Drama Nusantara Remigius Sufandi Darma 202309059pdf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

DRAMA PENDIDIKAN

“LEGENDA DANAU RANAMESE”

OLEH :

REMIGIUS SUFANDI DARMA

202309059

PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN (1B)

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR
Judul : Legenda Danau Ranamese

Tema : Peperangan

Sinopsis :

Pada zaman dahulu di kampung Teber (Manggarai Timur) hiduplah sepasang suami istri
bernama Kae Anu dan Ngkiong Molas Liho. Mereka tinggal dalam sebuah rumah yang
merupakan warisan dari kedua orang tua Kae Anu. Rumah tersebut sudah sangat tua dan banyak
sekali tiang dan papan yang sudah lapuk. Pada suatu hari Kae Anu dan Ngkiong Molas Liho
berdiskusi mengenai rencana dari Kae Anu yaitu membuat rumah baru. Tetapi Ngkiong Molas
Liho menolak rencana itu karena ia ragu akan kemampuan dari Kae Anu. Kae Anu berusaha
meyakinkan Ngikong Molas Liho. Akhirnya Ngkiong pun setuju dengan rencana Kae Anu.
Akhirnya Kae Anu memutuskan untuk mencari pohon untuk dijadikan balok di hutan pinis.
Sudah berapa hari Kae Anu di hutan dan kayu baloknya sudah semakin banyak.

Pada suatu siang Ketika Kae Anu sedang menebang pohon, dia melihat seekor munggis
(sejenis tikus hutan) berlari kearahnya dan bersembunyi di bawah ranting-ranting pohon yang
sudah dipotongnya. Tidak lama setelah itu dia melihat lagi beberapa ekor musang datang dan
mengedus-edus seolah-olah sedang mencari sesuatu, namun Kae Anu tidak mempedulikan dan
terus menebang pohon tersebut. Ketika sedang asik menebang pohon, dia tersentak ketika ada
empat orang yang secara tiba-tiba datang berlari kearahnya. Mereka bertanya kepada Kae Anu
tentang keberadaan babi hutan yang mereka cari tetapi Kae Anu tidak mengetahui apa yang
mereka cari. Ketika mereka menyebut kata anjing dan menunjukan beberapa ekor musang
tersebut, tersadarlah Kae Anu bahwa orang-orang yang berada dihadapannya bukanlah manusia
seperti dirinya tetapi mereka adalah darat (makhluk halus) dan musang-musang itu adalah anjing
mereka. Kae Anu menunjukan apa yang mereka cari dan darat tersebut terperanjat dan berteriak
kegirangan . kemudian keempat makhluk halus mengangkat tikus kecil tersebut namun tiba-tiba
mereka merasa berat dan menurunkannya Kembali. Kae Anu memandang mereka sambil
terheran-heran. Diangkatnya tikus kecil itu hanya dengan satu tangan saja lalu menyodorkan
kepada meraka. Keempat makhluk halus itu membelakan matanya ketika Kae Anu dengan
enteng mengangkat tikus kecil itu. Mereka sangat tercengang-cengang. Mereka mengira Kae
Anu memiliki kekuatan gaib.
Kemudian, Kae Anu menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya kepada mereka dan apa
tujuan dia datang kehutan itu. Keempat darat tersebut menjadi takut dan hendak melarikan diri
namun dicegah oleh Kae Anu. Kae Anu menjelaskan bahwa ia tidak akan mencelakai mereka
dan dia hendak menolong keempat darat itu membawakan tikus-tikus mereka. Keempat darat itu
menyetujui tawaran Kae Anu dan mereka menunjukan jalan menuju kampung dimana mereka
tinggal. Ternyata kampung mereka adalah sebauh danau kecil bernama Rana Nekes dan yang
lebih anehnya lagi rumah mereka hanya sepotong helung (sejenis bamboo kecil) yang
mengapung di atas danau. Disana sudah menunggu tua-tua adat serta segenap warga kampung
dan mereka menyambut Kae Anu dengan senang hati. Mereka berencana untuk berperang
melawan kampung tetangga yaitu Rana Hembok yang ingin menguasai wilayah mereka. Tuan
adat meminta bantuan Kae Anu untuk menolong mereka dan Kae Anu menerima tawaran itu.
Hari menjelang sore, Kae Anu memohon pamit kepada para makhluk halus untuk Kembali
pulang kerumahnya yaitu di Teber.

Hari berganti hari dan tibalah saatnya bagi Kae Anu untuk ikut berperang melawan Rana
Hembok. Kae Anu menyiapkan peralatan perang seperti nggiling (tameng), tombak dan parang.
Setelah perlengkapan perang telah disapkan, berangkatlah Kae Anu ke Rana Nekes. Bunyi gong
dan gendang dari Rana Hembok mulai terdengar dan pasukan perang sudah bersiap siaga
menunggu bunyi gong dan gendang dari Rana Nekes. Kae Anu menyuruh mereka berkumpul.
Ketika gong dan gendang mulai dibunyikan, serempak pasukana Rana Hembok melempar belut
dan Ikan kearah Kae Anu. Setelah belut dan ikan yang mereka lempar habis, darat Rana Nekes
bersorak kegirangan karena mereka telah menang perang tanpa ada satupun diantara mereka
yang mati. Sesuai keputusan maka Rana Hembok harus tunduk kepada Rana Nekes dan pada
hari itu juga air dari Rana Hemdok berpindah ke Rana Nekes dan menjadi danau yang sangat
besar dan luas lalu mereka menamai danau itu Rana Mese.

 Penokohan

No Pemeran Karakteristik
1. Kae Anu dan Istri Protagonis
2. Darat RanaNekes Protagonis
3. Darat Rana Hendok Antagonis
 Pembabakan

Babak 1 : di kampung

 Di kampung Teber hiduplah sepasang suami istri Kae Anu dan Ngkiong Molas Liho
 Mereka merencanakan untuk membuat rumah baru

Babak 2 : di hutan

 Keempat darat menghampiri Kae Anu


 Kae Anu tau bahwa mereka bukan manusia seperti dirinya
 Kae Anu menceritakan siapa dia sebenarnya

Babak 3 : di danau

 Darat mengajak Kae Anu ke kampung mereka


 Tua Adat meminta bantuan Kae Anu

Babak 4 : di tempat peperangan

 Kae Anu berprang melawan Rana Hendok


 Rana Nekes menang

 Latar Suasana
1. Suasana di rumah

Mereka tinggal dalam sebuah rumah yang merupakan warisan dari kedua orang tua Kae
Anu. Rumah tersebut sudah sangat tua dan banyak sekali tiang dan papan yang sudah lapuk.

2. Suasana di hutan

Akhirnya Kae Anu memutuskan untuk mencari pohon untuk dijadikan balok di hutan pinis

3. Suasana di danau/rumah darat


Ternyata kampung mereka adalah sebauh danau kecil bernama Rana Nekes dan yang lebih
anehnya lagi rumah mereka hanya sepotong helung (sejenis bamboo kecil) yang mengapung
di atas danau

4. Suasana di tempat perang

Hari berganti hari dan tibalah saatnya bagi Kae Anu untuk ikut berperang melawan Rana
Hembok

 Dialog

Darat : Maaf tuan, apakah anda melihat ada motang yang baru saja lewat
disini?

Kae Anu : (menggelengka kepala)

Darat : Tetapi tuan, lihatlah! Anjing-anjing kami mengendus-endus


disekitar sini. Pasti motangnya juga berada disekitar sini.

Kae Anu : Tuan, saya tidak melihat babi hutan yang lewat disini tetapi saya
hanya melihat tikus kecil ini

Darat : Ya ampun tuan, ini adalah babi hutan yang kami cari

: Lihatlah! Betapa besarnya babi hutan ini

Lalu Kae Anu menyerahkan Babi hutan itu kepada keempat darat

Darat : Aduh, babi hutan ini sangat berat. Padahal kit aini berempat.
Tetapi kita tidak mampu mengangkatnya.

Kae Anu mengangkat tikus itu lalu menyodorkan kepada mereka

Darat : Ya ampun, kuat benar tuan ini, hanya dengan satu tangan dia bisa
mengangkat babi hutan yang besar ini. Apakah tuan memiliki
kekuatan gaib?
Kae Anu menceritakan kepada mereka siapa dia sebenarnya

Kae Anu : Tenanglah tuan-tuan, saya tidak akan mencelakai kalian. Saya
akan menolong tuan-tuan untuk membawakan babi hutan ini
kekampung tuan.

Darat : Terimakasih atas budi baik tuan. Tenanglah tuan, tidak jauh dari
sini ada jalan raya menuju kampung kami

Kae Anu merasa kaget karena jalan raya dan rumah mereka diluar dugaan

Darat : Mari tuan silahkan masuk (sambal berbisik)

Kae Anu : Biarkan, biarkan saya tetap di luar karena saya takut rumah ini
akan tenggelam apabila kaki saya menyetuhhnya

Tua adat : Ah, tuan ini ada-ada saja. Jangan begitu, nak. Mari silihkan
masuk rumah ini sangatlah kokoh

Kae Anu : Eheheheheh, itukan apa saya bilang

Darat : Baiklah kita duduk di luar saja. Ayo tuan silahkan dicicipi. Ini
merupakan hasil panen dari lading kami

Kae Anu : Emmmm, ibu-ibu disini pintar sekali memasak. Ini sangat enak

Darat : Makan lagi tuan

Kae Anu : Sudah-sudah, saya sudah kenyang

Tua adat :Bantulah kami tuan, saya tidak ingin warga kampung ini menjadi
budak-budak dari warga Rana Hembok . Tolong selamatkan kami
tuan.

Kae Anu : Baiklah, saya akan ikut berperang melawan mereka

Setelah beberapa hari, tibalah saatnya untuk berperang

Darat : Dimana peralatan perangmu tuan?


Kae Anu : Ini tuan. Pokoknya kalian tenang saja. Tunggu dulu! Biasanya
kalau berperang kaum darat menggunakan apa untuk berperang?

Darat : Tombak dan parang (menunjukan belut dan ikan)

Kae Anu : Biar aku saja yang berperang melawan mereka dan kalian sendiri
harus pergi dari tempat ini.

Darat : Tetapi tuan, jumlah mereka sangat banyak dan peralatan perang
mereka juga sangat banyak

Kae Anu :Tenanglah. Kita pasti menang. Segera bunyikan gong dan
gendang serta menjauhlah dari sini

Setelah lama berperang, akhirnya Kae Anu menang

Kae Anu :Karena wilayah kalian sudah semakin luas dan besar maka saya
menamakan kampung kalian yaitu Rana Mese

Raja Rana Mese :Kami tidak bisa membalas budi baik tuan

 Amanat

Hargai orang lain siapapun dia baik dia bukan dari alam kita maupun dari alam kita. Selagi dia
tidak mengganggu kita. Serta saling membantu selagi bisa membantu.

 Daftar Referensi

http://efanboyllond.blogspot.com/2016/02/asal-mula-danau-rana-mese-manggarai.html

Anda mungkin juga menyukai