Anda di halaman 1dari 143

Permintaan pemeriksaan laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Permintaan pemeriksaan laboratorium adalah rangkaian kegiatan untuk
melakukan pembuatan surat pemintaan pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas memeriksa pasien
langkah 2. Petugas mengambil formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Petugas menulis tanggal permintaan
4. Petugas menulis identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
alamat/ruang), termasuk nomor rekam medik.
5. Petugas menulis diagnosis/keterangan klinik
6. Petugas menulis obat-obatan yang telah diberikan
7. Petugas menulis jenis pemeriksaan laboratorium yang diminta
8. Petugas menulis jenis spesimen, asal bahan, tanggala/jam
pengambilan spesimen
9. Petugas menulis identitas pengirim
10. Petugas memberikan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
yang telah diisi lengkap kepada pasien, dan meminta pasien untuk
ke laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
11. Petugas memberi tahu pasien untuk kembali dengan membawa
hasil pemeriksaan laboratorium apabila sudah jadi
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian permintaan pemeriksaan laboratorium dengan kebutuhan
diperhatikan diagnosis pasien
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan Klinis
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Penerimaan spesimen

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penerimaan spesimen adalah tata cara menerima spesimen dari
pasien yang dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
di laboratorium Puskesmas atau untuk dirujuk ke laboratorium yang
lebih tinggi
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penerimaan spesimen di laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menerima spesimen dari pasien/pengantar spesimen,
langkah 2. Petugas memeriksa kesesuaian antara spesimen yang diterima
dengan formulir permintaan pemeriksaan
3. Petuga mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada saat
diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, konsistensi, jenis
dan kualitas spesimen. Tolak spesimen yang tidak sesuai atau
tidak memenuhi persayaratan, misalnya bila ada bekuan/lisis
untuk pemeriksaan hematologi dan lisis untuk kimia klinik atau
berupa air liur untuk sputum BTA dll, tunjukan dan/beritahu
alasannya, serta minta di ulang, catat pada formulir hasil
permintaan dan buku masalah, sedang spesimen tetap ditinggal
di laboratorium
4. Petugas mempersiapkan buku penerimaan spesimen,
5. Petugas mempersilahkan pasien/pengantar spesimen untuk
duduk,
6. Petugas menanyakan ulang identitas pasien pemilik spesimen,
7. Petugas mencatat nama pasien, umur, dan alamat pasien
pemilik spesimen pada buku penerimaan spesimen,
8. Petugas laboratorium memberi identitas/label pada spesimen
dan meletakkan spesimen di atas meja spesimen,
9. Petugas mencatat rencana waktu pengambilan hasil
pemeriksaan,
10. Petugas memberi tahu kepada pasien waktu pengambilan hasil
dan meminta kembali untuk mengambil hasil pada waktu yang
ditentukan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kondisi spesimen dan identitas pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
Buku Penerimaan Spesimen
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan spesimen darah
kapiler

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan spesimen darah kapiler adalah mengambil darah dari
pembuluh darah kapiler yang ada di ujung jari sebagai sampel
untuk pemeriksaan tertentu sesuai dengan permintaan
pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen darah kapiler
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium mempersiapkan peralatan pengambilan
darah
5. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan
6. Petugas laboratorium memilih salah satu dari dua jari tangan
(jari tengah atau jari manis).
7. Petugas laboratorium membersihkan bagian yang akan ditusuk
dengan swab alkohol 70% dan biarkan sampai kering
8. Petugas laboratorium memegang jari pasien supaya tidak
bergerak dan menekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang
9. Petugas laboratorium menusuk dengan cepat memakai lanset
steril dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari,
jangan sejajar dengan itu. tusukan harus cukup dalam
supaya darah mudah keluar.
10. Petugas laboratorium menghapus tetesan darah pertama
dengan kassa steril, karena mungkin terkontaminasi dengan
cairan jaringan atau debris. Jangan menekan-nekan jari untuk
mendapat cukup darah. Apabila diperlukan penusukan ulang,
dilakukan pada jari yang lain.
11. Setelah pengumpulan darah selesai, Petugas laboratorium
menutup bekas luka dengan kapas steril untuk menghentikan
pendarahan.
12. Petugas mencatat rencana waktu pengambilan hasil
pemeriksaan,
13. Petugas memberi tahu kepada pasien waktu pengambilan hasil
dan meminta kembali untuk mengambil hasil pada waktu yang
ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan spesimen darah vena

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan spesimen darah vena adalah mengambil darah dari
pembuluh darah vena yang ada lengan sebagai sampel untuk
pemeriksaan tertentu sesuai dengan permintaan pemeriksaan
laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen darah vena
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium mempersiapkan peralatan pengambilan
darah
5. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan
6. Petugas laboratorium memposisikan pasien duduk dengan
posisi lengan harus lurus. Petugas laboratorium memilih
lengan yang jelas terlihat pembuluh venanya (vena mediana
cubiti).
7. Petugas laboratorium melakukan desinfeksi kulit pada bagian
yang akan diambil darahnya dengan kapas alkohol 70%
dengan satu kali usapan dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan ditiup dan disentuh lagi.
8. Petugas laboratorium meminta pasien untuk mengepalkan
tangan
9. Petugas laboratorium memasang "torniquet"± 10 cm di atas
lipat siku
A. Pada Pengambilan darah dengan spuit
10. Petugas laboratorium menusuk bagian vena dengan arah
lubang jarum menghadap ke atas dan sudut kemiringan antara
jarum dan kulit 30-45 derajat. Bila jarum berhasil masuk vena,
akan terlihat darah di dalam ujung spuit. Selanjutnya lepas
torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
11. Petugas laboratorium menarik piston spuit supaya darah
mengalir kedalam spuit sebanyak volume yang dibutuhkan.
B. Cara pengambilan darah menggunakan tabung vakum
1. Petugas laboratorium menusuk bagian vena tadi dengan jarum,
lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut kemiringan
antara jarum dan kulit 30-45 derajat. Tekan tabung vakum
pada holder sehingga darah mengalir ke dalam tabung.
2. Petugas laboratorium melepas torniquet dan pasien diminta
lepaskan kepalan tangan.
3. Petugas laboratorium membiarkan darah mengalir ke dalam
tabung sampai sesuai dengan volume tabung.
4. Petugas laboratorium membolak baik tabung vakum yang berisi
darah, kurang lebih 8-10 kali agar bercampur dengan
antikoagulan.
5. Setelah tindakan sesuai poin a atau b
6. Petugas laboratorium meletakkan kapas kering diatas jarum
pada bekas tusukan, cabut jarum, dan tekan bagian tersebut,
kemudian pasang plester. Kemudian minta pasien untuk
menekan kapas tersebut selama ± 2 menit dan tidak melipat
siku.
7. Petugas laboratorium menginformasikan kepada pasien untuk
segera menghubungi petugas bila terjadi bengkak, nyeri,
dan perdarahan yang tidak berhenti. Petugas mencatat rencana
waktu pengambilan hasil pemeriksaan,
8. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen Tinja
(Feses)

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Tinja (Feses) adalah mendapatkan tinja
pasien sebagai sampel untuk pemeriksaan tertentu sesuai dengan
permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen tinja atau feses pasien untuk dilakukan
pemeriksaan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium menyiapkan botol/tempat sampel tinja
5. Petugas laboratorium memberikan botol/tempat sampel tinja
yang telah diberi label nama, alamat dan umur
6. Petugas laboratorium menjelaskan informasi cara pengambilan
sampel yang benar.
7. Petugas laboratorium meminta pasien untuk mengambil sampel
tinja dikamar mandi
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi
spontan (tanpa bantuan obat pencahar). Jika sulit diperoleh,
sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur.
Pemeriksaan tinja harus dilakukan sebelum 2 jam.
8. Petugas laboratorium menerima sampel tinja
9. Petugas laboratorium memeriksa volume dan kualitas sampel
tinja
10. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
11. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
12. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen Goresan
Kulit

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Goresan Kulit adalah mendapatkan
sediaan dari goresan kulit pasien sebagai sampel untuk
pemeriksaan BTA sesuai dengan permintaan pemeriksaan
laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen goresan kulit untuk pemeriksaan BTA
dalam mendiagnosis Lepra
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
5. Petugas laboratorium mempersiapkan peralatan pengambilan
sediaan
6. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pemeriksaan
kepada pasien
7. Petugas laboratorium mengambil sediaan dari kelainan kulit
yang paling aktif. Kulit muka sebaiknya dihindarkan karena
alasan kosmetik, kecuali tidak ditemukan di tempat lain. Tempat-
tempat yang sering diambil sediaan apus jaringan untuk
pemeriksaan M. leprae ialah cuping telinga, lengan,
punggung, bokong dan paha.
Pengambilan sediaan apus dilakukan di 3 tempat yaitu cuping
telinga kiri, cuping telinga kanan dan bercak yang paling aktif
8. Petugas laboratorium memberi label identitas nama, nomor
identitas pada kaca objek
9. Petugas laboratorium membersihkan permukaan kulit pada
bagian yang akan diambil, dengan kapas alkohol 70%.
10. Petugas laboratorium menjepit kulit pada bagian tersebut
dengan forsep/pinset atau dengan jari tangan untuk
menghentikan aliran darah ke bagian tersebut.
11. Petugas laboratorium menyayat kulit sedikit dengan pisau steril
sepanjang lebih kurang 5 mm, dalamnya 2 mm. Bila terjadi
perdarahan bersihkan dengan kapas.
12. Petugas laboratorium mengerok tepi dan dasar sayatan
secukupnya dengan menggunakan punggung mata pisau
sampai didapat semacam bubur jaringan dari epidermis dan
dermis, kemudian dikumpulkan dengan skalpel pada kaca
objek.
13. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
14. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen
Kerokan/Guntingan Kuku

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Kerokan/Guntingan Kuku adalah suatu
cara mendapatkan sediaan/sampel dari kuku pasien untuk
pemeriksaan tertentu sesuai dengan permintaan pemeriksaan
laboratorium dengan jalan dikerok/digunting
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen kerokan/guntingan kuku
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan pengambilan
sampel
5. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pengambilan
sampel kepada pasien
6. Petugas laboratorium membersihkan kuku yang sakit
dengan kapas alkohol 70% dengan maksud
menghilangkan lemak, debu, dan kotoran lainnya serta
kuman yang ada di atasnya. Biarkan sampai kering..
7. Petugas laboratorium mengerok kuku yang sakit pada bagian
permukaan dan bagian bawah kuku yang sakit, bila perlu
kuku tersebut digunting
8. Petugas laboratorium meletakkan hasil kerokan/guntingan kuku
tersebut di atas kertas atau wadah yang bersih
9. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
10. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
11. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen Kerokan Kulit

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Kerokan Kulit adalah suatu cara mendapatkan
sediaan/sampel dari kulit pasien untuk pemeriksaan tertentu sesuai
dengan permintaan pemeriksaan laboratorium dengan jalan dikerok
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen kerokan kulit
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan
langkah laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan pengambilan sampel
5. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pengambilan sampel
kepada pasien
6. Petugas laboratorium membersihkan kulit yang akan dikerok
dengan alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu, dan
kotoran lainnya serta kuman yang ada di atasnya. Biarkan sampai
kering.
7. Petugas laboratorium melakukan kerokan di bagian yang tersangka
jamur dengan pisau kecil dengan arah dari atas ke bawah. Caranya:
dengan memegang pisau kecil harus miring membentuk sudut 45 o
ke atas.
8. Petugas laboratorium meletakkan hasil kerokan tersebut di atas
kertas atau wadah yang bersih.
9. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
10. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan hasil
pemeriksaan
11. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Pengambilan Spesimen Rambut

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Rambut adalah suatu cara mendapatkan
sediaan/sampel dari pasien berupa rambut untuk pemeriksaan
tertentu sesuai dengan permintaan pemeriksaan laboratorium
dengan jalan mencabut rambut yang sakit
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen rambut yang sakit untuk diperiksa
laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan pengambilan
sampel
5. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pengambilan
sampel kepada pasien
6. Petugas laboratorium mencabut rambut pasien yang sakit
7. Petugas laboratorium meletakkan rambut tersebut di atas kertas
atau wadah yang bersih.
8. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
9. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
10. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan spesimen
dahak/sputum

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan spesimen dahak/sputum adalah mendapatkan dahak
dari pasien sebagai sampel untuk pemeriksaan tertentu sesuai
dengan permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen dahak/sputum
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium mempersiapkan pot sputum
5. Petugas laboratorium menjelaskan kepada pasien, mengenai
pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan
perbedaan dahak dengan ludah.
Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada
malam hari sebelumnya diminta minum air putih hangat atau
diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka yang terkena
sinar matahari.

Cara pengambilan dahak yang benar, yaitu:


1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta
untuk
berkumur dengan air.
2) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
4) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali
kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat
dan
berulang kali sampai dahak keluar. Batukkan sekuat-
kuatnya sampai merasakan dahak yang dibatukkan keluar
dari dada bukan dari tenggorok.
5) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam
wadah,
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan
dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental
purulen dengan volume cukup (3-5 ml).
Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium..
6. Petugas laboratorium memberikan pot sputum yang telah di beri
label identitas pasien
7. Petugas laboratorium mencatat dalam register,
8. Petugas memberi tahu kepada pasien untuk mengirim pot
sputum yang telah berisi sampel dahak pasien pada waktu yang
ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen Swab Anal
(Usap Dubur)

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Swab Anal (Usap Dubur) adalah suatu
kegiatan mendapatkan sediaan dari usapan dubur pasien untuk
pemeriksaan tertentu sesuai dengan permintaan pemeriksaan
laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen swab anal untuk biakan tinja pada penyakit
diare atau untuk skrining petugas penyaji makanan.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
3. Petugas laboratorium menyiapkan pasien
4. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
5. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan
6. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pengambilan
sampel kepada pasien
7. Petugas laboratorium meminta pasien membuka celananya dan
berbaring dengan posisi miring. Kaki yang berada di atas dilipat
pada sendi lutut dan paha.
8. Petugas laboratorium membuka anus dengan cara menarik otot
gluteus ke atas dengan tangan kiri
9. Petugas laboratorium mencelupkan kapas lidi steril ke dalam
vaselin cair, masukkan kapas lidi ke dalam lobang anus sampai
seluruh bagian kapas berada di dalam anus
10. Petugas laboratorium mengusapkan kapas lidi pada
dinding anus dengan gerakan memutar searah jarum jam
sambil ditarik keluar
11. Petugas laboratorium memasukkan lidi kapas ke dalam media
transport.
12. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
13. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan Spesimen Swab
Tenggorokan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan Spesimen Swab Tenggorokan adalah mendapatkan
usapan bagian belakang tenggorokan sebagai sampel untuk
pemeriksaan tertentu sesuai dengan permintaan pemeriksaan
laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen swab tenggorokan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
3. Petugas laboratorium menyiapkan pasien
4. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
5. Petugas laboratorium menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan
6. Petugas laboratorium mempersiapkan beberapa batang kayu
tipis atau kawat alumunium dengan panjang 18 cm dan diameter
2 mm. buat strip kapas, dengan panjang 6 cm dan lebar 3 cm
setipis mungkin. Gulung kapas mengelilingi salah satu ujung
batang kayu. Swab kapas tersebut dibentuk seperti kerucut.
Taruh di dalam tabung reaksi kaca. Sumbat tabung dengan
kapas yang tidak menyerap cairan. Sterilkan tabung berisi swab
kapas tersebut.
7. Petugas laboratorium menekan lidah pasien ke bawah dengan
spatula lidah. Perhatikan bagian belakang tenggorokan.
8. Petugas laboratorium memeriksa dengan cermat apakah terapat
tanda-tanda peradangan dan eksudat, pus, endapan
membranosa, atau ulkus.
9. Petugas laboratorium melakukan pengusapan area yang
terinfeksi dengan kapas swab steril.
10. Petugas laboratoriummemastikan swab ini tidak terkontaminasi
oleh saliva.
11. Petugas laboratorium meletakkan kapas swab tersebut di dalam
tabung reaksi steril.
12. Petugas laboratorium segera mengirim sampel ke laboratorium
bakteriologis.
13. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
14. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengambilan spesimen urin

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengambilan spesimen urin adalah mendapatkan urin pasien
sebagai sampel untuk pemeriksaan tertentu sesuai dengan
permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengambilan spesimen darah kapiler
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium dari pasien
2. Petugas laboratorium mempersilakan pasien untuk duduk
3. Petugas laboratorium menanyakan ulang identitas pasien
4. Petugas laboratorium menyiapkan botol/tempat sampel urin
5. Petugas laboratorium memberikan botol/tempat sampel urin
yang telah diberi label nama, alamat dan umur
6. Petugas laboratorium menjelaskan informasi cara pengambilan
sampel yang benar (urin yang keluar pertama dibuang
kemudian urin selanjutnya ditampung kira-kira 10 ml pada botol
sampel sebagai sampel dan sisa urin selanjutnya dibuang)
7. Petugas laboratorium menyuruh pasien untuk mengambil
sampel urin dikamar mandi
8. Petugas laboratorium menerima sampel urin dari pasien
9. Petugas laboratorium memeriksa volume dan kualitas sampel
urin
10. Petugas laboratorium mencatat pada buku register, nama, umur,
jenis kelamin, dan alamat pasien
11. Petugas laboratorium mencatat rencana waktu pengambilan
hasil pemeriksaan
12. Petugas laboratorium memberi tahu kepada pasien waktu
pengambilan hasil dan meminta kembali untuk mengambil hasil
pada waktu yang ditentukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penyimpanan Spesimen

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyimpanan Spesimen adalah tata cara menyimpan spesimen
jika pemeriksaan ditunda atau dikirim ke laboratorium lain (tidak
langsung diperiksa) dengan memperhatikan jenis pemeriksaan
yang akan diperiksa
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menyimpan
spesimen agar tidak rusak dan tetap layak diperiksa
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menyiapkan wadah untuk penyimpanan
langkah spesimen
2. Petugas laboratorium melabeli spesimen nama & tanggal
penyimpanan
3. Petugas laboratorium menyimpan spesimen yang menggunakan
spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum
dipisahkan dulu baru disimpan
4. Petugas laboratorium memberi bahan pengawet pada spesimen
yang diperlukan misalnya urin atau feces
5. Petugas menyimpan spesimen untuk pemeriksaan klinik 1
minggu dalam lemari es dengan suhu 0oC-8oC
6. Petugas laboratorium menyimpan spesimen untuk pemeriksaan
Imunologi 1 minggu dalam lemari es dengan suhu 0oC-8oC
7. Petugas laboratorium menyimpan spesimen untuk pemeriksaan
Hematologi 2 hari pada suhu kamar
8. Petugas laboratorium menyimpan formulir permintaan
laboratorium ditempat tersendiri
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian identitas spesimen harus tepat dan jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium
adalah kegiatan memonitor petugas dalam melaksanakan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan prosedur yang telah
ditetapkan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksankan
pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Auditor Internal Puskesmas membuat instrumen untuk
langkah memantau pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium,
2. Auditor Internal Puskesmas merencanakan jadwal pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium,
3. Auditor Internal Puskesmas melakukan pembagian tugas antar
anggota dalam melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium,
4. Auditor Internal Puskesmas melaksanakan kegiatan pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
rencana pelaksanaan,
5. Auditor Internal Puskesmas mengisi instrumen pemantauan
berdasarkan hasil pengamatan,
6. Auditor Internal Puskesmas menyimpulkan hasil pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium,
7. Auditor Internal puskesmas mendokumentasikan hasil
pemantauan,
8. Auditor Internal puskesmas melaporkan hasil pemantauan
kepada Kepala Puskesmas,
9. Kepala Puskesmas menerima laporan hasil pemantauan dari
Auditor Internal Puskesmas,
10. Kepala Puskesmas meminta untuk mensosialisasikan hasil
pemantauan kepada petugas yang bersangkutan,
11. Auditor Internal Puskesmas mensosialisasikan hasil
pemantauan pada minilokakarya yang dilaksanakan setiap
bulan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Pemeriksaan Laboratorium Di Luar
Jam Kerja

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemeriksaan Laboratorium Di Luar Jam Kerja adalah pelayanan
laboratorium yang dilakukan diluar jam dinas petugas laboratorium,
yaitu pada event tertentu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar jam kerja
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima perintah tugas dari Kepala
langkah Puskesmas untuk melakukan pelayanan pemeriksaan
laboratorium diluar jam kerja
2. Petugas laboratorium mempersiapkan peralatan dan bahan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis
pemeriksaan dan jumlah sasaran
3. Petugas laboratorium mencatat peralatan dan bahan yang akan
dibawa
4. Petugas laboratorium membawa peralatan dan bahan ke lokasi
pemeriksaan laboratorium
5. Petugas laboratorium menata peralatan dan bahan yang dibawa
di lokasi pemeriksaan
6. Petugas laboratorium melaksanakan pemeriksaan laboratorium
kepada sasaran
7. Petugas laboratorium mencatat semua identitas pasien, jenis
dan hasil pemeriksaan pasien di buku register pelayanan
pemeriksaan laboratorium di luar jam kerja
8. Selesai pelayanan, Petugas laboratorium menata kembali
peralatan yang dibawa dan bahan yang tersisa untuk dibawa
kembali ke Puskesmas
9. Petugas laboratorium mengevaluasi pelaksanaan pemeriksaan
di luar jam kerja
10. Petugas laboratorium melaporkan hasil pelayanan tersebut
kepada Kepala Puskesmas
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemberian informasi sebelum tindakan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemeriksaan Laboratorium yang
Berisiko Tinggi

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemeriksaan Laboratorium yang Berisiko Tinggi adalah
pemeriksaan yang dilakukan pada spesimen yang mudah
menularkan mikroorganisme apabila cara pemeriksaannya tidak
sesuai prosedur yang telah ditetapkan
Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi penularan atau
infeksius
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh
langkah 2. Petugas laboratorium memakai alat pelindung diri (jas
laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang
sesuai selama bekerja
3. Petugas laboratorium memakai jas laborat yang bersih dan
dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium
4. Petugas laboratorium melakukan desinfektan meja kerja
menggunakan alkohol sebelum pemeriksaan sampel.
5. Petugas laboratorium meletakkan sampel pemeriksaan pada
tempat yang telah disiapkan.
6. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sesuai dengan
instruksi kerja/prosedur kerja yang telah ditetapkan
7. Petugas laboratorium memperlakukan semua sampel sebagai
bahan infeksius
8. Petugas laboratorium mencuci tangan dengan sabun yang
mengandung desinfektan
9. Selesai pelayanan, petugas laboratorium melepaskan jas
laboratorium serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan
jas laboratorium yang berpotensi infeksi)
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kewaspadaan Universal
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bagi Petugas Laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Petugas Laboratorium
adalah upaya untuk mengurangi/mencegah bahaya/risiko yang
terjadi atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat
merugikan petugas laboratorium maupun kerugian terhadap
proses di tempat kerja dan lingkungan kerja dengan
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas laboratorium
3. Kebijakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium memastikan kondisi fisik tempat kerja
langkah menunjang K3, penvahayaan cukup, ventilasi cukup dan sesuai,
bersih, kering dan higienis, tersedia tempat cuci tangan dengan
air yang mengalir dan tersedia alat pemadam kebakaran
2. Petugas laboratorium tidak makan dan minum didalam
laboratorium
3. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat
kebelakang dengan rapi
4. Petugas laboratorium mencuci tangan secara higienis dan
menyeluruh
5. Petugas laboratorium memakai alat pelindung diri (jas
laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang
sesuai selama bekerja
6. Petugas laboratorium memakai jas laborat yang bersih dan
dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium
7. Petugas laboratorium melakukan desinfektan meja kerja
menggunakan alkohol sebelum pemeriksaan sampel.
8. Petugas laboratorium meletakkan sampel pemeriksaan pada
tempat yang telah disiapkan.
9. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sesuai dengan
instruksi kerja/prosedur kerja yang telah ditetapkan
10. Petugas laboratorium memperlakukan semua sampel sebagai
bahan infeksius
11. Petugas laboratorium mencuci tangan dengan sabun yang
mengandung desinfektan setelah selesai pelayanan
12. Selesai pelayanan, petugas laboratorium melepaskan jas
laboratorium serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan
jas laboratorium yang berpotensi infeksi)
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD dengan benar
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Daftar APD Laboratorium
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penggunaan Alat Pelindung Diri
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penggunaan Alat Pelindung Diri adalah suatu usaha dari petugas
untuk melindungi diri petugas dari paparan bahan-bahan infeksius,
berbahaya dan beracun ditempat kerja dengan mengunakan alat
pelindung diri
Alat Pelindung Diri atau APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penggunaan Alat
Pelindung Diri
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium mencuci tangan secara higienis dan
langkah menyeluruh
2. Petugas laboratorium memakai jas laboratorium selama bekerja
3. Petugas laboratorium memakai jas laborat yang bersih dan
dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium
4. Petugas laboratorium memakai masker yang sesuai selama
bekerja
5. Petugas laboratorium memakai sarung tangan yang sesuai
selama bekerja
6. Petugas laboratorium memakai alas kaki tertutup yang sesuai
selama bekerja
7. Petugas laboratorium melakukan desinfektan meja kerja
menggunakan alkohol sebelum pemeriksaan sampel.
8. Petugas laboratorium meletakkan sampel pemeriksaan pada
tempat yang telah disiapkan.
9. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sesuai dengan
instruksi kerja/prosedur kerja yang telah ditetapkan
10. Petugas laboratorium memperlakukan semua sampel sebagai
bahan infeksius
11. Petugas laboratorium mencuci tangan dengan sabun yang
mengandung desinfektan setelah selesai pelayanan
12. Selesai pelayanan, petugas laboratorium melepaskan jas
laboratorium, masker, sarung tangan serta ditinggalkan di
laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi
infeksi) atau dibuang (masker dan sarung tangan)
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD dengan benar
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Daftar APD
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemantauan Penggunaan Alat
Pelindung Diri

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemantauan Penggunaan Alat Pelindung Diri adalah kegiatan
memonitor petugas dalam melaksanakan penggunaan alat
pelindung diri berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pemantauan penggunaan Alat Pelindung Diri
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Auditor Internal Puskesmas membuat instrumen untuk
langkah memantau pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri,
2. Auditor Internal Puskesmas merencanakan jadwal pemantauan
pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri,
3. Auditor Internal Puskesmas melakukan pembagian tugas
antar anggota dalam melakukan pemantauan pelaksanaan
penggunaan Alat Pelindung Diri,
4. Auditor Internal Puskesmas melaksanakan kegiatan
pemantauan pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri
sesuai dengan rencana pelaksanaan,
5. Auditor Internal Puskesmas mengisi instrumen pemantauan
berdasarkan hasil pengamatan,
6. Auditor Internal Puskesmas menyimpulkan hasil pemantauan
pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri,
7. Auditor Internal puskesmas mendokumentasikan hasil
pemantauan,
8. Auditor Internal puskesmas melaporkan hasil pemantauan
kepada Kepala Puskesmas,
9. Kepala Puskesmas menerima laporan hasil pemantauan dari
Auditor Internal Puskesmas,
10. Kepala Puskesmas meminta untuk mensosialisasikan hasil
pemantauan kepada petugas yang bersangkutan,
11. Auditor Internal Puskesmas mensosialisasikan hasil
pemantauan pada minilokakarya yang dilaksanakan setiap
bulan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD dengan benar
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Tim Auditor Internal Puskesmas
9. Dokumen terkait Daftar APD
Form pemantauan pemakaian APD
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah semua
tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan berbagai jenis
bahan berbahaya dan beracun yang ada di Puskesmas terutama di
laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di Puskesmas Sumber
Sari
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menyediakan bahan kimia di ruang laboratorium dalam
langkah jumlah secukupnya.
2. Petugas menginventarisir bahan berbahaya dan beracun yang
ada
3. Petugas membuat kartu stok penggunaan bahan berbahaya dan
beracun
4. Petugas meletakkan bahan-bahan yang berbahaya dibagian
bawah/lantai
5. Petugas memberi label tanda bahaya pada bahan kimia
berbahaya dan beracun.
6. Petugas menyimpan bahan berbahaya dan beracun dalam
ruang yang terpisah.
7. Petugas tidak menyimpan bahan berbahaya dan beracun sesuai
abjad namun berdasarkan klasifikasinya.
8. Petugas menyediakan alat pelindung diri seperti masker,
sarung tangan tebal, sepatu bot dll dalam ruang penyimpanan.
9. Petugas menjauhkan bahan berbahaya dan beracun dari sinar
matahari langsung.
10. Petugas menyediakan alat pemadam kebakaran dalam ruang
penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar.
11. Petugas menjauhkan bahan kimia yang mudah terbakar dari
sumber api / panas.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kewaspadaan Universal
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Daftar Bahan beracun dan berbahaya
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengelolaan Limbah Hasil
Pemeriksaan Laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan Limbah Hasil Pemeriksaan Laboratorium adalah semua
tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan berbagai jenis
limbah yang merupakan hasil dari proses pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pengelolaan limbah hasil pemeriksaan laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium mengidentifikasi limbah apa saja yang
langkah merupakan limbah hasil pemeriksaan laboratorium
2. Limbah padat dari hasil pemeriksaan laboratorium
a. Petugas laboratorium memasukkan limbah padat ke dalam
kantong plastik berwarna kuning,
b. Perugas laboratorium memberi label pada tempat limbah,
c. Petugas laboratorium menggunakan alat pelindung diri setiap
menangani limbah,
d. Petugas kebersihan mengambil kantong plastik yang berisi
limbah setiap hari setelah pelayanan atau setelah terisi 2/3
bagian telah terisi,
e. Petugas Kebersihan menempatkan limbah tersebut ke dalam
kontainer khusus yang disimpan diruang khusus, untuk diambil
pihak ketiga
3. Limbah cair dari hasil pemeriksaan laboratorium
a. Petugas laboratorium membuang limbah cair kedalam saluran
pembuangan limbah yang dialirkan ke dalam IPAL,,
4. Limbah BTA
a. Petugas laboratorium menyiapkan wadah yang dialasi kantong
plastik dengan larutan desinfektan (larutan hipoklorit 1%)
dengan jumlah yang cukup untuk merendam wadah / alat bekas
pakai pembuatan BTA,
b. Petugas laboratorium melonggarkan tutup wadah/pot dahak
ketika akan dimasukan ke dalam wadah penampung limbah,
c. Petugas laboratorium merendam aplikator bambu, lidi lancip,
wadah sampah/limbah medis semua limbah yang telah
direndam dalam larutan desinfektan selama 12 jam.
f. Petugas laboratorium memasukkan limbah padat dari proses
tersebut diatas ke dalam kantong plastik berwarna kuning,
g. Perugas laboratorium memberi label pada tempat limbah,
h. Petugas laboratorium menggunakan alat pelindung diri setiap
menangani limbah,
i. Petugas kebersihan mengambil kantong plastik yang berisi
limbah setiap hari setelah pelayanan atau setelah terisi 2/3
bagian telah terisi,
j. Petugas Kebersihan menempatkan limbah tersebut ke dalam
kontainer khusus yang disimpan diruang khusus, untuk diambil
pihak ketiga
5. Petugas laboratorium memantau pelaksanaan pengelolaan limbah
hasil pemeriksaan laboratorium
6. Petugas laboratorium melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan
limbah kepada Kepala Puskesmas secara periodik
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penyimpanan limbah medis sebelum diambil pihak ketiga
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Dokumen PKS pembuangan limbah medis
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Pengelolaan Reagen

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan Reagen adalah semua tindakan dan kegiatan dalam
rangka pemilihan, pengadaan, penanganan dan penyimpanan
reagen yang menjamin penyelenggaraan laboratorium yang baik
dan bermutu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengelola
reagen di laboratorium Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium memilih reagen yang akan digunakan
langkah sesuai kebutuhan puskesmas
2. Petugas laboratorium menghitung jumah kebutuhan reagen di
Puskesmas
3. Petugas laboratorium menerima reagen dari Dinas Kesehatan
maupun dari proses pengadaan Puskesmas
4. Petugas laboratorium mencatat reagen yang diterima dan
persediaan reagen Puskesmas
5. Petugas laboratorium menyimpan reagen dengan
menggunakan kaidah pertama masuk –pertama keluar
(FIFO )first in first out yaitu reagen yang lebih dulu masuk
persediaan harus digunakan lebih dahulu
6. Petugas laboratorium menggunakan reagen yang mempunyai
masa kadaluwarsa pendek untuk dipakai terlebih dahulu.
(FEFO) first expire first out guna menjamin barang tidak rusak
akibat penyimpanan lama
7. Petugas laboratorium menyimpan larutan berwarna dan larutan
organik dalam botol coklat
8. Petugas laboratorium menempatkan reagen pada tempat
yangsteril.
9. Petugas laboratorium menyimpan reagen pada tempat yang
tidak terkena sinar matahari langsung
10. Petugas laboratorium menyimpan reagen padasuhu kamar atau
suhu dingin ( 2o C – 8o C) tergantung jenis reagen
11. Petugas laboratorium membuat kartu stok pemakaian reagen.

KUALIFIKASI PENYIMPANAN REAGEN DI LABORAT


NAMA
NO KEMASAN SUHU
REAGEN
1 Alkohol 70 % Botol Suhu
2 Metanol coklat ruangan
3 Larutan truk Botol Suhu
4 Larutan hayem coklat ruangan
5 Na Citrat 3,8 % Botol Suhu
6 Giemsa stain coklat ruangan
7 HCL 0,1 N Botol Suhu
8 Eosin 1 % coklat ruangan
9 EDTA 10 % Botol Suhu
10 Oil immersi coklat ruangan
11 Glucosure stik Botol Suhu
12 UA sure stik coklat ruangan
13 Cholesterol stik Botol Suhu
14 Trigliseride stik coklat ruangan
15 Combistik Botol Suhu
16 PP Tes coklat ruangan
Botol Suhu
coklat ruangan
Botol Suhu
coklat ruangan
Tube Suhu
Tube ruangan
Tube Suhu
Tube ruangan
Tube Suhu
Box ruangan
Suhu
ruangan
Suhu
ruangan
Suhu
ruangan
17 Amonium Botol Suhu ruang
18 Oxalat Coklat 2 o C – 8o C
19 Widal Vial 2 o C – 8o C
20 Golongan Vial 2 o C – 8o C
darah Vial
UA sure contro
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penyimpanan reagen
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Daftar reagen
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
terkait diberlakukan
Pengelolaan Limbah

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan Limbah adalah semua tindakan dan kegiatan yang
berhubungan dengan berbagai jenis limbah yang ada di
Puskesmas mulai dari identifikasi, pemilahan, pelabelan,
penanganan, penampungan hingga pembuangan limbah.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pengelolaan limbah di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengidentifikasi limbah apa saja yang ada di
langkah Puskesmas
2. Limbah padat
a. Petugas memasukkan limbah padat ke dalam kantong
plastik berwarna kuning,
b. Perugas memberi label pada tempat limbah,
c. Petugas menggunakan alat pelindung diri setiap menangani
limbah,
d. Petugas kebersihan mengambil kantong plastik yang berisi
limbah setiap hari setelah pelayanan atau setelah terisi 2/3
bagian telah terisi,
e. Petugas Kebersihan menempatkan limbah tersebut ke
dalam kontainer khusus yang disimpan diruang khusus,
untuk diambil pihak ketiga
3. Limbah cair
b. Petugas membuang limbah cair kedalam saluran
pembuangan limbah yang dialirkan ke dalam IPAL,,
4. Limbah BTA
a. Petugas laboratorium menyiapkan wadah yang dialasi
kantong plastik dengan larutan desinfektan (larutan
hipoklorit 1%) dengan jumlah yang cukup untuk merendam
wadah / alat bekas pakai pembuatan BTA,
b. Petugas laboratorium melonggarkan tutup wadah/pot dahak
ketika akan dimasukan ke dalam wadah penampung limbah,
c. Petugas laboratorium merendam aplikator bambu, lidi lancip,
wadah sampah/limbah medis semua limbah yang telah
direndam dalam larutan desinfektan selama 12 jam.
f. Petugas laboratorium memasukkan limbah padat dari
proses tersebut diatas ke dalam kantong plastik berwarna
kuning,
g. Perugas laboratorium memberi label pada tempat limbah,
h. Petugas laboratorium menggunakan alat pelindung diri
setiap menangani limbah,
i. Petugas kebersihan mengambil kantong plastik yang berisi
limbah setiap hari setelah pelayanan atau setelah terisi 2/3
bagian telah terisi,
j. Petugas Kebersihan menempatkan limbah tersebut ke
dalam kontainer khusus yang disimpan diruang khusus,
untuk diambil pihak ketiga
5. Petugas memantau pelaksanaan pengelolaan limbah hasil
pemeriksaan laboratorium
6. Petugas melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah
kepada Kepala Puskesmas secara periodik
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Dokumen PKS pembuangan limbah
AMDAL
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemantauan Waktu Penyampaian
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Untuk Pasien Urgen/Gawat Darurat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemantauan Waktu Penyampaian Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Untuk Pasien Urgen/Gawat Darurat adalah kegiatan memonitor
ketepatan waktu petugas laboratorium menyampaikan hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgen/gawat darurat
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemantauan
waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
urgen/gawat darurat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium mengidentifikasi pasien urgent/gawat
langkah darurat
2. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk pasien urgent/gawat darurat
3. Petugas laboratorium mencatat waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgent/gawat darurat
4. Petugas laboratorium membuat jadwal pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
urgent/gawat darurat
5. Petugas laboratorium melaksanakan pemantauan sesuai jadwal
6. Petugas laboratorium menganalisis hasil pemantauan untuk
dilakukan tindak lanjut
7. Petugas laboratorium mengevaluasi waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgent/gawat darurat
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian hasil laboratorium dengan kondisi pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Yang Kritis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Yang Kritis adalah
pelaporan hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi
potofisiologi pasien yang nilainya diluar batas normal yang telah
disepakati bersama, baik di bawah atau di atas nilai normal,
dimana pasien memerlukan intervensi tindakan medis segera
karena dapat membahayakan keselamatan pasien
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium mendapatkan hasil laboratorium yang
langkah kritis
2. Petugas laboratorium memeriksa ulang kondisi spesimen
3. Petugas laboratorium melaporkan hasil lab yang kritis kepada
dokter pengirim spesimen,
4. Petugas laboratorium bersama dokter memeriksa kondisi klinis
pasien,
5. Dokter laboratorium meminta petugas laboratorium memeriksa
ulang menggunakan spesimen yang baru jika kondisi klinis
pasien tidak sesuai dengan hasil laboratorium yang kritis,
6. Petugas laboratorium memeriksa ulang spesimen,
7. Petugas laboratorium mendapatkan hasil laboratorium yang
kritis,
8. Petugas laboratorium melaporkan segera kepada dokter
pengirin spesimen,
9. Dokter laboratorium melakukan penanganan segera untuk
mengatasi hasil laboratorium yang kritis,
10. Petugas laboratorium menuliskan hasil laboratorium di formulir
hasil laboratorium,
11. Petugas laboratorium menyerahkan formulir hasil laboratorium
kepada dokter,
12. Petugas laboratorium menuliskan hasil laboratorium di register
laboratorium.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian hasil laboratorium dengan kondisi klinis pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form Hasil Pemeriksaan laboratorium
Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pencatatan Dalam Rekam Medis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pencatatan Dalam Rekam Medis adalah penulisan hasil
laboratorium didalam rekam medis pasien
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium dalam rekam medis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menerima hasil pemeriksaan laboratorium
langkah 2. Petugas memastikan identitas dari hasil pemeriksaan
laboratorium sesuai dengan rekam medis
3. Petugas memastikan tidak ada kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
4. Bila petugas mendapatkan hasil pemeriksaan yang meragukan
atau kritis, segera mengkomunikasikan dengan petugas
laboratorium, untuk dilakukan pemeriksaan ulang
5. Petugas menuliskan tanggal pemeriksaan, jam pemeriksaan dan
hasil pemeriksaan laboratorium didalam rekam medis
6. Petugas memeriksa kembali pencatatan hasil pemeriksaan
laboratorium di rekam medis sudah sesuai dengan yang tertulis
dalam formulir hasil pemeriksaan laboratorium
7. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
untuk pasien kepada pasien
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Tulisan harus lengkap dan jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Rekam medis
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
terkait diberlakukan
Penyimpanan Dan Distribusi
Reagensia

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyimpanan Dan Distribusi Reagensia adalah suatu usaha yang
bertujuan menjaga kualitas dan mutu reagen sesuai dengan
kaidah-kaidah tertentu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyimpanan
dan distribusi reagensia
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas membuat kartu stock penggunaan reagen.
langkah 2. Petugas menggunakan reagen yang lebih dulu masuk (FIFO/First
in First out).
3. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa
kadaluwarsa pendek. (FEFO/Fist Expire First Out)
4. Petugas menyimpan reagen dalam botol kaca berwarna coklat.
5. Petugas menyimpan reagen yang mengalami reaksi fotokimia
dalam botol plastik putih.
6. Petugas menjauhkan reagen dari sinar matahari langsung.
7. Petugas menyimpan reagen pada suhu ruangan atau suhu dingin
(2-8oC).
8. Petugas tidak menyimpan reagen terlalu berdekatan karena
dapat bereaksi.
9. Petugas melakukan uji kestabilan reagen.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Reagen kadaluwarsa
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Daftar reagen
Buku Stok Reagen
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengendalian mutu laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengendalian mutu laboratorium adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium
Kegiatan ini terdiri atas empat komponen penting, yaitu : pemantapan
mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal (PME), verifikasi,
validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengendalian mutu
laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Tim manajemen mutu memastikan bahwa petugas laboratorium
langkah melakukan pemantapan mutu internal
2. Tim manajemen mutu memastikan adanya bukti bahwa petugas
laboratorium telah melakukaan PMI.
3. Tim manajemen mutu memastikan petugas laboratorium melakukan
pementapan mutu eksternal
4. Tim manajemen mutu memastikan adanya bukti bahwa petugas
laboratorium telah melakukan PME
5. Tim manajemen mutu memastikan bahwa petugas laboratorium
selalu memverifikasi setiap kegiatan laboratorium meliputi tahap pra
analitik, analitik dan pasca analitik.
6. Tim manajemen mutu memastikan bahwa petugas laboratorium
mempunyai bukti tentang verifikasi laboratorium
7. Tim manajemen mutu memastikan bahwa petugas laboratorium
melakukan validasi hasil
8. Tim managemen mutu memastikan bahwa petugas laboratorium
melakukan audit semua kegiatan laboratorium meliputi audit internal
dan eksternal
9. Tim manajemen mutu memastikan adanya bukti bahwa telah
dilakukan audit untuk semua kegiatan.
10. Tim managemen mutu memastikan petugas laboratorium mengikuti
pendidikan atuapun pelatihan pelatihan.
11. Tim managemen mutu memastikan adanya bukti bahwa petugas
laboratorium telah mengikuti pendidikan ataupun pelatihan pelatihan
tentang laboratorium.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kepatuhan kepada SOP
diperhatikan
8. Unit terkait Tim manajemen mutu
Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Indikator mutu labratorium
Instrumen audit internal
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Kalibrasi dan Validasi Instrumen
Alat Ukur

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Kalibrasi dan Validasi Instrumen Alat Ukur adalah kegiatan untuk
menentukan kebenaran nilai penunjukan instrument/alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkannya dengan standar ukur
yang punya kemampuan telusur ke standar nasional dan atau
internasional
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk kalibrasi dan
validasi instrument alat ukur
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menginventarisir peralatan/instrumen yang akan
langkah dikalibrasi dan divalidasi
2. Petugas melalui petugas pengelola barang medis puskesmas
mengajukan rencana program kalibrasi dan validasi
peralatan/instrumen kepada Kepala Puskesmas,
3. Petugas membuat jadwal kalibrasi dan validasi instrumen yang
diketahui Kepala Puskesmas dan petugas pengelola barang
puskesmas.
4. Petugas pengelola barang Puskesmas mengirim peralatan/
instrumen untuk dikalibrasi dan divalidasi sesuai jadwal kalibrasi
dan validasi
5. Petugas laboratorium meminta bukti kalibrasi dan validasi
peralatan/instrumen yang telah dilakukan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas hasil pemeriksaan
diperhatikan
8. Unit terkait Petugas Pengelola Barang Puskesmas
Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Jadual kalibrasi
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
terkait diberlakukan
Rujukan spesimen

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Rujukan spesimen adalah pelimpahan suatu tanggung jawab atas
permintaan pemeriksaan laboratorium ke fasilitas laboratorium lain
yang lebih tinggi atau lebih lengkap dalam bentuk spesimen yang
relatif stabil
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
rujukan spesimen
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium
2. Petugas laboratorium melakukan pencatatan di buku register
3. Petugas laboratorium memberitahukan prosedur pengambilan
spesimen kepada pasien
4. Petugas laboratorium melaksanakan pengambilan spesimen
sesuai permintaan pemeriksaan laboratorium
5. Petugas laboratorium menyiapkan spesimen sesuai persyaratan
pengiriman spesimen dalam bentuk yang relatif stabil
6. Petugas laboratorium memastikan waktu pengiriman tidak
melampaui masa stabilitas spesimen
7. Petugas laboratorium memastikan spesimen tidak terkena sinar
matahari langsung
8. Petugas laboratorium menggunakan media transport untuk
pemeriksaan mikrobiologi
9. Petugas laboratorium memberi label identitas pasien secara
lengkap termasuk label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau “Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
10. Petugas laboratorium membuatkan surat rujukan spesimen ke
fasilitas laboratorium lain
11. Petugas laboratorium mengirimkan spesimen tersebut ke
fasilitas laboratorium rujukan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Ketepatan pemberian label identitas spesimen
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait Form pengiriman spesimen
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Rujukan Eksternal Laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Rujukan Eksternal Laboratorium adalah pelimpahan suatu
tanggung jawab atas permintaan pemeriksaan laboratorium ke
fasilitas laboratorium lain yang lebih tinggi atau lebih lengkap
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
rujukan eksternal laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan
langkah pemeriksaan laboratorium
2. Petugas laboratorium melakukan pencatatan di buku register
3. Petugas laboratorium memberitahukan kepada pasien bahwa
pemeriksaan yang diminta tidak dapat dikerjakan karena alasan
tertentu
4. Petugas laboratorium meminta persetujuan pasien apakah mau
dibuatkan rujukan atau tidak
5. Petugas laboratorium memberitahukan kepada dokter bahwa
pasien meminta dibuatkan rujukan eksternal laboratorium
6. Dokter membuatkan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium eksternal
7. Dokter menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium eksternal kepada pasien
8. Dokter mendokumentasikan ke dalam rekam medis pasien
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian permintaan laboratorium dengan kondisi klinis pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan Klinis
9. Dokumen terkait Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
Rekam Medis
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
terkait diberlakukan
Pelaporan Program Keselamatan
Dan Pelaporan Insiden

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pelaporan Program Keselamatan Dan Pelaporan Insiden adalah
suatu kegiatan untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan program keselamatan serta insiden yang
terjadi dan tercatat yang berhubungan dengan keselamatan pasien
dan petugas Puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaporan
program keselamatan dan pelaporan insiden
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menyiapkan buku untuk pencatatan laporan hasil
langkah pelaksanaan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium..
2. Petugas melakukan pencatatan tanda terima bahan berbahaya
dan beracun di laboratorium
3. Petugas melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis.
4. Petugas melakukan pencatatan pembuangan limbah medis
dan limbah berbahaya.
5. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja maupun
insiden keselamatan pasien yang terjadi di laboratorium
6. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3
kepada Tim pengelola K3 di puskesmas
7. Petugas melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di puskesmas
secara rutin (bulanan).
8. Petugas melaporkan secara khusus pelaksanaan program
keselamatan kepada tim K3 di puskesmas apabila terjadi
kecelakaan kerja di laboratorium
9. Petugas mencatat hasil verifikasi Tim K3 pada saat pelaporan
pelaksanaan K3 di laboratorium.
10. Petugas menyimpan semua berkas dokumen
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data dan identitas pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Form Laporan Insiden
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien di Laboratorium

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Laboratorium adalah
suatu sistem untuk mendokumentasikan adanya insiden
keselamatan pasien di laboratorium sehingga dapat dilakukan
analisis dan memberikan solusi untuk insiden yang terjadi yang
berhubungan dengan keselamatan pasien dan petugas Puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien di Laboratorium
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menyiapkan buku untuk mencatat apabila terjadi
langkah insiden keselamatan pasien di laboratorium.
2. Petugas melakukan pencatatan insiden yang terjadi
3. Petugas mencatat secara rinci setiap insiden keselamatan
pasien yang terjadi di laboratorium
4. Petugas melaporkan insiden tersebut kepada Tim Keselamatan
Pasien
5. Petugas melakukan analisis terhadap insiden tersebut
6. Petugas mencari solusi terhadap insiden tersebut agar dapat
diminimalisir atau dicegah dikemudian hari
7. Petugas melaporkan hasil telaah insiden tersebut kepada
Kepala Puskesmas
8. Petugas mencatat rekomendasi Kepala Puskesmas
9. Petugas menyimpan semua berkas dokumen
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data dan identitas pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form Laporan Insiden
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penanganan dan Pembuangan
Bahan Berbahaya

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penanganan dan Pembuangan Bahan Berbahaya adalah semua
kegiatan penanganan, pemisahan, pemilahan, pengurangan
volume, penampungan dan pembuangan bahan berbahaya yang
ada di Puskesmas
Bahan berbahaya dapat berupa limbah cair, limbah padat dan gas
karena dapat menjadi berbahaya bila tidak ditangani secara benar
Bahan berbahaya bisa berasal dari :
1. bahan baku yang sudah kadaluarsa;
2. bahan habis pakai (misalnya medium perbenihan yang tidak
3. terpakai);
4. produk proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen);
5. produk upaya penanganan limbah (misalnya jarum suntik sekali
pakai setelah diotoklaf).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan dan
pembuangan bahan berbahaya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas melakukan dekontaminasi pada limbah sisa
langkah pemeriksaan yang mengandung bahan B3 kemudian
menaruhnya pada tempat sampah dengan plastic berwarna
kuning.
2. Petugas melakukan desinfeksi meja kerja sebelum dan sesudah
pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi bahan berbahaya.
3. Petugas melakukan pemisahan limbah B3 dan non B3
4. Petugas mengunakan kantong plastic hitam untuk limbah non
B3.
5. Petugas menggunakan kantong plastic kuning untuk jenis
limbah B3
6. Petugas menempatkan limbah B3 jarum , spuit pada safety
cabinet.
7. Petugas menggunakan alat pelindung diri setiap menangani
limbah,
8. Petugas kebersihan mengambil kantong plastik yang berisi
limbah setiap hari setelah pelayanan atau setelah terisi 2/3
bagian telah terisi,
9. Petugas Kebersihan menempatkan limbah tersebut ke dalam
kontainer khusus yang disimpan diruang khusus, untuk diambil
pihak ketiga
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Dokumen PKS Pembuangan limbah
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Orientasi Prosedur Dan Praktik
Keselamatan/Keamanan Kerja

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Orientasi Prosedur Dan Praktik Keselamatan/Keamanan Kerja adalah
suatu kegiatan orientasi yang bertujuan supaya petugas laboratorium
dapat mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap
bahaya yang mungkin terjadi serta mengetahui cara mengatasi apabila
terjadi kecelakaan di laboratorium
Orientasi adalah upaya pelatihan dan pengembangan awal bagi para
karyawan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
orientasi prosedur dan praktik keselamatan/keamanan kerja
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Prosedur/langkah- 1. Penanggungjawab laboratorium mengintruksikan kepada petugas
langkah laboratorium untuk mengikuti orientasi prosedur dan praktek
keselamatan/keamanan kerja.
2. Petugas laboratorium mengikuti orientasi prosedur dan praktek
keselamatan/keamanan kerja.
3. Petugas laboratorium melaporkan kepada penanggung jawab
laboratorium bahwa orientasi prosedur dan praktek keselamatan
kerja telah di laksanakan.
4. Petugas laboratorium membuat laporan hasil orientasi prosedur dan
praktek keselamatan/keamanan kerja
5. petugas laboratorium menyampaikan laporan hasil orientasi
prosedur dan praktek keselamatan/keamanan kerja kepada
penanggungjawab laboratorium.
6. Petugas laboratorium menerapkan hasil orientasi prosedur dan
praktek keselamatan/keamanaan kerja di dalam kegiatan pelayanan
di laboratorium.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kelengkapan APD
diperhatikan
8. Unit terkait Unit Laboratorium
9. Dokumen terkait KAK orientasi
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Penyediaan dan penggunaan obat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyediaan dan penggunaan obat adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
penyediaan dan penggunaan obatdi unit pelayanan kesehatan
dasar
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004.
Standard Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,Kemenkes,2014
5. Prosedur/langkah- 1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata per bulan di
langkah Puskesmas Induk dan seluruh unit pelayanan untuk menentukan
stok kerja
2.Menentukan stok optimum yaitu jumlah stok obat yang
diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami
kekurangan/kekosongan
3.Menentukan stok pengaman yaitu jumlah stok yang disediakan
untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga
4.Menentukan waktu tunggu yaitu waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima
5.Melakukan penanganan obat hilang, obat rusak dan
kadaluwarsa.
a. Penanganan Obat Hilang :
 Petugas pengelola obat setelah mengetahui ada obat hilang
segera menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang
beserta Berita Acaranya, serta melaporkan kepada Kepala
Puskesmas. Daftar tersebut nantinya akan digunakan
sebagai lampiran dari Berita Acara Obat Hilang yang
diterbitkan oleh kepala Puskesmas
 Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat
Hilang
 Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian
tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kabupaten, disertai Berita Acara Obat Hilang
tersebut
 Petugas pengelola obat lalu mencatat jenis dan jumlah obat
yang hilang tersebut pada Kartu Stok masing-masing
Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi
mencukupi kebutuhan pelayanan, segera membuat LPLPO
untuk mengajukan tambahan obat
 Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan
kepada kepolisian dengan membuat Berita Acara.
b. Penanganan Obat Rusak / Kadaluwarsa :
1. Petugas mengidentifikasi semua obat yang kadaluwarsa /
rusak di ruang kamar obat.
2. Petugas mencatat jumlah, nomor bacth dan tanggal
kadaluwarsanya
3. Petugas mengidentifikasi obat yang kadaluarsa / rusak di
sub unit puskesmas
4. Petugas mencatat jumlah, nomor bacth dan tanggal
kadaluwarsanya yang ada di sub unit internal puskesmas
5. Petugas memisahkan obat kadaluarsa / rusak dari
penyimpanan obat lainnya
6. Bila ada obat yang rusak/ ED Petugas membuat Laporan
dan berita acara
7. Laporan dan berita acara obat kadaluwarsa / rusak dengan
lampiran jenis dan jumlah obat yang kadaluarsa / rusak
8. Obat – obat yang kadaluwarsa / rusak yang sudah dipisah
dikirim kembali ke Instalasi Farmasi untuk dimusnahkan atau
dimusnahkan di puskesmas.
9. Membuat Berita Acara Pemusnahan Obat diketahui Kepala
Puskesmas.
10. Dilakukan pemusnahan obat
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat dan Unit pelayanan
9. Dokumen terkait LPLPO
Kartu Stok Obat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penyediaan Obat Yang Menjamin
Ketersediaan Obat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat adalah
serangkaian prosedur untuk menilai sesuai program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian
tujuan ,kegiatan,hasil dan dampak serta biaya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui
kesesuaian ketersediaan obat dengan kebutuhan obat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004.
PMK No. 30 tahun 2014 tentang Standard Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengumpulkan data jenis obat yang tersedia setiap
langkah bulan.
2. Petugas menghitung jumlah jenis obat yang tersedia di
Puskesmas ( A )
3. Petugas mengumpulkan data jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium Puskesmas.
4. Petugas menghitung jumlah jenis obat di Puskesmas yang
tercantum di Formularium Puskesmas( B )
5. Petugas menghitung tingkat ketersediaan obat dengan
membandingkan jumlah obat yang tersedia di Puskesmas
dengan jumlah jenis obat yang tercantum di Formularium
(A/B) x 100%.
6. Petugas menyampaikan hasil evaluasi ketersediaan obat
terhadap formularium kepada Kepala Puskesmas
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data
diperhatikan 10 Besar Penyakit
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait LPLPO
Kartu Stok Obat
10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
terkait diberlakukan
Pelayanan Peresepan Pemesanan
dan Pengelolaan Perbekalan
Farmasi

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pelayanan resep adalah kegiatan dimulai dari Pengkajian
Resep,Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
untuk pasien.
Pemesanan obat adalah suatu proses kegiatan pengelola obat
untuk mengajukan pemesanan / permintaan obat ke Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten sesuai dengan jumlah dan
jenis obat yang sudah direncanakan dan atau kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi menggunakan dana puskesmas.
Pengelolaan perbekalan farmasi adalah kegiatan pelayanan
kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk peresepan dan
pemenuhan kebutuhan farmasi di Puskesmas dan unit-unitnya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- A. Pelayanan Peresepan
langkah 1. Petugas menerima resep dari pasien
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep :
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, alamat dan berat badan pasien (khusus
pasien anak-anak), dan nomor rekam medis
b. Nama, dan paraf pemeriksa
c. Tanggal resep.
Persyaratan farmasetik dan klinis meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Duplikasi pengobatan.
B. Pemesanan dan Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Permintaan rutin
a. Menentukan jumlah permintaan obat berdasarkan data
pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep,
data penyakit, dan frekuensi distribusi obat dari Instalasi
Farmasi
b. Cara menghitung Kebutuhan Obat : jumlah untuk periode
yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya yaitu dengan rumus
SO = SK + WK + WT + SP - SS

Keterangan : SO = Stok Optimum


SK = Stok Kerja ( stok pada periode
berjalan )
WK= Waktu Kekosongan Obat
WT= Waktu Tunggu ( Lead Time )
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa Stok
c. Permintaan Obat rutin dilakukan dengan menggunakan
formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
( LPLPO ) yang sudah diperiksa dan ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas .

d. Permintaan obat rutin diajukan tiap 1 bulan sekali sesuai


dengan petunjuk dari Instalasi Farmasi DKK .
2. Permintaan Khusus
a. Permintaan Khusus dilakukan di luar jadwal distribusi rutin
apabila :
- Kebutuhan meningkat
- Menghindari kekosongan
- Penanganan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
- Obat Rusak
- Obat Kadaluwarsa
b. Permintaan Khusus dilakukan dengan menggunakan Surat
Permintaan Tambahan Obat yang sudah disetujui dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
c. Diajukan ke Unit Farmasi sewaktu- waktu diperlukan
mendesak.
3. Prosedur Permintaan tambahan perbekalan farmasi dari
Puskesmas ke Instalasi farmasi
1. Petugas mengisi form permintaan tambahan perbekalan
farmasi
2. Petugas meminta persetujuan Kepala Puskesmas
3. Petugas menyerahkan form permintaan ke Intalasi
Farmasi dan meminta persetujuan kepada Kepala
Instalasi Farmasi
4. Petugas puskesmas menerima perbekalan farmasi
dengan mengecek jumlah, ED, fisiknya dan menanda-
tangani form permintaan tambahan perbekalan farmasi
5. Petugas menggabungkan form permintaan tambahan
perbekalan farmasi dengan LPLPO
4. Pengadaan
a) Petugas mengadakan rapat/ koordinasi tentang
perencanaan perbekalan farmasi di akhir tahun untuk
pengadaan tahun berikutnya
b) Petugas merekapitulasi seluruh usulan perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi dan menyerahkan ke
Instalasi Farmasi Kabupaten
c) Setelah pembahasan tingkat kabupaten dan hasilnya ada
beberapa perbekalan farmasi yang tidak tersedia, maka
petugas melakukan pembahasan ulang.
d) Apabila dicapai kesepakatan perencanaan pengadaan,
maka Petugas mengajukan permohonan persetujuan
pembelian perbekalan farmasi yang tidak ada di Instalasi
Farmasi
e) Permohonan persetujuan ditanda-tangani Kepala
Puskesmas dan disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi
f) Apabila permohonan sudah disetujui, maka petugas
melakukan pengadaan dengan berkoordinasi dengan
bendahara
g) Apabila pengadaan perbekalan farmasi e-katalog melalui e-
purchasing dalam waktu 1 minggu tidak disetujui PBF
(Pedagang Besar Farmasi) atau barang kosong maka boleh
dilakukan pengadaan offline/ non e-katalog dengan harga
kompetitif.

6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data
diperhatikan 10 Besar penyakit
8. Unit terkait Kamar obat dan unit pelayanan
9. Dokumen terkait LPLPO
Dokumen pengadaan
Dokumen Prmintaan Obat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemberian obat tidak kadaluwarsa

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Obat Kadaluwarsa adalah kondisi obat yang konsentrasinya
sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya
sehingga kerja obat sudah tidak optimal.
sistem First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat,
artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian, dan First In First
Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang
pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang
kemudian
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian obat
tidak kadaluwarsa
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menerima obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten
langkah atau dari PBF apabila melakukan pembelian sendiri.
2. Petugas menyusun obat secara alfabetis, untuk setiap
bentuk sediaan
3. Petugas mencatat di kartu stok obat nomor batch, tanggal
kadaluwarsa dan jumlah obat yang diterima
4. Petugas merotasi obat dengan sistem FEFO dan FIFO
5. Petugas menyimpan rapi obat di rak
6. Petugas menyimpan obat psikotropika dan narkotika di
lemari khusus dan terkunci
7. Petugas menyimpan obat bentuk cairan dipisahkan dari
obat bentuk padatan
8. Untuk mempermudah dan terlihat jelas, pada dus obat
dengan tanggal kadaluwarsa dekat ditempeli stiker kuning
dan ditulis nama obat dan tanggal kadaluarsanya
9. Semua pengeluaran obat dari Gudang obat Puskesmas
dicatat di LPLPO dan direkap di kartu stok
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemisahan obat kadaluwarsa
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait LPLPO
Kartu Stok Obat
Daftar obat kadaluwarsa
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penggunaan obat yang dibawa
sendiri oleh pasien/keluarga

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga adalah
upaya rekonsiliasi obat yang dibawa pasien/keluarga pasien ke
puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menggunakan
obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menanyakan kepada pasien tentang obat obat yang
langkah sedang dikonsumsi oleh pasien sebelum menjalani perawatan di
Puskesmas
2. Petugas memberikan instruksi untuk meneruskan atau
menghentikan obat yang sedang dikonsumsi pasien
3. Apabila ada tambahan obat yang diperlukan, petugas
menuliskan resep tambahan.
4. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien atau keluarga serta obat
tambahan dicatat di rekam medis pasien
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Interaksi Obat
diperhatikan Kesesuaian obat dengan diagnosis pasien
8. Unit terkait Kamar obat dan unit pelayanan
9. Dokumen terkait Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengawasan dan pengendalian
penggunaan Narkotika dan
Psikotropika

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengawasan dan pengendalian penggunaan Narkotika dan
Psikotropika adalah proses kontrol terhadap obat Narkotika dan
Psikotropika dari permintaan, penerimaan sampai pengeluaran dan
penggunaan obatnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengawasan dan
pengendalian penggunaan Narkotika dan Psikotropika
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi UU no 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
UU no 35 tahun 2009 tentang Narkotika
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004.

5. Prosedur/langkah- 1. Petugas obat menyusun rencana kebutuhan obat Narkotika dan


langkah Psikotropika sesuai kebutuhan untuk pelayanan di Puskesmas.
2. Petugas obat mengajukan permintaan Narkotika dan
Psikotropika ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
3. Petugas obat memeriksa dan menerima obat Narkotika dan
Psikotropika dari IFK.
4. Petugas obat menyimpan obat dilemari khusus Narkotika dan
Psikotropika, kunci almari dipegang oleh Pengelola obat dan
Kepala Puskesmas.
5. Petugas obat mencatat setiap penerimaan dan pengeluarannya
kedalam kartu stock obat dan buku Induk penerimaan dan
pengeluaran obat.
6. Petugas obat mencatat setiap pengeluaran Narkotika dan
Psikotropika tentang identitas pelanggan ke dalam Buku Bantu
Pencatatan Pengeluaran Obat Narkotika dan Psikotropika.
7. Petugas obat membuat laporan penerimaan dan pemakaian
obat Narkotika dan Psikotropika setiap akhir bulan.
8. Kepala Puskesmas memeriksa dan menanda tangani Laporan
Penerimaan dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika.
9. Petugas obat mengirim laporan Narkotika dan Psikotropika ke
Dinas Kesehatan Kabupaten dan tembusan ke IFK.
10. Petugas obat mendokumentasikan laporan pengeluaran obat
Narkotika dan Psikotropika.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait Kartu Stok Obat Narkotika dan Psikotropika
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penyimpanan obat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman , terhindar dari kerusakan baik fisik
maupun kimia sehingga mutunya terjamin, sesuai dengan persyaratan
yg berlaku
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyimpanan obat di
puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019 tentang
Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat, Manajemen Informasi,
Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen Peralatan,
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis Puskesmas Sumber
Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1.Menyiapkan gudang yang memenuhi syarat :
langkah - Cukup luas minimal 3 X 4 m2
- Ruangan kering dan tidak lembab
- Ada ventilasi agar ada aliran udara
- Jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan
adanya cahaya langsung dan berteralis
- Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain
- Dinding dibuat licin
- Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
- Gudang obat khusus digunakan untuk penyimpanan obat
- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
2. Menyiapkan pengaturan penyimpanan obat :
- - Obat disusun secara alfabetis
- Obat dirotasi dengan system FIFO ( jika obat tidak ada tanggal
ED nya maka obat yang diterima lebih dulu digunakan lebih dulu)
dan FEFO (jika obat ada tanggal ED nya maka tanggal ED yang
lebih pendek digunakan lebih dulu)
- Obat disimpan pada rak dan almari
- Obat yang disimpan di lantai harus diletakkan di atas palet
- Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk
- Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan suhu
penyimpanan( supositoria,syrup,tablet,alkes,dll).
3. Mencatat jumlah yang diterima dalam kartu stok
4. Letakkan kartu stok di dekat obatnya
5. Menjaga mutu obat dengan cara memperhatikan factor-faktor
sebagai berikut :
- Kelembaban : ventilasi harus baik,jendela dibuka waktu kita
bekerja di gudang,simpan obat di tempat yang kering,wadah harus
selalu tertutup rapat jangan dibiarkan terbuka,biarkan pengering
tetap dalam wadah tablet/kapsul,kalau ada atap yang bocor harus
segera diperbaiki
- Sinar matahari : kebanyakan cairan,larutan dan injeksi cepat rusak
karena pengaruh sinar matahari, jadi obat yang penting disimpan
dalam almari,jendela-jendela diberi gorden,
- Temperatur / panas : obat seperti salep,krim sangat sensitif
terhadap pengaruh panas,jadi hindarkan obat dari udara
panas,pasang ventilasi udara,atap gedung jangan dibuat dari
bahan metal, buka jendela sesekali sehingga terjadi sirkulasi
udara.
- Kerusakan fisik : dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena
obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat
pecah / rusak dan juga akan menyulitkan pengambilan
obat,hindari kontak dengan benda-benda ynag tajam.
Kontaminasi bakteri : wadah obat harus selalu tertutup rapat sehingga
tidak mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
- Pengotoran : ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan
serangga lain yang kemudian merusak obat,etiket yang kotor akan
sulit terbaca,jadi bersihkan ruangan paling sedikit seminggu
sekali,lantai disapu dan dipel,dinding dan rak dibersihkan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Suhu ruang penyimpanan obat
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat dan gudang obat
9. Dokumen terkait LPLPO
Kartu Stok Obat
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Penanganan Obat Kadaluwarsa/
Rusak

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penanganan Obat Kadaluwarsa/ Rusak adalah suatu upaya untuk
menghindari terjadinya pemberian obat yang sudah kadaluwarasa.
Tanggal kadaluarsa adalah batas tanggal setelah tanggal tersebut
mutu suatu sediaan farmasi tidak di jamin lagi oleh produsennya
Kadaluarsa obat adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah
berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengatur tata
cara penanganan obat kadaluarsa / rusak di Puskesmas Sumber
Sari
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan AlatKesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengidentifikasi semua obat yang kadaluwarsa / rusak
langkah di ruang kamar obat.
2. Petugas mencatat jumlah, nomor bacth dan tanggal
kadaluwarsanya
3. Petugas mengidentifikasi obat yang kadaluarsa / rusak di sub
unit puskesmas
4. Petugas mencatat jumlah, nomor bacth dan tanggal
kadaluwarsanya yang ada di sub unit internal puskesmas
5. Petugas memisahkan obat kadaluarsa / rusak dari penyimpanan
obat lainnya
6. Bila ada obat yang rusak/ ED Petugas membuat Laporan dan
berita acara
7. Laporan dan berita acara obat kadaluwarsa / rusak dengan
lampiran jenis dan jumlah obat yang kadaluarsa / rusak
8. Obat – obat yang kadaluwarsa / rusak yang sudah dipisah
dikirim kembali ke Instalasi Farmasi untuk dimusnahkan atau
dimusnahkan di puskesmas.
9. Membuat Berita Acara Pemusnahan Obat diketahui Kepala
Puskesmas.
10. Dilakukan pemusnahan obat
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pelaksanaan FEFO dan FIFO
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait LPLPO
Kartu Stok Obat
Daftar obat kadaluwarsa
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pelaporan efek samping obat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatu proses kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi serta dalam mengevaluasi pengobatan sesuai formularium
puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani
apabila ada pelaporan Efek Samping Obat (ESO) dari pasien
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menerima keluhan dari pasien yang merasa
langkah mengalami oleh ESO /KTD
2. Petugas menganalisis Laporan Efek Samping Obat yang terjadi
3. Petugas menindaklanjuti keluhan pasien dan mengganti obat
bila diperlukan
4. Petugas mencatat pada rekam medis pasien
5. Petugas mencatat ke dalam buku bantu ESO dan KTD
6. Petugas memilih ESO yang belum pernah terjadi
7. Petugas mencatat identitas pasien
8. Petugas Membuat laporan ESO
9. Petugas mengirim laporan ESO ke Pusat MESO dan
Tembusan ke DKK
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pencatatan harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat dan unit pelayanan
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Form Pelaporan ESO
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pencatatan, Pemantauan,
Pelaporan Efek Samping Obat,
KTD

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pencatatan, Pemantauan, Pelaporan Efek Samping Obat, KTD
adalah suatu upaya untuk menjaga , melindungi dan
menindaklanjuti pelanggan dari efek samping penggunaan obat
Pengelolaan obat efek samping adalah suatu proses kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
yang tidak di harapkan yang terjadi pada dosis normal yang di
gunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi serta mengelola obat efek samping di Puskesmas
KTD adalah suatu kejadin yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena
kondisi pasien.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pencatatan,
pemantauan, pelaporan efek samping obat, KTD
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menerima keluhan dari pasien yang merasa
langkah mengalami oleh ESO /KTD
2. Petugas menganalisis Laporan Efek Samping Obat yang terjadi
3. Petugas menindaklanjuti keluhan pasien dan mengganti obat
bila diperlukan
4. Petugas mencatat pada rekam medis pasien
5. Petugas mencatat ke dalam buku bantu ESO dan KTD
6. Petugas memilih ESO yang belum pernah terjadi
7. Petugas mencatat identitas pasien
8. Petugas Membuat laporan ESO dan KTD
9. Petugas mengirim laporan ESO ke Pusat MESO dan
Tembusan ke DKK
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data dan identitas pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat dan unit pelayanan
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Buku Insiden Keselamatan Pasien
Form Pelaporan ESO
Form Pelaporan Insiden
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Identifikasi dan Pelaporan
Kesalahan Pemberian Obat dan
KNC

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Identifikasi dan Pelaporan Kesalahan Pemberian Obat dan KNC
adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kejadian yang fatal
atau tidak diinginkan akibat salah obat yang dsebabkan karena
kesalahan dalam memberikan obat kepada pasien.
Kesalahan pemberian obat maupun kejadian nyaris cidera (KNC)
adalah kejadian yang tidak diinginkan.Dimana kejadian ini biasanya
disebabkan karena kesalahan dalam membaca resep ataupun
salah dalam mengambil obat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengidentifikasi
dan melaporkan kesalahan pemberian obat dan kejadian nyaris
cedera
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004.

5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menemukan kesalahan dalam pemberian obat dan


langkah KNC
2. Apabila terjadi kesalahan pemberian obat petugas memanggil
pasien dan mengganti obat yang benar.
3. Petugas mencari identitas lengkap pasien pada rekam medis
4. Apabila pasien terlanjur pulang, petugas mengantarkan obat
pengganti ke rumah pasien dan memberi informasi obat, serta
menarik obat yang salah.
5. Petugas mendokumentasikan ke buku pemantauan KNC.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data dan identitas pasien
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat dan unit pelayanan
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Buku Insiden Keselamatan Pasien
Form Pelaporan Insiden
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penyediaan Obat – Obat
Emergensi Di Unit Kerja

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyediaan Obat – Obat Emergensi Di Unit Kerja merupakan
kegiatan pemenuhan kebutuhan obat pelayanan gawat darurat di
puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untukmemenuhi
kebutuhan obat-obat emergensi di puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas membuat perencanaan obat – obatan untuk unit
langkah pelayanan emergensi
2. Petugas menyiapkan pengadaan obat untuk pelayanan
emergensi
3. Petugas mengajukan obat – obatan ke Instalasi Farmasi apabila
belum ada di Puskesmas dan melakukan pembelian obat
apabila Instalasi Farmasi tidak tersedia atas persetujuan
Instalasi Farmasi.
4. Petugas menyimpan obat pada kotak emergensi.
5. Petugas selalu memantau pemakaian obat – obatan emergensi
6. Petugas mencatat obat – obatan di kartu stok
7. Petugas melengkapi obat – obatan yang telah habis,ED atau
rusak.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Ketersediaan obat yang berkesinambungan
diperhatikan Masa kadaluwarsa Obat
8. Unit terkait Kamar obat dan Unit pelayanan
9. Dokumen terkait Kartu Stok Obat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Monitoring Penyediaan Obat
Emergensi Di Unit Kerja

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Monitoring Penyediaan Obat Emergensi Di Unit Kerja merupakan
kegiatan memonitoring atau memeriksa persediaan obat pelayanan
gawat darurat di ruang pelayanan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk monitoring
penyediaan obat emergensi di unit kerja
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas memeriksa persediaan obat emergensi di unit
langkah pelayanan.
2. Petugas memeriksa kartu stok obat emergensi.
3. Petugas mengevaluasi kesesuaian obat dengan kartu stok dan
tanggal kadaluarsa obat
4. Petugas melakukan penambahan obat kembali apabila ada
obat yang terpakai ataupun kadaluarsa
5. Petugas menulis obat yang baru pada kartu stok
6. Petugas meletakkan obat emergensi pada kotak emergensi di
unit pelayanan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Ketersediaan obat yang berkesinambungan
diperhatikan Masa kadaluwarsa Obat
8. Unit terkait Kamar obat dan Unit pelayanan
9. Dokumen terkait Kartu Stok Obat
Form Monitoring Obat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemberian informasi penggunaan obat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemberian informasi penggunaan obat adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan agar pasien
memahami cara penggunaan obat yang diterima
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberi penjelasan/
informasi penggunaan obat ke pasien
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019 tentang
Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat, Manajemen Informasi,
Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen Peralatan,
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis Puskesmas Sumber
Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas memanggil nama pasien
langkah 2. Petugas memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
3. Petugas memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien
atau keluarga pasien
4. Petugas menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi
obat meliputi :
a. Indikasi obat
b. Cara pemakaian,
c. Waktu,
d. Frekuensi dan dosis obat
e. Lama pemakaian obat
f. Efek samping yang mungkin timbul
g. Penyimpanan
5. Petugas meminta pasien / keluarga pasien mengulang cara
penggunaan obat yang telah disampaikan
6. Petugas memastikan pasien memahami informasi obat yang
disampaikan petugas
7. Petugas meminta pasien/penerima obat membubuhkan tanda-
tangan atau cap jempol dibelakang resep, sebagai tanda bahwa
obat yang diserahkan sesuai yang tertera di resep dan PIO
telah diberikan

6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kejelasan pemberian informasi
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait Leaflet
Resep
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Peresepan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Peresepan adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan
non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter
sampai penyerahan obat kepada pasien.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas agar pasien mendapat obat sesuai
dengan resep dokter dan mendapat informasi bagaimana
menggunakannya
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/002/2019
tentang Pelayanan Penunjang Klinis, Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Jakarta, cetakan
kedua 2004
5. Prosedur/langkah- 1. Persiapan
langkah 1. Dimulai pukul 07.30 WIB
2. Menyiapkan alat untuk meracik obat dan alat
tulis,menyiapkan obat sesuai dengan perkiraan kebutuhan
pada hari itu.
3. Mengatur letak obat sesuai abjad sehingga memudahkan
dan mempercepat proses pelayanan
4. Memberikan daftar obat yang tidak tersedia dan daftar obat
baru di kamar obar obat kepada unit pelayanan.
2. Kegiatan Peresepan
1. Dimulai pukul 08.00 WIB
2. Disediakan tempat untuk meletakkan resep dan diberi
tulisan yang jelas
3. Petugas mengambil resep sesuai urutan awal pasien
memberikan resep
4. Petugas membaca dan meneliti resep yang diterima dengan
berpedoman pada 5B 1W( Benar obat,benar pasien,benar
dosis,benar cara pemberian,benar waktu pemberian,dan
waspada incompatibilitas obat),
5. Apabila resep belum benar sesuai pedoman 5B 1W
konsultasikan kembali kepada penulis resep
6. Bila resep sudah benar dan obat tersedia maka disiapkan
obat sesuai dalam resep
7. Bila obat yang diperlukan dalam bentuk puyer maka
beritahukan kepada pasien dan dijelaskan bahwa
pembuatannya membutuhkan waktu agak lama supaya
duduk dengan sabar
8. Beri etiket sesuai dengan resep dengan mencantumkan
nama pasien,tanggal pembuatan resep, cara penggunaan
obat, dan instruksi lain sesuai perintah di resep.
9. Obat yang sudah diberi etiket dan dikemas diteliti kembali
untuk diserahkan kepada pasien
10.Panggil nama pasien dan pastikan benar obat dan benar
pasien
11.Beri petunjuk kepada pasien tentang jenis obat, cara
pemakaian obat, dan penyimpanan obat
12.Tanyakan kepada pasien apakah penjelasan yang
diberikan sudah dimengerti dan tanyakan apakah ada hal
lain yang berkenaan dengan pemakaian obat yang ingin
ditanyakan
13.Ucapkan terima kasih
3. Kegiatan setelah pelayanan
1. Petugas mengembalikan dan merapikan obat pada
tempatnya, lalu memasukkan simpus pengeluaran obat
2. Petugas membersihkan ruangan tempat pelayanan
3. Petugas membersihkan alat yang digunakan untuk kegiatan
pelayanan obat.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penulisan resep harus jelas dan tepat
diperhatikan
8. Unit terkait Kamar obat
9. Dokumen terkait Resep
Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Akses rekam medis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
Akses rekam medis adalah suatu kegiatan dimulai dari pencatatan
selama pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan
penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan
penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
untuk melayani permintaan/ peminjaman apabila dari pasien atau
untuk keperluan lainnya,
Petugas melaksanakan akses rekam medis sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya
Rekam medis pasien Puskesmas Sumber Sari disimpan dalam
bentuk family folder
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam mengakses
rekam medis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas rekam medis mencari rekam medis pada saat pasien
langkah mendaftar
2. Petugas rekam medis meminta kartu berobat pasien dimana di
dalamnya terdapat nomor rekam medis pasien yang
bersangkutan
3. Jika pasien lupa membawa kartu berobat atau kartu berobat
hilang, petugas rekam medis akan menanyakan nama kepala
keluarga dan dusun dimana pasien tinggal.
4. Petugas rekam medis mencari nomor rekam medis pasien di
komputer ( Simpus ) sesuai nama kepala keluarga dan dusun
tempat pasien tinggal
5. Jika nomor rekam medis sudah ditemukan, petugas rekam
medis mencari rekam medis di rak pasien sesuai dengan nomor
rekam medis.
6. Petugas rekam medis menanyakan anggota keluarga yang
akan periksa
7. Petugas rekam medis mengambil lembar status pasien yang
akan periksa di dalam rekam medis yang berbentuk Family
Folder,
8. Petugas rekam medis membubuhkan tanggal periksa dan usia
pasien di dalam lembar status rekam medis.
9. Petugas rekam medis mengisi buku register pasien meliputi:
nama pasien yang akan periksa, nama kepala keluarga, nomor
rekam medik, usia pasien dan alamat pasien.
10.Petugas rekam medis menyerahkan rekam medis pasien
kepada petugas yang bertugas di poliklinik yang dituju oleh
pasien.
11.Petugas poliklinik melaksanakan pengkajian, pemeriksaan,
menentukan diagnosa dan pengobatan kepada pasien.
12.Petugas poliklinik menuliskan semua pengkajian, pemeriksaan,
diagnosa dan pengobatan yang diberikan kepada pasien serta
perawatan lebih lanjut di dalam rekam medis pasien dan di
dalam buku register pasien yang ada di ruang poliklinik,
13.Petugas poliklinik menyerahkan rekam medis pasien kepada
petugas rekam medik
14.Petugas rekam medik menuliskan diagnosa di buku register
15.Petugas rekam medik menyimpan rekam medik di rak rekam
medik sesuai dengan urutan nomor rekam medik
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penanggung jawab rekam medis harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Loket
Perekam medis
9. Dokumen terkait Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penyimpanan rekam medis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
Penyimpanan rekam medis adalah penyimpanan berkas kedalam
rak penyimpanan sesuai dengan nomor rekam medis pasien.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penyimpanan
rekam medis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas rekam medis menerima rekam medis pelanggan dari
langkah petugas yang memberikan pelayanan kesehatan, baik itu dari
poliklinik, IGD atau rawat inap.
2. Petugas rekam medis mengecek kelengkapan isi rekam medik
3. Petugas mengembalikan rekam medis kepada petugas yang
telah memberikan pelayanan kesehatan jika belum lengkap,
4. Petugas rekam medis memisahkan berkas rekam medis
berdasarkan nomor pada rak penyimpanan jika sudah lengkap.
5. Petugas rekam medis memastikan bahwa semua rekam medis
yang keluar dari ruang rekam medis sudah kembali, kecuali
rekam medis pada pelanggan yang dirujuk untuk dilakukan
rawat inap.
6. Petugas rekam medis menghubungi petugas yang memberikan
pelayanan kesehatan sebelumnya untuk mengembalikan rekam
medis pelanggan, jika rekam medis yang diterima tidak sesuai
dengan rekam medis yang keluar,
7. Petugas memasukan rekam medis pasien kedalam family folder
jika sudah lengkap.
8. Petugas rekam medis mencari nomor rak yang sesuai dengan
nomor rekam medis
9. Petugas rekam medis menyusun berkas rekam medis
berdasarkan sistem terminal digit filling.
10.Petugas rekam medis memastikan bahwa berkas rekam medis
disimpan sesuai dengan nomor rekam medisnya.
11.Petugas rekam medis secara berkala mengecek semua rekam
medis pelanggan berada pada tempatnya masing – masing
12. Petugas rekam medis menuliskan kegiatan penyimpanan yang
dilakukan di dalam buku harian
13. Rekam medis disimpan dalam jangka waktu 2 tahun dihitung sejak tanggal
pengobatan pasien terakhir.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penanggung jawab rekam medis harus jelas
diperhatikan Penomoran dan pengarsipan harus tepat dan jelas
8. Unit terkait Loket
Perekam medis
9. Dokumen terkait Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Kerahasiaan rekam medis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Kerahasiaan rekam medis adalah suatu prosedur agar data-
data yang ada direkam medis terjaga kerahasiaannya.
2. Tujuan Sebagai acuan dan langkah-langkah agar informasi yang ada di
rekam medis terjaga kerahasiaannya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas loket mengeluarkan rekam medis hanya ketika
langkah rekam medis dibutuhkan.
2. Petugas loket mengantarkan rekam medis secara langsung
ke ruang pelayanan lain yang dituju pasien,
3. Petugas loket mengambil rekam medis ke masing-masing
unit setelah selesai pelayanan,
4. Petugas loket selalu mengecek rekam medis yang keluar
dan rekam medis yang kembali sebelum disimpan,
5. Petugas loket segera mencari rekam medis yang belum
kembali,
6. Petugas loket menyimpan rekam medis pada rak rekam
medis sesuai urutan nomor rekam medis,
7. Petugas loket selalu mengunci ruang penyimpanan rekam
medis.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Penanggung jawab rekam medis harus jelas
diperhatikan
8. Unit terkait Loket
Perekam medis
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Form Peminjaman Rekam Medis
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemantauan lingkungan fisik

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemantauan lingkungan fisik adalah aktifitas yang dilakukan untuk
memastikan lingkungan fisik dalam kondisi bersih pada ruangan /
gedung dan halaman dalam keadaan siap untuk digunakan,
higienis dan nyaman.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemantauan
lingkungan fisik Puskesmas.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengidentifikasi Lingkungan Kerja
langkah 2. Petugas mengidentifikasi semua ruangan, gudang dan halaman
untuk membuat jadwal pemeliharaan lingkungan kerja.
3. Petugas membuat jadwal pemantauan sesuai identifikasi
lingkungan kerja, yaitu jadwal pemeliharaan ruangan, gedung
dan halaman.
4. Petugas mengkoordinasi dengan bagian ruangan.
5. Petugas menginformasikan jadwal ke petugas yang terkait.
6. Petugas melaksanakan Pemeliharaan Sesuai Jadwal
7. Petugas kebersihan atau pelaksana kebersihan sesuai jadwal
8. Petugas kebersihan menerima informasi jadwal pemantauan
lingkungan fisik / kebersihan ruangan / halaman setiap bulan
9. Petugas kebersihan melaksanakan kebersihan sesuai jadwal.
10. Jika pelaksanaan sesuai jadwal maka meminta sanitarian untuk
melakukan verifikasi.
11. Jika pelaksanaan tidak sesuai jadwal maka meminta informasi
ke koordinator ruangan kapan bisa dilakukan kebersihan
ruangan.
12. Petugas menerima informasi telah dilaksanakan pemeliharaan
lingkungan.
13. Petugas memonitor atau melakukan pengawasan pelaksanaan
pemantauan lingkungan fisik tempat kerja.
14. Petugas melakukan verifikasi di checklist pemantauan
lingkungan fisik.
15. Jika pemantauan lingkungan fisik telah sesuai maka menanda
tangani checklist pemantauan lingkungan kerja.
16. Jika pemantauan lingkungan fisik tidak sesuai maka meminta
untuk dilaksanakan ulang.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemantauan harus secara rutin dilakukan
diperhatikan
8. Unit terkait Penanggung jawab Keamanan Lingkungan Fisik
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form Pemantauan Lingkungan Fisik
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemantauan, pemeliharaan,
perbaikan sarana dan peralatan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemantauan, pemeliharaan, perbaikan sarana dan peralatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya
tersedianya sarana kerja dan peralatan dengan kondisi yang sesuai
dengan persyaratan kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
kegiatan pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan sarana dan
peralatan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas menginventarisasi sarana dan peralatan yang ada di
langkah Puskesmas
2. Petugas membuat jadwal pemantauan dan pemeliharaan sarana
dan peralatan yang ada
3. Petugas melakukan pemantauan dan pemeliharaan sarana dan
peralatan yang ada sesuai jadwal
4. Petugas menerima masukan atau keluhan dari pasien maupun
petugas kesehatan mengenai kerusakan dari sarana maupun
peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan
5. Petugas menginventarisir sarana dan peralatan yang rusak dan
harus dilakukan perbaikan
6. Petugas melaporkan sarana dan peralatan yang rusak dan
mengusulkan untuk dilakukan perbaikan kepada Kepala
Puskesmas
7. Kepala Puskesmas menugaskan Penanggung jawab Barang
untuk mengupayakan perbaikan sarana dan peralatan yang
rusak
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian jadwal dengan pelaksanaan
diperhatikan
8. Unit terkait Penanggung jawab Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penanggulangan Kebakaran

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penanggulangan Bila Terjadi Kebakaran adalah suatu tindakan atau
penanganan apabila terjadi kebakaran di Puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penanganan apabila terjadi kebakaran
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Buku Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi
Kebakaran Aktif, Kementerian Kesehatan RI, 2012
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas yang melihat kebakaran langsung berteriak bila ada
langkah kebakaran
2. Petugas tetap tenang dan segera memberitahu ada kebakaran
3. Petugas menenangkan semua yang ada di lokasi kebakaran
4. Petugas yang telah terlatih untuk mengoperasikan APAR
memadamkan api pada awal kebakaran saat api masih kecil dan
lokalisir agar tidak menyebar
5. Petugas mengevakuasi semua yang ada di lokasi kebakaran melalui
jalur evakuasi (pintu darurat) ke Titik Kumpul (tempat yang aman /
jauh dari lokasi)
6. Petugas mematikan saluran listrik
7. Petugas menghubungi dinas pemadam kebakaran
8. Petugas memastikan tidak ada korban yang masih terjebak di lokasi
kebakaran
9. Petugas medis melakukan penanganan apabila ada korban
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Monitoring APAR
diperhatikan
8. Unit terkait Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Kartu Pemeliharaan APAR
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Pemeliharaan alat kesehatan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemeliharaan alat kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin kualitas alat kesehatan agar berfungsi dengan baik,
mudah dioperasikan serta memberikan hasil yang akurat sesuai
standar yang ada
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeliharaan alat kesehatan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/langkah- A. Pemeliharaan Peralatan dari Logam
langkah 1. Membersihkan dan desinfektan :
a. Memakai sarung tangan
b. Membersihkan alat dari kotoran yang melekat dibawah
air kran mengalir dengan sabun atau chlorin
c. Dikeringkan (setelah kering dimasukan sterilisator)
2. Menyeterilkan dan Penyimpanan Alat Logam
a. Memakai panas kering (sterilisator)
b. Menyusun alat-alat ke dalam bak instrumen dalam
keadaan bersih/kering. Alat logam di pintu bawah dan
kassa atau kapas atau handscoen di pintu atas.
c. Membungkus bak instrumen berisi alat dengan kain
d. Memasukkan alat ke dalam sterilisator.
e. Menekan tombol ster dan menyala lampu warna merah.
f. Setelah selesai, sterilisator akan mati secara otomatis.
g. Pintu sterilisator boleh dibuka minimal 10 menit setelah
sterilisator mati.
h. Mengangkat alat dari sterilisator dan menyimpan dalam
tempatnya
B. Pemeliharaan Tensi Meter
1. Mengunci air raksa setelah pemakaian alat.
2. Menggulung kain beserta manset dan disusun/dimasukkan
ke dalam bak tensimeter.
3. Menutup tensimeter dan menyimpan pada tempatnya.
4. Kain manset dicuci bila kotor
5. Perhatikan kaca pengukur harus tetap dalam keadaan
bersih dan mudah di baca.
C. Pemeliharaan Sterilisator
1. Mencopot kabel listrik sari sumber listrik.
2. Membersihkan permukaan luar dari bagian dalan ruangan
sterilisator beserta instrumennya dengan air sabun
3. Mencelupkan lap bersih dengan air bersih kemudian
gosokkan secara merata ke seluruh bagian sterilisator.
4. Mengeringkan sterilisator dengan lap kering.
D. Pemeliharaan Nebulizer
1. Mencuci masker dan tempat obat dengan air sabun setiap
selesai digunakan.
2. Mengeringkan dengan kassa
3. Mesin dilap dengan kain basah jika sudah kotor
4. Memasukkan kembali dalam tas.
E. Pemeliharaan EKG
1. Membersihkan elektroda dada dan kaki dengan kassa
alkohol kemudian dikeringkan setiap selesai digunakan.
2. Membersihkan kabel dengan lap basah setelah digunakan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Testing alat secara rutin
diperhatikan
8. Unit terkait Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form pemeliharaan alat kesehatan
Dokumen kalibrasi
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemeliharaan alat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemeliharaan alat adalah suatu kegiatan yang difokuskan untuk
memelihara, menjaga dan memperbaiki serta mengusulkan
perbaikan alat bila diperlukan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeliharaan alat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/langkah- 1. Bendahara Barang menginventarisasi peralatan yang ada.
langkah 2. Bila terjadi perubahan komposisi barang baik penambahan,
mutasi maupun kerusakan, bendahara barang melaporkan ke
Kepala Puskesmas
3. Penanggung jawab peralatan masing-masing unit pelayanan
memonitor kondisi peralatan di unit pelayanan masing-masing
4. Penanggung jawab peralatan masing-masing unit pelayanan
mengusulkan perencanaan perbaikan dan pemeliharaan alat
apabila diperlukan
5. Bendahara barang menindak lanjuti usulan dari penanggung
jawab peralatan masing-masing unit pelayanan Puskesmas
6. Bendahara Barang mencatat kembali peralatan yang telah
mengalami perubahan/ perbaikan.
7. Bendahara Barang melaporkan keadaan perlatan setiap 6 bulan
sekali kepada Kepala Puskesmas
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian jadwal dengan pelaksanaan
diperhatikan
8. Unit terkait Bendahara Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Jadual pemeliharaan alat
Jadwal kalibrasi alat
Dokumen kalibrasi
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengelolaan sarana dan prasarana

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan sarana dan prasarana adalah Kegiatan yang
difokuskan untuk menerima, memelihara, menjaga dan
memperbaiki serta mengusulkan perbaikan sarana dan prasarana
yang ada di Puskesmas
Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam prosedur ini meliputi
gedung dan kendaraan bermotor
Bagian Rumah tangga adalah karyawan Puskesmas yang ditunjuk
oleh koordinator Puskesmas untuk melaksanakan tugas Urusan
Rumah tangga
Bendahara barang adalah karyawan Puskesmas yang ditunjuk
oleh koordinator Puskesmas untuk melaksanakan tugas
menangani semua peralatan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeliharaan sarana gedung
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/langkah- 1. Bendahara Barang dan Urusan Rumah tangga
langkah menginventarisasi sarana dan prasarana yang ada.
2. Bila terjadi perubahan komposisi barang baik penambahan,
mutasi maupun kerusakan, bendahara barang dan urusan
rumah tangga melaporkan ke Kepala Puskesmas
3. Bagian rumah tangga mengusulkan perencanaan perbaikan dan
pemeliharaan termasuk pengecatan Gedung pada Bendahara
Barang. ( Pengecatan Gedung direncanakan setiap 2 tahun
sekali )
4. Bendahara barang bersama Urusan Rumah tangga menindak
lanjuti disposisi dari Kepala Puskesmas
5. Bendahara Barang mencatat kembali sarana dan prasarana
yang telah mengalami perubahan/ perbaikan.
6. Bendahara Barang melaporkan Keadaan sarana dan Prasarana
setiap 6 bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten yang sebelumnya diketahui oleh Kepala Puskesmas
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas data
diperhatikan
8. Unit terkait Bendahara Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Dokumen ASPAK/Inventaris Barang
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Inventarisasi, Pengelolaan,
Penyimpanan Dan Penggunaan
Bahan Berbahaya

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Inventarisasi, Pengelolaan, Penyimpanan Dan Penggunaan Bahan
Berbahaya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari inventarisai,
pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau
merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
kegiatan inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mendata dan menginventarisasi bahan berbahaya yang
langkah ada di Puskesmas
2. Petugas mengelola dan menggolongkan bahan berbahaya untuk
memudahkan cara penanganannya.
3. Petugas menyimpan bahan berbahaya di tempat yang jauh dari
jangkauan pihak yang tidak berkepentingan dan tidak
bertanggungjawab.
4. Petugas membuat laporan dan investigasi apabila ada
tumpahan, paparan dan insiden lainnya.
5. Petugas melaksanakan pembuangan bahan berbahaya sesuai
prosedur yang benar.
6. Petugas melaksanakan prosedur perlindungan yang benar pada
saat penggunaan dari tumpahan atau paparan
7. Petugas mencatat setiap penggunaan bahan berbahaya
8. Petugas melakukan pendokumentasian terhadap pengelolaan
bahan berbahaya.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Pemakaian APD dengan benar
diperhatikan
8. Unit terkait Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Daftar bahan berbahaya
Form Pelaporan Insiden
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengendalian Dan Pembuangan
Limbah Berbahaya

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya adalah
rangkaian kegiatan untuk mengelola limbah bahan berbahaya
(limbah medis) di Puskesmas. Limbah medis adalah barang bekas
yang tidak dipakai yang berupa sisa dari hasil kegiatan pelayanan
di Puskesmas.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
kegiatan pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya
di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas pengelola limbah medis memastikan ada tempat
langkah sampah medis untuk limbah medis di masing-masing ruang
pelayanan.
2. Petugas di unit pelayanan klinis memisahkan dan menangani
sampah medis sesuai jenisnya (limbah logam, limbah cair,
limbah padat). Untuk limbah cair, limbah langsung dibuang ke
wastafel yang tersedia, di setiap unit penghasil limbah medis
cair sudah dibuatkan saluran tersendiri untuk limbah cair.
Limbah medis cair langsung dialirkan ke bak penampungan
khusus
3. Petugas kebersihan setiap hari setelah pelayanan
mengumpulkan limbah medis padat non logam.
4. Petugas kebersihan limbah medis menimbang limbah medis
padat non logam.
5. Petugas kebersihan menaruh limbah medis padat non logam
yang telah dikumpulkan pada bak penampungan limbah medis.
6. Petugas mengambil safety box yang berisi limbah medis logam
tajam jika safety box telah penuh, dan dikumpulkan pada
penampungan limbah medis.
7. Petugas mengambil limbah medis padat sesuai jadual
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Petugas melaksanakan perlindungan diri dari bahan berbahaya
diperhatikan sesuai prosedur
8. Unit terkait 1. Penanggung jawab keamanan lingkungan
2. Ruang BP Umum
3. Ruang BP Gigi
4. Ruang KIA
5. Ruang Laboratorium
6. Ruang Farmasi
9. Dokumen terkait Daftar ruangan
Buku catatan penimbangan limbah medis padat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pengelolaan Limbah

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pengelolaan Limbah adalah semua tindakan dan kegiatan yang
berhubungan dengan berbagai jenis limbah yang ada di
Puskesmas mulai dari identifikasi, pemilahan, pelabelan,
penanganan, penampungan hingga pembuangan limbah.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pengelolaan limbah di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas pengelola limbah medis memastikan ada tempat
langkah sampah medis untuk limbah medis di masing-masing ruang
pelayanan.
2. Petugas di unit pelayanan klinis memisahkan dan menangani
sampah medis sesuai jenisnya (limbah logam, limbah cair,
limbah padat). Untuk limbah cair, limbah langsung dibuang ke
wastafel yang tersedia, di setiap unit penghasil limbah medis
cair sudah dibuatkan saluran tersendiri untuk limbah cair.
Limbah medis cair langsung dialirkan ke bak penampungan
khusus
3. Petugas kebersihan setiap hari setelah pelayanan
mengumpulkan limbah medis padat non logam.
4. Petugas kebersihan limbah medis menimbang limbah medis
padat non logam.
5. Petugas kebersihan menaruh limbah medis padat non logam
yang telah dikumpulkan pada bak penampungan limbah medis.
6. Petugas mengambil safety box yang berisi limbah medis logam
tajam jika safety box telah penuh, dan dikumpulkan pada
penampungan limbah medis.
7. Petugas mengambil limbah medis padat sesuai jadual
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Petugas melaksanakan perlindungan diri dari bahan berbahaya
diperhatikan sesuai prosedur
8. Unit terkait Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Daftar ruangan
Buku catatan penimbangan limbah medis padat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Pemisahan alat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Pemisahan alat adalah suatu upaya untuk memisahkan alat-alat yang
steril maupun tidak, yang bersih maupun yang kotor.
Alat bersih adalah alat-alat medis yang telah dipergunakan dan sudah
dicuci atau dibersihkan.
Alat steril adalah alat medis yang sudah dibersihkan dan sudah
disterilkan.
Alat kotor adalah alat medis yang telah dipergunakan dan belum
dibersihkan.
Alat-alat persyaratan khusus adalah alat-alat yang dipergunakan dalam
keadaan daruratan atau kasus-kasus tertentu.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pemisahan alat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Buku Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, Depkes RI,
2001
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengidentifikasi jenis alat yang telah dipakai.
langkah 2. Petugas memisahkan alat-alat medik yang sudah dipakai sesuai
jenis peralatannya.
3. Petugas merendam peralatan medis yang terkena limbah infeksi
dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
4. Petugas membersihkan peralatan medis yang sudah dipakai dengan
air mengalir.
5. Petugas mengeringkan peralatan medis yang sudah dibersihkan
yang tidak perlu steril.
6. Petugas mensterilkan alat medis
7. Petugas menempatkan alat-alat sesuai dengan jenisnya.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kewaspadaan Universal
diperhatikan
8. Unit terkait Semua unit pelayanan
9. Dokumen terkait Jadual pemeliharaan alat
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Penyimpanan alat

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penyimpanan alat adalah kegiatan untuk menyimpan alat-alat
medis yang sudah disterilkan maupun yang sudah dicuci untuk
digunakan kembali pada saat pelayanan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menyimpan alat
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Buku Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, Depkes
RI, 2001
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mengecek apakah alat dalam keadaan steril
langkah 2. Petugas mempersiapkan bak instrument untuk tempat
penyimpanan alat..
3. Petugas memasukan tablet formalin kedalam bak instumen
4. Petugas merendam koren tang dengan alcohol
5. Petugas mengambil alat yang sudah di sterilkan dari
sterilisator.
6. Petugas memasukan alat yang sudah disterilkan ke bak
instrument
7. Petugas menutup bak instrument
8. Petugas menyimpan bak istrumen ke lemari penyimpanan.
9. Petugas menutup lemari penyimpanan.
10. Petugas merapikan ruangan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kewaspadaan Universal
diperhatikan
8. Unit terkait Semua unit pelayanan
9. Dokumen terkait Daftar inventaris alat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Sterilisasi

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Sterilisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan seluruh mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan
virus) termasuk endospora bakteri dari instrumen/ peralatan.
Peralatan yang perlu dilakukan sterilisasi adalah :
1. Peralatan Logam
2. Peralatan karet
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
sterilisasi peralatan yang perlu disterilisasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas mendekontaminasi alat- alat bekas pakai dengan cara:
langkah a. Petugas memakai sarung tangan karet yang tebal yang
terbuat dari bahan latex jika akan menangani peralatan
bekas pakai atau kotor
b. Petugas memasukkan benda- benda yang terkontaminasi
ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
c. Petugas memastikan bahwa benda- benda yang
terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin
2. Petugas mencuci dan membilas alat- alat yang sudah
didekontaminasi dengan cara:
a. Petugas memakai sarung tangan karet yang tebal
b. Petugas menyikat alat- alat dengan detergen di air yang
mengalir untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran
c. Petugas membuka engsel gunting dan klem
d. Petugas menyikat dengan seksama terutama di bagian
sambungan dan sudut peralatan
e. Petugas memastikan tidak ada sisa darah dan kotoran
yang tertinggal pada peralatan
f. Petugas mencuci setiap benda sedikitnya 3 kali
g. Petugas membilas peralatan dengan air bersih
3. Petugas melakukan desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
3.1. Petugas melakukan desinfeksi tingkat tinggi, dengan
cara:
a. Petugas merebus/ mengukus alat-alat
 Petugas memasukkan alat- alat ke dalam panci/
langseng dengan penutup yang rapat
 Petugas merendam peralatan di dalam air
sehingga semuanya terendam dalam air
 Petugas mulai memanaskan air
 Petugas menghitung waktu saat air mulai
mendidih
 Petugas tidak boeh menambahkan benda
apapun ke dalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai
 Petugas merebus peralatan selama 20 menit
 Petugas mencatat lama waktu perebusan
peralatan di dalam buku khusus
 Petugas membiarkan peralatan kering dengan
cara diangin- anginkan sebelum digunakan atau
disimpan
 Petugas menyimpan peralatan dalam wadah
disinfeksi tingkat tinggi yang tertutup. Peralatan
bisa disimpan sampai 1 minggu jika wadahnya
tertutup.
b. Petugas melakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan
cara kimiawi, yaitu:
 Petugas memasukkan peralatan yang sudah
didekontaminasi dan dicuci bilas ke dalam wadah
dan tuangkan desinfektan (larutan klorin 0,5%)
 Petugas memastikan peralatan terendam
seluruhnya ke dalam larutan kimia
 Petugas merendam peralatan selama 20 menit
 Petugas membilas peralatan dengan air matang
an diangin- anginkan sampai kering di wadah
desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup
 Petugas menyimpan peralatan di dalam wadah
yang tertutup atau alat bisa segera digunakan
3.2. Petugas melakukan sterilisasi, dengan cara:
a. Petugas memasukkan alat- alat ke dalam otoklaf
selama 30 menit jika terbungkus, 20 menit jika tidak
dibungkus dalam suhu 1210
b. Petugas memasukkan alat ke dalam oven selama 60
menit dalam suhu 1700
4. Petugas mendinginkan semua alat yang sudah disteril dan siap
untuk digunakan
5. Petugas menyimpan peralatan yang sudah diproses ke dalam
wadah tertutup yang didesinfeksi tingkat tinggi. Alat- alat bisa
digunakan atau disimpan sampai 1 minggu jika wadahnya
tertutup.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kewaspadaan Universal
diperhatikan
8. Unit terkait Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Jadual sterilisasi alat
Dokumen Kalibrasi
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penanganan Bantuan Peralatan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penanganan Bantuan Peralatan adalah suatu rangkaian kegiatan
jika menerima bantuan peralatan dari luar Puskesmas
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penanganan bantuan peralatan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
5. Prosedur/langkah- 1. Penanggung jawab Barang menerima barang/bantuan peralatan
langkah yang diserahkan oleh petugas pengantar barang bantuan.
2. Penanggung jawab Barang bersama petugas unit terkait
melakukan verifikasi fungsi dan administrasi terhadap barang
bantuan.
3. Penanggung jawab Barang melaporkan barang/bantuan
peralatan yang diterima kepada Kepala Puskesmas
4. Kepala Puskesmas menandatangani berita acara serah terima
barang.
5. Penanggung jawab Barang menyerahkan berita acara serah
terima barang kepada petugas pengantar barang bantuan
6. Penanggung jawab Barang mencatat barang/bantuan peralatan
dalam kartu stok barang.
7. Penanggung jawab Barang menyimpan barang/bantuan
peralatan di gudang atau didistribusikan langsung ke unit terkait.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian barang dengan dokumen
diperhatikan
8. Unit terkait Penanggung jawab Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Berita Acara Serah Terima Barang
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Kontrol Peralatan, Testing, Dan
Perawatan Secara Rutin Untuk
Peralatan Klinis Yang Digunakan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Kontrol Peralatan, Testing, Dan Perawatan Secara Rutin Untuk
Peralatan Klinis Yang Digunakan adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk memelihara alat medis agar terjamin
kualitasnya, yaitu terjamin ketelitian, ketepatan dan keamanan
penggunaanya, dengan melakukan pemantauan terhadap kondisi
fisik dan fungsi alat medis yang digunakan, serta dengan
melakukan perawatan, kalibrasi dan validasi secara rutin
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
kontrol peralatan, testing, dan perawatan secara rutin untuk
peralatan klinis yang digunakan agar tetap berfungsi dengan baik
dan layak pakai
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Buku Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, Depkes
RI, 2001
5. Prosedur/langkah- 1. Petugas unit pelayanan melakukan identifikasi terhadap seluruh
langkah peralatan medis yang memerlukan perawatan rutin.
2. Petugas unit pelayanan melakukan identifikasi terhadap
peralatan ukur, peralatan inspeksi dan peralatan pengujian yang
memerlukan kalibrasi/validasi.
3. Petugas unit pelayanan mencatat hasil identifikasi dalam lembar
daftar pada form daftar inventaris barang.
4. Petugas unit pelayanan membuat jadwal kontrol peralatan,
testing alat dan perawatan berdasarkan jenis peralatan.
5. Petugas unit pelayanan melakukan kontrol peralatan, testing alat
dan perawatan secara berkala dan membuat catatan hasil
kontrol peralatan, testing alat dan perawatan.
6. Penanggung jawab Barang menginventaris barang yang perlu
dikalibrasi/validasi.
7. Penanggung jawab Barang mengajukan permohonan kalibrasi/
validasi alat ke badan atau organisasi yang berwenang.
8. Penanggung jawab Barang merekam hasil kalibrasi/validasi
pada formulir kalibrasi/validasi
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kesesuaian dengan jadual
diperhatikan
8. Unit terkait Penanggung jawab Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form testing alat
Form pemeliharaan alat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penggantian Dan Perbaikan Alat
Yang Rusak

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penggantian Dan Perbaikan Alat Yang Rusak adalah suatu
rangkaian proses mulai dari menginventarisir barang dan
menggolongkan kondisi barang yang layak pakai, rusak ringan,
sedang dan berat, dan melakukan rencana perbaikan terhadap alat
yang rusak, apabila tidak dapat diperbaiki perlu menindaklanjuti
dengan penghapusan barang yang rusak berat dan melakukan
penggantian melalui permintaan atau pengadaan barang baru
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penggantian dan perbaikan alat yang rusak
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah
5. Prosedur/langkah- 1. Penanggung jawab ruangan melakukan pemantauan alat pada
langkah masing-masing ruangan untuk alat yang rusak.
2. Penanggung jawab ruangan berkoordinasi dengan Penanggung
jawab Barang untuk melaporkan alat yang rusak.
3. Penanggung jawab Barang menginventarisir barang untuk
menggolongkan kondisi barang rusak ringan, sedang dan berat.
4. Penanggung jawab Barang melaporkan ke Kepala Puskesmas.
5. Untuk barang yang rusak ringan dan sedang, Kepala
Puskesmas menugaskan Penanggung jawab Barang untuk
mengupayakan perbaikan alat.
6. Untuk alat yang rusak berat, Kepala Puskesmas mengajukan
permohonan penghapusan barang kepada Dinas Kesehatan
7. Kepala Puskesmas mengajukan permintaan alat baru sesuai
kebutuhan ke Dinas Kesehatan atau melakukan pengadaan
barang untuk mengganti alat yang rusak berat.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Tersedianya alat cadangan
diperhatikan
8. Unit terkait Penanggung jawab Barang
Semua Unit Pelayanan
9. Dokumen terkait Form pemeliharaan alat
Form laporan kerusakan alat
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Kredensial

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Kredensial adalah suatu proses evaluasi terhadap petugas pemberi
layanan klinis untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak
diberi kewenangan klinis serta menjalankan tindakan medis
tertentu dalam lingkungan Puskesmas untuk suatu periode tertentu
Re-kredensial adalah suatu proses re-evaluasi terhadap petugas
pemberi layanan klinis yang telah bekerja dan memiliki
kewenangan klinis di Puskesmas dalam rangka menentukan
apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis
tersebut dalam lingkungan Puskesmas untuk suatu periode tertentu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
kredensial
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di
Rumah Sakit, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2009
5. Prosedur/langkah- 1. Tim Kredensial Puskesmas menentukan kriteria petugas
langkah pemberi layanan klinis,
2. Pejabat BLUD Puskesmas menentukan kebutuhan/kecukupan
petugas pemberi layanan klinis Puskesmas,
3. Kepala Puskesmas mengusulkan penambahan petugas sesuai
kebutuhan kepada Dinas Kesehatan,
4. Kasubbag TU menerima petugas pemberi layanan klinis yang
baru dan melaporkan kepada Kepala Puskesmas,
5. Kepala Puskesmas menugaskan Tim Kredensial Puskesmas
untuk melakukan proses kredensialing kepada petugas baru
tersebut,
6. Tim Kredensial Puskesmas memanggil petugas baru tersebut,
7. Tim Kredensial Puskesmas meminta kepada petugas baru untuk
mengumpulkan data yang di persyaratkan (Ijazah, sertifikat, dll),
8. Tim Kredensial Puskesmas memeriksa data administrasi
petugas baru, apakah sudah memenuhi syarat atau belum,
9. Tim Kredensial Puskesmas menilai kemampuan/skil yang
dimiliki petugas baru.
10. Tim Kredensial Puskesmas menentukan hasil evaluasi dan
penilaian terhadap petugas baru,
11. Tim Kredensial Puskesmas membuat laporan tertulis mengenai
hasil evaluasi dan penilaian terhadap petugas baru,
12. Tim Kredensial Puskesmas merekomendasikan kepada Kepala
Puskesmas terkait dengan hasil kredensialing, apakah petugas
baru layak/tidak layak untuk menduduki jabatan tertentu,
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kelengkapan dan validitas data
diperhatikan
8. Unit terkait Tim Kredensial Puskesmas
9. Dokumen terkait Ijasah
Sertifikat Pelatihan
STR
SIP
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
Penilaian Kualifikasi Tenaga Dan
Penetapan Kewenangan

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penilaian Kualifikasi Tenaga Dan Penetapan Kewenangan adalah
suatu proses evaluasi terhadap petugas pemberi layanan klinis untuk
menentukan apakah yang bersangkutan memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan serta layak diberi kewenangan klinis dalam
menjalankan tindakan medis tertentu dalam lingkungan Puskesmas
untuk suatu periode tertentu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menilai kualifikasi
tenaga pemberi layanan klinis dan penetapan kewenangan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019 tentang
Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen
Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis
Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di
Rumah Sakit, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2009
5. Prosedur/langkah- 1. Kepala Puskesmas menugaskan Tim Kredensial Puskesmas untuk
langkah melakukan penilaian kualifikasi tenaga klinis terhadap petugas
pemberi layanan klinis,
2. Tim Kredensial Puskesmas menyusun jadwal penilaian kualifikasi
tenaga klinis,
3. Tim Kredensial Puskesmas meminta kepada petugas pemberi
layanan klinis untuk mengumpulkan data yang di persyaratkan
(Ijazah, sertifikat, dll),
4. Tim Kredensial Puskesmas memeriksa data administrasi petugas
baru, apakah sudah memenuhi syarat atau belum,
5. Tim Kredensial Puskesmas menilai kemampuan/skil yang dimiliki
petugas pemberi layanan klinis.
6. Tim Kredensial Puskesmas menentukan hasil penilaian kualifikasi
petugas pemberi layanan klinis,
7. Tim Kredensial Puskesmas membuat laporan tertulis mengenai
hasil penilaian kualifikasi petugas pemberi layanan klinis,
8. Tim Kredensial Puskesmas merekomendasikan kepada Kepala
Puskesmas terkait dengan hasil penilaian, apakah petugas pemberi
layanan klinis tersebut layak/tidak layak untuk diberi kewenangan
tertentu,
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Validitas dan kelengkapan data
diperhatikan
8. Unit terkait Tim Kredensial Puskesmas
9. Dokumen terkait Ijazah
STR
SIP
Sertifikat Pelatihan
10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis terkait
Penilaian kinerja petugas pemberi
pelayanan klinis

No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian Penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan klinis adalah kegiatan
penilaian terhadap kesesuaian antara pengetahuan dan
keterampilan petugas pemberi pelayanan klinis dengan kebutuhan
pasien sehingga pasien mendapatkan asuhan klinis yang tepat.
Yang dinilai adalah kemampuan memberi pelayanan klinis baik skill
juga dalam meresepi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
penilaian kinerja tenaga klinis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Sumber Sari Nomor I/UKP/001/2019
tentang Kebijakan Pelayanan Penunjang Klinis Pengelolaan Obat,
Manajemen Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana,
Manajemen Peralatan, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Klinis Puskesmas Sumber Sari
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di
Rumah Sakit, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2009
5. Prosedur/langkah- 1. Kepala Puskesmas meminta Tim Mutu Puskesmas untuk
langkah melakukan penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan
klinis,
2. Tim Mutu Puskesmas menentukan indikator penilaian,
3. Tim Mutu Puskesmas merencanakan waktu pelaksanaan
penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan klinis,
4. Tim Mutu Puskesmas merencanakan metode pelaksanaan
penilaian kinerja petugas pemberi pelayanan klinis, yaitu
dengan pengamatan langsung dan dari dokumentasi
pelayanan klinis (dari rekam medis dan buku register yang
ada di tiap poli)
5. Tim Mutu Puskesmas melaksanakan Penilaian kinerja
petugas pemberi pelayanan klinis sesuai dengan jadwal
pelaksanaan,
6. Tim Mutu Puskesmas melakukan pengamatan selama
pelayanan berlangsung,
7. Tim mutu Puskesmas mengamati RM pasien dan buku
register sebagai salah satu aspek penilaian,
8. Koordinator mencatat hasil pengamatan yang telah
dilakukan,
9. Tim Mutu Puskesmas mengamati diagnose dan obat/
tindakan yang diberikan yang tertulis dalam buku register di
tiap poli,
10.Tim Mutu Puskesmas meminta ijin kepada petugas rekam
medis untuk meminjam 20 rekam medis yang akan
digunakan sebagai data penilaian,
11.Tim Mutu Puskesmas mengambil secara acak rekam medis
pasien (diambil 20 rekam medis),
12.Tim Mutu Puskesmas mengumpulkan informasi dari rekam
medis tersebut, meliputi catatan pengkajian, pemeriksaan
fisik, tindakan keperawatan dan terapi farmakologi yang
diberikan termasuk pendidikan kesehatan,
13.Koordinator menulis hasil pengamatan rekam medis,
14.Tim Mutu Puskesmas merekap hasil pengamatan dan
informasi dari rekam medis,
15.Tim Mutu Puskesmas mengelola dan menganalisis hasil
sesuai dengan indicator penilaian yang telah ditentukan,
16.Koordinator membuat laporan mengenai hasil analisa
penilaian,
17.Koordinator menyerahkan laporan kepada Kepala
Puskesmas.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu Kepatuhan terhadap prosedur
diperhatikan
8. Unit terkait Tim Mutu
Semua petugas pemberi layanan klinis
9. Dokumen terkait Form penilaian kinerja petugas
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/langkah-
langkah
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/langkah-
langkah
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/langkah-
langkah
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/langkah-
langkah
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
UPTD Puskesmas Edi Khairil Iswan H, SKM
Sumber Sari NIP. 19741020 199603 1 002
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/langkah-
langkah
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen terkait
10. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
terkait diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai