Anda di halaman 1dari 9

HANYA HAK MILIK AWA DAN TEMAN TEMANNYA!!!!!

100% pake chatgpt please maaf kalau ada yg salah

ZAMAN MEIJI (1868-1912)


- Mengembalikan kekuasaan kepada kaisar
setelah penggulingan keshogunan tokugawa, para samurai (terutama dari wilayah
Satsuma, Choshu, dan Tosa) membentuk pemerintahan baru. Pemerintah Meiji, juga dikenal
sebagai Meiji Ishin atau Meiji oligarki, terdiri dari sekelompok elit politik, militer, dan ekonomi
yang memegang kendali politik. Menggantikan sistem pemerintahan feodal menjadi sistem
pemerintahan yang lebih terpusat dan terorganisir (?) jadi mereka tuh bikin badan legislatif
kyk dewan penasehat kaisar yang ngebantu dalam ngambil keputusan politik. katanya,
kaisar itu cuma simbol kekuasaan karena mereka ga terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan politik.

- menggantikan sistem kekuasaan samurai\


Sebelum Restorasi Meiji, Jepang diperintah oleh keshogunan Tokugawa yang
didukung oleh kelas samurai. Namun, dengan terjadinya Restorasi Meiji, sistem feodal
yang didasarkan pada kekuasaan samurai dihapuskan dan digantikan oleh sistem
pemerintahan yang lebih sentralistik dan modern. Langkah pertama yaitu menggantikan
sistem kepemilikan tanah dengan sistem kepemilikan individu. Selain itu juga ada
penghapusan hak-hak istimewa dan status khusus yang dimiliki oleh samurai, Kriteria
keanggotaan dalam pemerintahan dan militer tidak lagi didasarkan pada latar belakang
samurai, tetapi pada kemampuan dan kualifikasi individu. Meskipun demikian, sebagian
besar samurai berhasil menemukan peran baru dalam administrasi, militer, bisnis, atau
sektor pendidikan yang berkembang di Jepang yang baru.

- abolisi kelas samurai


penghapusan hak menggunakan pedang sebagai simbol penghilangan status
istimewa samurai. penghapusan hak monopoli kekuasaan, Samurai sebelumnya memiliki
kekuasaan dan kendali atas wilayah yang mereka kuasai sebagai daimyo atau kepala
domain feodal. Namun, dengan penghapusan sistem domain feodal, kelas samurai
kehilangan monopoli kekuasaan mereka atas wilayah tersebut. Tanah-tanah domain
diambil alih oleh pemerintah pusat. Pembentukan militer nasional yang inklusif, terbuka
bagi semua warga negara. Hal tersebut berarti samurai tidak lagi memiliki hak istimewa
dalam hal perekrutan militer.

- modernisasi militer
modernisasi militer dilakukan untuk mengatasi kelemahan militer jepang dalam
menghadapi negara-negara barat yang semakin maju dan mengamankan kedaulatan
nasional.

langkah-langkah untuk memodernisasi militer jepang:


1. pembubaran sistem militer tradisional: sistem yang didasarkan pada kelas
samurai dan domain feodal. menghapus monopoli kekuasaan samurai dan
menggantinya dengan militer yg inklusif.
2. adopsi model militer barat: memperkenalkan pelatihan militer modern, disiplin,
strategi, dan taktik yang lebih efektif.
3. pembentukan angkatan laut modern: membangun kapal perang modern,
mempekerjakan ahli teknis dari negara2 barat

Melalui modernisasi militer yang intensif, Jepang berhasil meningkatkan kekuatan dan
kemampuan militernya. Hal ini memungkinkan Jepang untuk mencapai beberapa
keberhasilan dalam pertempuran seperti Perang Tiongkok-Jepang (1894-1895), Perang
Rusia-Jepang (1904-1905), dan ekspansi ke wilayah Asia Timur.

- pendidikan nasional
beberapa perubahan yang terjadi yaitu:
1. sistem sekolah baru yang menggantikan sistem sebelumnya yang
didominasi oleh kelas samurai. mengadopsi model pendidikan A.S., inggris,
dll. ada SD, SMP, dan SMA. seluruh anak wajib sekolah tanpa memandang
status

2. kurikulum modern dengan ilmu pengetahuan, math, ilmu sosial, dan


teknologi.

3. mengirimkan mahasiswa ke luar negeri: mereka dikirim ke negara2 barat


untuk mempelajari pengetahuan dan teknologi modern lalu diharapkan
kembali ke jepang dengan membawa pengetahuan baru tsb.

4. universitas: tokyo daigaku, kyoto daigaku, tohoku daigaku, waseda daigaku,


keio daigaku. Pendirian universitas-universitas ini memainkan peran penting
dalam memodernisasi pendidikan tinggi Jepang. Mereka memberikan akses
pendidikan tinggi yang lebih luas, mengadopsi pendekatan baru dalam
pengajaran dan penelitian, serta membantu dalam mengembangkan sumber
daya manusia yang terampil untuk memajukan Jepang sebagai negara
modern pada masa itu.

- pembangunan infrastruktur
beberapa proyek infrastruktur zaman meiji:
1. kereta api: (dimulai tahun 1872) pembangunan jalur utama tokaido yang
menghubungkan tokyo dan osaka. Selanjutnya, jaringan kereta api diperluas
ke seluruh Jepang, memungkinkan transportasi barang dan penumpang yang
lebih cepat dan lebih efisien

2. jalan raya: mengadopsi teknologi dan metode konstruksi barat untuk


membangun jalan yang lebih baik. jalan tsb menghubungkan kota2 penting
dan pedesaan untuk fasilitas perdagangan, mobilitas penduduk, dan
pertumbuhan ekonomi.

3. pelabuhan dan dermaga: salah satu pelabuhan yang penting adalah


pelabuhan yokohama, sebagai gerbang perdagangan internasional dan
akses ke luar negeri

4. saluran irigasi: dibangun untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan


memperbaiki sistem pengairan. membantu meningkatkan produksi padi dan
memperkuat sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi jepang
(saat itu).

5. pembangkit listrik: dengan tenaga air dan tenaga batu bara.

- adopsi model barat dalam bidang industri, hukum, dan pemerintahan


a. industri: mendorong industri tekstil, besi dan baja, pertambangan, dan
manufaktur. pemerintah memberikan insentif bagi pengusaha yang
mengadopsi teknologi dan metode produksi barat dan mendukung pendirian
pabrik modern dengan menggunakan mesin dan peralatan baru. Penggunaan
mesin dan tenaga uap, pengembangan industri besi dan baja, dan penerapan
manajemen modern membantu meningkatkan produksi, meningkatkan
kualitas produk, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Teknologi dan
metode produksi Barat menjadi fondasi bagi perkembangan industri Jepang
dan memainkan peran penting

b. hukum: mengadopsi sistem hukum sipil dan hukum pidana untuk


menggantikan sistem feodal. hal tersebut merubah struktur peradilan,
pembentukan pengadilan modern, dan penyusunan undang2 yang mengatur
berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi. Pengadilan Tinggi (Daishin-in)
pengadilan tertinggi di jp, Pengadilan Distrik (Chihō Saibansho) didirikan di
seluruh Jepang untuk menangani perkara hukum tingkat lokal, Mahkamah
Agung (Saikō Saibansho) didirikan sebagai pengadilan tertinggi untuk
kasus-kasus administratif, Pengadilan Perdamaian (Chōtei) untuk
menyelesaikan sengketa secara damai di tingkat lokal. Adopsi model Barat
dalam sistem peradilan memberikan dasar untuk transparansi hukum,
perlindungan hak individu, dan penerapan hukum yang konsisten di seluruh
Jepang.

c. pemerintahan: mengembangkan birokrasi yang efisien. Mereka melakukan


reformasi administratif dan mendirikan institusi pemerintahan seperti
Kementerian dan Badan Administrasi untuk mengelola urusan negara. Model
pemerintahan Barat juga mempengaruhi sistem pemilihan umum, dengan
diperkenalkannya pemilihan umum yang lebih demokratis dan partisipatif.

- misi iwakura
sebuah misi diplomatik yang dikirim oleh pemerintah Jepang pada periode Meiji pada
tahun 1871-1873. Misi ini dipimpin oleh Kuroda Kiyotaka, Iwakura Tomomi, Okubo
Toshimichi, dan lain-lain. Tujuan utama Misi Iwakura adalah untuk mempelajari sistem politik
dan pemerintahan di negara-negara Barat, serta mendapatkan pengetahuan tentang
teknologi, industri, dan pendidikan. Misi ini juga bertujuan untuk mengadakan negosiasi
dengan negara-negara Barat dan memperkuat hubungan diplomatik Jepang dengan
mereka. Mereka mengunjungi negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis,
Jerman, Italia, Belanda, dan Rusia.
Hasil dari Misi Iwakura adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem
politik dan pemerintahan di negara-negara Barat, serta penerapan beberapa aspek sistem
tersebut di Jepang. Misi ini juga memberikan kesempatan bagi anggota misi untuk
mengamati dan mempelajari industri, pendidikan, agrikultur, dan infrastruktur negara-negara
yang mereka kunjungi.

TAISHO (1912-1926)
- Perkembangan politik, budaya, dan pertumbuhan ekonomi
a. politik: Sistem politik yang lebih demokratis mulai terbentuk dengan
diperkenalkannya Konstitusi Kekaisaran Jepang pada tahun 1889. Pada tahun 1918,
Konstitusi tersebut mengalami beberapa perubahan, termasuk peningkatan hak-hak
sipil dan pemberian suara yang lebih luas kepada warga negara. Partai politik yang
lebih kuat muncul, termasuk Partai Liberal (Seiyukai) dan Partai Demokrat (Minseito),
yang memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan politik.

b. budaya: Gaya sastra baru, seperti sastrawan gaya baru (shinshicho) dan gerakan
sosialistik sastra (shakai shugi bungaku), muncul dan menghadirkan pendekatan
yang lebih modern dalam mengekspresikan pandangan dan perasaan sosial.
Perkembangan seni rupa juga terjadi dengan berbagai aliran seperti seni
impresionisme dan ekspresionisme mulai diterima dan diadopsi oleh seniman
Jepang. Hal ini tercermin dalam karya-karya seniman seperti Kishida Ryusei dan
Yasui Sotaro. Budaya populer juga mengalami perubahan dalam periode ini. Film
bisu Jepang mulai menjadi populer, dan musik Barat juga mempengaruhi
perkembangan musik di Jepang.

c. ekonomi: modernisasi sektor industri dan peningkatan perdagangan internasional.


Investasi dalam industri tekstil, pertambangan, manufaktur, dan industri lainnya
berkembang pesat. Pemerintah juga memainkan peran aktif dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan industri dan dukungan finansial.

- ketegangan politik dan kekacauan ekonomi menjelang PD I


menjelang Perang Dunia I, Jepang mengalami ketegangan politik dan kekacauan
ekonomi yang tercermin dalam persaingan imperialistik, ketegangan diplomatik, kekacauan
ekonomi global, serta gerakan sosial dan politik yang semakin aktif.
Ketegangan-ketegangan ini menjadi faktor yang berkontribusi pada kondisi yang mendorong
eskalasi konflik global dan partisipasi Jepang dalam Perang Dunia I.

a. imperialisme dan persaingan kolonial: Jepang juga terlibat dalam upaya ekspansi
wilayah di Asia Timur, termasuk invasi dan aneksasi Korea pada tahun 1910.
Persaingan ini menyebabkan ketegangan politik antara negara-negara imperialistik
dan memicu peningkatan persenjataan militer di seluruh dunia.

b. ketegangan diplomatik: Persaingan politik dan ekonomi antara negara-negara


besar seperti Britania Raya, Jerman, dan Amerika Serikat juga mempengaruhi
Jepang. Jepang terlibat dalam perundingan diplomatik dengan negara-negara Barat
terkait kepentingan politik dan ekonominya di wilayah Asia.

c. kekacauan ekonomi: Perang Rusia-Jepang (1904-1905) menguras sumber daya


Jepang secara signifikan. Biaya perang yang tinggi dan kerugian ekonomi yang
ditimbulkannya menyebabkan tekanan besar pada perekonomian Jepang. Pada
tahun 1911, Jepang mengadopsi sistem mata uang baru yang disebut "sistem yen
emas" untuk memperkuat stabilitas mata uangnya. Namun, perubahan ini juga
menyebabkan fluktuasi dan ketidakstabilan awal dalam perekonomian Jepang.

- Intervensi ke Siberia. Jepang memanfaatkan situasi konflik di Rusia untuk mencapai


tujuan politik dan militer mereka. Jepang dan beberapa negara Barat memberi
dukungan kepada Tentara Putih (anti-Bolshevik), tujuannya untuk membatasi
pengaruh Bolshevik di Rusia. Karena tekanan internasional dan biaya perang,
jepang menarik diri dari Siberia pada tahun 1922.
(gatau kembanginnya gimana lagi)

- Perjanjian Versailles.
Perjanjian Versailles adalah perjanjian yang ditandatangani pada 28 Juni 1919 di
Versailles, Prancis, dan menandai akhir resmi Perang Dunia I. Meskipun Jepang bukan
salah satu negara yang terlibat langsung dalam perjanjian ini, Jepang juga terpengaruh oleh
hasil perundingan tersebut.

a. wilayah yang didapatkan: Jepang mendapatkan beberapa keuntungan wilayah


sebagai hasil dari Perang Dunia I. Jepang secara resmi menguasai bekas koloni
Jerman di Asia Pasifik, termasuk Kepulauan Mariana dan Kepulauan Marshall di
Samudra Pasifik, dan juga wilayah Jerman di Tiongkok, seperti Jiaozhou (Qingdao)
dan Shandong.

b. Liga bangsa-bangsa: Perjanjian Versailles membentuk Liga Bangsa-Bangsa


sebagai badan internasional untuk mempromosikan perdamaian dan kerjasama
antarnegara. Jepang merupakan salah satu anggota pendiri Liga dan memainkan
peran aktif dalam badan tersebut. Namun, Jepang kemudian mengalami ketegangan
dengan Liga terkait invasi dan pendudukan Manchuria pada tahun 1931.

c. pembatasan militer: Jepang bersama dengan negara-negara lain secara umum


setuju untuk mengurangi jumlah kapal perang dan persenjataan mereka sesuai
dengan semangat perdamaian dan pengurangan ancaman militer global.

d. kehadiran jepang di konferensi versailles: Jepang merasa kurang puas dengan


hasil perundingan, khususnya dalam hal pengakuan persamaan rasial dan hak-hak
kolektif bangsa Asia, yang memicu ketegangan antara Jepang dan negara-negara
Barat.

- Mulai menghadapi persaingan dan ketegangan dengan negara-negara barat.


Beberapa faktor persaingan:
a. kolonialisme dan imperialisme: banyak negara Barat, seperti Britania Raya,
Prancis, dan Belanda, telah memperluas kekuasaan kolonial mereka di berbagai
wilayah di Asia, termasuk Tiongkok, Asia Tenggara, dan India. Persaingan antara
Jepang dan negara-negara Barat dalam mengamankan sumber daya dan pasar di
wilayah tersebut menyebabkan ketegangan politik dan ekonomi.
b. pengaruh kebudayaan barat: Nilai-nilai Barat, seperti demokrasi, kebebasan
berpendapat, dan kesetaraan gender, masuk ke dalam masyarakat Jepang. Namun,
tidak semua elemen masyarakat Jepang menerima perubahan ini, dan terjadi
perpecahan antara kelompok yang mendukung modernisasi Barat dan kelompok
yang ingin mempertahankan tradisi Jepang.
c. persaingan militer: negara-negara dunia berusaha untuk mengurangi ketegangan
militer dan mengontrol perlombaan persenjataan yang berlebihan. Persaingan ini
mencapai puncaknya dengan Perjanjian Angkatan Laut Washington (traktat
angkatan laut washington) pada tahun 1922, di mana Jepang setuju untuk
membatasi pertumbuhan kapal perangnya sebagai bagian dari upaya untuk menjaga
keseimbangan kekuatan regional.
d. persaingan ekonomi: kehadiran produk-produk Jepang yang murah dan berkualitas
di pasar internasional menjadi ancaman bagi industri dan ekonomi negara-negara
Barat. Hal ini menyebabkan proteksionisme dan pengenaan hambatan perdagangan
terhadap produk Jepang oleh negara-negara Barat.

- Gempa bumi Kanto 1923


Gempa ini terjadi pada tanggal 1 September 1923 di wilayah kanto, yang meliputi
tokyo dan sekitarnya. Gempa tersebut memiliki kekuatan sekitar 7,9 skala richter. korban
jiwa menewaskan lebih dari 100.000 orang. Gempa tersebut juga menyebabkan tsunami di
pesisir teluk tokyo.
Setelah gempa, muncul kekhawatiran dan ketegangan sosial. Muncul
laporan-laporan tentang serangan terhadap komunitas asing di Jepang, terutama terhadap
warga Tionghoa dan Korea. Sebelum dan setelah gempa, kelompok nasionalis Jepang dan
sejumlah media massa menyebarluaskan propaganda yang memicu sentimen anti-asing.
Propaganda ini mengklaim bahwa kelompok minoritas tersebut menjadi dalang di balik
kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Korban gempa yang merupakan warga asing
sering kali tidak mendapatkan bantuan dan perlindungan yang memadai dari pemerintah
Jepang.

SHOWA
Zaman Showa adalah periode dalam sejarah Jepang yang berlangsung dari tahun 1926
hingga 1989, selama pemerintahan Kaisar Hirohito.

- Krisis Ekonomi: tingkat pengangguran, dan ketidakstabilan politik yang semakin


meningkat.
Tingkat pengangguran selama periode ini dapat bervariasi tergantung pada kondisi
ekonomi dan peristiwa-peristiwa tertentu..
a. masa depresi ekonomi: Jepang ngalamin depresi ekonomi sekitar tahun 1930-an.
Krisis tsb dipicu oleh krisis keuangan global, termasuk Great Depression di A.S. dan
negara2 lain

b. pertumbuhan ekonomi pasca-perang: Setelah berakhirnya Perang Dunia II,


Jepang mengalami periode pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Program
rekonstruksi dan industrialisasi membantu menciptakan lapangan kerja baru

c. krisis minyak 1973: Krisis minyak pada tahun 1973 yang disebabkan oleh kenaikan
harga minyak dunia berdampak negatif terhadap perekonomian Jepang.

d. Transisi menuju ekonomi modern: Pada akhir periode Showa, Jepang mengalami
perubahan signifikan dalam struktur ekonominya. Perkembangan teknologi dan
pergeseran dari industri berat ke sektor jasa menjadi tren yang signifikan. Perubahan
ini berdampak pada tingkat pengangguran, dengan beberapa sektor mengalami
penurunan lapangan kerja sementara sektor lain tumbuh.

- Dampak dari krisis: kelompok-kelompok nasionalis dan militer memainkan peran


penting yang berkaitan invasi Jepang dan Perang Dunia II.
Di bawah pemerintahan Kaisar Hirohito, elemen nasionalis dan militer di Jepang
mendominasi kebijakan luar negeri dan militer negara tersebut.
kelompok-kelompok yang berperan:
a. Tendōtai dan Kokuryūkai: Tendōtai adalah kelompok nasionalis yang didirikan pada
awal abad ke-20 yang mengadvokasi ekspansi Jepang di Asia Timur. Mereka
mempromosikan ideologi ultranasionalis

b. Faksi Sayap Kanan dalam Militer: Di dalam militer Jepang, ada faksi sayap kanan
yang memiliki pandangan nasionalis yang keras dan memperjuangkan ekspansi
wilayah Jepang melalui kekuatan militer. Mereka menekankan supremasi militer dan
memperjuangkan pendirian negara Jepang yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip
samurai tradisional.

c. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang: Angkatan Darat Jepang memiliki peran yang
kuat dalam pengambilan keputusan politik dan militer selama periode tersebut.
Beberapa tokoh penting dalam angkatan darat, seperti Jenderal Hideki Tojo,
berperan dalam merumuskan kebijakan ekspansionis Jepang dan memimpin perang.

d. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang: Angkatan Laut Jepang juga memainkan peran
penting dalam upaya ekspansi Jepang. Mereka mendorong pembangunan armada
laut yang kuat dan melakukan operasi militer di wilayah Asia dan Pasifik untuk
memperluas kekuasaan Jepang.

mereka terlibat dalam invasi terhadap negara-negara seperti Tiongkok, Korea, dan
wilayah-wilayah di Asia Tenggara, serta terlibat dalam Perang Dunia II secara keseluruhan.

- Ekspansi ke Manchuria 1931 yang dilakukan oleh Tentara Kwantung (Kanto-gun).


Sering disebut Peristiwa Manchuria.
juga dikenal dengan insiden Mukden. Terjd tanggal 18 September 1931 dimana
tentara kwantung dari angkatan darat kekaisaran jepang menduduki wilayah manchuria,
tiongkok timur. jalur kereta api yang dimiliki Jepang, di dekat Mukden (kini Shenyang) dibom
oleh opsir junior Jepang. Militer Jepang menuduh Tiongkok melakukan hal ini.
Kolonel Tentara Kwantung Seishirō Itagaki dan Letnan Kolonel Kanji Ishiwara secara mandiri
menyusun rencana untuk mendorong Jepang segera melakukan invasi ke Manchuria.
Itagaki dan Ishiwara memilih untuk melakukan sabotase pada sedikit bagian dari rel kereta
api yang berada di daerah dekat Danau Liutiao. Rencana mereka adalah untuk menarik
perhatian pasukan Tiongkok dengan membuat ledakan, setelah itu menyalahkan mereka
karena telah menyebabkan gangguan, sehingga bisa dijadikan alasan bagi Jepang untuk
melakukan invasi resmi.

- Jepang membentuk negara boneka >>>> Manchukuo dengan kaisarnya Pu Yi.


Pembentukan negara boneka Manchukuo terjadi pada tahun 1932 sebagai hasil dari
invasi Jepang ke Manchuria, wilayah di Tiongkok timur laut.
Manchukuo dikepalai oleh Puyi, mantan Kaisar Tiongkok terakhir dari Dinasti Qing, yang
diberi gelar Kaisar Kangde. Namun, kekuasaan sebenarnya berada di tangan Jepang,
dengan Tentara Kwantung (Kanto-gun) sebagai kekuatan penjaga. negara tersebut
sepenuhnya tergantung pada Jepang dalam hal politik, militer, dan ekonomi. Manchukuo
berfungsi sebagai negara boneka Jepang yang bertujuan untuk membenarkan pendudukan
dan eksploitasi Jepang terhadap sumber daya Manchuria.
pemerintahan Manchukuo dihadapkan pada resistensi dan perlawanan dari
kelompok-kelompok Tiongkok yang menentang pendudukan Jepang dan penjajahan
Manchuria.

- Jepang keluar dari LBB.


Tindakan Jepang kepada manchuria melanggap prinsip-pronsip Liiga bangsa-bangsa
(LBB) dan menghadapi kecaman internasional terkait tindakan agresifnya. akhirnya, Jepang
memutuskan untuk meninggalkan Liga Bangsa-Bangsa. Keluarnya Jepang dari Liga
Bangsa-Bangsa sebenarnya mengurangi efektivitas liga dalam menangani agresi Jepang,
dan menjadi salah satu faktor yang memperburuk ketegangan politik dan situasi
internasional yang akhirnya berujung pada pecahnya Perang Dunia II.

- Kudeta 26 Februari 1936 oleh perwira muda AD kekaisaran. Melakukan


penyanderaan terhadap beberapa tokoh penting
juga dikenal sebagai insiden 2-26. Kudeta ini dilakukan sebagai protes terhadap arah
politik Jepang yang dianggap terlalu moderat dan dianggap melanggar semangat
nasionalisme serta nilai-nilai militer.
Kelompok perwira muda, sering disebut dengan young officer’s group atau february group,
melakukan penyanderaan terhadap beberapa tokoh penting. Diantaranya yaitu Kazushige
Ugaki (menteri angkatan laut), Sadao Araki (menteri perang), Senjuro Hayashi (menteri
keuangan), dan makoto saito (kepala kepolisian tokyo). Salah satu perdana menteri dibunuh
ama enih kelompok, nama pmnya Inukai Tsuyoshi
Pemerintah Jepang dan angkatan bersenjata yang setia kepada pemerintah berhasil
mengatasi pemberontakan tersebut setelah beberapa hari. Meskipun kudeta itu sendiri
gagal, insiden ini menyoroti ketegangan yang ada di dalam tubuh militer Jepang dan juga
meningkatkan kesadaran akan pengaruh dan kekuatan perwira muda yang nasionalis di
dalam angkatan bersenjata.

PD II (1939-1945)
- 1941 menyerang Pearl Harbour
Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan mendadak terhadap
Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.
Serangan ini merupakan bagian dari strategi ekspansionis Jepang di wilayah Asia Timur.
Jepang berusaha untuk menghapus ancaman yang dirasakan dari kekuatan militer Amerika
Serikat yang berbasis di Pasifik. Serangan Pearl Harbor dilakukan oleh sekelompok pesawat
pengebom Jepang yang menyerang, secara tiba-tiba, pangkalan angkatan laut Amerika
Serikat di Pearl Harbor. Serangan tersebut mengakibatkan Amerika Serikat secara resmi
memasuki Perang Dunia II
- Melanjutkan ekspansi militer ke Asia, menduduki sebagian besar wilayah Asia Timur,
serta Indonesia, Filipina dan beberapa pulau Pasifik
Setelah serangan Pearl Harbor pada tahun 1941, Jepang melanjutkan ekspansi
militernya ke Asia dengan tujuan menduduki sebagian besar wilayah Asia Timur, termasuk
Indonesia, Filipina, dan beberapa pulau di Pasifik.
a. indo: Pada Maret 1942, Jepang berhasil menduduki wilayah Indonesia yang saat itu
dikenal sebagai Hindia Belanda. Mereka menggantikan kekuasaan kolonial Belanda
dan membentuk pemerintahan pendudukan yang dikenal sebagai "Dai Nippon
Teikoku" atau Kekaisaran Jepang.
b. filipina: Jepang juga berhasil menduduki Filipina pada tahun 1942 setelah
Pertempuran Bataan. Pendudukan ini berlangsung hingga 1945 dan menyebabkan
penderitaan besar bagi penduduk Filipina. Penduduk Filipina menghadapi represi
dan penindasan yang berat, termasuk kekerasan, pembunuhan, penjarahan,
pemerkosaan, dan penyiksaan oleh tentara Jepang. Jepang juga melaksanakan
kebijakan ekonomi yang merugikan rakyat Filipina. Pada tahun 1944, pasukan
Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur meluncurkan kampanye
pembebasan di Filipina. Pada tahun 1945, pasukan Amerika Serikat berhasil
merebut kembali Manila dan mengusir pasukan Jepang dari sebagian besar wilayah
Filipina. Pendudukan Jepang di Filipina berakhir secara resmi pada Agustus 1945
setelah Jepang menyerah dalam Perang Dunia II.
c. pulau pasifik: Jepang juga melancarkan serangkaian serangan dan kampanye
militer di berbagai pulau Pasifik, termasuk Kepulauan Mariana, Kepulauan Marshall,
Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini. Mereka menguasai sejumlah pulau dan
pangkalan strategis untuk mendukung perang mereka melawan Sekutu.

- PD II berakhir pada tahun 1945 setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima.


Setelah pengeboman Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan pengeboman
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat dengan menggunakan senjata
nuklir, Jepang menghadapi keadaan yang sangat kritis. Pada tanggal 15 Agustus 1945,
Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang dalam pidato yang disiarkan ke seluruh
negara.
deklarasi potsdam yang menyerukan penyerahan tanpa syarat Jepang. Jika Jepang
menolak, mereka menghadapi "penghancuran cepat dan lengkap". Setelah pengeboman
Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mengakui bahwa mereka tidak bisa lagi melanjutkan
perang.
Akhir Perang Dunia II juga menandai awal periode pasca-perang yang melibatkan
upaya pemulihan, pembangunan, dan restrukturisasi di berbagai negara yang terlibat.
Peristiwa-peristiwa ini membentuk dasar bagi bentuk politik, ekonomi, dan sosial yang baru
di banyak negara di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai