaspadaan terhadap obat-obatan harus ditingkatkan


d. Memastikan bahwa standar prosedur dalam melakukan tindakan
pembedahan seperti lokasi, prosedur, dan pasien secara tepat.
e. Penekanan risiko kasus infeksi akibat perawatan kesehatan
f. Meminimalisirkan risiko cedera pada pasien akibat terjatuh.

E. Kedaruratan Medis
1. Kedaruratan
Kedaruratan merupakan spesialisasi dalam bidang kedokteran yang
berfokus pada perawatan pasien yang membutuhkan penanganan medis
yang bersifat segera dan mereka yang dalam kondisi kritis untuk
menghindari kecacatan jangka panjang atau kematian (Litika et al., 2018).
Hal ini dijelaskan dalam UU No. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit,
yang menyatakan bahwa, gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera (UU RI No. 29 Tahun, 2004).
Angka kematian pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) terutama di
negara berkembang masih tinggi, hal ini dikarenakan kurangnya tenaga
medis yang terampil dalam menangani kedaruratan, serta kurangnya
fasilitas yang memadai untuk melaukan prosedur diagnostic dan terapi.
Dalam menangani kedaruratan harus dilakukan penanganan secara tepat,
cermat, dan tepat agar tidak menyebabkan terjadinya kematian atau
kecacatan pada pasien (Obermeyer et al., 2015). Selain menurunkan
mortalitas dan morbiditas, manajemen yang tepat dalam melauan
perawatan pasien di IGD juga dapat menurunkan biaya dan lama perawatan

di rumah sakit (Afif Nurul Hidayati, Muhammad Ilham Aldika Akbar,


2018).

19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyebab kematian yang paling banyak ditemukan di IGD antara lain


penyakit kardiovaskular, trauma, cerebrovascular attact (CVA), dan infeksi
sistemik seperti sepsis (Alimohammadi dkk., 2014; Limantara, Herjunianto
dan Roosalina, 2015). Beberapa faktor yang memengaruhi tingginya
mortalitas pasien rawat di IGD antara lain faktor usia, kondisi klinis pasien
ketika masuk IGD, dan manajemen terapi sudah dilaksanakan (Limantara,
Herjunianto dan Roosalina, 2015; Afif Nurul Hidayati, Muhammad Ilham
Aldika Akbar, 2018).

2. Hubungan Kedaruratan dengan KODEKI


Selain membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang baik dari
penolong dan sarana kesehatan yang memadai, penolong juga harus
melakukan tugasnya sesuai dengan KODEKI. Setiap dokter wajib
melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya, hal ini sesuai dengan KODEKI pasal 17 (Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia, 2012). Pada KODEKI cakupan
pasal 17 butir 6 disebutkan sebagai berikut: “Setiap dokter yang
melakukan pertolongan darurat maka kewajiban etis ini mengalahkan
pertimbangan-pertimbangan etika lainnya. Dalam menjalankan
kewajiban etis ini, dokter tersebut harus dilindungi dan dibela oleh
teman sejawat, dan/atau organisasi profesi, pemerintah dan/atau
masyarakat”.

20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada pasal 17 juga disebutkan sebagai berikut: “Pertolongan darurat


yang dimaksud pada pasal di atas adalah pertolongan yang secara ilmu
kedokteran harus segera dilakukan untuk mencegah kematian,
kecacatan, atau penderitaan yang berat pada seseorang (Prawiroharjo
dkk., 2018).

Selain itu, disebutkan juga ketika seseorang dokter sudah mengambil


keputusan untuk menolong orang lain dalam keadaan darurat, maka ia
harus menyelesaikan tugasnya hingga selesai dalam arti ada pihak lain
yang melanjutkan/ menggantikan pertolongan terhadap korban atau korban
sudah tidak memerlukan pertolongan lagi. Jika dalam perjalanannya
seorang dokter tidak melakukan pertolongan dengan tuntas, maka dokter
tersebut dapat digugat karena dianggap mencampuri/ menghalangi
kesempatan korban dalam mendapatkan pertolongan lain (loss of chance)
(Herkutanto, 2007)

21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 3. 1. Kerangka Pemikiran


Hipotesis
Ada hubungan pengetahuan tentang kode etik kedokteran dengan sikap koas
terkait kasus kedaruratan.

22

Anda mungkin juga menyukai