SOFTWARE PIPESIM
(GAS LIFT DESIGN)
243
244
4. Klik Setup, lalu pilih Black Oil dan input Data Reservoir yang
diperlukan ke dalam Stock Tank Properties dan pastikan kolom yang
bertanda merah terisi. Berikut tampilan page-nya.
5. Double klik pada Vertical Well maka akan muncul page seperti di
bawah ini. Kemudian input Reservoir Data dan ganti IPR Model dengan
Vogel’s Equation dan setelah itu input kolom yang bertanda merah
(kolom AOFP). Apabila data AOFP tidak tersedia, maka input data pada
Calculate Abs. Open Hole Potential kemudian klik Calculate AOFP
maka kolom AOFP akan terisi secara otomatis.
Dari grafik inflow dan outflow tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada
perpotongan antara kurva Inflow dan Outflow sehingga tidak ada laju produksi yang
251
terjadi. Untuk itu dilakukan desain artificial lift agar terjadi perpotongan kurva dan
memiliki harga laju produksi yang diinginkan.
5. Klik Perform Design pada layar Gas lift Design sehingga akan
mendapatkan kembali summary
256
2. Setelah itu pada layar Nodal Analysis klik Run Model. Kemudian kita
dapatkan grafik IPR antara Inflow dan Outflow yang berpotongan. Cari
titik potongnya dan kita dapatkan Qopt.
Gambar 9.22. Tampilan Perpotongan Kurva IPR Berbagai Flow Rate Injeksi
Saat Diperbesar
258
9.3. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini ialah melakukan simulasi produksi pada suatu sumur
directional/miring dengan menggunakan software Pipesim. Simulasi dilakukan
dengan tujuan mengetahui bagaimana kemampuan produksi suatu formasi. Analisis
berupa perencanaan produksi pengangkatan buatan dengan Gas Lift.
Data lapangan yang diperoleh dari sumur directional SPA-10 pada lapisan
BRF yang mempunyai harga watercut sebesar 80 %. Minyak yang terproduksi
memiliki °API sebesar 36,154 °API sehingga tergolong sebagai minyak ringan.
Besarnya GOR pada sumur ini adalah 1111,111 scf/bbl, dengan temperatur bottom
hole 266,24 °F. Setelah diproduksikan beberapa periode tertentu sumur tidak dapat
memproduksikan minyak hingga permukaan. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisa
nodal pada kurva natural flow terlihat bahwa sumur tidak dapat diproduksikan
secara natural flow lagi, karena terlihat dari kurva IPR dan tubing intake yang tidak
berpotongan sehingga diperlukan suatu metode artificial lift untuk dapat
memprodukiskan fluida kepermukaan.
Pada simulasi, desain parameter yang digunakan antara lain: Pinjeksi = 510 psi,
Ptubing = 90 psi, dan Qinjeksi gas = 1 MMSCF/D. Qinjeksi merupakan asumsi awal untuk
mengetahui seberapa besar laju alir dari fluida dengan menginjeksikan 1
MMSCF/D. Mulanya kurva IPR tidak berpotongan dengan tubing intake, tapi
setelah dilakukan desain gas lift dan disimulasikan ke dalam profil sumur, kurva
antara IPR dan Tubing Performance menjadi saling berpotongan pada Q sebesar
277 STB/D yang merupakan laju produksi yang diperoleh setelah dilakukan Gas
Lift dengan flow rate injeksi sebesar 1 MMSCD. Setelah dilakukan analisa
sensitivitas terhadap harga Q injeksi dengan berbagai harga maka didapatkan Q
injeksi optimum sebesar 2,5 MMSCD dan harga perpotongan kurva IPR dengan
tubing intake menghasilkan Q sebesar 308,9 STB/D. Pada akhir simulasi, diperoleh
hasil desain gas lift dengan 5 buah unloading valve dan 1 buah operating valve.
Untuk operating valve berada pada kedalaman 3744,5 ft. Point of Injection (POI)
dilakukan pada kedalaman 5349,19 ft dengan tekanan tubing 570,88 psi.
Setelah kita mendapatkan bentuk desain dari gas lift sumur tersebut,
selanjutnya kita membuat grafik profil Pressure/Temperature, sehingga didapat
260
grafik Pressure vs Elevasi. Setelah diinjeksikan dengan gas sebesar 2,5 mscfd, dari
grafik tersebut terlihat bahwa pada kedalaman 5349,19 ft fluida memiliki tekanan
tekanan 576,822 psi. Kami mempertimbangkan bahwa dengan injeksi gas sebesar
2,5 mscfd lebih baik digunakan jika dibandingkan dengan 2 mmscfd ataupun 3
mmscfd, hal ini karena q produksi yang didapatkan lebih besar pada saat Qinjeksi
sebesar 576,833 psi. Jadi faktor keekonomisan dilihat dari sisi ketersediaan gas
injeksi di lapangan dikorelasikan dengan perolehan minyak. Hingga akhirnya fluida
formasi bersama gas injeksi dapat mencapai ke permukaan, dan design gas lift
untuk sumur ini dapat dikatakan berhasil.
261
9.4. KESIMPULAN
1. Kurva IPR awal tidak berpotongan yang menandakan bahwa tidak terjadi aliran
sampai ke permukaan sehingga harus dilakukan installasi gas lift sehingga
terjadi penyimpangan antara outflow dan inflow.
2. Dari desain gas lift yang telah dilakukan didapatkan Rate optimum injeksi gas
sebesar 2,5 mmscf/d.
3. Q injeksi yang lebih baik yaitu 2,5 mmscfd dibanding 1,5 mscfd ataupun 3
mmscfd, karena perolehan minyak tidak cukup besar, yaitu hanya 4 stb/d
4. Dari besarnya rate gas injeksi yang digunakan, maka didapatkan besarnya rate
produksi pada sumur SPA-10 sebesar 310 STB/D.
5. Banyaknya Unloading valve yang digunakan pada sumur ada 5 buah.
Sedangkan kedalaman operating valve terdapat pada kedalaman 3744,5 ft.
6. Aplikasi lapangan dari simulasi Pipesim ini adalah untuk optimasi Artificial Lift
metode Gas Lift, dan pemilihan Tubing dalam proses produksi.