PRODUKSI
Suplier Gudang
penyimpanan
(a)
(b)
Gambar 2. Label diluluskan (a) dan lebel ditolak (b) (BPOM, 2010).
Bahan awal yang telah dinyatakan lulus disimpan pada gudang. Penandaan pada
bahan yang telah diluluskan berupa label berwarna hijau. Pada label tersebut berisikan
tulisan “DILULUSKAN” dan berisi identitas bahan yaitu, nomor kode produk, nomor
bets, jumlah produk, tanggal penerimaan bahan awal, nama pemasok, tanggal kedaluwarsa
bahan (bila ada) dan paraf penerima. Bahan awal yang ditolak diberikan label berwarna
merah dengan tulisan “DITOLAK” dan diikuti proses administrasi yaitu pengurangan dari
stok bahan apabila bahan tersebut sudah tercatat dalam stok. Kemudian bahan awal yang
ditolak dipindahkan ke area khusus untuk diproses lebih lanjut berupa pengembalian ke
pemasok ataupemusnahan bahan. POB untuk proses penolakan harus tersedia dan
dipahami olehbagian yang terkait. Keputusan penolakan dilakukan olehBagian
Pengawasan Mutu.Bahan tersebut ditolah dapat disebabkan karena tidak memenuhi
spesifikasi, tidak sesuai dengan pesanan, bocor, kotor atau tercemar dan kedaluwarsa
(BPOM, 2010).
IPC : Homogenitas
Pencampuran campuran
Pencetakan
dan wadah yang sesuai dengan bentuk dari masing-masing bahan. Proses penimbangan
harus dilakukan oleh personil yang terlatih dan berkompeten serta diberi tugas untuk
melakukan penimbangan. Dalam melakukan penimbangan harus dilakukan oleh minimal
dua orang personil, untuk memastikan kebenaran serta ketepatan identitas dan jumlah
bahan.Semua hasil penimbangan harus dicatat sebagai dokumentasi.Setelah semua bahan
baku ditimbang dilakukan proses peleburan basis lipstik (candelilla wax, carnauba wax,
ozokerit dan lanolin anhidrat) pada suhu 86°C. Kemudian dilakukan pencampuran bahan-
bahan lainnyadengan menggunakan alat GOLDSTPK Lipstick Mixing Machinedengan
kapasitas 15 L. Dalam alat tersebut dilengkapi alat pengaduk dan pemanasan. Parameter
yang perlu diperhatikan dalam proses pencampuran adalah homogenitas dari semua bahan.
Setelah semua bahan tercampur secara homogen, dilanjutkan dengan proses pewarnaan.
Dalam proses pewarnaan dipastikan warna telah terdispersi secara merata. Apabila semua
proses produksi tersebut telah selesai, produk ruahan yang diperoleh di evaluasi. Uji
evaluasi yang dilakukan meliputi pengujian titik leleh menggunakan Melting Point Meter
Digital seri WRS-100, uji homogenitas, uji kekerasan menggunakan Tensile Strength
Tester Ut-2060, uji keseragaman bobot lipstik menggunakan Sartorius sercura 225D-1
semi microbalance, uji pH menggunakan pH controller PHCN-961, uji oles, dan uji
cemaran mikroba. Produk ruahan yang diperoleh dicetak dengan menggunakan alat Nozzle
Lipstick Machine Seri ZH-C.
Produk ruahan
Pengemasan sekunder dan
pelabelan
Pengemasan tersier
Produk jadi
Karantina produk
jadi
Gudang produk
jadi
Gambar 5. Alur Proses Pelabelan dan Pengemasan
Sebelum proses pengemasan dipastikan peralatan/mesin pengemasan harus dalam
keadaan baik dan bersih, ditandai dengan adanya label bersih.Mesin yang digunakan dalam
pengemasan lipstick adalah Cartoner CVC 1600 Machine.Dari gambar diatas dapat dilihat
produk ruahan yang telah diperoleh dikemas dengan pengemas primer. Kemasan primer
untuk produk lipstik ini berupa tabung roll plastik dengan kapasitas sediaan 5 gram.
Setelah proses pengemasan primer diperhatikan pelabelan yang ada pada kemasan (merk,
produsen, netto, nomer batch) agar tidak luntur atau terkelupas serta dicek kerusakan
kemasan.Selanjutnya kemasan primer dimasukkan ke kemasan sekunder.Dalam kemasan
sekunder terdapat logo produk, merk, produsen, netto, komposisi, nomor notifikasi nomor
batch, tanggal kadaluarsa, layanan konsumen. Setelah proses pengemasan sekunder
diperhatikan pelabelan apakah luntur, tidak terbaca, lem terkelupas, atau pemasangan
miring dan dicek kerusakan kemasan sekunder. Selanjutnya dilakukan pengemasan tersier.
Setelah proses pengemasan selesai akan diperoleh produk jadi. Kemudian produk jadi
diujii oleh bagian pengawasan mutu, untuk mengetahui produk tersebut apakah telah boleh
release atau reject. Baik produk yang telah boleh release atau reject masing-masing diberi
label dengan jelas. Bila produk tidak lulus uji, harus segera diberi tanda sebagai produk
ditolak dan dipisahkan secara fisik untuk ditindaklanjuti. Bila produk lulus uji atau boleh
release, maka produk disimpan di gudang produk jadi. Selain produk yang telah boleh
release atau reject terdapat juga produk pertinggal yang akandigunakian untuk uji stabilitas
(BPOM, 2010).
Daftar Pustaka
BPOM. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : Hk.00.05.4.3870. Jakarta: BPOM.
BPOM. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
IndonesiaNomor: HK. 03.42.06.10.4556. Jakarta: BPOM.
BPOM. 2012. Pedoman Cara Berlaboratorium yang Baik. Jakarta: BPOM.
Depkes RI. 2012. Kodeks Kosmetika Indonesia. Edisi II, Volume III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.