Ad Dakhil 2202107
Cindy Patika Sari 2202115
Cut Anggraini 2202116
Imelda Niza Ekaputri 2202123 FARMASI INDUSTRI
Linda Hedianti 2202125
Mela Fahriza 2202126
Nadia Elvina 2202131 SERTIFIKASI CPOTB
Nuraina 2202133 SERTIFIKASI CPKB
Nurul Latifah 2202134 SERTIFIKASI ISO
Putri Oktarina 2202136 SERTIFIKASI HALAL
Resky Pertiwi 2202139 STABILITAS OBAT BERDASARKAN ICH
Revi Mayviasandi 2202140 STABILITAS OBAT BERDASARKAN EMEA
Rezy Syaputri 2202141
Suci Wulan Sari 2202145
Vonia Pista 2202146
SERTIFIKAT CARA
PEMBUATAN OBAT
TRADISIONAL YANG BAIK
(CPOTB)
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOTB
adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan Obat Tradisional yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Sertifikat CPOTB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri Obat
Tradisional telah memenuhi seluruh persyaratan teknis CPOTB dalam membuat satu
jenis bentuk sediaan Obat Tradisional.
Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disingkat IOT adalah industri yang
dapat membuat semua bentuk sediaan Obat Tradisional.
Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disingkat IEBA adalah industri yang
khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.
IOT dan IEBA dalam pembuatan Obat Tradisional wajib menerapkan CPOTB. CPOTB
sebagaimana dimaksud meliputi:
• sistem mutu Industri Obat Tradisional
• personalia
• bangunan-fasilitas
• Peralatan
• Produksi
• cara penyimpanan dan pengiriman Obat Tradisional yang baik
• pengawasan mutu
• Inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok
• keluhan dan penarikan produk
• Dokumentasi
• kegiatan alih daya
• kualifikasi dan validasi
• sistem komputerisasi
• cara pembuatan bahan aktif Obat Tradisional yang baik
• sampel pembanding dan sampel pertinggal
• manajemen risiko mutu.
01
Sistem Mutu Industri
Obat Tradisional
Pemegang izin IOT harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar sesuai tujuan
penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik jika diperlukan
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan konsumen disebabkan keamanan,
mutu atau efektivitas yang tidak memadai.
Untuk mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu Industri Obat
Tradisional (SMIOT) yang didesain secara komprehensif dan diterapkan secara benar
serta mencakup CPOTB dan Manajemen Risiko Mutu (MRM). Pelaksanaan sistem ini
hendaklah didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya. Semua bagian
SMIOT hendaklah didukung ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan
fasilitas serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal
diberikan kepada pemegang Izin IOT dan kepada Pemastian Mutu.
02
Personalia
Pembuatan obat tradisional yang benar mengandalkan sumber daya
manusia. Oleh sebab itu IOT harus bertanggung jawab untuk
menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab individual
hendaklah secara jelas dipahami oleh masing-masing dan
didokumentasikan. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip
CPOTB yang menyangkut tugasnya serta memperoleh pelatihan awal
dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
a) memastikan bahwa obat tradisional diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
b) memberikan persetujuan terhadap prosedur yang terkait dengan kegiatan produksi dan
memastikan bahwa prosedur diterapkan secara ketat
c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh personel
yang berwenang
d) memastikan pelaksanaan kualifikasi dan perawatan bangunanfasilitas serta peralatan di
bagian produksi
e) memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan m
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Kepala Pengawasan Mutu memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
• Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dikelola sesuai dengan tujuannya
• Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, produk ruahan atau produk
jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan.
• Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.
• Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena
perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat.
• Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut
hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci dan tervalidasi serta disimpan dalam keadaan
bersih dan kering.
• Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber
kontaminasi. Jika metode pencucian diterapkan, peralatan hendaklah segera dikeringkan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat
produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang
dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk.
Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang
ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan
perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk
proses produksi dan pengawasan.
Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan (misalnya, termostat)
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan.
Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi tidak boleh melepaskan serat ke dalam produk.
Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali
menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat.
Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai
prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan
yang harus dilakukan.
05
PRODUKSI
BAHAN AWAL
1. Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan awal, beserta pembelian dan
penerimaannya, hendaklah didokumentasikan sebagai bagian dari SMIOT. Tingkat pengawasan
hendaklah proporsional dengan risiko yang ditimbulkan oleh masingmasing bahan, dengan
mempertimbangkan sumbernya, proses pembuatan, kompleksitas rantai pasokan, dan penggunaan
akhir di mana bahan awal tersebut digunakan dalam produk obat tradisional. Bukti pendukung untuk
setiap persetujuan pemasok/bahan awal hendaklah disimpan. Personel yang terlibat dalam kegiatan ini
hendaklah memiliki pengetahuan termutakhir tentang pemasok, rantai pasokan, dan risiko yang
terkait. Jika memungkinkan, bahan awal hendaklah dibeli langsung dari pabrik pembuat.
2. Persyaratan mutu bahan awal yang ditetapkan oleh pabrik pembuat hendaklah didiskusikan dan
disepakati bersama pemasok. Aspek produksi, pengujian dan pengawasan yang tepat, termasuk
persyaratan penanganan, pelabelan, persyaratan pengemasan dan distribusi, serta prosedur
penanganan keluhan, penarikan dan penolakan hendaklah didokumentasikan dalam perjanjian mutu
atau spesifikasi yang resmi.
3. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan awal tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah
berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal
pelulusan dan tanggal kedaluwarsa bila ada.
Bahan Aktif
Ketertelusuran rantai pasokan dan risiko terkait hendaklah ditetapkan, mulai dari bahan awal
untuk pembuatan bahan aktif hingga produk jadi, dan hendaklah dinilai secara resmi dan diverifikasi
berkala.
Tindakan yang tepat hendaklah dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap mutu bahan
aktif. Catatan rantai pasokan dan ketertelusuran untuk setiap bahan aktif obat tradisional (termasuk
bahan awal untuk pembuatan bahan aktif) hendaklah tersedia dan disimpan oleh Industri Obat
Tradisional (IOT). Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan distributor bahan aktif obat
tradisional untuk memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara Pembuatan Bahan Aktif Obat
Tradisional yang Baik (CPBAOTB) dan peredaran obat tradisional. Pemegang izin pembuatan hendaklah
memverifikasi kepatuhan tersebut baik oleh dirinya sendiri maupun melalui entitas yang bertindak atas
namanya di bawah suatu kontrak. Audit hendaklah dilakukan dalam durasi waktu dan ruang lingkup yang
tepat untuk memastikan bahwa penilaian CPOTB yang lengkap dan jelas dilakukan; pertimbangan
hendaklah diberikan pada potensi kontaminasi silang dari bahan lain di lokasi. Laporan hendaklah
sepenuhnya mencerminkan apa yang telah dilakukan dan diamati saat audit dengan segala
ketidaksesuaian yang diidentifikasi dengan jelas. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan
hendaklah dilaksanakan. Audit lebih lanjut hendaklah dilakukan pada interval yang ditentukan
berdasarkan proses MRM untuk memastikan pemeliharaan standar dan penggunaan berkelanjutan dari
rantai pasokan yang disetujui.
06
cara penyimpanan dan pengiriman
Obat Tradisional yang baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan manajemen rantai
pemasokan obat tradisional yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-langkah yang tepat
untuk memenuhi tanggung jawab semua yang terlibat dalam kegiatan penyimpanan dan pengiriman
produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari pabrik
ke distributor.
PERSONALIA
• Semua personel yang terlibat dalam kegiatan penyimpanan dan pengiriman
hendaklah dilatih dan memenuhi semua persyaratan.
• Personel kunci yang terlibat dalam penyimpanan dan pengiriman produk
hendaklah memiliki kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan tanggung
jawab mereka untuk memastikan bahwa produk disimpan dan dikirimkan dengan
tepat.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
• Bagian gudang hendaklah termasuk dalam struktur organisasi IOT. Tanggung
jawab, wewenang dan hubungan timbal-balik semua personel hendaklah
ditunjukkan dengan jelas.
• Tiap personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk
menghindarkan risiko terhadap mutu produk.
• Hendaklah tersedia aturan untuk memastikan bahwa manajemen dan personel
tidak mempunyai konflik kepentingan dalam aspek komersial, politik, keuangan dan
tekanan lain yang dapat memengaruhi mutu pelayanan yang diberikan.
• Tanggung jawab dan wewenang tiap personel hendaklah didefinisikan secara jelas
dalam uraian tugas tertulis dan dipahami oleh personel terkait.
• Hendaklah tersedia prosedur keselamatan yang berkaitan dengan semua aspek
yang relevan, misal, keamanan personel dan sarana, perlindungan lingkungan dan
integritas produk.
MANAJEMEN MUTU
• Jika dilakukan transaksi secara elektronis, hendaklah tersedia sistem yang memadai dan
prosedur yang jelas untuk menjamin ketertelusuran dan kepastian mutu produk.
• Hendaklah tersedia prosedur pelulusan dan pendistribusian produk yang disetujui untuk
memastikan bahwa produk dijual dan didistribusikan hanya kepada distributor dan/atau
sarana yang berwenang.
• Hendaklah dibuat prosedur dan catatan tertulis untuk memastikan ketertelusuran distribusi
produk.
• Prosedur tetap harus tersedia untuk semua pekerjaan administratif dan teknis yang
dilakukan.
Area Penyimpanan
• Produk hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai
untuk mencegah kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi
silang.
• Area penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang
memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat
dan aman.
Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOTB yang mencakup antara lain:
a) personel dan higiene personel
b) bangunan-fasilitas termasuk sanitasinya dan fasilitas untuk personel
c) perawatan bangunan dan peralatan
d) penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi
e) peralatan dan sanitasinya
f) produksi dan pengawasan selama-proses
g) pengawasan mutu
h) Dokumentasi
i) program validasi dan revalidasi
j) kalibrasi alat atau sistem pengukuran
k) prosedur penarikan obat jadi
l) penanganan keluhan
m) pengawasan label
n) hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personel (-
personel) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri
yang berpengalaman dalam bidangnya
Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)
kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri.
• Produk yang ditarik hendaklah diberi identitas dan disimpan terpisah di area yang aman
sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Disposisi formal dari semua
bets yang ditarik hendaklah dibuat dan didokumentasikan
• Perkembangan proses penarikan hendaklah dicatat sampai selesai dan dibuat laporan
akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk/bets yang dikirim dan yang
dikembalikan.
10
DOKUMENTASI
• Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan
mencatat pemenuhan CPOTB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan
catatan/laporan. Pelaksanaan dokumentasi yang tepat hendaklah diterapkan
sesuai dengan jenis dokumen.
• Dokumen hendaklah bebas dari kesalahan dan tersedia secara tertulis. Istilah
'tertulis' berarti tercatat, atau terdokumentasi di media tempat data dapat
diberikan dalam bentuk yang mudah terbaca oleh manusia.
Dokumen Induk Industri Obat Tradisional (DIIOT) adalah dokumen yang menjelaskan
aktivitas terkait CPOTB.
Jenis instruksi (petunjuk, atau persyaratan)
a) Spesifikasi : menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan
yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk
mengevaluasi mutu produk.
b) Dokumen Produksi Induk, Formula Pembuatan, Prosedur Pengolahan, Prosedur
Pengemasan dan Instruksi Pengujian/Metode Analisis : menyajikan rincian semua
bahan awal, peralatan dan sistem komputerisasi (jika ada) yang akan digunakan dan
menjelaskan semua prosedur pengolahan, pengemasan, pengambilan sampel dan
pengujian
c) Prosedur (disebut juga Prosedur Tetap disingkat Protap): memberikan
petunjuk cara pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.
d) Protokol (kualifikasi, validasi, uji stabilitas, dll): memberikan instruksi untuk
melakukan dan mencatat kegiatan tertentu.
e) Perjanjian Teknis: disepakati antara pemberi kontrak dan penerima kontrak
untuk kegiatan alih daya
Jenis catatan/laporan:
a) Catatan: menyajikan bukti dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk membuktikan pematuhan
terhadap instruksi, misal kegiatan, kejadian, investigasi, dalam hal bets yang dibuat, merupakan
riwayat setiap bets produk, termasuk distribusinya. Catatan meliputi data mentah yang digunakan
untuk menghasilkan catatan lain. Untuk catatan elektronik yang mengatur pengguna hendaklah
ditentukan data mana yang akan digunakan sebagai data mentah. Paling tidak, semua data yang
menjadi dasar keputusan kualitas hendaklah didefinisikan sebagai data mentah.
b) Sertifikat Analisis: berisi ringkasan hasil pengujian sampel produk atau bahan termasuk evaluasi
untuk memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
c) Laporan: mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan tertentu, pelaksanaan proyek atau
penyelidikan tertentu, dilengkapi hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
Cara Dokumentasi yang Baik
• Pencatatan yang ditulis tangan
hendaklah jelas, terbaca dan
tidak mudah terhapus.
• Semua perubahan yang
dilakukan terhadap pencatatan
pada dokumen hendaklah
ditandatangani dan diberi
tanggal
Penyimpanan Dokumen
Catatan bets produk untuk uji
klinis harus disimpan paling
sedikit lima tahun setelah uji
klinis selesai atau penghentian
formal
11
KEGIATAN
ALIH DAYA
Prinsip
Bagi personal :
1. Dasar Hukum
2. Perizinan
3. Overview CPKB
4. Pengajuan Sertifikasi CPKB
1. Dasar Hukum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
No.1175 TAHUN 2010 TENTANG IZIN
PRODUKSI KOSMETIKA PERMENKES No. 63 TAHUN 2013 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
Pasal 5 : Masa berlaku 5 tahun KESEHATAN No. 1175 thn 2010
Pasal 6 : Penggolongan industri kosmetik
Pasal 7 : Kewajiban menerapkan CPKB Pasal 24 :
Pasal 24 : Masa peralihan 2 tahun sejak • Izin produksi sesuai Permenkes No. 236 thn 1977
diundangkan (20 Agustus 2010) berlaku sampai dg 31 Desember 2014 dengan syarat
mengajukan permohonan sebelum 31 Desember 2013
• Permohonan industri yang belum lengkap
(administrasi/denah) diberi tenggang waktu hingga 31
Desember 2014 dengan surat pernyataan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/MENKES/Per/VIII/2010 tentang
Notifikasi Kosmetika
• Pasal 5 : Kosmetika yang dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan CPKB
memenuhi persyaratan teknis
Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang
Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi
• Pasal 2 ayat 1 c : Kosmetika yang diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi
kriteria mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan
kosmetika yang digunakan sesuai dengan Kodeks Kosmetika Indonesia, standar lain
yang diakui, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.3870 Tahun 2003 tentang
Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
• Setiap produsen kosmetik dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatannya berpedoman
pada CPKB
• Produsen kosmetik yag telah menerapkan CPKB akan diberikan sertifikat sesuai
dengan bentuk sediaan yang dibuat
Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.42.06.10.4556 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Operasional Cara Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
2. Perizinan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/MENKES/Per/VIII/2010 tentang Izin Produksi
Kosmetika (Pasal 8)
Sesuai uraian diatas, ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur sistem
manajemen mutu (Quality Manajement System)
Mutu Dan Sistem Manajemen Mutu
Menurut ISO :
Mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk yang Menunjang kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan Yang dispesifikasikan atau ditetapkan.
Manajemen mutu adalah “Suatu tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran mutu yang direncanakan. Jadi sistem manajemen mutu adalah tatanan
yang menjamin kualitas input, proses dan output dari pelayanan/produksi’’.
Prinsip Manajemen Mutu
o fokus pada pelanggan
o Kepemimpinan
o pelibatan orang
o pendekatan proses
o Peningkatan
o bukti berdasarkan keputusan yang
dibuat
o manajemen relasi
Menurut Gasperz (2001) ISO 9001 dapat digambarkan ke dalam sebuah sistem manajemen mutu
yang dapat menginterpretasikan klasul klasul manajemen mutu ke dalam sebuah diagram dibawah
ini
Uraian Diagram
1) Pelanggan
Berdasarkan diagram pelanggan adalah orang yang memberikan sebuah gambaran yang harus
dikerjakan kontraktor. Gambaran dari konsumen inilah yang harus menjadi patokan untuk
proses dan mutu produk yang akan disajikan. Manajemen harus menjamin gambaran tersebut
mampu dicapai oleh organisasi, oleh karena itu kepuasan pelanggan merupakan titik
keberhasilan suatu organisasi.
4) Realisasi Produk
Realisasi produk dalam diagram ini meliputi proses penyajian produk untuk konsumen.
Produk yang dimaksud adalah bisa berupa jasa, perangkat, maupun proses yang nantinya
disesuaikan dengan gambaran mutu yang disepakati
Uraian Diagram
5) Pengukuran, Analisa, dan Perbaikan
a) Pengukuran yang dimaksud adalah sebuah aktivitas pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui ukuran dari kepuasan pelanggan, kinerja sistem, kesesuaian proses,
kesesuaian produk, pencapaian tujuan proyek, dll
b) Analisis Dari data data yang didapatkan dari pengukuran bisa di kumpulkan dan dianalisis
secara akurat sehingga dapat membantu mengetahui kinerja perusahaan dan membantu
pengambilan keputusan untuk langkah berikutnya, maupun hal hal yang harus di tingkatkan
atau diperbaiki.
c) Perbaikan Ketidaksesuaian pasti terjadi dalam setiap analisis yang dilakukan dengan tujuan
perusahaan, maka dari itu dibutuhkan tindakan perbaikan yang fungsinya untuk memastikan
kesesuaian produk, dan juga memperbaiki kinerja mutu perusahaan
10 Elemen/Klasul Klasul Penting Pada ISO 9001:2015
1. Scope
2. Normative references
3. Terms and definitions
4. Context of the organization
5. Leadership
6. Planning
7. Support
8. Operation
9. Performance evaluation
10. Improvement
1. Scope
Dalam klasul ke- 4 ini membahas tentang organisasi dan bagaimana cara
organisasi bisa menerapkan proses manajemen mutu dengan baik, dengan
memperhatikan :
Kepemimpinan Top Manajemen Level wajib memberikan bukti kepemimpinan dan komitmen untuk
pengembangan/pelaksanaan sistem manajemen mutu secara terus menerus dengan cara :
1. Memastikan kebijakan mutu dan sasaran mutu di tetapkan
2. Memastikan kebijakan mutu di sosialisakan/didokumentasikan, dipahami dan diiplementasikan
dalam setiap proses bisnis organisasi .
3. Memastikan integrasi persyaratan sistem manajemen didalam bisnis organisasi yang dianggap
sesuai dengan arah dan ruang lingkup organisasi.
4. Memastikan bahwa sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk implementasi sistem
manajemen tersedia.
5. Leadership (Kepemimpinan)
Kepuasan Pelanggan
Organisasi memonitor informasi ( informasi terdokumentasi, dll ) yang berkaitan dengan persepsi pelanggan
apakah organisasi telah memenuhi persyaratan pelanggan (prosedur survey kepuasan pelanggan biasa nya
dalam bentuk form).
Analisa dan evaluasi terkait dengan :
1. Kesesuaian produk dan jasa
2. Tingkat Kepuasan pelanggan
3. Kinerja dan efektivitas sistem manajemen
4. Efektifitas perencanaan
5. Efektifitas tindakan yang diambil untuk mengatasi resiko dan Peluang
6. Kinerja penyedia eksternal (suplier)
7. Perbaikan lain.
9. Performance Evaluation (Evaluasi Kinerja)
Audit Internal Organisasi wajib melakukan audit internal dalam schedule yang terencana
untuk menentukan apakah sistem manajemen sesuai dengan persyaratan kontrak dan
peraturan dengan persyaratan ISO 9001:2015 dan memastikan sistem manajemen telah
di terapkan secara efektif, efesien dan terpelihara.
Tinjauan manajemen dilakukan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
efektivitas yang mencakup penilian peluang, perbaikan dan kebetuhan untuk perubahan
pada sistem manajemen.
10. improvement (Peningkatan)
Klasul ini mensyaratkan agr sebuah perusahaan tidak merasa cepat puas, terus
mencari peluang, melakukan tindakan nyata untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
Peningkatan yang dimaksud berupa :
a. Peningkatan produk dan layangan dengan memperimbangkan apa yang
diinginkan pelanggan
b. Melakukan koreksi, pencegahan atau penurunan dampak yang tidak diinginkan
dari suatu resiko
c. Peningkatan kinerja dan efektifitas sistem manajemen mutu.
Langkah Implementasi & Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Tahap I. Persiapan
o Pembentukan Tim ISO 9001:2015 di organisasi
o Melakukan analisa kondisi awal ( gap Analisis )
o Menentukan ruang lingkup SMM ISO 9001:2015 yang akan di terapkan (Manual Mutu atau Company
profile)
o Pelatihan Pemahaman SMM ISO 9001:2015 ke seluruh karyawan
o Pelatihan Pembuatan Dokumen Langkah Implementasi & Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2015 .
1. Pemantauan dan pengukuran peralatan kalibrasi 10. Perubahan ketentuan dalam produksi/jasa
2. Pelatihan, keterampilan, pengalaman dan kualifikasi 11. Kesesuaian produk/jasa dengan kriteria penerimaan
4. Hasil tinjauan desain dan penegmbangan 13. Pemantauan dan pengukuran hasil
9. Property pelanggan
Tahap III. Audit Internal
Proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan
mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi.
Audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh
mana kriteria audit dipenuhi
Tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan sebagai
dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau perubahan.
Manfaat pemberian sertifikat halal adalah untuk melindungi konsumen muslim terhadap
produk makanan dan minuman yang tidak halal, memberikan rasa aman dan nyaman
bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk makanan dan minuman, karena tidak ada
keraguan lagi bahwa produk tersebut terindikasi dari hal-hal yang diharamkan (BSN,
2016).
Yang mengeluarkan dan mengawasi Sertifikasi Halal :
Pra-Syarat ISI
• Kebijakan Halal • Bahan
• Tim Manajemen Halal • Produk
• Pelatihan & Edukasi • Fasilitas Produksi
Prosedur Evaluasi
• Prosedur tertulis untuk aktifitas kritis • Audit internal
• Kemampuan telusur • Kaji ulang manajemen
• Penanganan produk yang tidak
memenuhi kriteria
1. Kebijakan Halal
Kebijakan halal: Komitmen tertulis untuk menghasilkan produk halal
secara konsisten, sesuai dengan proses
c. Bukti diseminasi kebijakan halal harus dipelihara → harus tersedia saat audit
• Contoh: daftar hadir pelatihan, notulen briefing karyawan, pemasangan poster, banner, buku
saku, daftar email, dll
2. Tim Manajemen Halal
Sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan,
implementasi, evaluasi dan perbaikan
KATEGORI PELATIHAN:
Pelatihan eksternal: pelatihan • Pelatihan eksternal harus diikuti
HAS 23000 yang diselenggarakan oleh salah satu timmanajemen halal
oleh atau atas nama LPPOM MUI setidaknya sekali dalam dua tahun
• ICH adalah organisasi yang terbentuk berawal dari pertemuan untuk selalu melakukan
perbaikan terhadap produk-produk farmasi bagi penggunanya. Pertemuan diinisiasi
dari belahan Eropa, mempertemukan tiga kelompok besar (triparti), yaitu dari pihak
Regulatory, kemudian dari pihak asosiasi Industri, dan pihak yang dianggap sebagai
Expert atau tenaga ahli baik dari kalangan praktisi maupun akademisi. ICH
menerbitkan dokumen-dokumen guideline.
• Dokumen guideline yang dikelompokkan dengan kode Q untuk Quality Guideline, kode
E untuk Efficacy Guideline, kode S untuk Safety, dan kode M untuk Multidisciplinary
Guideline.
Tujuan stabilitas obat adalah
• Revisi II (2003) →Tujuan dari revisi ini adalah untuk menyelaraskan kondisi penyimpanan
antara untuk zona I dan II dengan kondisi jangka panjang untuk zona III dan IV yang
direkomendasikan dalam panduan ICH Paket Data Stabilitas Q1F untuk Aplikasi Pendaftaran
di Zona Iklim III dan IV.
• Indonesia termasuk kedalam Zona IV (benua Asia)
1. Uji jangka panjang → 30°C ± 2°C/ 65% RH ± 5% RH selama 12 bulan
2. Uji dipercepat → 40°C ± 2°C/ 75% RH ± 5% RH selama 6 bulan
• Perubahan bermakna pada uji dipercepat:
✓ Kehilangan 5% potensi dari kadar awal suatu bets
✓ Bila hasil urai > nilai batas spesifikasi
✓ Produk melewati batas pHnya
✓ Disolusi melewati batas spesifikasi untuk 12 tablet/kapsul
✓ Gagal memenuhi spesifikasi penampilan dan sifat-sifat fisika seperti : warna, pemisahan fasa,
resuspensibilitas, penghantaran per aktuasi, caking, pengerasan dsb
Kondisi Penyimpanan BAF dan Sediaan Obat
(a) Refrigerator (b) Freezer (c) Dibawah -20°C (d)
a.
b.
c.
d.
Q1B
PHOTOSTABILITY TESTING OF NEW DRUG SUBSTANCES A N D PRODUCTS
PENGUJIAN
• Bahan aktif :2 fase yaitu degradasi stress dan uji konfirmasi
• Sediaan farmasi :produk diekspose penuh, produk dalam kemasan primer, produk dalam
kemasan dipasarkan
Q1B
PHOTOSTABILITY TESTING OF NEW DRUG SUBSTANCES A N D PRODUCTS
SUMBE R C A H A Y A
• D65 (outdoor datlight) / ID63 ( Indoor indirect daylight) : emisi standar (lampu
fluorescensi buatan daylight, kombinasi uv dan visible) xenon ataulampu metal
(halida) dengan filter glass: 320 nm
• Ekspose terhadap kedua lampu: lampu fluorescence putih dan fluorescence uv
dekat dari 320-400 nm, energi maks 350-370 nm dan output = 320-360 nm
dan pada360-400 nm
Q1C
Uji Stabilitas untuk bentuk sediaan baru
• Bentuk sedian baru adalah Produk farmasi yang berbeda jenis tetapi memiliki
zat aktif yang sama yang seperti yang sudah termasuk dalam produk yang
sudah disetujui oleh otoritas regulasi terkait.
• Jenis produk farmasi tersebut yang mencakup produk dengan rute pemberian
yang berbeda (misalnya oral ke parenteral) dan bentuk sediaan yang berbeda
dari rute pemberrian yang sama misalnya ( kapsul menjadi tablet) dll.
• Protokol stabilitas untuk bentuk sediaan baru harus mengikuti panduan dari
induknya pedoman stabilitas pada prinsipnya (misalnya: 6 bulan dipercepat 6
bulan data jangka panjang dari studi yang sedang berlangsung)
Q5C
STABILITAS PRODUK BIOTEKNOLOGI / BIOLOGIS
Intermediates
Drug Product (Final Container
Product)
Sample Selection
Pemohon harus menentukan bahwa zat Pemohon harus memperbaiki periode pengujian
aktif tersebut sesuai dengan monografi ulang berdasarkan hasil pengujian jangka
farmakope sebelum pembuatan produk panjang, mempertimbangkan hasil pengujian
jadi. Dalam hal ini tidak diperlukan studi yang dipercepat atau, jika ada, kondisi
stabilitas dengan syarat kesesuaian penyimpanan menengah (intermediet) menjadi
monografi farmakope telah dibuktikan. pertimbangan.
Dalam produk obat herbal, zat aktif tersebut termasuk obat herbal dan bahan
obat herbal. Obat herbal yang digunakan sebagai bahan awal dalam proses
pembuatan obat herbal harus memenuhi spesifikasi sebelum digunakan
(mis.Sebelum ekstraksi).
Stres Testing
(Uji Ketahanan) Pemilihan Batch
Dilakukan biasanya setiap 3 bulan pada termasuk titik awal dan akhir waktu
tahun pertama, setiap 6 bulan pada tahun percobaan (misalnya 0,3, dan 6 bulan.
kedua, dan setiap tahunnya pada periode Jika terdapat hasil pengujian yang
Tujuan uji stabilitas adalah untuk melihat Kondisi penyimpanan (suhu, cahaya,
stabilitas produk berdasarkan pengujian kelembaban) yang ditunjukkan harus
minimal 3 batch dan mengevaluasi mengacu pada Pedoman Deklarasi
pengaruh fisik, kimia dan mikrobiologi. Kondisi Penyimpanan Produk Obat di
Jika data stabilitas yang digunakan tidak Particulars Produk dan Active
layak maka perlu dilakukan pengujian Substances (CPMP / QWP / 609/96).
ulang dalam jangka waktu lebih panjang Penggunaan istilah-istilah seperti
untuk memastikan stabilitasnya. “kondisi sekitar” atau “suhu kamar”
tidak dapat diterima.
PRODUK JADI
Pengujian stabilitas produk jadi harus didasarkan pada pengetahuan tentangsifat-sifat zat
aktif dan bentuk sediaan
a. Pengujian photostability
Pengujian photostability harus dilakukan setidaknya satu batch utama dari produk
jadi.
b. Pemilihan batch
- Untuk bentuk sediaan konvensional (bentuk sediaan padat release
immediate/segera) dan ketika zat aktif stabil, pengujian stabilitas setidaknya dua
batch skala pilot dapat diterima.
- Untuk bentuk sediaan kritis atau ketika zat aktif tidak stabil, dilakuka pengujian
stabilitas pada tiga batch utama. Dua dari tiga batch sekurang-kurangnya skala
pilot, batch ketiga mungkin lebih kecil.
c. Spesifikasi
Pengujian stabilitas harus mencakup pengujian fisika, kimia, biologi,dan
mikrobiologi terhadap produk jadi yang rentan terhadap perubahan selama
penyimpanan.
Lanjutan...
d. Testing frequency
- Pengujian stabilitas jangka panjang. Dilakukan pada kondisi penyimpanan dan biasanya setiap 3 bulan pada tahun
pertama, setiap 6 bulan pada tahun kedua.
- Pengujian stabilitas dipercepat. Dilakukan pada 3 poin percobaan, termasuk titik awal dan akhir waktu percobaan
(misalnya 0, 3, dan 6 bulan. Jika terdapat hasil pengujian yang mengalami perubahan secara signifikan maka
dilakukan peningkatan pengujian denganmenambahkan sampel pada titik waktu akhir atau dengan memasukkan titik
waktu keempat dalam percobaan.
- Pengujian stabilitas intermediet. Dilakukan apabila terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi penyimpanan
dipercepat. Dilakuakn minimalempat titik waktu, termasuk titik-titik waktu awal dan akhir (misalnya, 0,6, 9, 12 bulan).
e. Kondisi penyimpanan
- Kondisi Simpan Umum, produk jadi harus dievaluasi dalam kondisi penyimpanan (dengan toleransi yang sesuai)
yang menguji stabilitas terhadap suhu dan sensitivitas terhadap kelembaban atau potensi kehilangan pelarut.
- Kondisi Simpan Produk Jadi dalam Wadah Impermeable (Wadah Kedap), Sensitivitas produk jadi terhadap
kelembaban atau potensi kehilangan pelarut bukan suatu masalah untuk produk jadi yang dikemas dalam
wadahkedap. Sehingga pengujian untuk produk yang disimpan dalam wadahkedap dapat dilakukan di bawah kondisi
kelembaban yang terkendali.
- Kondisi Simpan Produk Jadi dalam Wadah Semi-Permeabel, pengujian ini dapat dilakukan dalam kondisi
kelembaban relatif rendah.
- Kondisi simpan produk jadi dibawah -20 ° C diperlakukan berdasarkan kemasannya
f. Evaluasi g. Pelabelan
minimal 2 atau 3 batch produk jadi, masa mengacu pada Pedoman Deklarasi
berlaku untuk semua batch masa depan diParticulars Produk dan Active