BAB2 Unlocked
BAB2 Unlocked
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etika Dokter
1. Pengertian Etika
Menurut bahasa Yunani Ethos, etika dapat sdiartikan sebagai watak,
karakter, adat, ataupun kesusilaan. Segala perlakuan yang bersifat benar
maupun salah, juga baik maupun buruk termasuk etika. Etika sebagai ilmu,
berhubungan dengan perlakuan yang dilakukan oleh seseorang ataupun
kelompok. Etika dibangun oleh kepentingan individu atau kelompok
profesi itu sendiri. Menurut Robert Salomon, etika dapat diartikan sebagai
karakteristik seseorang dimana seseorang yang memiliki etika termasuk
orang yang bersifat baik. Etika ialah hukum sosial dimana sifatnya
mengikat, mengatur, juga membatasi perilaku individu. Etika adalah
pengetahuan yang mengkaji mengenai hak dan akhlak/kewajiban moral,
juga suatu perbuatan yang termasuk baik maupun buruk, sebagaimana yang
tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Etika sendiri
menjadikan perilaku-perilaku individu sebagai objek suatu ilmu etik.
Apabila seseorang memahami norma yang berlaku dan memiliki etika,
maka mereka akan menghidari segala tindakan yang berlawanan dengan
etika.
Menurut Robert S, etika terbagi atas dua kategori, sebagai berikut:
a. Etika sebagai hukum sosial. Etika menurut definisi ini mengatur dan
membatasi perilaku dan tindakan seseorang, jika seseorang
beretika, ia akan memahami norma yang berlaku, serta menghindari
hal buruk.
b. Etika sebagai karakter individu. Dalam definisi ini, orang yang
beretika akan memiliki karakter yang baik, dan berperilaku baik.
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari proses mencari tahu
setelah melakukan pengindraan melalui objek tertentu. Misalnya dengan
indera pendengaran, penciuman, penglihatan, raba, dan rasa. Indera
pendengaran dan penglihatan yang paling banyak digunakan. Pengetahuan
dapat didefinisikan sebagai hasil pengelolaan ingatan suatu individu kepada
suatu objek yang dinilai baik pengingatan yang direncanakan ataupun yang
tidak rencanakan. Pengetahuan juga digunakan sebagai landasan dalam
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Sintesis (synthesis)
Sanggup dalam menyusun rumusan baru dari rumusan yang sebelumnya telah
ada.
Evaluasi (evaluation)
(Notoatmojo, 2014)
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan tindakan batiniah yang berkaitan dengan respons pada
objek yang dapat memengaruhi tingkah laku atau tindakan seseorang. Ada
beberapa faktor yang berkaitan dengan sikap, yaitu perbedaan dalam bakat,
minat, pengalaman, pengetahuan, perasaan maupun kondisi lingkungan.
Sikap dapat berbentuk negatif maupun postif, yang bergantung pada
pengalaman seseorang. Sikap positif dapat muncul ketika stimulus yang
didapat merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan sikap
negatif akan muncul ketika stimulus seperti pengalaman kurang
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Pembentukan Sikap
Pola sikap dapat terbentuk ketika terjadi interaksi sosial antara individu
pada objek psikologis yang datang padanya. Ketika interaksi sosial terjadi,
maka akan ada hubungan yang bersifat timbal balik sehingga dapat
memengaruhi perilaku tiap individu. Azwar (2013) menyatakan ada
beberapa faktor yang berkontribusi dalam pembentukan sikap, yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman seseorang dapat memengaruhi interpretasi
seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya. Interpretasi tersebut
akan menghasilkan tindakan berupa sikap dengan dua kutub negatif
dan positif yang bergantung akan faktor lain yang memengaruhi.
b. Pengaruh orang yang dianggap penting
Figur penting seperti orang tua, teman seumuran, teman dekat,
guru, orang dengan status sosial terpandang dan lainya ikut
berpartisipasi atas munculnya suatu sikap individu, dimana ia akan
memperoleh pengaruh yang kuat sehingga arah sikap cenderung
sejalan.
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat berpengaruh melalui kuatnya pengaruh dan
melekatnya kebudayaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
sehingga secara sadar maupun tidak sadar pengaruh tersebut dapat
muncul pada sikap individu.
d. Media massa
Media massa juga menjadi sumber stimulus karena dalam media
massa dapat mengandung opini dan idea yang kemudian memicu
proses pembentukan sikap.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sudah dipahami secara
luas sebagai sumber dari dasar pengertian dan konsep moral.
Lembaga tersebut dapat memberikan pemahaman baik maupun
buruk yang selanjutnya akan mengarahkan tindakan apa yang boleh
dan tidak dilakukan, sehingga kepercayaan individu atas suatu hal
terbentuk sehingga memengaruhi dalam menentukan sikap.
f. Emosi
Sikap tidak dipengaruhi melalui faktor eksternal saja akan tetapi
juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal. Emosi merupakan
faktor internal yang mekanismenya biasanya bersifat sementara dan
diperantarai oleh ego sebagai penyalur frustrasi. Karena bersifat
sementara maka biasanya sikap tersebut akan hilang ketika
sumbernya yaitu frustasi juga hilang. Namun dalam beberapa kasus
sikap tersebut juga dapat bertahan lebih lama dan persisten (Azwar,
2013).
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Tingkatan sikap
Terdapat tingkatan dalam sikap, yakni :
a. Menerima (receiving)
Tahap dimana sebuah stimulus disadari dan dikenal oleh
individu.
b. Merespons (responding)
Tahap ketika ada sebuah reaksi dari stimulus yang dapat terlihat
seperti sautan ketika dipanggil atau melakukan pekerjaan ketika
diberi sebuah intruksi yang merupakan suatu indikasi sebuah sikap.
c. Menghargai (valuing)
Tahap tingkat ketiga yang ditandai dengan munculnya nilai akan
suatu tindakan yang akan dipilih untuk dibandingkan. Indikasi
tingkat ini dapat dilihat ketika seseorang mendiskusikan suatu
masalah dengan melibatkan orang lain.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Tahap tertinggi dari sikap merupakan bertanggung jawab dengan
pilihannya yang disertai risiko yang kemudian muncul (Purwanto,
2013).
a. Ciri-ciri sikap
Menurut Purwanto (2013), sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Objek sikap dapat berbentuk satu maupun kumpulan dari dari suatu
hal.
e. Sikap mempunyai aspek motivasi dan perasaan, hal itu membuat
sikap berbeda dengan pengetahuan ataupun percakapan.
D. Pelayanan kesehatan
1. Pengertian pelayanan kesehatan
Berdasarkan UU nomor 36 tahun 2009 pasal 1 ayat 7 yang menjelaskan
tentang kesehatan, dikatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
merupkan sebuah perangkat yang digunakan dalam upaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik secara preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terpadu, terintegrasi, dan
berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan derajat, dan memelihara
kesehatan masyarakat. Terdapat 4 bentuk upaya pelayanan kesehatan yaitu:
a) Upaya Pelayanan kesehatan promotif
Suatu atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan promosi kesehatan.
b) Pelayanan kesehatan preventif
Kegiatan pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya penyakit.
c) Pelayanan kesehatan kuratif
Serangkaian kegiatan yang berfungsi untuk menyembuhkan dan
mengobati penyakit yang sudah terjadi. Pelayanan kesehatan secara
kuratif ini juga bertujuan untuk mengurangi tingkat morbiditas,
disabilitas, mengendalikan penyakt, dan mengoptimalkan kualitas
hidup masyarakat.
d) Pelayanan kesehatan rehabilitasi
16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Kedaruratan Medis
1. Kedaruratan
Kedaruratan merupakan spesialisasi dalam bidang kedokteran yang
berfokus pada perawatan pasien yang membutuhkan penanganan medis
yang bersifat segera dan mereka yang dalam kondisi kritis untuk
menghindari kecacatan jangka panjang atau kematian (Litika et al., 2018).
Hal ini dijelaskan dalam UU No. 44 Tahun 2009 mengenai Rumah Sakit,
yang menyatakan bahwa, gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera (UU RI No. 29 Tahun, 2004).
Angka kematian pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) terutama di
negara berkembang masih tinggi, hal ini dikarenakan kurangnya tenaga
medis yang terampil dalam menangani kedaruratan, serta kurangnya
fasilitas yang memadai untuk melaukan prosedur diagnostic dan terapi.
Dalam menangani kedaruratan harus dilakukan penanganan secara tepat,
cermat, dan tepat agar tidak menyebabkan terjadinya kematian atau
kecacatan pada pasien (Obermeyer et al., 2015). Selain menurunkan
mortalitas dan morbiditas, manajemen yang tepat dalam melauan
perawatan pasien di IGD juga dapat menurunkan biaya dan lama perawatan
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KERANGKA PEMIKIRAN
22