Anda di halaman 1dari 51

ANALISA PUSHOVER

Menggunakan SAP2000

Muhammad Khilmi Aziz


10111710013048

REKAYASA BANGUNAN GEDUNG TINGGI


DATA BANGUNAN

1. Fungsi bangunan = Rumah sakit


2. Lokasi = Surabaya
3. Jarak antar kolom =6m
4. Tinggi kolom =4m
5. Tebal plat = 150 mm
6. Dimensi balok = 500 mm x 700 mm
7. Dimensi kolom = 800 mm x 800 mm
8. Mutu bahan
1. Baja tulangan lentur, fy = 400 MPa
2. Baja tulangan geser, fy = 400 MpaBeton fc’ (Mpa)= 35 MPa
DATA TANAH
LANGKAH-LANGKAH

1. Bukalah program SAP2000 V14


dengan cara klik Start Menu > All
Program > Computer and Structure >
Sap 2000
2. Maka akan muncul tampilan utama dari SAP2000 20 sebagai berikut
3. Lalu klik File – New Model, maka akan muncul kotak dialog seperti di
bawah ini
4. Pilih Grid Only, maka akan tampil
seperti gambar di bawah ini. Setelah
itu masukkan
• jumlah nilai x, y, dan z pada
Number of Grid Lines . Number of
Grid Lines menunjukkan jumlah
joint tinjauan sb.x. sedangkan Grid
Spacing merupakan jarak
antarjoint
5. Bila data telah diisi, klik OK maka akan muncul grid sebagai
berikut :
6. Menentukan ukuran bangunan yang akan direncanakan dengan
cara Define > Coordinate System/Grids > Modify/Show System >
OK
7. Mendefinisikan jenis bahan dengan cara Define >
Materials
8. Pilih new material lalu
isi material property data
sesuai yang direncanakan
PENGISIAN MATERIAL PROPERTIES

• Beton:
a. Beri nama bahan (fc’= 35 Mpa)
b. Material type pilih Concrete
c. Pada isian Weight per unit volume isikaan 2400 dalam Kgf, m, C (berat jenis
beton)
d. Pada isisan Modulus of elasticity isikan 27805.575 dalam satuan N, mm, C (E =
4700√35 Mpa)
e. Pada poisson ratio isikan 0,3
f. Coeff of thermal Expansion isikan default dari SAP2000.
g. Pada fc’ isikan 35 dalam satuan N, mm, C
• Tulangan utama :
a. Beri nama bahan (misal : T. Lentur)
b. Material type pilih Rebar
c. Pada isian Weight per unit volume isikan 7850 dalam satuan kg, m, C (berat
jenis baja)
d. Pada isian Modulus of elasticity isikan 200000 dalam satuan N, mm, C
e. Pada poisson ratio isikan 0,3
f. Coeff of Thermal Expansion isikan default dari SAP2000
g. Pada fy isikan 400 dalam satuan N, mm, C
h. Pada fu isikan 600 dalam satuan N, mm, C (1,5fy)
i. Pada fye isikan 440 dalam satuan N, mm, C (1,1fy)
j. Pada fue isikan 660 dalam satuan N, m, C (1,5fye)
• Tulangan sengkang :
a. Beri nama bahan (misal : T. Sengkang)
b. Material type pilih Rebar
c. Pada isian Weight per unit volume isikan 7850 dalam satuan kg, m, C (berat
jenis baja)
d. Pada isian Modulus of elasticity isikan 200000 dalam satuan N, mm, C
e. Pada poisson ratio isikan 0,3
f. Coeff of Thermal Expansion isikan default dari SAP2000
g. Pada fy isikan 240 dalam satuan N, mm, C
h. Pada fu isikan 360 dalam satuan N, mm, C (1,5fy)
i. Pada fye isikan 264 dalam satuan N, mm, C (1,1fy)
j. Pada fue isikan 296 dalam satuan N, mm, C (1,5fye)
9. Kemudian mendefinisikan penampang elemen struktur
dengan cara pilih Define > Section Properties > Frame Section >
Add New Property
10. Pada frame section property type pilih concrete Klik tombol
rectangular
11. Mengisi Rectangular Section sesuai yang direncanakan
CONTOH PENGISIAN RECTANGULAR SECTION

a. Beri nama penampang (misal : K1 800 X 800)


b. Pilih material “fc’= 35 MPa”
c. Pada isian Dept (t3) = 800 mm (tinggi) dan Width (t2) = 800 mm (lebar)
d. Klik Concrete Reinforcement.
e. Longitudinal bars untuk tulangan utama dan Confiementbars (ties) untuk
tulangan geser
f. Column (P-M2-M3 Design) untuk penamapang kolom dan Beam (M3 Design
only) untuk penampang balok
g. Pada bagian Check/Design pastikan terpilih Reinforcement to be Design, lalu
klik OK
• Balok
a. Beri nama penampang (misal : B1 500 X 700)
b. Pilih material “fc’= 35 MPa”
c. Pada isian Dept (t3) = 700 mm (tinggi) dan Width (t2) = 500 mm (lebar)
d. Klik Concrete Reinforcement.
e. Longitudinal bars untuk tulangan utama dan Confiementbars (ties) untuk
tulangan geser
f. Column (P-M2-M3 Design) untuk penampang kolom dan Beam (M3 Design only)
untuk penampang balok
g. Pada bagian Check/Design pastikan terpilih Reinforcement to be Design, lalu klik
OK
PENGISIAN
RECTANGULAR
SECTION
12. Setelah pendesainan balok dan kolom
telah selesai, selanjutnya adalah
mendesainan pelat,dinding geser, dan tangga
yang akan digunakan dalam struktur
menggunakan shell.
Definisikan tebal pelat,dinding geser, dan
tangga yang digunakan
Dengan cara Define > Section Properties >
Area Section
13. Mendefinisikan beban yang akan dimasukkan ke dalam
peemodelan dengan cara Define > Load Patterns
14. Membuat kombinasi pembebanan klik
Define > Load Combinations > Add New
Combo
a. Beri nama kombinasi yang diinginkan
b. Pilih case nama sesuai yang dimasukkan
pada load case pada langkah 13
c. Isikan faktor skala yang direncanakan
d. Klik add
e. Setelah selesai klik OK
15. Gambar balok dan sloof (pada sumbu xy), kolom (pada sumbu xz). Klik
draw frame/cable element

Gambar pelat dengan cara klik draw rectangular area pada toolbar draw
Gambar (3d View)
16. Masukkan beban-beban pada pelat serta balok dengan pilih Select (pelat yang
akan dibebani) > Assign > Area Load > Uniform (shell)

a. Pilih satuan kg/m2


b. Pilih nama beban (LIVE)
c. Masukkan besar beban (287 kg/m2)
17. Beban pada Balok dengan pilih Select (balok yang akan dibebani) > Assign >
Frame Load > Distributed

a. Pilih satuan kg/m2


b. Pilih nama beban (DEAD)
c. Masukkan besar beban (1000 kg/m2)
18. Pembebanan diberikan dalam dua
tahapan, yakni yang pertama adalah
pembebanan akibat beban gravitasi, yaitu
kombinasi beban mati dan beban hidup.
• Pilih Define-Load
• Case-Add New Load Case. Pada tahap
ini, sudah diperhitungkan kondisi
nonlinier.
• Nama analisis adalah GRAV.
• Tipe analisis ditentukan Static-
Nonliniear.
• Masukan Scale factor yang digunakan
(contoh:1,0 untuk beban mati dan 0,3
untuk beban hidup).
19. Selanjutnya adalah pendefinisian beban lateral
pada struktur. Pendefenisian tahap kedua
a. Define-Loads Cases-Add New Case.
b. Nama Load Case Name adalah PUSH-X.
c. Tipe analisis ditentukan Static-Nonliniear.
d. Karena tahap kedua baru dilakukan setelah tahap
pertama selesai, maka opsi
e. Continue from State at End of Nonlinier Case
diaktifkan, dengan akhir dari analysis
f. GRAV sebagai permulaan dari analisis tahap
kedua.
g. Tipe beban adalah Acceleration untuk
pembebanan arahX .
h. Scale factor yang digunakan adalah 1,0.
i. Ulangi langkah dengan menfinisikan load PUSH-Y.
• Pada Other Parameters-Load Application
klik Modify/Show.
• Pilih Displacement Control yang berarti
pembebanan diberikan sampai mencapai
target
• displacement tercapai. Pada Load to a
Monitored Displacement Magnitude of
• masukkan target displacement yang ingin
dicapai
• Pada Other Parameters-Results
Saved klik Modify/Show. Hasil
pushover
• disimpan secara Multiple States
dengan jumlah minimum 50 dan
maksimum 100 steps.
19. Pendefinisian Hinge Properties balok
dengan pilih Select > Properties > Frame
(Beams) > Assign > Frame > Hinge

• Distance masukkan nilai 0 yang


menyatakan posisi awal dari panjang
bersih balok,
• lalu klik Add, sehingga muncul kotak
dialog berikut :
• Pada kotak Auto Hinge Type pilih From Tables In FEMA 356, lalu pilih Table
• 6-7 (Concrete Beams-Flexure)Item i. Untuk elemen balok, pada Degree of Freedom
pilih M3 yang berarti sendi plastis hanya terjadi karena momen searah sumbu lokal 3.
Atur case combo menjadi Push-x
• Ulangi langkah dengan memasukkan angka 1 pada menu distance
• Ulangi langkah dengan mengatur case combo menjadi Push-y
20. Klik Run Analysis untuk menampilkan Set Load Cases to Run , pada form
ini pastikan beban GRAV, PUSH-X, dan PUSH-Y pada posisi Run di action. Klik
Run Now untuk menjalankan analisis.
21. Untuk menampilkan kurva pushover, pilih DisplayShow Static
Pushover Curve.
22. Untuk menampilkan kurva pushover dalam format ADRS maka pada
Plot Type pilih ATC-40 Capacity Spectrum. Pada Modify Show Parameter
input nilai Ca dan Cv yang diperoleh melalui kurva response spectrum
yang penggunaaanya disesuaikan dengan wilayah pembangunan
berdasarkan Peta Gempa Indonesia dan kondisi tanah pada lokasi
struktur gedung. Dari kurva pushover dapat dievaluasi kinerja gedung
melalui nilai pada Performance Point yakni target perpindahan
(displacement) dan gaya geser dasar pada titik control (base reaction)
yang terjadi.
KURVA PUSHOVER (ATC 40 CAPACITY
SPECTRUM)
Dari kurva pushover (ATC 40 Capacity Spectrum) dapat dievaluasi
kinerja gedung melalui nilai pada Performance Point yakni target
perpindahan (displacement) dan gaya geser dasar pada titik
control (base reaction) yang terjadi.

DISPLACEMENT GAYA GESER DASAR


PUSH (M) (TON)
ARAH X 0.048 1908.94
ARAH Y 0.048 1909.02
KURVA PUSHOVER (FEMA 356 COEFFICIENT
METHOD)
Dari kurva pushover (FEMA 356 Coefficient Method) dapat
dievaluasi kinerja gedung yakni pada target perpindahan
(displacement) dan gaya geser dasar pada titik control (base
reaction) yang terjadi.

DISPLACEMENT GAYA GESER DASAR


PUSH (M) (TON)
ARAH X 0.109 2811.231
ARAH Y 0.108 2829.521
22. Skema distribusi sendi plastis
dengan cara Display > Deformed
Shape > pilih Case combo
Geser tanda panah kiri kanan yang
terletak dibawah layer untuk
mengganti step
Mengacu pada ATC-40 kriteria struktur tahan
gempa adalah sebagai berikut
• Warna pada sendi plastis menunjukkan secara
grafis posisi dan tingkat kerusakan yang terjadi
pada sendi plastis. Distribusi sendi plastis pada tiap
tahapan peningkatan beban lateral hingga titik
kinerja tercapai yang terjadi pada komponen
struktur
• Tahapan Utama dalam Analisa Pushover
1. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur. Rekaman
besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar digunakan untuk menyusun kurva
pushover.
2. Membuat kurva pushover dari berbagai pola distribusi gaya lateral yang ekivalen
dengan distribusi gaya inertia, sehingga diharapkan deformasi yang terjadi hampir sama
dengan gempa sebenarnya. Karena gempa sifatnya tidak pasti, perlu dibuat beberapa pola
pembebanan lateral.
3. Estimasi besarnya target perpindahan. Titik kontrol didorong sampai target tersebut,
yaitu suatu perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas gempa rencana yang
ditentukan.
4. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target
perpindahan merupakan hal utama dari perencanaan barbasis kinerja. Komponen struktur
dianggap memuaskan jika memenuhi persyaratan deformasi dan kekuatan.
• Target Perpindahan
Gaya dan deformasi setiap komponen / elemen dihitung terhadap “perpindahan
tertentu” di titik kontrol yang disebut sebagai “target perpindahan” dengan notasi δt
dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat bangunan
mengalami gempa rencana.
Ada beberapa cara menentukan target perpindahan, dua yang cukup terkenal adalah
• Displacement Coeficient Method atau Metoda Koefisien Perpindahan
▪ (FEMA 273/274,
▪ FEMA 356 / 440
▪ ATC 40)
• Capacity Spectrum Method atau Metoda Spektrum Kapasitas
▪ FEMA 274 / 440,
▪ ATC 40.
1. Metode Spektrum Kapasitas
• Merupakan metode utama Applied Technology Council (ATC) 40.
Sasaran kinerja pada dokumen ATC 40 memasukkan beberapa
pertimbangan kondisi kerusakan (damage states) untuk beberapa level
gerakan tanah. Dapat digunakan sebagai acuan, baik dalam melakukan
desain atau perencanaan struktur maupun untuk mengevaluasi
struktur yang sudah ada. Kinerja bangunan pada ATC-40 dibagi
menjadi 4 kategori level kinerja struktur seperti terlihat pada Tabel
• Level kinerja struktur (structural performance levels) ditentukan melalui
kriteria roof drift ratio yang diperoleh pada saat target perpindahan
tercapai.
• Hasil penentuan level kinerja struktur :
Metode Spektrum Roof drift ratio Level Kinerja
Elevasi gedung (m) γt
Kapasitas (%) Gedung
ARAH X 32 0.048 0.15 IO
ARAH Y 32 0.048 0.15 IO

• Nilai roof drift ratio yang ditampilkan pada tabel di atas masih lebih kecil
dari 1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan batas simpangan
yang disyaratkan oleh ATC-40 level kinerja gedung pada saat target
perpindahan tercapai adalah Immediate Occupancy.
• 2. Metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356)
• Merupakan metoda utama untuk prosedur statik nonlinier.
Penyelesaian perhitungan dilakukan dengan memodifikasi respons
elastik linear sistem struktur SDOF ekivalen dengan faktor modifikasi
C0, C1, C2 dan C3 sehingga diperoleh perpindahan global maksimum
(elastis dan inelastis) yang disebut sebagai target perpindahan .
Hasil perhitungan sesuai dengan persamaan maka target perpindahan dengan FEMA 356
untuk arah X dan Y adalah sebagai berikut:
Arah X :
Te = 0.5165 detik
C0 = FEMA Tabel 3-2 untuk bangunan 8 lantai = 1,46
Ts = waktu getar karakteristik dari kurva respons spektrum wilayah 5 dengan tanah
sedang = 0,71
C1 = 1,0
C2 = 1,0 (Tabel 3-3 FEMA 356)
C3 = 1,0 (perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = peta wilayah gempa 5 dengan tanah sedang 0,5/T = 0,5/0,5165 = 0.97

Maka hasil = 0.094 m


Hasil perhitungan sesuai dengan persamaan maka target perpindahan dengan FEMA 356
untuk arah X dan Y adalah sebagai berikut:
Arah Y :
Te = 0.5152 detik
C0 = FEMA Tabel 3-2 untuk bangunan 8 lantai = 1,46
Ts = waktu getar karakteristik dari kurva respons spektrum wilayah 5 dengan tanah
sedang = 0,71
C1 = 1,0
C2 = 1,0 (Tabel 3-3 FEMA 356)
C3 = 1,0 (perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = peta wilayah gempa 5 dengan tanah sedang 0,5/T = 0,5/0,5152 = 0.97

Maka hasil = 0.093 m


Kinerja Batas Ultimit (SNI 1726-2002)
Kinerja batas ultimit pasal 8.22 SNI 1726-2002 menjelaskan
bahwa, untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit
struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar tingkat yang
dihitung dari struktur gedung menurut pasal 8.2.1 tidak boleh
melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

NILAI BATAS = 0.02 x 32 m = 0.64 m


KESIMPULAN
TARGET PERPINDAHAN
KRITERIA NILAI BATAS
X Y
ATC-40 0.048 0.048
0.640
FEMA 356 0.094 0.093

Tabel diatas menunjukkan dari kedua kriteria diatas diperoleh target


perpindahan maksimum untuk arah X adalah 0,048 m [ATC-40], 0,094
m [FEMA 356] dan untuk arah Y 0,048 m [ATC-40], 0,093 m [FEMA
356] . Dapat disimpulkan bahwa pada saat terjadi target perpindahan
maksimum arah X dan arah Y, struktur masih berkinerja Immediate
Occupancy. Hal ini menunjukkan bahwa gedung yang direncakanan
sudah memenuhi kinerja yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai