Anda di halaman 1dari 48

Manajemen Persediaan

10 100
9
8 80
7
6 60
5
4 40
3
2 20
1 A B C
20 40 60 80 100

Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc.

Program Studi Agribisnis


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI
 Persediaan

Pengertian
 Persediaan adalah bahan atau barang yg disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.
 Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun
suku cadang.

Tujuan Utama Manajemen Persediaan


 Mengendalikan persediaan agar selalu dapat melayani
kebutuhan bahan/barang dengan tepat, dan dengan
biaya yang rendah.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 2
 FUNGSI PERSEDIAAN

 Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman


bahan baku atau barang yang dibutuhkan
perusahaan
 Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak
baik sehingga harus dikembalikan
 Menghilangkan risiko thdp kenaikan harga barang
atau inflasi
 Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan
secara musiman sehingga perusahaan tidak akan
kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di
pasaran
 Mendapatkan keuntungan dari pembelian
berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts)
 Memberikan pelayanan kepada langganan dengan
tersedianya barang yang diperlukan
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 3
 KLASIFIKASI DALAM PERSEDIAAN
 Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang memakai
prinsip Pareto: the critical few and the trivial many.
 Memfokuskan kepada persediaan yang critical (bernilai tinggi)
daripada yang trivial (bernilai rendah).
 Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam 3 kelompok
berdasarkan atas volume rupiah tahunan
Kelas A: Memiliki nilai volume rupiah yang tinggi, mewakili 70%
dari nilai total volume rupiah, meskipun jumlahnya sedikit
(sekitar 20% dari jumlah persediaan)
Kelas B: Nilai volume rupiah yang menengah, mewakili sekitar 20%
dari nilai persediaan, dan sekitar 30% dari jumlah
persediaan
Kelas C: Nilai volume rupiahnya rendah, hanya mewakili sekitar
10% dari nilai, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah
persediaan.
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 4
Grafik Distribusi Persediaan

Volume Tahunan Volume Tahunan


(Rp) (%)
10 100
C = 10%
9
8 80 B = 20%
7
6 60
5
4 40
3 A = 70%
2 20
1 A B C
20 40 60 80 100
Jenis barang dalam persediaan (%)

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 5
Contoh Kasus :
Suatu perusahaan dalam proses produksinya menggunakan 10
item bahan baku. Kebutuhan persediaan selama satu tahun dan
harga bahan baku per unit seperti tertera pada tabel berikut :
Item Kebutuhan Harga
(unit/tahun) (rupiah/unit)
1 800 600
2 3000 100
3 600 2200
4 800 550
5 1000 1500
6 2400 250
7 1800 2500
8 780 1500
9 780 12200
10 1000 200

Kelompokkanlah bahan baku tersebut kedalam klasisifikasi ABC.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 6
Penyelesaian:
Volume Harga per Nilai Nilai Nilai Kelas
Item tahunan unit tahunan Kumulatif Kumulatif
(Unit) (rupiah) (ribu Rp) (Ribu Rp) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
9 780 12.200 480
7 1.800 2.500 300
3 600 2.200 1320
5 1.000 1.500 440
8 780 1.500 1500
1 800 600 600
4 800 550 4500
6 2.400 250 1170
10 1.000 200 9516
2 3.000 100 200

1. Urutkan item berdasarkan harga tertinggi ke terendah


2. Hitung nilai tahunan (4) dengan cara mengalikan volume (2) dan harga (3)
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 7
Penyelesaian:
Volume Harga per Volume Nilai Nilai
Item tahunan unit tahunan Kumulatif Kumulatif Kelas
(Unit) (rupiah) (ribu Rp) (Ribu Rp) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (7)
9 780 12.200 9.516 9.516
7 1.800 2.500 4.500 14.016
3 600 2.200 1.320 15.336
5 1.000 1.500 1.500 16.836
8 780 1.500 1.170 18.006
1 800 600 480 18.486
4 800 550 440 18.926
6 2.400 250 600 19.526
10 1.000 200 200 19.726
2 3.000 100 300 20.026

Hitung nilai tahunan kumulatif (5) dari nilai tahunan (4)

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 8
Penyelesaian:
Volume Harga per Volume Nilai Nilai
Item tahunan unit tahunan Kumulatif Kumulatif Kelas
(Unit) (rupiah) (ribu Rp) (Ribu Rp) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (7)
9 780 12200 9516 9.516 47,5
7 1800 2500 4500 14.016 70,0
3 1000 1500 1500 15.336 76,6
5 600 2200 1320 16.836 84,1
8 780 1500 1170 18.006 89,9
1 2400 250 600 18.486 92,3
4 800 600 480 18.926 94,5
6 800 550 440 19.526 97,5
10 3000 100 300 19.726 98,5
2 1000 200 200 20.026 100,0

Hitung persentase nilai kumulatif tahunan (6)

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 9
Penyelesaian Akhir:
Volume Harga per Volume Nilai Nilai
Item tahunan unit tahunan Kumulatif Kumulatif Kelas
(Unit) (rupiah) (ribu Rp) (Ribu Rp) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (7)
9 780 12200 9516 9516 47,5 A
7 1800 2500 4500 14016 70,0 A
3 1000 1500 1500 15516 77,5 B
5 600 2200 1320 16836 84,1 B
8 780 1500 1170 18006 89,9 B
1 2400 250 600 18606 92,9 C
4 800 600 480 19086 95,3 C
6 800 550 440 19526 97,5 C
10 3000 100 300 19826 99,0 C
2 1000 200 200 20026 100,0 C
Susun klasifikasi persediaan:
Nilai kumulatif ≤ 70% : Kelas A
>70% - ≤ 90% : Kelas B
>90% : Kelas C
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 10
BIAYA-BIAYA DALAM PERSEDIAAN

Biaya Pemesanan (Ordering Costs, Procurement Costs):


Merupakan biaya2 yg dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari
penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di
gudang.
 termasuk set-up costs: utk menyiapkan mesin2 atau
proses manufaktur dr suatu pesanan produksi.

Biaya Penyimpanan (Carrying Costs, Holding Costs):


Biaya-biaya yang dikeluarkan akibat diadakannya
persediaan barang.
 % dari harga barang
 Rupiah per unit barang.

Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Costs, Stock-out


Costs):
Biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang
pada waktu diperlukan.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 11
Tiga kemungkinan yang terjadi akibat kekurangan
persediaan:
• Tertundanya penjualan
• Kehilangan penjualan
• Kehilangan pelanggan

Contoh Perhitungan Biaya Kekurangan Persediaan


Freku- Probabi- Kerugian Rata-rata
Kasus
ensi litas (Rp/kasus) Biaya (Rp)
Tertundanya
50 0.25 0 0
Penjualan
Kehilangan
130 0.65 500 325
Penjualan
Kehilangan
20 0.10 20.000 2.000
Pelanggan
Jumlah 200 1.00 2.325
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 12
 Model persediaan Economic Order Quantity
 Model persediaan dengan pemesanan tertunda
 Model persediaan dengan potongan kuantitas
 Model persediaan dengan penerimaan bertahap

Model persediaan digunakan utk menentukan kapan


pesanan suatu barang dilakukan dan berapa banya
barang yang dipesan.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 13
MODEL PERSEDIAAN
ECONOMIC ORDER QUANTITY - EOQ
(Jumlah Pesanan Ekonomis)
Asumsi-asumsi yang digunakan:
 Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam
 Kebutuhan/permintaan brg adalah konstan dan diketahui
 Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan adalah konstan
dan diketahui
 Barang yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada
pesanan tertunda (diterima dalam satu batch)
 Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah
yang dipesan (tidak ada potongan kuantitas)
 Waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 14
Grafik Persediaan dalam Model EOQ

Tingkat persediaan
(Unit)

Q Tingkat persediaan*)

Q/2 Rata-rata persediaan

0 Waktu
A B

*) Asumsi: Permintaan konstan pada setiap periode

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 15
Model Persediaan EOQ: Pendekatan Tabel

Kasus PT. Feminim (Halaman 246)

PT. Feminim adalah suatu perusahaan yang memproduksi tas


wanita. Perusahaan ini memerlukan suatu komponen material
sebanyak 12.000 unit selama satu tahun. Biaya pemesanan
komponen itu Rp. 50.000 untuk setiap kali pemesanan, tidak
tergantung dari jumlah komponen yang dipesan.
Biaya penyimpanan (per unit/thn) sebesar 10% dari nilai
persediaan. Harga komponen Rp 3000 per unit.
Berdasarkan data diatas, manajer perusahaan ingin
menentukan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ)
yang dapat memberikan biaya total persediaan terendah.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 16
Kasus PT. Feminim (Halaman 246)

Frekuensi Jumlah Persediaan Biaya Biaya Biaya


Pemesanan Pesanan Rata-rata Pemesa- Penyimpa- Total (Rp)
(Kali) (Unit) (Unit) nan (Rp) nan (Rp)
1 12000 6000 50000 1800000 1850000
2 6000 3000 100000 900000 1000000
3 4000 2000 150000 600000 750000
4 3000 1500 200000 4.00000 650000
5 2400 1200 250000 360000 610000
6 2000 1000 300000 300000 600000
7 1714 857 350000 257143 607143
8 1500 750 400000 225000 625000

Pengadaan persediaan lebih ekonomis dilakukan 6 kali dengan jumlah


pesanan masing-masimg 2000 unit
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 17
Model Persediaan EOQ: Pendekatan Grafik

Kasus PT. Feminim

Biaya Total Sebagai Fungsi dari Frekuensi Pesanan


2000

Biaya (Ribu Rp)


1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

1 2 3 4 5 6 7 8
Frekuensi Pesanan
Biaya Pesan Biaya Simpan Biaya Total

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 18
Model Persediaan EOQ: Pendekatan Matematis
Notasi:
D = Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)
S = Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)
h = Biaya penyimpanan sebagai % terhadap nilai barang
C = Harga barang (rupiah/unit)
H = h x C = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)
Q = Jumlah pemesanan (unit/pesanan)
F = Frekuensi pemesanan (kali/tahun)
T = Jarak waktu antar tiap pesanan (tahun, hari)
TC = Total biaya persediaan (rupiah/tahun)

Biaya Pemesanan = Frekuensi pesanan X Biaya pesanan


= D/Q . S
Biaya Penyimpanan = Persediaan rata-rata X Biaya penyimpanan
= Q/2 . H

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 19
Biaya Total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
= D/Q . S + Q/2 . H
EOQ terjadi jika biaya pemesanan = biaya penyimpanan
D/Q . S = Q/2 . H
2 D S = Q2 H
Q* = (2DS/H)1/2 = √ (2DS/H)
Q* adalah jumlah pemesanan yang memberikan biaya total
persediaan terendah
Q* dapat juga dihitung melalui deferensiasi fungsi biaya total:
TC = D/Q . S + Q/2 . H
∂TC/∂Q = - D/Q2. S + H/2 = 0
D/Q2. S = H/2
Q2 H = 2 D S
Q* = (2DS/H)1/2 = √ (2DS/H)
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 20
Dengan menggunakan contoh yang sama, kita memperoleh
data sebagai berikut:

D = 12.000
S = Rp 50.000,-
h = 10%
C = Rp 3.000,-
H = Rp 300,- (H = h x C)

(2)(12.000)(50.000)
EOQ = Q* = = 2.000 unit
300

Frekuensi pemesanan:

D 12.000
F = = = 6 kali/tahun
Q* 2.000

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 21
MODEL PERSEDIAAN
DENGAN PEMESANAN TERTUNDA (BACK ORDER)

Tingkat persediaan

(Q-b) Q

b Waktu

Q = Jumlah setiap pemesanan


(Q-b) = On hand inventory, yang menunjukkan jumlah persediaan
pada setiap awal siklus persediaan
B = Pesanan tertunda, yaitu jumlah barang yang dipesan tetapi
belum dipenuhi (back order).
Asumsi: jika perusahaan tidak bisa melayani permintaan karena
tidak ada persediaan, maka perusahaan akan menanggung
beban biaya kekurangan persediaan
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 22
Total biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
+ biaya kekurangan persediaan
Biaya penyimpanan untuk setiap siklus pesanan:

1 b b2.H
= x b x x H =
2 D 2D
Jumlah pemesanan per tahun = D/Q,
maka biaya penyimpanan per tahun:
b2.H D b2.H
= x =
2D Q 2Q
Apabila B merupakan kerugian (dalam rupiah) yang timbul akibat tidak
tersedianya persediaan untuk setiap unit barang, maka biaya kekurangan
persediaan untuk setiap siklus pesanan dapat dihitung sbb:

1 Q-b (Q-b)2.B
= x x (Q-b) x B =
2 D 2D
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 23
Total biaya per tahun:

D.S b2.H (Q-b)2.B


TC = + +
Q 2Q 2Q
Dengan menghitung diferensiasi fungsi TC terhadap Q sama
dengan nol, maka nilai Q* dapat diperoleh yaitu:

2DS B+H
Q* = .
H B

Diferensiasi fungsi TC terhadap b sama dengan nol, maka dapat


diperoleh:

2DS B B
(Q *- b*) = . = Q*
H B+H B+H

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 24
B
b* = Q* - Q*
B+H

Atau:
B
b* = Q* 1-
B+H

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 25
Contoh:
Suatu agen alat perkakas listrik mendapat
kiriman barang secara reguler sebanyak 240
unit/tahun. Biaya pemesanan $50 dan biaya
penyimpanan $10 per unit/tahun. Barang yang
diterima terbatas sehingga sering mengalami
kehabisan stock.
Meskipun demikian, konsumen bersedia
menunggu sampai pengiriman yang berikutnya
tiba. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost)
sebesar $5 per unit.
Berapa ukuran pesanan optimal?

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 26
D = 240
2DS B + H
S = 50 Q* = .
H B
H = 10
B = 5
2 (240)(50) 10 + 5
= . = 120
10 5

B 5
(Q – b)* = Q* = 120 = 40
B+H 10 + 5

b* = Q* – (Q – b)* = 120 – 40 = 80

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 27
MODEL PERSEDIAAN DENGAN POTONGAN
KUANTITAS (QUANTITY DISCOUNTS)

 Dalam pembelian barang yang menggunakan potongan


kuantitas (quantity discounts), harga barang akan
bervariasi menurut jumlah barang yang dibeli.

Total biaya = biaya pemesanan + biaya penyimpanan


+ biaya pembelian

D Q
TC = S + H + DC
Q 2

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 28
Prosedur Penyelesaian:

1) Hitung EOQ pd harga terendah. Bila EOQ fisibel


(memenuhi syarat potongan kuantitas) maka
kuantitas tsb merupakan pesanan yang optimal.
2) Bila EOQ tidak fisibel, hitung biaya total pada
kuantitas terendah pada harga tersebut.
3) Hitung EOQ pd harga terendah berikutnya. Bila
fisibel, hitung biaya totalnya. Kuantitas optimal
adalah salah satu dari kuantitas yang telah
dihitung dan mempunyai biaya total terendah

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 29
Apabila langkah 3) masih tdk fisibel, ulangi langkah 1) dan 2) sampai
memperoleh EOQ yg fisibel atau perhitungan tdk mungkin dilanjutkan.

Contoh persoalan:
Permintaan sebanyak 5.000 unit per tahun.
Biaya pesanan sebesar Rp 490.000 per pesanan.
Biaya penyimpanan adalah 20% dari nilai barang.
Harga barang berdasarkan kuantitas pembelian adalah:

Kuantitas Pesanan (Unit) Harga per Unit (Rp.)


≤ 500 50.000
500 – 999 49.000
1.000 – 1.999 48.500
2.000 – 2.999 48.000
≥ 3000 47.500
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 30
Jumlah pesanan yang paling ekonomis dapat dihitung sbb:

EOQ = 2DS / hC

TC = (D/Q)S + (Q/2)hC + DC

EOQ pada harga terendah:

EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2 (47.500) = 718

EOQ ini tidak fisibel karena harga Rp 47.500,- hanya berlaku


untuk pembelian lebih dari 3.000 unit.

Total biaya pada kuantitas terendah yang fisibel pada harga


Rp 47.500,- :

TC = (5.000/3.000)(490.000) + (3.000/2)(0,2)(47.500)
+ 5.000(47.500)
= 252.566.667 zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 31
EOQ pada harga terendah berikutnya:
EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(48.000) = 714
EOQ tidak fisibel.

Total biaya pada kuantitas pembelian 2.000 unit adalah:


TC = (5.000/2.000)(490.000) + (2.000/2)(0,2)(48.000)
+ 5.000(48.000)
= 250.825.000

EOQ pada harga terendah berikutnya:


EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(48.500) = 711
EOQ tidak fisibel.

Total biaya pada kuantitas pembelian 1.000 unit adalah:


TC = (5.000/1.000)(490.000) + (1.000/2)(0,2)(48.500)
+ 5.000(48.500)
= 249.800.000

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 32
EOQ pada harga terendah berikutnya:
EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(49.000) = 707
EOQ ini fisibel.

Total biaya pada kuantitas pembelian sebesar 707 unit:


TC = (5.000/707)(490.000) + (707/2)(0,2)(49.000)
+ 5.000(49.000)
= 251.929.647

Resume Hasil Analisis Model Persediaan


dengan Potongan Kuantitas

Harga Pembelian EOQ Fisibel? Q-fisibel TC (000)


47.500 ≥ 3.000 718 Tidak 3.000 252.567
48.000 2.000 – 2.999 714 Tidak 2.000 250.825
48.500 1.000 – 1.999 711 Tidak 1.000 249.800
49.000 500 – 999 707 Ya 707 251.929
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 33
MODEL PERSEDIAAN DENGAN
PENERIMAAN BERTAHAP
(Production Order Quantity)

Tingkat persediaan
Akumulasi Produksi
Q Ukuran Run

Persediaan Max

Waktu
tp td

Asumsi:
 Persediaan diterima secara bertahap dalam satu periode.
 Selama terjadi akumulasi persediaan, unit dlm persediaan juga
digunakan utk produksi.
 Laju penerimaan persediaan lebih besar dari laju penggunaan
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 34
Lihat Gambar

 Pada tingkat akumulasi produksi tertentu (ukuran run),


terjadi persediaan maksimum yang selalu lebih kecil dari
akumulasi produksi (Q).
 Periode t p adalah periode tahapan akumulasi persediaan
dimana produksi dan penggunaan persediaan terjadi
sekaligus dan akumulasi persediaan terbentuk dgn laju yang
tetap sebesar selisih antara produksi dan penggunaan.
 Priode t d adalah periode pengunaan persediaan.

Notasi:
Q = Jumlah pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
p = Rata-rata produksi per hari
d = Rata-rata kebutuhan/penggunaan per hari
tp = Lama production run (hari)

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 35
Biaya Total = Biaya set-up + biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan per tahun = Rata-rata persediaan x H


Rata-rata persediaan = ½ Persediaan Max
Persediaan Max = p . tp – d. tp tp = Q / p
= p . Q/p – d. Q/p = Q(1 – d/p)

Biaya penyimpanan per tahun = ½ Q(1 – d/p) . H


Biaya Set-up = D/Q . S
Biaya Total = D/Q . S + ½ Q(1 – d/p) . H
Jumlah pesanan ekonomis (ukuran run optimal):
2DS
Q* =
(1 – d/p) . H

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 36
Contoh (Eddy Herjanto Hal. 257)

PT Bonito merupakan industri sepatu wanita yang sedang


berkembang. Jumlah permintaan sepatu kantor sebanyak
10.000 unit per tahun, atau rata-rata 40 unit/hari.
Sol sepatu dibuat sendiri dari kulit dengan kemampuan
produksi 60 unit/hari. Biaya set-up untuk membuat sol
sepatu Rp 36.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar
Rp 6.000 per unit per tahun.
Pertanyaan:
1. Berapa ukuran pesanan optimal?
2. Berapa persediaan maksimum?
3. Berapa biaya total per tahun?
4. Berapa waktu siklus pesanan?
5. Berapa waktu run?

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 37
Penyelesaian:

1. Ukuran pesanan optimal

2DS 2(10.000)(36.000)
Q* = = = 600 unit
(1 – d/p) H (1 – 40/60) 6000

2. Persediaan Maksimum:
Q(1 – d/p) = 600 (1 – 40/60) = 200

3. Biaya Total Per Tahun


D/Q . S + ½ Q(1 – d/p) . H = (10.000/600). 36.000
+ ½. (200) . 6000 = 1.200.000,-
4. Waktu Siklus Pesanan

5. Waktu Run

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 38
WAKTU TENGGANG, PERSEDIAAN PENGAMAN DAN TITIK
PEMESANAN ULANG

Waktu tenggang (lead time):


Perbedaan waktu antara waktu pemesanan sampai saat
barang tiba atau siap dipakai.
Persediaan pengaman (safety stock, buffer stock, iron stock):
Persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama
menunggu barang datang. Berfungsi untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan.
Titik pemesanan ulang (reorder point):
Titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian
rupa, sehingga kedatangan atau penerimaan bahan baku
yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas
persediaan pengaman tidak ada.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 39
Cara menetapkan titik pemesanan ulang:
1) Jumlah penggunaan selama waktu tenggang ditambah dengan
persentase tertentu

2) Jumlah penggunaan selama waktu tenggang ditambah


dengan penggunaan selama periode tertentu sbg persediaan
pengaman

Dalam bentuk rumus:

ROP = d x L + SS

dimana:
ROP = reorder point (waktu pemesanan ulang)
d = tingkat kebutuhan per unit waktu
SS = safety stock (persediaan pengaman)
L = lead time (waktu tenggang)

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 40
Contoh:
Diketahui kebutuhan bahan per minggu adalah 100
unit, berdasarkan pengalaman rata-rata waktu tenggang
adalah 3 minggu, dan persediaan pengaman ditentukan
sebesar 20% dari kebutuhan selama waktu tenggang, maka:

ROP = 100 x 3 + 20% (100 x 3) = 360 unit

Artinya pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat


persediaan barang mencapai 360 unit.

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 41
JUST IN TIME
 JIT adalah suatu konsep pengaturan penyediaan bahan baku
atau barang agar lebih efisien dan efektif.
 Dalam persediaan, JIT mengusahakan persediaan diadakan
seminimum yang diperlukan untuk menjaga tetap
berlangsungnya kegiatan produksi (tersedia dalam jumlah dan
waktu yang tepat pada saat diperlukan)
 Untuk mencapai persediaan JIT, variabilitas (masalah) yang
disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal
harus dikurangi.
Variabilitas dapat terjadi antara lain karena:
 Kesalahan pemasok dalam pengiriman barang
 Kesalahan operator/mesin dlm proses pembuatan produk
 Kesalahan dlm gambar teknis/disain produk
 Kesalahan dlm menginterpretasikan keinginan konsumen

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 42
 Metoda JIT juga diterapkan dlm proses produksi.
Penekanannya adlh mengusahakan secara kontinyu
pengurangan rendemen dan inefisiensi.
 Produksi JIT menunjukkan suatu sistem produksi dimana
kegiatan operasi terjadi hanya bila diperlukan saja.
 Sistem JIT sering juga disebut dengan sistem Kanban, yaitu.
suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan
sistem produksi dgn metoda JIT dalam tiap proses produksi.
 Kanban merupakan otorisasi, baik untuk mengisyaratkan
adanya kebutuhan suatu persediaan atau untuk penggerakan
material dari satu pusat kerja ke pusat kerja lainnya.

Manfaat JIT:
 Berkurangnya tingkat persediaan
 Meningkatnya pengendalian mutu

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 43
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN

Metoda First In First Out (FIFO)


Metoda ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang persediaan
yang sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga pembelian
barang yang terdahulu masuk.

Metoda First In First Out (FIFO)

Tanggal Keterangan Jumlah Harga Total


(Unit) (Rp.) (Rp.)
1 Juni Persediaan awal 300 1.000 300.000
10 Juni Pembelian 400 1.100 440.000
15 Juni Pembelian 200 1.200 240.000
25 Juni Pembelian 100 1.200 120.000
JUMLAH 1.000 1.100.000

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 44
Misalkan pada tanggal 30 Juni, jumlah persediaan akhir yang ada
sebesar 250 unit, berarti jumlah bahan baku yang dipakai adalah
750 unit.
Harga pokok bahan baku yang terpakai dapat dihitung sebagai
berikut:
300 unit @ Rp 1.000,- = Rp 300.000,-
400 unit @ Rp 1.100,- = Rp 440.000,-
50 unit @ Rp 1.200,- = Rp 60.000,-
750 unit = Rp 800.000,-
Nilai persediaan akhir:
100 unit @ Rp 1.200,- = Rp 120.000,-
150 unit @ Rp 1.200,- = Rp 180.000,-
250 unit = Rp 300.000,-
atau

Nilai Persediaan Akhir = Nilai total persediaan – nilai persediaan


terpakai
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 45
Metoda Last In First Out (LIFO)

Metoda ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang terjual/


terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian barang yang
terakhir masuk.
Dengan menggunakan contoh yang sama, maka harga pokok
bahan baku yang dipakai adalah:
100 unit @ Rp 1.200,- = Rp 120.000,-
200 unit @ Rp 1.200,- = Rp 240.000,-
400 unit @ Rp 1.100,- = Rp 440.000,-
50 unit @ Rp 1.000,- = Rp 50.000,-
750 unit = Rp 850.000,-
Nilai persediaan akhir:
= nilai total persediaan - nilai persediaan terpakai
= Rp 1.100.000 - Rp 850.000 = Rp 250.000,-

zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 46
Metoda Rata-rata Tertimbang
(Weighted Average Method)

Nilai persediaan pada metoda ini didasarkan atas harga rata-


rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu.
Nilai rata-rata persediaan
= Rp 1.100.000 : 1.000 unit
= Rp 1.100 per unit

Harga pokok bahan baku yang terpakai


= 750 x Rp 1.100,-
= Rp 825.000,-
Nilai persediaan akhir
= 250 x Rp 1.100,-
= Rp 275.000,-
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 47
Perbandingan atas hasil penilaian:
 Apabila harga barang stabil maka ketiga cara tersebut akan
memberikan hasil yang sama, tetapi apabila harga barang
berubah-ubah, maka nilainya menjadi berbeda.

Pada saat harga meningkat, cara


 FIFO akan menunjukkan:
 nilai persediaan akhir yang tinggi
 nilai barang terpakai yang rendah
 keuntungan yang lebih besar

 Sebaliknya cara LIFO menunjukkan:


 nilai persediaan akhir rendah
 nilai barang terpakai yang tinggi
 keuntungan yang rendah.

Cara mana yang dipilih adalah tidak menjadi persoalan, asalkan


digunakan secara konsisten sepanjang tahun.
zulkifli_alamsyah http://zalamsyah.wordpress.com 48

Anda mungkin juga menyukai