Anda di halaman 1dari 5

Vincentius Adven Brilian

19/443933/TK/49129 (Kelas A)
UTS Take Home Pemodelan Sistem dan Komputasi
Aliran Udara di Sekitar Bola Rugby

A. Import Geometry
Pada ANSYS Workbench R19, untuk menyimulasikan kasus aliran eksternal melintasi
bola rugby, gunakan toolbox “Fluid Flow (Fluent)” dengan cara men-drag-nya ke bagian
project schematic, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1(a). Kemudian, klik kanan pada tab
“Geometry” dan pilih opsi “Import Geometry”, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1(b)
untuk mengimpor geometri bola rugby dari external source, misalnya software CAD.

Gambar 1.(a) Pemilihan Toolbox;(b) Memilih Opsi Import Geometry.

Setelah mengimpor geometri, klik “Edit in DesignModeler” kemudian buat frozen body
domain simulasi yang konsentris dengan sumbu memanjang bola rugby dengan ukuran
penampang 0,8 m x 0,8 m dan panjang domain di depan bola 0,3 m dan panjang domain di
belakang bola 1,5 m. Lalu, buat frozen body BOI (body of influence) dengan ukuran penampang
0,4 m x 0,4 m yang menjadi sarana untuk membuat meshing yang lebih detail di sekitar bola.
Kemudian, digunakan boolean untuk men-subtract domain bola rugby dari domain simulasi
dan BOI sehingga diperoleh domain simulasi berupa daerah aliran fluida di sekitar bola rugby.

Gambar 2. Domain Simulasi.


B. Membuat Meshing
Setelah pembuatan geometri selesai, dilakukan pembuatan mesh. Kali ini, peningkatan
kualitas mesh dilakukan melalui penggunaan dua metode: patch conforming method dan sizing.
Untuk patch conforming method, dipilih body domain simulasi dengan metode tetrahedron
dengan algoritma patch conforming. Sedangkan, untuk metode sizing, digunakan 1 body sizing
dan 1 face sizing. Body sizing digunakan untuk memanfaatkan teknik body of influence (BOI)
dengan element size 20 mm. Sedangkan, face sizing digunakan pada keenam face domain
simulasi untuk mengecilkan element size menjadi 20 mm. Hasil meshing ditampilkan pada
Gambar 3. Nilai kualitas mesh berdasarkan minimum orthogonal quality dan maximum
skewness masing-masing adalah 0,1537 dan 0,862. Berdasarkan ANSYS Guideline, kualitas
mesh tersebut tergolong “acceptable”.

Gambar 3. Pengunaan Patch Conforming Method, Body Sizing, dan Face Sizing.

Selanjutnya, setiap face pada domain analisis diberi penamaan dengan cara mengklik
kanan pada masing-masing face dan memilih opsi “Create Named Selection”. Bagian masuk
dan keluarnya aliran udara masing-masing diberi nama “Inlet” dan “Outlet”. Bidang samping
kanan dan kiri masing-masing diberi nama “Side Right” dan “Side Left”. Sedangkan, bidang
atas dan bawah masing-masing diberi nama “Top” dan “Bottom”.
C. Mengatur Setup
Setelah dilakukan update mesh, langkah selanjutnya adalah mengklik kanan “Setup”
lalu pilih “Edit”. Kemudian, masukkan pengaturan “Fluent Launcher” dengan memilih opsi
“Double Precision” untuk tingkat keakuratan komputasi yang lebih tinggi serta memilih
“Parallel (Local Machine) Solver” dengan 4 prosesor. Setelah memasuki tampilan setup, pada
bagian “General”, pilih solver berjenis “Pressure-Based” dan “Steady. Kemudian, pada bagian
“Models”, pilih jenis “Viscous Model” yaitu “SST k-omega” yang sesuai untuk kasus aliran
turbulen pada aliran eksternal melintasi suatu objek, seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaturan Models.

Pada kasus ini, fluida yang mengalir melintasi mobil adalah udara. Sehingga, pada
bagian “Cell Zone Conditions”, perlu dipastikan bahwa domain simulasi ditetapkan sebagai
“fluid” dengan material udara (air). Langkah selanjutnya adalah mengatur syarat batas atau
boundary condition, seperti pada Gambar 5. Domain inlet yang merupakan saluran masuk
fluida, ditetapkan sebagai “velocity-outlet” dengan velocity magnitude 20 m/s. Sedangkan,
domain outlet yang merupakan saluran keluar fluida, ditetapkan sebagai “pressure-outlet”.
Untuk mengevaluasi drag coefficient, dibuat reference values menurut persamaan drag force
dengan massa jenis udara sebesar 1,225 kg/m3, kecepatan aliran udara sebesar 20 m/s, dan luas
area frontal bola rugby sebesar 0,2438 m2.

Gambar 5. Penetapan Boundary Condition Velocity Inlet dan Pressure Outlet.


D. Komputasi Solution
Selanjutnya, pada bagian “Methods”, dipilih skema “SIMPLE” yang merupakan
metode paling sederhana sehingga meringankan komputasi. Kemudian, ditetapkan “Second
Order Upwind untuk meningkatkan akurasi solusi. Selanjutnya, pada bagian “Report
Definition”, ditambahkan report definition berupa variabel “force”  “drag”  “drag
coefficient” pada domain ball. Dengan demikian, ketika proses komputasi, ANSYS akan
langsung melaporkan hasil komputasi drag coefficient pada permukaan bola setiap kali iterasi.
Kemudian, pada bagian “Initialization”, dipilih opsi “Standard Initialization” dengan compute
from “inlet”. Terakhir, pada bagian “Run Calculation”, diatur jumlah iterasi sebanyak 250 kali.

Gambar 6. (a) Standard Solution Initialization; (b) Mulai Komputasi.

Setelah tombol “Calculate” diklik, maka proses komputasi akan dimulai. Berdasarkan
Gambar 7, residual tidak mengalami osilasi sehingga telah diperoleh kestabilan yang baik
selama proses komputasi. Dicapai solusi konvergen pada iterasi ke-71 dan grafik drag force
sudah stabil sejak iterasi ke-30. Sehingga, kondisi telah mencapai keadaan steady-state.

Gambar 7. Grafik Residual (Kiri) dan Drag Force (Kanan) Sepanjang Proses Iterasi.
E. Analisis Results
Setelah proses komputasi selesai, pada bagian “Report Definition”, dilakukan
komputasi nilai drag coefficient dan drag force pada permukaan bola, diperoleh nilai drag
coefficient sebesar 0,095 dan drag force sebesar 5,67 N pada kecepatan aliran udara 20 m/s.
Validasi dari komputasi ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan kembali nilai variabel
hasil komputasi numerik ke persamaan analitik yang juga menghasilkan nilai yang sama.
Setelah proses komputasi selesai, selanjutnya pada Project Workflow bagian “Results”,
terdapat tiga parameter yang akan dievaluasi, yaitu distribusi tekanan dan kecepatan serta pola
aliran udara di sekitar bola pada bidang simetri di bagian tengah domain aliran. Hasil visualisasi
distribusi tekanan ditampilkan pada Gambar 8, di mana terdapat daerah tekanan tinggi pada
bagian depan bola yang berkontribusi dalam memberikan efek drag pada bola.

Gambar 8. Visualisasi Distribusi Tekanan.

Selanjutnya, hasil visualisasi distribusi kecepatan dan pola aliran ditampilkan pada
Gambar 9, di mana terdapat kecepatan aliran tinggi pada bagian atas dan bawah bola.
Sedangkan, kecepatan aliran paling rendah berada tepat di belakang bola. Sementara itu,
kecepatan aliran sedang berada tepat di depan bola dan di daerah belakang yang lebih jauh.
Selain itu, berdasarkan visualisasi pola aliran, terdapat resirkulasi aliran udara di bagian
belakang bola yang berkontribusi pada pembentukan daerah tekanan rendah di belakang bola.

Gambar 9. Komputasi Nilai Drag Coefficient.

Anda mungkin juga menyukai